• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apapun masalahmu di bangku perkuliahan, tuntaskan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Apapun masalahmu di bangku perkuliahan, tuntaskan. "

Copied!
155
0
0

Teks penuh

Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran IPS IV. kelas di SD Inpres Kecamatan Garentong. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD Inpres Kecamatan Garentong. Kecamatan Tompobulu. Goa. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS terdapat pada siswa kelas IV. kelas di SD Inpres Kecamatan Garentong.

Penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV SD Inpres Kecamatan Garentong. Begitu pula dengan penelitian Ariani tentang pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar pada muatan IPA yang menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah efektif untuk ditingkatkan. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD Inpres Garentong dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dengan judul.

Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPS di SD Inpres Kecamatan Garentong.

Rumusan Masalah

Serta penelitian yang dilakukan Helmon mengenai pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis siswa disebutkan bahwa model PBL berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SDN Serayu.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

  • Manfaat Teoritis
  • Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti
  • Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
  • Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning
  • Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning Sumantri (2015: 46) Setiap model pembelajaran mempunyai keunggulan
  • Berpikir Kritis
  • Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Trianto (2007:1) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan untuk memandu perencanaan pembelajaran di kelas atau di tutorial. Untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran, diperlukan model pembelajaran yang dianggap mampu mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar siswa. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menyajikan kepada siswa suatu permasalahan untuk dipecahkan baik secara individu maupun kelompok, dengan memahami konsep-konsep permasalahan yang ada, sehingga merangsang berpikir kritis siswa untuk memecahkannya. permasalahan dengan cara yang kreatif untuk memecahkannya. cara mereka memahaminya.

Menurut Matindas (Zubaidah mengatakan bahwa berpikir kritis adalah suatu kegiatan mental yang dilakukan untuk mengevaluasi kebenaran suatu pernyataan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan berpikir jernih dan rasional tentang apa yang harus dilakukan atau dilakukan. apa yang diyakini memecahkan suatu masalah.masalah yang ada.Keterampilan berpikir kritis dapat mendorong siswa untuk memunculkan ide-ide atau pemikiran baru tentang masalah-masalah dunia.

Sebab kemampuan berpikir kritis harus ditingkatkan sejak dini agar siswa diajarkan pola berpikir kritis dan kreatif.

Tabel 2.1:Sintaks Model Problem Based Learning (PBL)
Tabel 2.1:Sintaks Model Problem Based Learning (PBL)

Kerangka Pikir

Hipotesis Tindakan

Subjek Penelitian

Prosedur Penelitian

Siklus II

Pelaksanaan siklus II bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I yang menjadi penyebab belum tercapainya indikator keberhasilan. Apabila setelah pelaksanaan siklus II belum tercapai maka akan dilaksanakan siklus berikutnya dengan langkah yang sama.

Instrumen Pengumpulan Data

Observasi yang dilanjutkan dengan analisis dilakukan untuk menghitung tingkat kemampuan berpikir kritis siswa pada setiap siklus pembelajaran. Selain itu, analisis ini harus menentukan sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat membawa perubahan yang diinginkan peneliti.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Dokumentasi

Teknik Observasi

Teknik Tes

Teknik Analisis Data

Indikator Keberhasilan

Pelaksanaan tindakan ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu perancangan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (refleksi). Tindakan ini dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II dengan 4 sesi setiap sesinya. siklus.

Hasil Penelitian 1. Siklus I

Untuk melihat persentase ketuntasan berpikir kritis siswa yang menggunakan model PBL pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini. EVALUASI SIKLUSI. dapat menyelesaikan pembelajaran dengan persentase sebesar 18% dan siswa yang melakukan aktivitas negatif selama proses pembelajaran dengan persentase sebesar 18%. Jika skor berpikir kritis siswa pada siklus II dikelompokkan menjadi lima kategori, maka distribusi frekuensi skor yang dicapai dapat dilihat pada tabel 4.6.

Melihat persentase ketuntasan kemampuan berpikir kritis siswa dengan penerapan model PBL pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini. Siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran dengan persentase sebesar 94%, siswa yang memperhatikan proses pembelajaran dengan persentase sebesar 81%, siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran. Pada siklus II siswa menunjukkan perhatian yang lebih besar terhadap pemberian materi dan pemahaman siswa dalam penerapan model yang digunakan.

Dari hasil peningkatan yang diperoleh siswa pada siklus II dengan persentase 88% atau 14 siswa yang tuntas dari 16 siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I dan siklus II dengan penerapan Model PBL, kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa selama penelitian berlangsung yaitu 60 pada siklus I dan 80 pada siklus II.

