PENDAHULUAN
Matematika merupakan bidang studi yang menduduki peranan penting dalam bidang pendidikan karena pelajaran matematika diberikan pada semua jenjang pendidikan. Matematika diajarkan karena dapat menumbuh kembangkan kemampuan bernalar yaitu berfikir sistematis, logis, dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau ide dalam memecahkan masalah.
Mengingat penting peranan matematika, berbagai usaha dari pemerintah telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, seperti diadakan pelatihan guru, serta penyempurnaan kurikulum, pemberian kesempatan pada guru untuk mengikuti pendidikan lanjut, dan lain-lain.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 11 Februari 2014 di MTs TI Batang Kabung Padang, ditemukan banyak hal yang Oleh
Joko Suprianto*), Rina Febriana**), Anny Sovia**)
*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera barat
**) staf pengajar program studi pendidikan matematika STKIP PGRI sumatera barat
ABSTRACT
The background of the research is the student’s difficulty in building a concept and lack of material sources that are able to facilitate the students to study independently. To solve the problem, it is made a constructivism-based module for triangles and rectangles material. The research aims to develop a valid and practical constructivism-based module in MTs TI Batang Kabung, Padang. The validity result shows that the developed constructivism-based module is very valid i.e. 3.40 for the average. Based on the student practical questionnaire result shows that the percentage of the module is 80.73 % and it is categorized as very practical. Meanwhile, the teacher practical questionnaire shows that the percentage of the module is 79.68% and it is categorized as very practical. Based on the results, it can be concluded that a constructivism-based module for triangles and rectangles material for seventh grade students of VII MTs TI Batang Kabung Padang in math learning is valid and practical.
Keywords: Module, Constructivism, Development, Triangles and Rectangles PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS KONSTRUKTIVISME
UNTUK MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII MTs TI BATANG KABUNG PADANG
menyebabkan kurangnya pemahaman konsep siswa. Hal ini tampak dari aktivitas belajar matematika yang dilakukan oleh siswa. Selain itu proses pembelajaran juga masih terpusat pada guru, serta bahan ajar yang digunakan hanya berupa buku teks.
Buku teks yang digunakan belum mampu membantu siswa dalam memahami konsep dengan baik. Hal ini disebabkan karena buku teks tersebut belum didesain untuk mengkonstruksi pengetahuan siswa atau melibatkan siswa dalam membangun konsep matematika sendiri.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah diatas adalah dengan mengembangkan suatu bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum dan karakteristik siswa. Bahan ajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah modul berbasis konstruktivisme. Menurut Asyhar (2012:
155) modul adalah salah satu bahan ajar yang dirancang untuk belajar secara mandiri oleh peserta pembelajaran karena itu modul dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar sendiri. Oleh karena itu, dilakukan Pengembangan Modul Berbasis Konstruktivisme untuk Materi Segitiga dan Segiempat pada
Pembelajaran Matematika Kelas VII MTs TI Batang Kabung Padang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan validitas dan praktikalitas dari modul yang dikembangkan.
Salah satu perangkat yang dapat membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran adalah modul. Menurut Prastowo (2011: 104) modul dimaknai sebagai seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis, sehingga penggunaannya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator atau guru.
Selain itu Unsur-unsur modul menurut Prastowo (2011: 112) adalah :
1. judul,
2. petunjuk belajar (petunjuk peserta didik atau pendidik),
3. kompetensi yang akan dicapai, 4. informasi pendukung,
5. latihan-latihan,
6. petunjuk kerja atau lembar kerja, 7. evaluasi.
Menurut Suparno (2006: 69) unsur-unsur konstruktivisme sebagai berikut:
1. Orientasi. Murid diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik.
Murid diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari.
2. Elicitasi. Murid dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain. Murid diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasikan, dalam wujud tulisan, gambar ataupun poster.
