• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENGARUH PERUBAHAN HORMON TERHADAP BABY BLUES PADA IBU PASCA PERSALINAN

N/A
N/A
Andinawati Dwita

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH PENGARUH PERUBAHAN HORMON TERHADAP BABY BLUES PADA IBU PASCA PERSALINAN "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENGARUH PERUBAHAN HORMON TERHADAP BABY BLUES PADA IBU PASCA PERSALINAN

Mata Kuliah: Endokrinologi

Dosen Pengampu: Dr. Meti Indrowati, S.Si., M.Si

Disusun oleh:

Andinawati Dwita Karina (K4320007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2022

(2)

1

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam tulisan ini, saya Andinawati Dwita Karina ingin mempersembahkan sebuah makalah yang membahas tentang pengaruh hormon terhadap baby blues yang dialami ibu pasca persalinan.

Makalah ini akan membahas tentang apa itu baby blues, bagaimana gejala yang dirasakan oleh penderita baby blues, apa yang menyebabkan terjadinya baby blues, shormon apa saja yang ikut berpengaruh terhadap terjadinya baby blues, dan bagaimana dampak dari babby blues pada ibu pasca persalinan.

Melalui makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami lebih dalam tentang apa itu baby blues, bagaimana gejalanya, apa saja faktor-faktor penyebabnya, hormon apa saja yang ikut memengaruhi terjadinya baby blues, dan apa dampak dari baby blues pada Ibu pasca persalinan.

Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan terima kasih telah membaca tulisan ini.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Surakarta, 6 April 2023

Penyusun Andinawati Dwita Karina

(3)

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 1

DAFTAR ISI... 2

BAB I ... 3

PENDAHULUAN ... 3

LATAR BELAKANG ... 3

RUMUSAN MASALAH ... 4

TUJUAN ... 4

BAB II ... 5

PEMBAHASAN ... 5

1. Pengertian Baby Blues ... 5

2. Gejala Baby Blues ... 5

3. Penyebab Baby Blues ... 5

4. Dampak Baby Blues ... 7

BAB III ... 8

PENUTUP ... 8

A. Kesimpulan ... 8

B. Saran ... 8

DAFTAR PUSTAKA ... 9

(4)

3

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Mengandung dan persalinan pada sebagian besar wanita merupakan suatu hal yang membahagiakan, luar biasa, atau bahkan merupakan anugerah. Akan tetapi, sebagian kecil wanita lainnya merasa akan mengalami konflik kehidupan saat menjadi seorang ibu karena hadirnya seorang bayi dapat membuat perubahan besar di kehidupan ibu terutama hubungannya dengan suami, orang tua, maupun anggota keluarga lainnya (Widyaningtyas, 2019). Adanya status baru ini di sisi lain ternyata menuntut ibu untuk melakukan berbagai penyesuaian. Salah satu bentuk penyesuaian yang harus dilakukan oleh seorang ibu yang baru persalinan adalah mengikuti ritme kehidupan bayi. Keharusan untuk melakukan penyesuaian ini menyebabkan ibu sangat tertekan yang mana ini akan mengakibatkan stress baik secara fisik maupun psikologis. Maka hal inilah yang akan memengaruhi kesehatan mental mereka. Masalah mental tersebut berhubungan dengan gangguan afektif, dimana gangguan yang paling sering ditemukan yaitu baby blues. Baby blues seringkali membuat ibu merasa tidak bahagia dan menjadi lebih sensitif. Sikap ibu tersebut secara tidak sengaja akan membuat ibu menjauhi buah hatinya.

Baby blues merupakan sebuah sindrom atau gangguan yang biasa dialami oleh seorang wanita setelah persalinan. Ibu yang mengalami baby blues akan merasakan kesedihan atau kemurungan yang tidak bisa dikendalikan setelah melakukan persalinan, namun biasanya hanya muncul sementara waktu. Gangguan ini biasanya muncul di minggu pertama setelah persalinan lalu akan memuncak di hari ketiga sampai kelima dan umumnya akan berlangsung selama 14 hari.

Tanda gejala pada ibu yang mengalami baby blues yaitu cemas tanpa sebab, menangis tanpa sebab, tidak sabar, tidak percaya diri, sensitive, mudah tersinggung, merasa kurang menyayangi bayinya, dan merasa tidak mampu merawat bayinya (Susanti & Sulistiyanti, 2017). Penyebab terjadinya baby blues ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor kesiapan dan penerimaan ibu terhadap kehamilan, faktor dukungan suami selama hamil dan setelah persalinan, faktor usia ibu saat hamil dan kondisi psikologisnya, serta faktor jenis persalinan. Selain itu, terdapat faktor perubahan hormon yang dapat memicu terjadinya baby blues. Perbedaan kadar hormon selama kehamilan dan pasca persalinan adalah salah satu penyebab terjadinya baby blues.