Peningkatan yang terjadi pada siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa model yang digunakan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan mengurangi siswa yang memperoleh nilai rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil kemampuan berpikir siswa yang menunjukkan bahwa pada Siklus I yang dilaksanakan secara individu, dari 16 siswa, hanya 9 siswa atau 56% yang memenuhi kriteria. Dan dari hasil peningkatan nilai yang dicapai siswa pada siklus II sebesar 88% atau 14 siswa tuntas dari 16 siswa.

Memang berdasarkan hasil peningkatan dari siklus I ke siklus II dari observasi selama proses pembelajaran, 81% siswa yang hadir saat kegiatan pembelajaran pada siklus I menjadi 94% pada siklus II. 31% siswa yang meminta bimbingan guru dalam menyelesaikan LKS pada siklus I menjadi 25% pada siklus II, 18% siswa tidak dapat menyelesaikan LKS.

Tabel  4.1  Statistik  Skor  Hasil  Kemampuan  Berpikir kritis  pada  Siklus I
Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Kemampuan Berpikir kritis pada Siklus I

Saran

Berdasarkan hasil observasi penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan selama dua siklus terlihat adanya peningkatan keterampilan dan aktivitas berpikir kritis siswa ketika pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SDI Garentong. Hal ini dibuktikan dengan hasil peningkatan skor dari rata-rata skor 60 pada Siklus I dan rata-rata 80 pada Siklus II, dengan nilai ketuntasan pada Siklus I nilai persentasenya dari 56% menjadi 88% pada Siklus II.

Pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan siswa sekolah dasar berpikir kritis terhadap muatan IPA. Analisis Berpikir Kritis Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berbasis Poli Pada Topik Persamaan Kuadrat (Penelitian Dilakukan Di SMK Muhammadiyah 1 Sragen Tahun Pelajaran 2013/2014). Perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran project based learning (PJBL) dan problem based learning (PBL) dengan bantuan media monopoli terhadap kemampuan berpikir kritis.

Memahami pengetahuan faktual dengan [mendengar, melihat, membaca] mengamati dan mengajukan pertanyaan berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk Tuhan dan aktivitasnya, serta benda-benda yang ditemuinya di rumah dan sekolah. Penyajian pengetahuan faktual dengan bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerak yang mencerminkan anak yang sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak yang beriman dan berakhlak mulia.

KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR Muatan :IPS

TUJUAN

MATERI

METODE

Membaca

Berlatih

Tugas wawancara

Para siswa kemudian dapat saling menceritakan secara berpasangan tentang pengalaman mereka dengan teman-teman dari kelompok etnis yang berbeda. Guru meneguhkan pentingnya saling menghargai keberagaman budaya, suku, dan agama serta menjadikan keberagaman tersebut sebagai jati diri bangsa Indonesia. Keberagaman tersebut merupakan jati diri bangsa Indonesia yang menjadikan bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang mempunyai banyak sekali perbedaan budaya, suku, dan agama.

Siswa menjawab pertanyaan dan secara mandiri melengkapi tabel sikap saling menghormati yang terdapat dalam buku. Siswa akan berbagi tanggapan tentang pengalaman menerapkan sikap saling menghormati dan contoh sikap tidak hormat berpasangan dengan teman di sebelahnya. Siswa diminta berdiskusi dengan orang tuanya di rumah untuk berbagi cerita tentang pengalamannya dalam menghargai perbedaan.

Menyanyikan salah satu lagu daerah untuk menumbuhkan

Salam dan do’a penutup di pimpin oleh salah satu siswa

PENILAIAN 1. IPS

SUMBER DAN MEDIA 1. Buku Pedoman G

Subtema : Keberagaman Budaya Bangsaku (Subtema 1) Materi Pokok : Keberagaman sosial dan budaya di provinsi-provinsi di Indonesia Nomor pelajaran : 5. Dengan membaca teks tentang suku Minang siswa mampu menjelaskan keberagaman lokal dan budaya masyarakat provinsi sebagai identitas bangsa Indonesia secara tertulis dan lisan. . Dengan membaca teks tentang suku Minang, siswa mampu menyajikan keberagaman sosial budaya provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia secara tertulis dan lisan.

Siswa dibimbing untuk mencari informasi lebih jauh mengenai keanekaragaman sosial dan budaya yang terdapat di provinsinya masing-masing.

