PENDAHULUAN
Latar belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
Manfaat Penulisan
PEMBAHASAN
Pendahuluan Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi yang timbul antara laki-laki dan perempuan mempunyai sistem kerja yang berbeda satu sama lain. Sistem reproduksi mempunyai ciri khas tersendiri, hal ini tentu saja berarti terdapat perbedaan antara sistem reproduksi pria dan wanita. Selain kedua hal tersebut, sistem reproduksi pria juga bermanfaat dalam menyediakan sperma untuk membuahi sel telur.
Sedangkan sistem reproduksi wanita berfungsi menghasilkan sel telur dan juga berperan sebagai wadah untuk mengandung bayi (rahim) selama kurang lebih 9 bulan. Berdasarkan kedua perbedaan tersebut, sistem reproduksi manusia mempunyai keunikan tersendiri dan saling melengkapi.
Pengertian Sistem Reproduksi
Fungsi Sistem Reproduksi
Anatomi Organ Reproduksi Pria
Organ reproduksi internal
Organ reproduksi eksternal
Letak testis berada di luar tubuh karena pertumbuhan sperma memerlukan suhu yang lebih rendah dibandingkan suhu tubuh. Mengeluarkan sarinya langsung ke uretra berupa cairan berwarna putih susu yang mengandung enzim antikoagulan dan asam sitrat (nutrisi untuk sperma). Ia mengeluarkan cairan ke dalam uretra dalam bentuk lendir bening dan basa yang dapat menetralkan urin asam yang tertinggal di sepanjang uretra.
Terdiri dari 3 silinder jaringan ereksi mirip spons yang berasal dari vena dan kapiler yang dimodifikasi, 2 terletak di atas = corpus cavernosa, 1 terletak di bawah menutupi uretra = corpus spongiosum. Saat terjadi rangsangan, jaringan ereksi akan terisi penuh dengan darah dan penis akan membesar dan menjadi tegang = ereksi.
Fungsi Organ Reproduksi Pria
Antar kantung dibatasi oleh sekat yang terdiri dari jaringan ikat dan otot polos (otot dartos) yang menyebabkan relaksasi dan kontraksi pada skrotum, otot polos yang mengatur jarak antara testis dan dinding perut guna mengatur suhu testis. agar tetap relatif konstan. Fungsinya untuk melindungi spermatozoa dengan cara menetralisir urin yang memiliki pH asam yang tertinggal di uretra.
Fungsi organ reproduksi wanita
Anatomi sistem reproduksi wanita bagian dalam
Ovarium
Ada dua ligamen yang menggantung di sepanjang ovarium, yaitu: ligamen ovarii proprium yang menggantung di rahim dan ligamen suspensori ovarii (infundibulopelvicum) yang menggantung di dinding lateral panggul. Ovarium ini berfungsi sebagai penghasil gamet, telur sekunder, yang berkembang menjadi telur matang setelah pembuahan. Selain itu, ovarium juga berfungsi sebagai sumber produksi hormon seperti progesteron dan estrogen, inhibin dan relaksin.
Setiap ovarium berisi hilum, tempat masuk dan keluarnya pembuluh darah dan saraf tempat melekatnya mesovarium. Terdiri dari jaringan ikat yang tersusun longgar dan mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf.
Tuba Fallopi
Korpus luteum menghasilkan progesteron, estrogen, relaksin, dan inhibin hingga berubah menjadi jaringan parut fibrosa yang disebut korpus albicans. Lapisan tengah, muskularis, terdiri dari cincin otot polos bagian dalam yang tebal dan melingkar serta cincin bagian luar berupa otot polos memanjang yang tipis. Kontraksi peristaltik otot dan aksi silia mukosa membantu menggerakkan oosit atau sel telur yang telah dibuahi menuju rahim.
Uterus
Kemiringan rahim ke belakang, yang disebut retrofleksi (ke arah atau ke belakang), adalah perubahan posisi normal rahim yang tidak berbahaya.
Vagina
Anatomi sistem reproduksi wanita bagian luar
Mons Pubis atau Mons Veneris
Labia Mayora (Bibir Besar)
Penghalang eksternal, labia mayora, melindungi organ dalam sistem reproduksi wanita, mencegah terbukanya vagina di luar aktivitas seksual. Perlindungan dari bakteri, labia mayora melindungi vagina atau organ genital lainnya dari bakteri atau debu dari luar.