(5)

4 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan baby blues?

2. Bagaimanakah gejala dari baby blues?

3. Apakah yang menyebabkan terjadinya baby blues?

4. Hormon apa yang berpengaruh terhadap baby blues?

5. Apa dampak dari baby blues?

TUJUAN

1. Mengetahui pengertian baby blues

2. Mengetahui gejala yang dialami oleh penderita baby blues 3. Mengetahui penyebab terjadinya baby blues

4. Mengetahui hormon yang berpengaruh terhadap baby blues 5. Mengetahui dampak dari baby blues

(6)

5

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Baby Blues

Baby blues merupakan suatu gangguan perasaan yang dialami ibu pasca persalinan, baby blues ini merupakan depresi yang paling ringan dan dialami hampir oleh semua Ibu pasca persalinan (Santi & Wahid, 2019). Baby blues sering tidak diperdulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditangani dengan sebagaimana seharusnya, hingga akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan, dan dapat membuat perasaan-perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya.Setiap ibu atau wanita pasti mempunyai reaksi emosi yang berbeda-beda dalam menghadapi masa hamil, persalinan, dan nifas. Setiap reaksi yang muncul sangat tergantung kepada kepribadian ibu masing-masing, pengalaman masa lalu, krisis hidup yang pernah dialami ibu, pendidikan, pengetahuan, dan lain-lain. Baby blues dapat terjadi segera setelah kelahiran, tapi akan segera menghilangdalam beberapa hari sampai satu minggu.

2. Gejala Baby Blues

Gejala baby blues biasanya mulai di hari ketiga pasca persalinan, pada saat itu air susu ibu mulai ada. Beberapa diantara yang terkena baby blues akan merasa bereaksi berlebihan terhadap situasi dan lebih mudah menangis. Ibu-ibu dengan baby blues setelah persalinan akan mengalami emosi yang berlebihan dan merasa sangat sedih serta diiringi tangisan tanpa alasan yang jelas. Banyak pula, ibu dengan baby blues mengalami kesulitan tidur dan merasa sangat lapar. Ibu yang mengalami baby blues berpikir mereka akan menerima lebih sedikit dukungan dari keluarga dan sosial sekitar, padahal ibu merasa bahwa mereka lebih membutuhkannya (Pazriani, 2021). Kendati merasa tidak berdaya, ibu yang mengalami baby blues bisa terus merawat bayi mereka dan bahkan untuk diri mereka sendiri.

3. Penyebab Baby Blues dan Hormon yang Berpengaruh

Baby blues dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal yakni seperti praktik budaya yang membatasi, proses persalinan yang berat, tidak lancarnya Air Susu Ibu (ASI), bayi rewel yang menyebabkan ibu kurang beristirahat, serta kurangnya dukungan yang diperoleh ibu selama hamil, persalinan dan

(7)

6 pasca persalinan. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu seperti payudara bengkak dan nyeri jahitan jika operasi, rasa mulas, ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik emosional yang kompleks, faktor umum dan paritas, pengalaman dalam proses persalinan dan kehamilan menimbulkan gangguan pada emosional (Wulansari et al., 2017).

Hal ini juga bisa karena kelelahan dan kenyataan bahwa dirinya sekarang adalah seorang ibu.

Sedangkan faktor internal yang dapat menyebabkan baby blues antara lain faktor fluktuasi hormonal. Selama menjalani kehamilan, berbagai hormon dalam tubuh ibu meningkat seiring pertumbuhan janin. Menurut Adiesti (2014), setelah melalui tahap persalinan, jumlah produksi berbagai hormon seperti estrogen, endorphin, tiroid, dan hormon lain mengalami perubahan yang dapat mempengaruhi kondisi emosional ibu seperti:

1) Hormon estrogen, meningkat selama kehamilan, dan menurun saat persalinan, menyebabkan depresi.

2) Hormon endorfrin yaitu hormon yang dapat memicu perasaan senang dan bahagia pada saat persalinan menurun, berkontribusi terhadap kejadian depresi.

3) Hormon tiroid, mengalami ketidakstabilan setelah persalinan membuat ibu kurang bergairah.

Penurunan kadar estrogen secara tajam setelah persalinan memiliki efek supresi aktivitas enzim non adrenalin maupun serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi, tidak nyamanan fisik yang di alami sehingga menimbulkan perasaan emosi pada wanita pasca persalinan, ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan perubahan yang terjadi, dan ketidaksiapan terhadap perubahan peran yang terjadi pada ibu pasca persalinan (Safitri & Syafitri, 2021). Menurut Habibah et al., 2021, baby blues dapat terjadi pula karena perubahan dramatis hormon progesteron yang menurun dan hormon menyusui yang meningkat. Saat Ibu marah, bayi dapat merasakan emosi tersebut melalui sentuhan yang menegang maupun Air susu ibu yang tersendat, hal ini karena hormon Oksitosin pada Air Susu Ibu yang dikenal sebagai hormon cinta dan bertugas merangsang keluarnya ASI hanya dapat timbul saat ibu merasa tenang dan senang (Huda, 2019).