3. Restrukturisasi Ide. Dalam hal ini ada tiga hal.
a) Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau teman lewat diskusi ataupun lewat pengumpulan ide. Berhadapan dengan ide-ide lain, seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi gagasannya kalau tidak cocok atau sebaliknya, menjadi lebih yakin bila gagasannya cocok.
b) Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-teman.
c) Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau dimungkinkan, ada baiknya bila gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu percobaan atau persoalan yang baru.
4. Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan murid lebih lengkap dan bahkan lebih rinci
dengan segala macam
pengecualiannya.
5. Review, bagaimana ide itu berubah.
Dapat terjadi bahwa dalam aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, seseorang perlu merevisi gagasannya entah dengan menambahkan suatu keterangan
ataupun mungkin dengan mengubahnya menjadi lebih lengkap.
METODE PENGEMBANGAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development). Prosedur pengembangan model ini menggunakan Model 4-D yang dikemukakan oleh Thiagarajan dkk dalam Trianto (2012: 93). Pada penelitian ini hanya dilakukan 3 tahap, yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design) dan tahap pengembangan (develop).
Tahap pendefinisian (define) bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran, tahap perancangan (design ) bertujuan untuk merancang modul berbasis masalah untuk pembelajaran sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. tahap pengembangan (develop) bertujuan menghasilkan modul berbasis masalah yang telah divalidasi oleh validator modul. Bentuk akhir modul diujicoba di kelas untuk mengetahui praktikalitas modul.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi, angket, dan pedoman wawancara.
Instrumen yang digunakan adalah
lembar validasi, angket dan pedoman wawancara. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis data dari instrumen validasi adalah hasil
dari validator terhadap seluruh aspek yang dinilai Selanjutnya dicari rerata skor seperti yang dikemukaan oleh (Muliyardi, 2006: 82)
data dari angket adalah hasil angket dari siswa terhadap modul. Selanjutnya dicari nilai persentase kepraktisan modul dengan rumus yang dikemukakan oleh
Riduwan (2012: 87).
Hasil wawancara tehadap siswa dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif yang dikemukakan oleh Miles (1992: 16).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penelitian, diperoleh modul berbasis konstruktivisme pada materi segitiga dan segiempat. Kegiatan untuk mendapatkan modul berbasis konstruktivisme ya valid diawali den
pendefinisian. Secara garis besar materi yang dibahas pada modul ini memiliki dua kompetensi dasar
silabus. Kedua kompetensi dasar tersebut terbagi atas tujuh kegiatan belajar.
, angket dan pedoman Data yang diperoleh secara kualitatif dan Teknik analisis data dari instrumen validasi adalah hasil validasi dari validator terhadap seluruh aspek yang dinilai Selanjutnya dicari rerata skor seperti yang dikemukaan oleh 82). Teknik analisis data dari angket adalah hasil angket dari siswa terhadap modul. Selanjutnya dicari nilai persentase kepraktisan modul dengan rumus yang dikemukakan oleh
Riduwan (2012: 87).
Hasil wawancara tehadap siswa dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif yang dikemukakan oleh Miles
DAN PEMBAHASAN
dilakukan penelitian, modul berbasis pada materi segitiga dan Kegiatan untuk mendapatkan modul berbasis konstruktivisme yang valid diawali dengan tahap pendefinisian. Secara garis besar materi as pada modul ini memiliki kompetensi dasar yang ada pada kompetensi dasar tersebut
kegiatan belajar.
Berdasarkan produk yang telah dirancang diperoleh hasil validasi modul menurut pakar matematika dan pakar bahasa. Hasil validasi modul berbasis konstruktivisme secara keseluruhan oleh validator adalah
menunjukkan bahwa modul berbasis konstruktivisme sangat
Adapun komponen
dalam modul berbasis konstruktivisme yang dirancang adalah:
Modul ini memiliki cover seperti gambar 1.