Menyanyikan salah satu lagu daerah untuk menumbuhkan nasionalisme, persatuan, dan

Salam dan do’a penutup di pimpin oleh salah satu siswa

SUMBER DAN MEDIA

KOMPETENSI DASAR Muatan : IPS

Setelah berdiskusi dan membaca, siswa mampu menjelaskan secara sistematis pengalaman toleransi dan kerjasama antar sahabat yang berbeda keyakinan sebagai jati diri bangsa Indonesia. Setelah berdiskusi dan membaca, siswa mampu secara sistematis menyampaikan pengalaman toleransi dan kerjasama antar sahabat yang berbeda keyakinan sebagai jati diri bangsa Indonesia. Siswa diingatkan untuk selalu mengedepankan kedisiplinan dan memanfaatkannya untuk mencapai tujuan.

Siswa diminta untuk saling bercerita tentang pengalamannya ketika berinteraksi dengan teman yang berbeda agama dalam kelompoknya.

Belajar dirumah bersama Orangtua 1. Siswa mendiskusikan dengan orang tua

Menyanyikan salah satu lagu daerah untuk menumbuhkan nasionalisme,

Salam dan do’a penutup di pimpin oleh salah satu siswa

SUMBER DAN MEDIA

KOMPETENSI DASAR Muatan :IPS

Dengan bantuan gambar hasil kreasi sendiri, siswa dapat menjelaskan secara tertulis dan lisan perayaan hari besar keagamaan sebagai wujud keberagaman sosial, budaya, dan agama pada lanskap lokal sebagai identitas bangsa Indonesia. Dengan bantuan gambar tangan, siswa mampu menceritakan secara tertulis dan lisan tentang perayaan hari besar keagamaan sebagai wujud keberagaman sosial, budaya, dan agama pada lanskap lokal sebagai identitas bangsa Indonesia. Siswa diminta untuk belajar lebih banyak dan menggali berbagai sumber informasi tentang keberagaman umat beragama di daerahnya dan bagaimana umat beragama membangun persatuan di antara mereka.

Menyanyikan salah satu lagu daerah untuk menggaungkan nasionalisme, persatuan dan memajukan nasionalisme, persatuan dan toleransi.

Salam dan do’a penutup di pimpin oleh salah satu siswa

Buku Pedoman Guru Kelas 4 Tema 1 dan Buku Siswa Kelas 4 Tema 1 (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013). Melalui diskusi dan membaca, siswa mampu menjelaskan secara sistematis pengalaman menghormati makanan tradisional sebagai identitas bangsa Indonesia. Setelah berdiskusi dan membaca, siswa mampu mengkomunikasikan secara sistematis pengalaman penghormatan terhadap makanan tradisional sebagai identitas bangsa Indonesia.

MATERI 1. Kerja sama

Menulis

Tugas Mandiri

Menyanyikan salah satu lagu daerah untuk menumbuhkan nasionalisme, persatuan,

Salam dan do’a penutup di pimpin oleh salah satu siswa

Dengan menggali informasi dari berbagai sumber, siswa mampu menjelaskan keberagaman sosial di provinsi setempat serta jati diri bangsa Indonesia secara tertulis dan lisan. Dengan menggali informasi dari berbagai sumber, siswa mampu menyajikan keberagaman sosial yang ada di provinsi setempat sebagai jati diri bangsa Indonesia secara tertulis dan lisan. Selain itu, siswa diminta melengkapi hasil wawancaranya dengan berbagai sumber bacaan, seperti buku perpustakaan, koran, atau berbagai sumber dari Internet.

Menyanyikan salah satu lagu daerah untuk menumbuhkan nasionalisme, persatuan, dan

Salam dan do’a penutup di pimpin oleh salah satu siswa

Soal Latihan (Sesuai Kebutuhan)

Lembar Observasi Kegiatan SiswaSiklus I dan II Lembar Observasi Kegiatan Siswa

Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I dan II

Daftar Hadir Siswa Siklus I dan II

PERSURATAN

Gambar

Tabel 2.1:Sintaks Model Problem Based Learning (PBL)
Tabel  diatas  menunjukkan langkah-langkah  pembelajaran  yang  dilakukan  guru  dalam  model  PBL
Gambar 3.1: Siklus PTK Arikunto (2014: 16)  Adapun rencana dalam penelitian ini adalah :   1
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase  Skor kemampuan  berpikir kritis pada Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan keaktifan siswa yaitu Model Problem Based Learning (PBL). 4)

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning PBL terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SDN 37 Ampenan.. Jenis penelitian yang