• Tidak ada hasil yang ditemukan

“ PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARIG TERHADAP HIGH ORDER THIKIG SKILLS ( HOTS )

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "“ PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARIG TERHADAP HIGH ORDER THIKIG SKILLS ( HOTS ) "

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARIG TERHADAP HIGH ORDER THIKIG SKILLS ( HOTS )

SISWA KELAS XI SMA AL- MA’ARIF NU BODER "

oleh Fawait Hadi NIM 160108020

PROGRAM TADRIS FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM

2020

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN

Skripsi oleh : Fawait Hadi, NIM : 160108020 dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Higher Order Thinking Skills ( Hots ) Siswa Kelas Xi Sma Al-Ma’arif Nu Bonder” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal : ________________________

Pembimbing I

Dr. Bahtiar, M.Pd. Si NIP. 197807192005011006

Pembimbing II

Muhammad Kafrawi, M.Pd NIDN. 2002078603

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.dengan Judul skripsi adalah

“Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Higher Order Thinking Skills ( HOTS ) Siswa Kelas Xi Sma Al-Ma’arif Nu Bonder”. Shalawat dan salam tak lupa kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga dan pengikutnya. Proposal Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh untuk mendapatkan gelar sarjana. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi- tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah membantu yaitu kepada :

1. Ketua program studi tadris fisika UIN Mataram yaitu bapak Dr.Bahtiar, M.Pd.Si. selaku dosen pembimbing I yang telah memberi bimbingan dan motivasi.

2. Sekertaris program studi tadris fisika UIN Mataram yaitu bapak Ahmad Zohdi, M.Ag

3. Bapak Muhammad Kafrawi, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan koreksi mendetail, secara terus menerus dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dan menjadikan proposal skripsi ini lebih matang dan cepat selesai dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai kalangan. Amin.

Mataram, 30 Juni, 2020

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... v

PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….viii

KATA PENGANTAR ... .ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL………...xiii

DAFTAR LAMPIRAN………...xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Oprasional ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

B. Kerangka Berpikir... 12

C. Hipotesa Peneliitian ………. 14

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 15

A. Jenis Penelitian ... 15

B. Populasi dan Sampel ... 15

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

D. Variable Penelitian ... 16

E. Desain Penelitian ... 16

F. Instrument Penelitian ... 17

(6)

G. Teknik Pengumpulan Data/Prosedur Pene;itian ………... 18

H. Teknik Analisis Data... 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...27

A. Hasil Penelitian ... 27

B. Pembahasan ... 37

BAB V PENUTUP ... 42

A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA

(7)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARIG TERHADAP HIGH ORDER THIKIG SKILLS ( HOTS ) SISWA KELAS XI

SMA AL-MA’ARIF NU BODER Oleh :

Fawait Hadi NIM 160108020

Abstrak

Pendidikan merupakan hal yang sangatlah pokok dalam kehidupan sehari- hari karena, pendidikan sangatlah penting bagi kita semua, terlebih kepada generasi muda bangsa ini.

Fisika merupakan sebuah disiplin ilmu yang focus membahas mengenai teori-teori dan rumus-rumus baik itu dalam dalam materi fisika maupun kehidupan sehari-hari.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau sering disebut juga HOTS (High Order Thinking Skills), dapat membuat seorang individu menafsirkan, menganalisis atau memanipulasi informasi yang dapat diketahui dari kemampuan siswa pada tingkat analisis, sintesis dan evaluasi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat saja, akan tetapi memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif dan dirasa efektif yang memberi kondisi belajar aktif kepada siswa dalam kondisi dunia nyata. Pembelajaran berbasis masalah selanjutnya juga disingkat model PBM merupakan salah satu pembelajaran yang didukung oleh teori konstruktivisme. Hal tersebut berkaitan dengan pembelajaran berbasis masalah yang mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah disekitar lingkungan belajar siswa.

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangatlah pokok dalam kehidupan sehari-hari karena, pendidikan sangatlah penting bagi kita semua, terlebih kepada generasi muda bangsa ini. Pembelajaran merupakan suatu cara atau proses membelajarkan kepada siswa yang dirancang, dilaksanakan, dan di evaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan guna memberikan pemahaman kepada siswa dari yang belum tau menjadi tau.

Fisika merupakan sebuah disiplin ilmu yang focus membahas mengenai teori-teori dan rumus-rumus baik itu dalam dalam materi fisika maupun kehidupan sehari-hari. Ilmu dasar, seperti misalnya fisika, adalah sesuatu yang sangat penting untuk menunjang berbagai disiplin ilmu yang lain. Oleh sebab itu baik dalam usaha kita menekuni bidang ilmu yang bersifat ilmu murni maupun terapan, penguasaan ilmu dasar merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau sering disebut juga HOTS (High Order Thinking Skills), dapat membuat seorang individu menafsirkan, menganalisis atau memanipulasi informasi yang dapat diketahui dari kemampuan siswa pada tingkat analisis, sintesis dan evaluasi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat saja, akan tetapi memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Salah satu cara

(9)

untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi terhadap siswa adalah ketika siswa dihadapkan dengan suatu masalah yang belum mereka temui sebelumnya, disinilah proses berpikir tingkat tinggi siswa akan terlatih. Model pembelajaran yang dipilih guru pun berperan penting dalam melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

High Order Thinking Skills (HOTS) teramat diperlukan oleh siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengatasi suatu masalah dalam pembelajaran. Hasil temuan menunjukkan bahwa masih banyak sekali Siswa Kelas XI SMA AL-Ma’arif NU Bonder yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep fisika dengan cara penyampaian yang disampaikan oleh guru, yang menurut mereka sangat rumit. Salah satu model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir siswa atau HOTS melalui penyelesaian masalah yaitu Problem Based Learning (PBL).

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti di SMA AL- Ma’arif NU Bonder khususnya pada siswa kelas XI, bahwa ketika proses pembelajaran fisika berlangsung mereka hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja, jika guru memberikan pertanyaan, siswa cenderung tidak memberikan respon. Sebagian besar dari mereka juga masih banyak yang belum terlalu memahami bacaan-bacaan serta teori-teori yang ada dalam pembelajaran fisika. Hal tersebutlah yang mempengaruhi hasil belajar mereka, di mana standar KKM yang telah ditetapkan di sekolah tersebut yaitu 70.00 Namun hasil belajar mereka hanya 60.65 saja, tidak sesuia dengan apa yang di tetapkan oleh sekolah tersebut. Keadaan sepeti ini tidak dapat dibiarkan terus

(10)

menerus terjadi. Karena keberhasilan hasil belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan pemahaman dan keaktifan dalam kelas yang mereka miliki.