Gambar 1. Cover modul
Uraian materi pada modul memuat unsur-unsur konstruktivisme yaitu rekstrukturisasi ide
mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau dimungkinkan, ada baiknya bila gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu percobaan atau
Berdasarkan produk yang telah dirancang diperoleh hasil validasi modul menurut pakar matematika dan pakar bahasa. Hasil validasi modul berbasis isme secara keseluruhan oleh idator adalah 3,40. Hal ini menunjukkan bahwa modul berbasis
sangat valid.
Adapun komponen-komponen dalam modul berbasis konstruktivisme yang dirancang adalah:
memiliki cover seperti gambar
Gambar 1. Cover modul
materi pada modul memuat unsur konstruktivisme yaitu rekstrukturisasi ide, dimana siswa perlu mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau dimungkinkan, ada baiknya bila gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu percobaan atau
persoalan yang baru pada gambar 2.
Gambar 2. Rekstrukturisasi Ide Contoh soal pada modul memuat unsur konstruktivisme yaitu
Dimana pada tahap ini
kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasikan, dalam wujud tulisan, gambar ataupun poster.
Tampilan contoh soal dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Elicitasi Latihan terbimb
memiliki unsur konstruktivisme yaitu penggunaan ide dalam banyak situasi Dimana ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan baru dan dapat dilihat
Gambar 2. Rekstrukturisasi Ide pada modul memuat unsur konstruktivisme yaitu elicitasi.
Dimana pada tahap ini murid diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasikan, dalam wujud tulisan, gambar ataupun poster.
Tampilan contoh soal dapat dilihat pada
Gambar 3. Elicitasi
mbing pada modul memiliki unsur konstruktivisme yaitu penggunaan ide dalam banyak situasi.
ide atau pengetahuan yang telah oleh siswa perlu diaplikasikan
pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. Contoh
dapat dilihat pada gambar
Gambar 4.
Penggunaan ide dalam banyak situasi Berdasarkan produk yang telah dirancang. Analisis angket uji praktikalitas modul dengan siswa menunjukkan bahwa modul memiliki kategori sangat praktis dengan nilai kepraktisan 80,73
praktikalitas modul dengan guru menunjukkan nilai kepraktisan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa modul matematika berbasis konstruktivisme dikategorikan sangat praktis.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
a. Modul berbasis konstruktivisme materi segitiga
memiliki validitas yang sangat valid.
macam situasi yang Contoh latihan terbimbing ihat pada gambar 4.
Gambar 4.
Penggunaan ide dalam banyak situasi Berdasarkan produk yang telah dirancang. Analisis angket uji praktikalitas modul dengan siswa menunjukkan bahwa modul memiliki kategori sangat praktis dengan nilai 3%, kemudian hasil praktikalitas modul dengan guru menunjukkan nilai kepraktisan 79,68%.
hasil analisis data yang oleh menunjukkan bahwa modul matematika berbasis konstruktivisme dikategorikan sangat
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
Modul berbasis konstruktivisme pada segitiga dan segiempat memiliki validitas yang sangat valid.
Yakni, isi setiap pertemuan telah sesuai dengan standar kompetensi dan silabus yang dirancang, serta komponen modul telah sesuai dengan unsur pengembangan yang ditetapkan.
b. Modul berbasis konstruktivisme pada materi segitiga dan segiempat sudah praktis. Hal ini terlihat dari pelaksanaan uji coba dengan menggunakan modul yang sudah sesuai rencana.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin , Peni. (2007). “Pengembangan
Handout Berbasis
Konstruktivisme pada Materi Bangun Datar Untuk Siswa Kelas VII”. Skripsi tidak dipublikasikan. Padang: Sarjana UNP.
Asyhar, Rayandra. (2012). Kreaktif
Mengembangkan Media
Pembelajaran. Jakarta:
Referensi.
Sugiyono. (2012). Metodologi Penelitian Penddikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Prastowo, Andi. 2001. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Jogjakarta: DIVA Press.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.