(8)

7 4. Dampak Baby Blues

Jika kondisi baby blues tidak disikapi dengan benar maka dapat berpengaruh pada hubungan ibu dengan bayinya, bahkan juga anggota keluarga yang lain. Oleh karena itu, keadaan ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Jika dibiarkan, dapat berlanjut menjadi depresi pasca melahirkan, yaitu berlangsung lebih dan hari ke-7 pasca persalinan. Depresi setelah melahirkan rata-rata berlangsung tiga sampai enam bulan bahkan terkadang sampai delapan bulan. Pada keadaan lanjut dapat mengancam keselamatan diri ibu dan anaknya.

Berdampak negative terhadap perkembangan fisik, sosial dan kognitif anak, selain itu adanya gangguan aktivitas, tidak mampu membina hubungan dengan orang, baik kepada keluarga dan teman dan ibu juga tidak mampu merawat dirinya sendiri dan bayinya (Paula et al., 2022).

(9)

8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Baby blues merupakan sebuah sindrom atau gangguan yang biasa dialami oleh seorang wanita setelah persalinan. Baby blues dapat terjadi segera setelah kelahiran, tapi akan segera menghilangdalam beberapa hari sampai satu minggu. Gejala dari baby blues yaitu merasa bereaksi berlebihan terhadap suatu kondisi, lebih mudah menangis tanpa alasan yang jelas, kesulitan tidur, dan merasa sangat lapar. Faktor yang mempengaruhi terjadinya baby blues bisa karena faktor eksternal yakni seperti praktik budaya yang membatasi, proses persalinan yang berat, tidak lancarnya ASI, bayi rewel, serta kurangnya dukungan yang diperoleh ibu selama hamil, persalinan dan pasca persalinan. Sedangkan faktor internal yang dapat menyebabkan baby blues yaitu faktor fluktuasi hormonal atau perubahan kadar hormon dari selama hamil dan pasca persalinan.

B. Saran

Sindrom baby blues yang dialami ibu pasca persalinan memang bukan suatu sindrom yang berbahaya. Akan tetapi, jika gejala dari sindrom ini hanya dibiarkan saja dan tidak ditangani dengan tepat maka akan membahayakan keselamatan diri dari ibu dan anaknya itu sendiri. Sehingga harus ada penanganan yang baik dan tepat untuk mencegah terjadinya kemungkinan yang lebih buruk. Penanganan ini dapat dilakukan oleh orang- orang yang ada di dekat ibu seperti suami dan keluarga terdekat dengan cara seperti memberi dukungan dan bantuan.

(10)

9

DAFTAR PUSTAKA

Adiesti, C. I. R. F. (2014). KEJADIAN BABY BLUES PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD BANGIL PASURUAN. Hospital Majapahit (Jurnal Ilmiah Kesehatan Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto), 6(2).

Habibah, M., Haderiansyah, H., Setiawan, A., & Kurniawati, M. F. (2021). Efektivitas Konseling Antenatal Care dalam Menekan Kejadian Baby Blues pada Pasien Postpartum. Jurnal Sains Sosio Humaniora, 5(1), 346-351.

Huda, A. N. (2019). Syindrom Baby Bluess. dalam Jurnal Misykat, 4(02).

Paula, V., Florensa, M. V. A., Pangkey, B. C., & Ningsih, M. T. A. (2022). Edukasi pencegahan baby blues syndrome pada tenaga pengajar sekolah menengah atas. Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM- CSR), 5, 1-10.

Pazriani, A. P. L. (2021). Pengalaman Ibu Yang Mengalami Baby Blues: Literature Review. Tanjungpura Journal of Nursing Practice and Education, 3(1).

Safitri, I. R., & Syafitri, N. (2021). Pengaruh Musik Tango Sebagai Terapi Emosi pada Ibu Baby Blues. Jurnal Kesehatan Pertiwi, 3(B), 21-28.

Susanti, L. W., & Sulistiyanti, A. (2017). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Baby Blues Syndrom Pada Ibu Nifas. Infokes: Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan, 7(2).

Widyaningtyas, M. D. (2019). Pengalaman Komunikasi Ibu Dengan Baby Blues Syndrome Dalam Paradigma Naratif. Jurnal Manajemen Komunikasi, 3(2), 202.

Wulansari, P. S. (2017). Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Baby Blues, Proses Persalinan, Dan Paritas Dengan Baby Blues Di Rsia Srikandi Ibi Kabupaten Jember. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 13(1).

Referensi

Dokumen terkait