Salah satu cara yang bisa mengatasi masalah dalam proses belajar mengajar tersebut dapat diterapkan suatu model pembelajaran problem based learning dimana model pembelajaran ini menggunakan strategi dengan menghadapkan deengan masalah terlebih dahulu.

Dalam suatu proses pembelajaran siswa tidak terlalu didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Proses pembelajaran di kelas diarahkan pada kemampuan untuk menghafal informasi melalui penyampaian dari guru. Siswa memang memiliki sejumlah pengetahuan, namun banyak pengetahuan itu diterima dari guru sebagai informasi, sedangkan mereka sendiri tidak dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan atau informasi itu, akibatnya pengetahuan itu tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari sehingga cepat terlupakan. Untuk mencapai tujuan tersebut pendidik dapat menggunakan model pembelajaran inovatif. Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dirasa dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL merupakan suatu model pembelajara dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan dirinya.

(11)

Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif dan dirasa efektif yang memberi kondisi belajar aktif kepada siswa dalam kondisi dunia nyata. Pembelajaran berbasis masalah selanjutnya juga disingkat model PBM merupakan salah satu pembelajaran yang didukung oleh teori konstruktivisme. Hal tersebut berkaitan dengan pembelajaran berbasis masalah yang mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah disekitar lingkungan belajar siswa.

Model PBL memiliki beberapa keunggulan, yaitu 1) kegiatan pemecahan masalah siswa dapat membangkitkan kemampuan berpikir kritis, 2) meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan 3) siswa memiliki peluang untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya ke dunia nyata.

Dalam hal ini PBL didesain dengan mengkonfrontasi pebelajar dengan masalah-masalah kontekstual atau nyata, yang berhubungan dengan materi pembelajaran sehingga siswa juga mengatahui mengapa mereka belajar kemudian mengidentifikasi masalah dan mengumpulkan informasi dari sumber belajar, lalu mendiskusikan bersama rekan-rekan untuk mendapatkan solusi masalah sekaligus mencapai tujuan pembelajaran.

Proses pembelajaran yang dilakukan tidak pernah terlepas dari peran utama dari seorang guru, proses pembelajaran yang hanya dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dan hanya menunngu informasi dari guru, tanpa ada usaha dari siswa untuk diberikan tanggung jawab untuk mencari informasi ataupun memcahkan masalahnya sendiri.

(12)

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan Judul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap High Order Thinking Skills siswa Kelas XI SMA AL- Ma’arif NU Bonder”

B. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

Apakah ada Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap High Order Thinking Skills siswa Kelas XI SMA AL-Ma’arif NU Bonder?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu :

Untuk mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap High Order Thinking Skills siswa Kelas XI SMA AL- Ma’arif NU Bonder.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah :

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi manfaat secara teoritis maupun praktis

1. Manfaat Teoritis

Untuk dijadikan rujukan teori bagi penelitian-penelitian selanjutnya

(13)

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan positif dan masukan kepada semua pihak yang berkaitan dalam dunia pendidikan terutama meningkatkan hasil belajar fisika, terutama bagi:

a. Siswa

Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan High Order Thinking Skills (HOTS) Siswa pada mata pelajaran Fisika.

b. Guru

Memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam menggunakan metode ataupun model pembelajaran khususnya dalam pembelajaran Fisika agar meningkatkan kualitas guru dalam mengajar.

c. Peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi peneliti untuk terus belajar dan menambah wawasan.

E. Definisi Operasional

1. Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) adalah rangkaian aktivitass pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Model ini dapat diimplementasikan di lingkungan belajar yang konstruktivistik.

2. PBL merupakan suatu model pembelajara dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun

(14)

pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan dirinya.

3. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah ketika siswa dihadapkan dengan suatu masalah yang belum pernah ditemui sebelumnya, disinilah proses berpikir tingkat tinggi siswa akan terlatih HOTS sangat cocok diajarkan dengan model PBL

(15)

BAB II

Kajian Pustaka dan Hipotesa Penilaian A. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model PBL adalah cara membangun dan mengajar kursus menggunakan masalah sebagai stimulus dan fokus untuk kegiatan siswa (Boud

& Feletti, 2013). Tahap model PBL terdiri atas 5 tahap, yaitu 1) mengorientasikan siswa kepada masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah1.

Pembelajaran dengan model PBL diawali dengan sebuah masalah yang menggunakan instruktur sebagai pelatihan metakognitif dan diakhiri dengan penyajian serta analisis kerja siswa dibiasakan menyelesaikan masalah, maka akan melatih kemampuan berpikirnya 2.

Model PBL memiliki kelebihan, yaitu 1) kegiatan pemecahan masalah siswa dapat membangkitkan kemampuan berpikir kritis, 2) meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan 3) siswa memiliki peluang untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya ke dunia nyata.3

1 Murni Ramlin Susilowati, Sajidan, ‘Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah Negeri Di Kabupaten Magetan’, Seminar Nasional Pendidikan Sains (Snps). Issn 2527-5917, 21.2 (2017), 223–31.

2Mujasam Mujasam, Irfan Yusuf, and Sri Wahyu Widyaningsih, ‘Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Higher Order Thinking Skills Peserta Didik Thinking’, 2018.

3 Dian Kurniati ,Romi Harimukti 1, Nur Asiyah Jamil,’ Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Smp Di Kabupaten Jember Dalam Menyelesaikan Soal Berstandar Pisa’, 2016

(16)

Model PBL ini juga memiliki kekurangan, yaitu 1) Jika siswa berfikir bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka siswa tidak mempunyai keyakinan untuk mencoba. 2) Membutuhkan cukup untuk persiapan. 3) Siswa tidak akan belajar jika tidak ada keinginan untuk memecahkan permasalahan yang sedang dipelajari.

Melalui pembelajaran dengan model Problem Based Learning siswa mampu mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir juga dapat diasah dengan pembelajaran diskusi maupun berbasis research Keterampilan High Order Thinking Skill (HOTS) siswa dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen dengan baik, mampu memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi penjelasan, mampu berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks menjadi lebih jelas4.

Tahapan pada model PBL ini sesuai dengan teori konstruktivisme, karena siswa dapat membangun ide, pemahaman dan memberikan makna pada informasi dan peristiwa yang dialami.56

B. High Order Thinking Skills (HOTS)

Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau sering disebut juga HOTS (High Order Thinking Skill), dapat membuat seorang individu menafsirkan,

4Agus Suyatna Dian Purnamawati, Chandra Ertikanto, ‘Keefektifan Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri Untuk Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi P-ISSN: 2303-1832, 06.2 (2017), 209–19.