Labia Minora (Bibir Kecil)
Klitoris
Vestibulum
Perinium
Kelenjar Bartholin
Hymen (Selaput Dara)
Fourchette
Anatomi Payudara
Area melingkar yang terdiri dari kulit kendur berpigmen dan setiap payudara memiliki diameter kurang lebih 2,5 cm. Areola berwarna merah muda pada wanita berkulit putih, lebih gelap pada wanita berkulit coklat, dan warnanya semakin gelap seiring berjalannya waktu. Pada masa kehamilan terdapat sekitar 20 kelenjar sebaceous pada daerah areola, pada masa kehamilan areola membesar disebut nodul Montgomery. Papila susu, terletak di tengah areola susu setinggi tulang rusuk ke-4 (kosta), merupakan tonjolan dengan panjang sekitar 6 mm, terdiri dari jaringan ereksi berpigmen dan merupakan struktur yang sangat sensitif, permukaan papila susu adalah berlubang berupa ostia papiler kecil, bukaan saluran susu. Saluran susu dilapisi dengan epitel. Setiap alveoli dilapisi dengan sel-sel yang mengeluarkan susu yang disebut asinus, yang mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan susu.
Di sekeliling setiap alveolus adalah sel mioepithelial yang kadangkala dipanggil sel bakul atau sel labah-labah. Apabila sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin, ia akan mengecut sehingga susu mengalir ke dalam saluran laktiferus. Selain terdiri daripada kumpulan lemak, payudara juga mempunyai kumpulan saluran darah yang berguna untuk bekalan darah.
Khususnya pada ibu hamil dan menyusui, darah membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan payudara, kemudian pembuluh darah di payudara bertugas mensuplai nutrisi yang diperlukan untuk produksi ASI. Sedangkan getah bening merupakan cairan yang mengalir melalui jaringan yang disebut sistem limfatik dan membawa sel-sel yang membantu tubuh melawan infeksi. Saluran limfatik mengarah ke kelenjar getah bening kecil yang merupakan bagian dari sistem limfatik.
Kelenjar getah bening terletak di berbagai bagian tubuh, seperti ketiak, dada, rongga perut, dan di atas tulang selangka. Pada kasus kanker payudara, sel penyebab kanker dapat masuk melalui pembuluh darah atau saluran limfatik. Menyusui atau menyusui mempunyai dua arti, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan keluarnya ASI (oksitosin). Pembentukan payudara dimulai saat embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir saat menstruasi dimulai. Hormon estrogen dan progesteron berperan dalam mendorong pematangan alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI. Saat hamil, hormon prolaktin dari plasenta meningkat, namun ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi.
Proses Pembuahan
Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada hari kedua atau ketiga setelah melahirkan sehingga mengakibatkan keluarnya ASI. Dalam proses laktasi, terdapat dua refleks yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran, yang terjadi ketika puting susu mendapat rangsangan akibat isapan bayi. Refleks neurohormonal mengatur produksi ASI dengan cara merangsang puting susu dengan rangsangan mekanis (isapa) melalui saraf vagus menuju kelenjar pituitari, sehingga prolaktin dikeluarkan ke dalam sirkulasi darah menuju alveoli payudara untuk merangsang pembentukan ASI.
Merupakan refleks psikomotorik, dimana komponen fisik sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi ibu. Mengisap puting susu ibu diteruskan oleh saraf vagus ke hipofisis posterior untuk mengeluarkan oksitosin dan menyebabkan sel mioepitel payudara berkontraksi. agar ASI mengalir ke dalam ampula susu kemudian mengalir ke dalam papila.Ibu dengan tekanan dari lidah bayi dari bawah dan pelat keras dari atas akan memijat ampula susu.
Spermatogenesis
Merupakan refleks psikomotorik, dimana komponen fisik sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi ibu.Isapan bayi pada puting susu ibu diteruskan oleh saraf vagus ke kelenjar hipofisis posterior, sehingga terjadi pelepasan oksitosin dan menyebabkan sel-sel mioepitel mammae. berkontraksi sehingga ASI mengalir ke dalam ampul susu, kemudian dialirkan ke papilla mammae dengan adanya tekanan dari lidah anak dari bawah dan pelat keras dari atas akan memijat ampul susu. n) terbentuk di testis melalui proses yang kompleks. Hormon yang berperan dalam proses spermatogenesis, proses pembentukan sperma dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, antara lain a. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein), yang akan merangsang spermatogonia untuk memulai spermatogenesis.