5Zamsir , Anwar Bey,’Asesmen Dalam Mata Pelajaran Matematika Dengan Menggunakan Soal Higer Order Thinking Skills’, 2019

6 Rahma Diani1, Ardian Asyhari2,dan Orin Neta Julia,’Pengaruh Model Rms (Reading, Mind Mapping And Sharing) Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Pada Pokok Bahasan Impuls Dan Momentum’, 2018

(17)

menganalisis atau memanipulasi informasi yang dapat diketahui dari kemampuan peserta didik pada tingkat analisis, sintesis dan evaluasi.

Kemampuan tingkat tinggi HOTS (high order thingking skill) merupakan kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh seorang siswa, terutama dalam bidang pelajaran fisika. Dalam proses menyelesaikan masalah siswa dituntut untuk dapat berpikir mendasar serta kreatif7.8

Kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thingking skill) (HOT S) adalah salah satu kemampuan matematis seseorang yang menghubungkan pengetahuan dan pengalamannya untuk dapat memecahkan suatu permasalah an secara kreatif dan kritis secara mendalam.910

Keterampilan high order thingking skill (HOTS) (pada ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom yang sudah direvisi terbagi menjadi enam tingkatan: mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mengkreasikan (C6). Tiga level pertama terdiri dari C1, C2, dan C3 yang merupakan tingkatan Lower Order Thinking Skills (LOTS), sedangkan tiga level berikutnya terdiri dari C4, C5, dan C6 yang merupakan tingkatan HOTS. Soal HOTS pada ranah kognitif meliputi tingkatan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mengkreasi

7Yuni Hajar And Others, ‘Analisis Kemampuan High Order Thinking ( HOT )’, 1.3 (2018), 453–58.

8Etika Prasetyani, Yusuf Hartono, dan Ely Susanti,’Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas Xi Dalam Pembelajaran Trigonometri Berbasis Masalah Di Sma Negeri 18 Palembang’, 2016

9Budi Santoso,’ Higher Level Thingking Skills Training Learning Through Inquiry On Topic Biotechnology’,2019

10Ika Kartikasari, M. Rusdi, Rayandra Asyhar, ‘ Konstruksi dan Validasi Model Desain Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa’,

(18)

(C6).Jenis soal pre-test/post-test yang digunakan untuk mengukur keterampilan HOTS siswa adalah soal essay yang berjumlah 6 butir. Soal HOTS perlu disusun dengan memperhatikan aspek kognitif yang akan dicapai selama kegiatan pembelajaran.Soal essay digunakan untuk mengukur keterampilan HOTS karena siswa.1112

Keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan suatu keterampilan berpikir yang tidak hanya membutuhkan keterampilan mengingat saja, namun membutuhkan keterampilan lain yang lebih tinggi, seperti keterampilan berpikir kritis13. Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisisis informasi didapatkan melalui pengamatan, pengalaman, komunikasi, dan membaca14.

Keterampilan berpikir kritis adalah proses kognitif siswa dalam menganalisis secara sistematis dan spesifik masalah yang dihadapi, membedakan masalah tersebut secara cermat dan teliti, serta mengidentifikasi dan mengkaji informasi guna merencanakan strategi pemecahan masalah.

Orang yang mampu berpikir kritis adalah orang yang mampu menyimpulkan apa yang diketahuinya, mengetahui cara menggunakan informasi untuk

11Nurdinah Hanifah,’ Pengembangan instrumen penilaian Higher Order Thinking Skill (HOTS) di sekolah dasar’, 2019

12Siti Hamidah, Sri palupi, dan Yuriani,’Manajemen Pembelajaran Soft Skills Berpikir Tingkat Tinggi Berbasis Pbl Bidang Patiseri’, 2018

13 Gunawan Sadam Husein, Lovy Herayanti, ‘Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Terhadap Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Suhu Dan Kalor’, Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi. Issn:2407-6902, I.3 (2015), 1–6.

14 Adi afri anto, R. Wakhid Akhdinirwanto, siska desy Fatmaryanti,”Pemanfaatan model pembelajaran Problem posing untuk peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa Di SMP Negeri 27 Purwerejo”,Radiasi, Vol. 2, November 2013, hlm. 5.

(19)

memecahkan permasalahan, dan mampu mencari sumber-sumber informasi yang relevan sebagai pendukung pemecahan masalah15.

C. Kerangka Berfikir

Keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu: menghafal (recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical thinking) dan kreatif (creative thinking) (Krulik & Rudnick, 1999). Presseisen mengemukakan keterampilan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif(

Costa, 1985). Ennis membagi indikator keterampilan berpikir kritis menjadi lima kelompok (Costa, 1985) yaitu; a) memberikan penjelasan sederhana, b) membangun keterampilan dasar, c) menyimpulkan, d) membuat penjelasan lebih lanjut, serta e) mengatur strategi dan taktik.

High Order Thinking Skill (HOTS) adalah keterampilan berfikir tingkat tinggi yang menuntut pemikiran secara kritis, kreatif, analitis, terhadap informasi dan data dalam memecahkan permasalahan. Berfikir tingkat tinggi merupakan jenis pemikiran yang mencoba mengeksplorasi pertanyaan- pertanyaan mengenai pengetahuan yang ada terkait isu-isu yang tidak didefinisIkan dengan jelas dan tidak memiliki jawaban yang pasti.

Mengembangkan pemikiran kritis menuntut latihan menemukan pola, menyusun penjelasan, membuat hipotesis, melakukan generalisasi, dan mendokumentasikan temuan-temuan dengan bukti .Hal ini menunjukkan

15Nyai Cintang Mira Azizah, Joko Sulianto, ‘Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Pada Pembelajaran Matematika Kurikulum 2013’, Jurnal Penelitian Pendidikan.Issn 2503-1260, 35.1 (2018), 1–10.

(20)

bahwa pembelajaran yang memicu siswa untuk berfikir tingkat tinggi menuntut penggunaan strategi pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif, sehingga siswa memiliki kesempatan untuk mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.

Gambar 1.1 Diagram Kerangka Berpikir

N K Rahayu, I B P Mardana, I N P Suwindra

“Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Higher order thingking Skill

peserta didik”

Ni Made Suci Indrawati, Putu Nanci Riastini, I Made

Suarjana

“Pengembangan Pembelaaran Berbasis HOTS di Sekolah

Dasar kelas V ”

Kekurangan :

Penelitian ini membutuhkan proses yang cukup lama karena merupakan penelitian tindakan kelas.

Kelebihan :

Mengenai penerapan model pembelajaran PBL

Kekurangan :

Penelitian ini membutuhkan proses yang cukup lama karena merupakan penelitian tindakan kelas.

Kelebihan :

Dapat mengetahui penggunaan metode PBL dalam pembelajaran Sains.

Kekurangan :

Penelitian ini membutuhkan proses yang cukup lama karena merupakan penelitian tindakan kelas.

Kelebihan :

Mengenai penerapan materi

Dari beberapa penelitian yang sudah dilakuakan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Higher Order Thinking Skills ( HOTS ) Siswa Kelas XI SMA Al-Ma’arif NU Bonderkarena belum ada yang melakuaka n penelitian ini.

Mendeskripsikan Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap High Order Thinking Skills ( Hots ) Siswa Kelas XI SMA Al-Ma’arif NU Bonder

Rizki Annisa, dkk

“Analisis kemampuan High Order Thingking (HOT) siswa SMP Negeri

Di Kota Cimahi”

(21)

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian atau dugaan sementara penelitian ini yakni :

Ho= Tidak ada pengaruh Problem Based Learning Terhadap High Order Thinking Skills( Hots ) Siswa Kelas XI SMA Al-Ma’arif Nu Bonder Ha= Ada pengaruh Problem Based Learning Terhadap High Order Thinking

Skills( Hots ) Siswa Kelas Xi Sma Al-Ma’arif NU Bonder

(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian eksperimen dengan desain quasi experiment desing. Quasi eksperimental desing merupakan metode penelitian eksperimen dengan desain yang memiliki kelompok kontrol.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesa yang telah ditetapkan. Penelitian ini dilaksanakan untuk mencari seberapa besar pengaruh problem based learning terhadap high order thinking skills ( HOTS ) siswa kelas XI SMA Al-ma’arif NU Bonder.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMA Al- ma’arif NU Bonder tahun pelajaran 2019/2020

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah Cluster Random Sampling adalah pengambilan sampel secara

(23)

acak pada kelompok populasi yang homogen. Untuk kelas eksperimen XI IPA 2 dan untuk kelas kontrolnya XI IPA 1.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu : Dari tanggal 02-27 Desember 2020 Tempat : SMA Al-ma’arif NU Bonder D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat (nilai dari orang), obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini, terdapat tiga variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, yang dimana variabel bebasnya adalah pengaruh model pembelajaran problem based learning (X), dan variabel terikatnya adalah keterampilan High Order Thinking Skills (HOTS) Siswa siswa kelas XI IPA (Y).

E. Desain Penelitian

Desain penelitian yang di gunakan adalah pretest-postest only control group design. Kelompok eksperimen dalam penelitian ini diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran problem based lerning (X1), sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013 (X2), Selanjutnya setelah perlakuan kedua kelompok diberikan tes sebagai tes awal dan tes akhir. Tes awal untuk kelas eksperimen (O1) tes awal untuk kelas kontrol (O3), sedangkan tes akhir untuk kelas eksperimen (O2)

(24)

dan kelas kontrol (O4). Hasil tes awal dan tes akhir dianalisis untuk melihat apakah terdapat pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap High Order Thinking Skills (HOTS) Siswa, dan apakah terdapat peningkatan High Order Thinking Skills (HOTS) Siswa melalui model pembelajaran problem based learning.

Tabel 3.1 Desain penelitian.

Kelas Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O1 X1 O3

Kontrol O2 X2 O4

Keterangan :

O1 = Pre-test yang diberikan kepada kelompok eksperimen sebelum perlakuan.

O2 = Post-test yang diberikan kepada kelompok kontrol setelah perlakuan.

O3= Posttes yang diberikan kepada kelompok eksperimen O4= Posttes yang diberikan kepada kelompok kontrol

X1 = perlakuan di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran problem based learning

X2 = perlakuan di kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013.

F. Instrumen Penelitian

Instrument penenlitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya

(25)

lebih baik. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan High Order Thinking Skills (HOTS) dalam bentuk tes pemahaman konsep yang berupa soal essay. Soal yang diberikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama tetapi nomor soal pada soal posttest diacak. Soal tes pemahaman konsep diberikan sebelum dan setelah siswa mempelajari materi Fluida.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kemampuan Higher Order Thinking Skills (HOTS)

No. Indikator High Order Thinking Skills

Indikator kompetensi

Butir soal

No soal

Ranah kognitif 1. Menganalisis Menganalisis

prinsip kerja sayap pesawat terbang.

2 4,5 C6

2. Mensintesis Merumuskan kecepatan aliran air mengunakan

venturimeter.

1 2 C5

3. Menyimpulkan Menerapkan prinsip bernouli dalam kehidupan sehari- hari.

2 1,3 C4

G. Teknik Pengumpulan Data/Prosedur Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan tes dan observasi.

(26)

1.Tes

Adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

2.Observasi

Obsevasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis.16 Observasi ini digunakan untuk memperoleh/mengumpulkan data awal penelitian.

3.Wawancara

Penelitian menggunakan wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana penelitian tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.17 Wawancara tidak terstruktur digunakan untuk memperoleh data observasi awal dari guru tentang kemampuan High Order Thinking Skills siswa.

4.Teknik Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang- barang tertulis. Teknik dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada.18 Teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah instrumen penelitian untuk mendapatkan data berupa

16 Sugiyono, hlm.203

17 Sugiyono, hlm.197

18 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatatif dan R&D.

(Bandung: Alfabeta, 2016), hlm,103

(27)

arsip-arsip atau barang-barang tertulis seperti data tentang data guru, keadaan sekolah, data siswa, serta foto pada saat penelitian di SMA AL- Ma’arif NU Bonder.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji tes soal a. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat ke validan atau kesahitan suatu instrument.19 Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Validitas butir soal didapat dengan cara mengkorelasikan setiap butir pertanyaan dengan skor total. Skor butir soal dianggap sebagai X dan skor total total dianggap sebagai Y. Untuk menguji validitas instrumen tes hasil belajar digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut:

� = √{�∑ − ∑�∑ − ∑}+{√{�∑ − ∑ (3.1) Keterangan :

Rxy = koefisien korelasi pearson X = butir setiap soal

Y = jumlah skor setiap siswa N = jumlah peserta tes

19 Ibid., Hlm. 211.

(28)

Tabel 3.3 Kriteria validitas Koefisien korelasi Kriteria

0,80-1,00 Sangat Tinggi

0,60-0,80 Tinggi

0,40-0,60 Cukup

0,20-0,40 Rendah

0,00-0,20 Sangat Rendah

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliebel artinya dapat dipercaya.

Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas instrument tes ini adalah rumus alfa cronbach, yaitu :

�� = { −∑�} (3.2) Keterangan :

�� = Realibilitas Instrumen

k = banyaknya butir item yang digunakan 1 = bilangan konstan

� = varian skor total

∑� = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item

(29)

Tabel 3.4 klasifikasi reliabilitas Koefisien Korelasi Kriteria

0,80-1,00 Sangat Tinggi

0,60-0,80 Tinggi

0,40-0,60 Cukup

0,20-0,40 Rendah

0,00-0,20 Sangat Rendah

c. Uji tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks. Untuk menghitung taraf/indeks kesukaran tiap butir soal dapat digunakan rumus:

=

(3.3)

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab benar

� = Jumlah seluruh siswa peserta tes

(30)

Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran Kriteria

0,00-0,30 Sukar

0,30-0,70 Sedang

0,70-1,00 Mudah

d. Uji daya pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan anatara siswa yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah, dan juga bisa membedakan siswa yang menguasai materi dan tidak mengusai materi. Rumus untuk menghitung daya pembeda soal adalah.

= (3.4)

Keterangan :

DP = Indeks Daya Pembeda

� = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

� = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar

� = Banyaknya peserta tes kelompok atas

� = Banyaknya peserta tes kelompok bawah

(31)

Tabel 3.6 Kriteria Acuan Daya Pembeda

DP-0,00 Sangat Jelek

0,00-0,20 Jelek

0,20-0,40 Cukup

0,40-0,70 Baik

0,70-1,00 Sangat Baik

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data kuantitatif. Pengolahan data untuk penelitian dengan pendekatan kauntitatif adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumusan tertentu. 20 Selain itu pengolahan data juga dilakukan dengan bantuan program SPSS tipe/versi 17.21 SPSS merupakan sebuah program aplikasi komputer yang digunakan untuk membuat analisis statistika22.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan sebaran data menjadi suatu asumsi atau yang menjadi syarat untuk memerlukan jenis statistik apa yang dipakai dalam menganalisis. Apabila sebaran data suatu penelitian tidak berdistribusi normal.

� = ∑ �− � (3.5)

20 Sofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif (jakarta : kencana, 2013), hlm. 86.

21 Ibid., hlm. 183

22 Zul Anwar Agus Jayadi, ‘Pemanfaatan Aplikasi SPSS Untuk Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa Mengolah Data Statistik’, Jurnal Vasionary, 2.4 (2017), 112.

(32)

Keterangan:

X2 = Chi Square

Oi = Frekuensi Observasi Ei = Frekuensi Harapan

Data terdistribusi normal jika � hitung < � tabel 5% atau 0,05 dengan derajat kebebasan, dk = k – 1, dimana k menyatakan jumlah kelas interval, sedangkan data tidak terdistribusi normal jika � hitung ≥ � tabel.

3. Uji homogenitas

Uji homogenitas dipergunakan untuk membuktikan apakah kedua sampel yang menjadi objek penelitian homogen atau tidak. Maka uji homogenitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji F yaitu: 23

= =� � � � �

� � � � � � (3.6)

Kriteria pengambilan keputusan.

Jika Fhitung < Ftabel, maka data homogen.

Jika Fhitung Ftabel, maka data homogen.

4. Uji Hipotesis

Setelah data terbukti normal dan homogen, selanjutnya melakukan uji hipotesis mengguakan Uji t. Pengujian untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendekatan saintifik berbasis eksperimen terhadap

23Ibid, hlm. 63-64.

(33)

pemahaman konsep fisika siswa kelas XI di SMA AL-Ma’arif NU Bonder. Adapun rumus uji t yang digunakan yaitu sebagai berikut :

� = X −X

+ � ���� ����� (3.7)

� = (� − ) + � −

� +� − + � ����� (3.8)

1)Bila jumlah anggota sampel n1 = n2, dan varian homogen (σ2 = σ2) maka dapat digunakan rumus t-test baik untuk seperated, maupun pool varian, (rumus separated varian dan pooled varian). Untuk melihat harga ttabel digunakan derajat kebebasan (dk), dk = n1 + n2 2.

2)Bila n1 ≠ n2, varian homogen (σ2 = σ2 ) maka dapat digunakan rumus t-tes dengan pool varian (pooled varian), dk = n1 + n2– 2.

3)Bila n1 = n2, varian tidak homogen (σ2 ≠ σ2 ) dapat digunakan rumus separated varian dan pooled varian; dk = n1 – 1, atau n2 – 1. Jadi dk bukan

dkn

1

n

2

 2

(Phophan, 1973).

4)Bila n1 ≠ n2, varian tidak homogen (σ2 ≠ σ2 ). Untuk ini digunakan t- tes dengan sparated varian, harga t sebagai pengganti ttabel dihitung dari selisih harga t tabel dengan

dkn

1

 1

dan

dkn

2

 1

) dibagi dua, dan kemudian ditambahkan dengan harga t yang terkecil.

Pengujian hipotesis digunakan analisis uji-t, jika thitung lebih besar ttabel ,maka Ho di tolak.

(34)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

1. Pengumpulan dan Penyajian Data

Pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu, dengan cara metode tes dan dokumentasi. Metode tes digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar siswa, dan dokumentasi untuk mendapatkan data tentang keadaan siswa di SMA Al-Ma’arif NU Bonder.

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh penelitian ini untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan dua cara yaitu, dengan metode tes untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa dan metode dokumentasi untuk mendapatkan data tentang siswa SMA Al-Ma’arif NU Bonder, Adapun langkah-langkah pegumpulan data dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Metode Tes

Dalam pengumpulan data hasil belajar siswa pelajaran 2019/2020. Peneliti memberikan dua tes yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest), tes yang digunakan yaitu berupa soal essay yang berjumlah 6 butir, dengan tindakan soal yang di ukur mulai dari C4 - C6 tentang Fluida Dinamis. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 56 siswa yang di ambil dari 2 kelas yang berbeda-beda yang dibagi

(35)

menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol, pemberian tes ini dilaksanakan satu hari untuk tes awal (pretest)pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dan satu hari untuk tes akhir (posttest)pada kelas eksperimen dan kelas control, di SMA Al-Ma’arif NU Bonder tahun ajaran 2019/2020.

2) Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data sekunder keadaan siswa, di sekolah SMA Al-Ma’arif NU Bonder tahun pelajaran 2019/2020. Pengumpulan data dengan cara dokumentasi ini dilaksanakan selama satu hari, di sekolah SMA AL- Ma’arif NU Bonder tahun pelajaran 2019/2020.

a. Penyajian Data

Dalam suatu penelitan, penyajian suatu data sangat penting. Karena penyajian data merupakan salah satu bukti bahwa kita sudah melaksanakan penelitian, disamping itu juga sebagai penunjang keberhasilan dalam penelitian. Sebelum melakukan penyajian dan analisis data akan dijelaskan terlebih dahulu variabel dalam penelitian ini, ada 2 variabel yaitu variabel (x) merupakan kelas eksperimen dan variabel (y) merupakan kelas kontrol, pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan instrument tes dan memperoleh suatu hasil akhir dari hasil belajar siswa yang menjadi responden dari subyek penelitian ini. Adapun data-data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:

(36)

Tabel 4.1

Statistik data kelas eksperimen dan kelas kontrol

No. Statistik Kelas eksperimen Kelas kontrol

1. Banyak data 27 29

2. Mean 63,07 53,75

3. Standar Deviasi 11,82 10,90

4. Varians 139,84 118,90

5. Minimum 40 35

6. Maximum 85 75

7. Skor Ideal Terendah 0 0

8. Skor Ideal Tertinggi 100 100

Pada tabel 4.1 di atas menunjukkan nilai statistik deskriptif perolehan nilai hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, berdasarkan tabel 4.1 di atas, maka di peroleh data pada kelas eksperimen dengan banyak responden 27 siswa yang diberikan perlakuan model pembelajaran problem based learning di peroleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 63,07, standar deviasi sebesar 11,82 dan variansi sebesar 139,84, pada nilai hasil belajar siswa di peroleh nilai minimum sebesar 40 dari skor ideal terendah 0 dan nilai maksimum sebesar 85 dari skor ideal tertinggi 100.

Sedangkan pada kelas kontrol di peroleh data nilai hasil belajar siswa dengan banyak responden 29 siswa yang tidak diberikan perlakuan model pembelajaran problem based learning, diperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebesar 53,75, standar deviasi sebesar 10,90 dan varians sebesar 118,90. Pada nilai hasil belajar siswa diperoleh nilai minimum sebesar 35 dari skor ideal terendah 0 dan nilai maximum sebesar 75 dari skor ideal tertinggi 100.

(37)

Sehingga data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dikategorikan dan di sajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang berikut ini:

1) Kelas Eksperimen

Pada kelas eksperimen data nilai hasil belajar siswa dapat disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan kategori yang telah ditentukan sebagai berikut:

Tabel 4.2

Kategori Kelas Eksperimen

No. Skor Kategori Frekuensi

1. 0-19 Sangat rendah 0

2. 20-39 Rendah 0

3. 40-59 Sedang 9

4. 60-79 Tinggi 15

5. 80-100 Sangat tinggi 3

Jumlah 27

Berdasarkan data nilai hasil belajar siswa kelas eksprimen pada table 4.2, maka data dapat disajikan dalam bentuk diagram batang berikut:

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 0 –19 20 –39 40 –59 60 –79 80 –

100

40 59 Sedang 60 –79 Tinggi 80 100 Sangat Tinggi

(38)

Berdasarkan tabel dan diagram batang di atas dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar pada kelas eksperimen atau subjek penelitian yang diberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning menunjukkan bahwa ada 9 orang siswa yang memperoleh hasil belajar dengan kategori sedang, 15 orang siswa yang memperoleh hasil belajar dengan mategori tinggi, dan 3 orang siswa yang memeproleh hasil belajar dengan kategori sangat tinggi, dan tidak terdapat siswa yang memiliki hasil belajar yang rendah.

2) Kelas kontrol

Pada kelas kontrol data nilai hasil belajar siswa dapat di disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan kategori yang telah di tentukan sebagai berikut:

Tabel 4.3

Kategori kelas kontrol

No. Skor Kategori Frekuensi

1. 0-19 Sangat rendah 0

2. 20-39 Rendah 2

3. 40-59 Sedang 18

4. 60-79 Tinggi 9

5. 80-100 Sangat tinggi 0

Jumlah 29

Berdasarkan data nilai hasil belajar siswa kelas kontrol pada table 4.3, maka data dapat disajikan dalam bentuk diagram batang berikut:

(39)

Berdasarkan tabel dan diagram batang di atas dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar pada kelas kontrol atau subjek penelitian yang tidak diberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning menunjukkan bahwa ada 2 orang siswa yang memperoleh hasil belajar dengan kategori rendah, 18 orang siswa yang memperoleh hasil beajar dengan kategori sedang, dan 9 orang siswa yang memperoleh hasil belajar dengan kategori tinggi, dan tidak terdapat siswa yang memiliki hasil belajar yang sangat tinggi.

3. Hasil Analisis Data

Pada penelitian kuantitatif, analisis data adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti setelah semua data dari responden terkumpul.Analisis data yang dilakukan peneliti yaitu tentang analisis hasil belajar siswa pada materi fluida dinamis yang di terapkan dengan menggunakan pembelajaran problem based learning. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan sebelumnya yaitu: pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap keterampilan high order

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 0 19 20 39 40 59 60 79 80

100

20 –39 Rendah 40 59 Sedang 60 79 Tinggi

(40)

thinking skills ( HOTS ) siswa kelas XI IPA pada materi Fluida Dinamis.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebelum melakukan uji t-test, sebagai peneliti terlebih dahulu melakukan analisis belajar dan uji prasyarat analisis hipotesis yaitu:

a. Analisis Hasil Belajar

1) Data hasil tes awal (pre-test)

Pengambilan data untuk pre-test ini menggunakan instrument berupa soal essay sebanyak 6 butir soal, pre-test diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, berikut data hasil pre-test siswa kelas eksperimen:

Tabel 4.4

Data Hasil pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol

No. Sampel n ∑ � ∑ �2 �̅ S2 Nilai

Max

Nilai Min

1. Kelas

eksperimen

27 712 2154 26,37 105,319 50 8 2. Kelas kontrol 29 717 19807 24,72 71,717 45 9

2) Data Hasil Akhir (post-test)

Setelah di terapkan perlakuan pada masing-masing kelas sampel’, kemudian masing-masing kelas sampel di berikan post-test, post-test diberikan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan, berkut data hasil post-test siswa kelas kontrol:

(41)

Tabel 4.5 Data Hasil Post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol No. Sampel Jumlaah

siswa

∑ � ∑ �2 �̅ S2 Nilai

max

Nilai Min 1. Kelas

eksperimen

27 1703 111051 63,07 139,84 85 40 2. Kelas

kontrol

29 1559 87139 53,75 118,90 75 35

Berdasarkan tabel di atas, secara umum dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa dari tes awal dan tes akhir yang diberikan diperoleh nilai rata- rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata kelas kontrol.