Spermatogonia yang bersifat diploid (mengandung 2n atau 23 kromosom berpasangan) berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Kemudian setelah membelah beberapa kali, sel-sel tersebut akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. kromosom diploid (2n) dalam inti sel dan mengalami meiosis. Spermatosit primer menjauh dari lamina basal, bertambah sitoplasma dan segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder dengan n kromosom (haploid).
Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat spermatid haploid. Namun setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan muncul bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor. Ketika spermatogenesis selesai, testosteron ABP (Androgen Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi. Sel sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberikan umpan balik ke kelenjar pituitari untuk menghentikan sekresi FSH dan LH.
Oogenesis
- Endometriosis
- Kanker Serviks
- PCOS (Polycystic Ovary Syndrome)
- Fibroid Rahim
- Gonorrhea & Chlamydia
- HIV/AIDS
- Disfungsi Seksual
- Interstitial Cystitis
- Kanker Prostat
- Kanker Testis
- Epididimistis
- Hipogonadisme
- Balanitis
- Orchitis
- Disfungsi Ereksi/Gangguan Ejakulasi
Selain mempengaruhi perubahan fisik saat memasuki masa pubertas, hormon FSH pada wanita juga berperan dalam proses pembentukan sel telur di ovarium dan juga mengontrol siklus menstruasi. Pada wanita, hormon reproduksi ini mempengaruhi kerja ovarium, pelepasan sel telur (ovulasi), siklus menstruasi dan kesuburan. Penyakit pada sistem reproduksi manusia ini terjadi ketika jaringan yang seharusnya terbentuk di dalam rahim malah tumbuh dan berkembang di tempat lain.
Penyakit pada sistem reproduksi manusia ini terjadi ketika rahim atau kelenjar adrenal menghasilkan hormon testosteron melebihi batas yang seharusnya. Terkadang wanita baru menyadari dirinya mengidap penyakit sistem reproduksi berupa PCOS ketika menjalani program kehamilan. Untuk mencegahnya, dokter biasanya akan menganjurkan untuk menjalani pola hidup sehat dan aktif bergerak agar kesehatan sistem reproduksi lebih terjaga.
Fibroid rahim atau fibroid rahim juga merupakan penyakit pada sistem reproduksi yang sering terjadi. Meski bisa menyerang pria dan wanita, penyakit ini lebih sering terjadi pada sistem reproduksi wanita. Ternyata sekitar 25 persen pria berusia di atas 55 tahun mengidap penyakit pada sistem reproduksi berupa kelainan prostat.
Epididimistis merupakan penyakit pada sistem reproduksi berupa peradangan pada saluran melingkar di bagian belakang testis. Hipogonadisme adalah penyakit pada sistem reproduksi di mana tubuh tidak memproduksi cukup hormon yang berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan pria selama masa pubertas (testosteron). Penyakit pada sistem reproduksi ini - balanitis - kebanyakan terjadi pada pria dan anak laki-laki yang tidak disunat (kulup telah diangkat melalui pembedahan) dan memiliki kebersihan yang buruk.
Cara mencegah penyakit pada sistem reproduksi adalah dengan rutin menjaga kebersihan alat kelamin. Pola makan dan olahraga yang tepat untuk menjaga kesehatan reproduksi, mengonsumsi makanan bergizi tinggi nutrisi, rendah lemak, dan rutin berolahraga akan menjaga fungsi sistem reproduksi tetap optimal.
PENUTUP..............................................Error! Bookmark not defined
Saran
Semoga makalah yang kami tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat memberikan wawasan mengenai reproduksi yang dialami manusia, serta berbagai jenis penyakit yang dapat ditularkan pada sistem reproduksi. Untuk itu kami sangat mengharapkan saran-saran yang membangun dari para pembaca demi terciptanya makalah yang lebih baik dan benar. Pesan kami adalah mulai membaca dari hal-hal kecil untuk dapat menemukan lebih banyak hal yang sebelumnya tidak diketahui.