Untuk memperjelas gambaran perbandingannya dapat dilihat pada diagram batang berikut ini:

Gambar 4.1 Diagram Batang perbandingan presentase skor rata-rata pre- test dan post-test hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Berdasarkan hasil gambar diagram batang di atas, dapat di simpulkan bahwa data skor rata-rata pre-test kelas kontrol sebesar 24,72, sedangkan kelas eksperimen sebesar 26,37 kemudian berdasarkan hasil post-test diperoleh data skor rata-rata kelas kontrol sebesar 53,75, sedangkan kelas eksperimen sebesar 63,07 dari skor ideal tertinggi.

0 20 40 60 80

pre- test post-test

Rata-rata

Sumber Data

kelas eksperimen kelas kontrol

(42)

b. Analisis Uji Prasyarat 1) Uji Normalitas

Dalam analisis data harus mensyaratkan data berdistribusi normal karena merupakan bagian dari statistik inferensial jenis parametik. Data skor total nilai tes siswa kelas eksperimen dan kelas control dapat di uji kenormalannya dengan menggunakan Microsoft Excel dengan hasil dapat ditunjukkan ada tabel berikut:

Tabel 4.6 Uji Normalitas

No. Statistik X2hitung X2tabel df A

1. Eksperimen 4,104 9,49 1 0,05

2. kontrol 3,689 9,49 1 0,05

Tabel di atas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan kriteria pengujian normalitas bahwa X2hitung

<X2tabel maka data berdistribusi normal. Dari data yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol di dapatkan hasil data berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Dalam analisis uji homogenitas sampel dilakukan untuk menguji kesamaan atau homogenitas beberapa bagian sampel yakni seragam atau tidaknya variansi sampel-sampel yang di ambil dari populasi yang sama. Dalam uji homogenitas yang diperoleh sebesar, nilai Fhitung = 1,176 dan Ftotal = 1,85, dengan taraf signifikan 5%, jadi Fhitung< Ftabel, hal ini menunjukkan bahwa data homogen.

(43)

3) Analisis Uji Hipotesis

Dalam analisis uji hipotesis terlihat bahwa thitung untuk n1 dan n2 lebih besar dari pada ttabel yaitu thitung = 3,065 > ttabel = 2,048 sehingga dapat dikatakan bahwa Ha diterima.

4) Pengujian Hipotesis

Setelah mengetahui bahwa data berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui apakah model pembelajaran problem based learning berpengaruh terhadap keterampilan High Order Thinking Skills ( HOTS ) siswa. Namun sebelum melakukan uji hipotesis penelitian terlebih dahulu melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Merumuskan Hipotesis

Untuk mengetahui suatu pengaruh dari model pembelajaran problem based learning terhadap keterampilan high order thinking skills ( HOTS ) siswa. Di ajukan hipotesis sebagai berikut:

Ha : Ada pengaruh penerapan model pembelajaran problem based learning terhadap High Order Thinking Skills ( HOTS ) siswa kelas XI IPA pada materi Fluida Dinamis.

Ho : Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran pembelajaran problem based learning terhadap High Order Thinking Skills ( HOTS ) siswa kelas XI IPA pada materi Fluida Dinamis.

(44)

b. Menetukan level of significance (a) sebesar 5% dan derajat kebebasan dk = 3.

c. Uji hipotesis yang menggunakan uji-t dengan rumus separatedvarian ditentukan berdasarkan hasil uji prasyarat yang telah dilakukan sebelumnya. Dimana diperoleh data berdistribusi normal dan data tersebut homogeny.

Hasil analisis uji-t dengan separated varian menunjukkan bahwa thitung yang diperoleh sebesar 3,065 dan untuk taraf signifikan 5% didapatkan nilai ttabel = 1,176, dan dk = n1 = n2 – 2 = 27 + 29 – 2 = 54. Karena thitung lebih besar dar ttabel (thitung

= 3,065 > ttabel = 2,048) maka Ho di tolak dan Ha diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran pembelajaran problem based learning terhadap High Order Thinking Skills ( HOTS ) siswa kelas XI SMA Al-Ma’arif NU Bonder pada materi Fluida Dinamis.

B. Pembahasan

Pendidikan adalah suatu daya dan upaya yang dilakukan agar siswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan, mengembangkan intelektual serta emosional secara optimal, sehingga siswa dapat mengimplementasikan dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan yang akan datang. Menurut wnkel “Belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan” Menurut Gagne dalam ngalim purwanto

(45)

“Belajar apabila situasi stimulus bersama isi ingatan mempengaruhi [siswa sehingga perbuatannya berubah].24

Menurut permen No 22 tahun 2006 pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945 tidak hanya dituntut mutu dan ketepatan pembelajaran akan tetapi lebih berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehudipan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat berilmuwan, cakap, serta bertanggung jawab.

Model pembelajaran (problem based learning) PBL memiliki kelebihan, yaitu 1) kegiatan pemecahan masalah siswa dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, 2) meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan 3) siswa memiliki peluang untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya ke dunia nyata.25

Berpikir kritis/high order thinking skills ( HOTS ) merupakan sebuah keterampilan kognitif dan disposisi intelektual yang diperlukan secara efektif untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi

24 Ibid., Hlm. 155.

25 Dian Kurniati ,Romi Harimukti 1, Nur Asiyah Jamil,’ Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Smp Di Kabupaten Jember Dalam Menyelesaikan Soal Berstandar Pisa’, 2016

(46)

argumen dan kebenaran, yang masuk akal tentang apa yang harus percaya dan apa yang harus dilakukan.26.27

Kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thingking skill) (H OTS) merupakan salah satu kemampuan matematis seseorang yang mengh ubungkan pengetahuan dan pengalamannya untuk dapat memecahkan suat u permasalahan secara kreatif dan kritis secara mendalam.2829

Dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar siswa merupakan subjek utama pembelajaran dan buka objek pembelajaran, oleh karena itu siswa yang di tuntut untuk lebih banyak berepran aktif dalam pembelajaran dari pada guru, guru hanya sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Lalu A. Didik menyatakan bahwa, dengan adanya pemberian materi terlebih dahulu kemudian dilakukan pendampingan secara langsung memudahkan siswa dalam menyusun membuat media pembelajaran yang diinginkan. Adanya presentasi yang dilakukan oleh masing-masing kelompok dan masukan dari pengabdi dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai media pembelajaran yang telah dibuat.

26Yuni Hajar And Others, ‘Analisis Kemampuan High Order Thinking ( HOT )’, 1.3 (2018), 453–58.

27Etika Prasetyani, Yusuf Hartono, dan Ely Susanti,’Kemampuan Berpikir Tingkat Tingg i Siswa Kelas Xi Dalam Pembelajaran Trigonometri Berbasis Masalah Di Sma Negeri 18 Palembang’, 2016

28Budi Santoso,’ Higher Level Thingking Skills Training Learning Through Inquiry On Topic Biotechnology’,2019

29Ika Kartikasari, M. Rusdi, Rayandra Asyhar, ‘ Konstruksi dan Validasi Model Desain Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa’,

(47)

Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yaitu fluida dinamis, maka peneliti mengadakan tes, tes ini di adakan dalam dua tahap yaitu pre-testdan post-test. Pre-test adalah tes yang diberikan sebelum dilaksanakan proses belajar mengajar. Tes ini bertujuan untuk mengatahui sejauh mana tingkatan kemajuan penguasaan materi oleh siswa.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari pre-test, kedua kelas memiliki nilai rata-rata yang tidak jauh berbeda. Dimana kelas kontrol memiliki nilai rata-rata sebesar 24,72 dengan nilai tertinggi 45 dan nilai terendah 9. Sedangkan pada kelas eksperimen nilai rata-rata 26,37, dengan nilai tertinggi 50 dan nilai terendah 8. Berdasarkan hasil nilai dari pre-test menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama sebelum diberikan perlakuan. Peningkatan terjadi setelah diterapkan perlakuan, pada post-test nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 53,75 dengan perolehan nilai tertinggi sekitar 75 dan perolehan nilai terendah sebesar 35, sedangakn pada kelas eksperimen nilai rata-rata post-test sebesar 63,07, dengan perolehan nilai tertinggi sebesar 85 dan perolehan nilai terendah sebesar 40.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t, maka diperoleh thitung (3,065) > ttabel (2,048), maka dapat di ambil keputusan bahwa Ha diterima pada taraf signifikan a = 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa “ Pengaruh model pembelajaran pembelajaran problem based learning terhadap High Order Thinking Skills ( HOTS ) siswa kelas XI. pada materi fluida dinamis lebih tinggi dengan pengaruh model

(48)

pembelajaran problem based learning terhadap High Order Thinking Skills ( HOTS ) siswa yang diajarkan dibandingkan dengan pembelajaran yang diterapkan model pembelajaran pembelajaran problem based learning pada materi fluida dinamis di SMA A[-Ma’arif NU Bonder.

(49)

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning. Hasil tersebut didapatkan dari perhitungan uji-t, hasil tersebut diperoleh dari interprestasi nilai thitung = 3,065 dan ttabel = 2,048, maka diperoleh nilai thitung (3,065) > ttabel (2,048) dengan dk = n1 +n2 – 2 dan taraf signifikan sebesar (a) sebesar 5%. Karena thitung

lebih besar dari ttabel, maka diperoleh bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya model pembelajaran problem based learning dirasa tepat untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa dana juga untuk meningkatkan high order thinking skills ( HOTS ) siswa.

Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata skor post-test dan pre-test. Pada kelas yang diterapkan model pembelajaran problem based learning memiliki rata-rata skor pre-test sebesar 26,37, sedangkan rata-rata skor post-test sebesar 63,07.

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran problem based learning sangat layak untuk di terapkan dalam proses pembelajaran guna untuk meningkatkan hasil belajar maupun high order thinking skill ( HOTS ) siswa.

(50)

B.Saran

Berdasatkan hasil peneliti yang telah disimpulkan diatas, untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Disarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian model pembelajaran problem based learning ini lebih lanjut.

2. Disarankan pembagian waktu tiap tahap pembelajaran harus benar-benar diperhatikan karena pada penerapan model pembelajaran problem based learning ini sangat membutuhakan kecermatan guru dalam memperhitungkan dan memprediksi aktivitas siwa selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Diharapkan kesadaran para guru fisika agar dapat menerapkan model pembelajaran problem based learning yang bervariasi sesuai dengan karakter siswa dan jenis materi yang akan di ajarkan kepada siswa.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Adi Afri Anto, R. Wakhid Akhdinirwanto, Siska Desy Fatmaryanti, ‘Pemanfaatan Model Pembelajaran Problem Posing Untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Di Smp Negeri 27 Purworejo’, Radiasi, 2 (2013), 4– 6

Agus Jayadi, Zul Anwar, ‘Pemanfaatan Aplikasi SPSS Untuk Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa Mengolah Data Statistik’, Jurnal Vasionary, 2 (2017), 112

Budi Santoso,’ Higher Level Thingking Skills Training Learning Through Inquiry On Topic Biotechnology’,2019

Chandra Novtiar, Usman Aripin, ‘Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Kepercayaan Diri Siswa Smp Melalui Pendekatan Open Ended’, Jurnal PRISMA Universitas Suryakancana, 6 (2017), 119–31 Dian Purnamawati, Chandra Ertikanto, Agus Suyatna, ‘Keefektifan Lembar Kerja

Siswa Berbasis Inkuiri Untuk Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi P-ISSN:

2303-1832, 06 (2017), 209–19

<https://doi.org/10.24042/jipfalbiruni.v6i2.2070>

Dian Kurniati ,Romi Harimukti 1, Nur Asiyah Jamil,’ Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Smp Di Kabupaten Jember Dalam Menyelesaikan Soal Berstandar Pisa’, 2016

Etika Prasetyani, Yusuf Hartono, dan Ely Susanti,’Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas Xi Dalam Pembelajaran Trigonometri Berbasis Masal ah Di Sma Negeri 18 Palembang’, 2016

Harlinda Fatmawati, Mardiyana, dan Triyanto, ‘Analisis Berpikir Kritis Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Polya Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat’, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 2 (2014), 911–22

Gambar

Gambar 1.1 Diagram Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 Desain penelitian.
Tabel 3.3   Kriteria validitas  Koefisien korelasi  Kriteria
Tabel 3.4 klasifikasi  reliabilitas  Koefisien Korelasi  Kriteria
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dari salah satu seorang guru kelas VI SDS Perguruan Kristen Methodist Indonesia (PKMI) Efesus Aek Batu Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning PBL terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SDN 37 Ampenan.. Jenis penelitian yang