• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Anak Usia Dini

N/A
N/A
akun depi

Academic year: 2024

Membagikan "Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Anak Usia Dini"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Alisha Tatyana Soraya Probo, Diyan Nabilah, Tifni Devi Aprilia

2201035025, 2201035023,2201035015

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING Definisi Pembelajaran problem based learning

Model Pembelajaran Problem Based Learning merupakan suatu model pengajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik. Masalah autentik dapat diartikan sebagai suatu masalah yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan PBL siswa dilatih menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mandiri serta kepercayaan diri.

Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep – konsep penting, di mana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis masalah, penggunaannya di dalam tingkat berfikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar.

Langkah-langkah implementasi problem based learning

a. Guru memberikan masalah kepada siswa dengan cara yang menarik dan relevan dengan kehidupan mereka.

b. Guru membantu siswa untuk memahami masalah dengan jelas, termasuk tujuan, batasan, dan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikannya.

c. Guru membantu siswa untuk membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 3-5 orang.

d. Guru dan siswa menyusun kontrak belajar yang berisi kesepakatan tentang peran dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok dalam menyelesaikan masalah.

e. Siswa bekerja sama untuk mengembangkan solusi terhadap masalah yang mereka hadapi.

f. Siswa mempresentasikan hasil karya mereka kepada kelas, baik secara lisan maupun tertulis.

g. Siswa melakukan refleksi terhadap proses pemecahan masalah, termasuk apa yang mereka lakukan dengan baik dan apa yang dapat mereka tingkatkan.

h. Guru mengevaluasi proses pemecahan masalah dan hasil karya siswa.

Kelemahan dan kelebihan problem based learning PAUD

Adapun kelebihan pada model pembelajaran ini menurut Barbara Duch (2001:6) sebagai berikut:

a. Dengan berfikir kritis akan memudahkan peserta didik untuk menganalisis dan memecahkan masalah di kehidupan nyata.

(2)

b. Peserta didik dapat menemukan, mengevaluasi dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.

c. Bekerja secara kooperatif dengan kelompok dan grup kecil

d. Peserta didik memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar

e. Dapat mengutarakan dan memliki kemampuan komunikasi yang efektif (verbal dan menulis)

f. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu saat itu dipelajari oleh peserta didik. Hal ini mengurangi beban peserta didik

g. Menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari sekolah untuk ke jenjang selanjutnya

Adapun kelemahan pada model pembelajaran ini menurut Barbara Duch (2001:6) sebagai berikut:

a. Dalam suatu kelas memeiliki suatu tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tuas

b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui PBL membutuhkan persiapan

c. Membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam kelompok secara efektif

d. Tanpa pemahaman mengapa siswa harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari

e. Adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap Implementasi problem based learning pada paud

Salah satu impelentasi pada model pembelajaran ini bisa menggunakan metode eksperimen. Karena dengan metode ini dapat melatih anak untuk bagaimana cara ia memecahkan masalah melalui dengan berbagai media yang mendukung, dengan bantuan alat dan bahan serta langkah-langkah yang terstruktur. Perlu diperhatikan bahwa pengertian eksperimen untuk anak usia dini bukanlah suatu proses dan cara yang rumit yang agar dapat memahami konsep sains, melainkan harus ditekankan adalah bagaimana anak dapat menemukan solusi terhadap permasalahan yang ada dan anak dapat menemukan sesuatu yang bermanfaat dari kegiatan tersebut.

Selain itu kemandirian dan proses berpikir kritis serta kreativitas anak terasah melalui kemampuan anak mengikuti tahapan eksperimen. Konsep sains dipelajari anak melalui kegiatan yang menantang, menyenangkan dan bermakna. Anak dapat membangun sendiri pengetahuaannya tentang sains dan menghubungkannya dengan fenomena dan masalah yang terjadi di lingkungan dan kehidupan sehari-hari.

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING Definisi Pembelajaran cooperative learning

Pembelajaran cooperativ learning terdiri dari 2 kata yaitu cooperative dan learning.

Cooperative artinya belajar berkelompok atau belajar bersama. Sedangkan learning artinya proses yang melalui pengalaman menyebabkan perubahan permanent dalam pengetahuan dan perilaku. Pengertian cooperative learning menurut John dan Johnson adalah mengelompokkan siswa didalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil, supaya siswa dapat

(3)

bekerja sama dengan kemapuan maksimal yang meraka miliki serta mempelajari satu sama lain.

Menurut Sholihatin, E., dan Rahardjo dalam Tukiran Taniredja dkk., pada dasarnya Cooperative Learning mengandung pengertian suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Jadi bisa dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif itu pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok yang dimana terdiri dari 6 sampai 6 orang. Bertujuan agar siswa bekerja sama dengan teman sebayanya untuk memecahkan suatu masalah memalui interaksi sosial dengan temannya.

Langkah-langkah implementasi cooperative learning

a. Peserta didik dibantu guru untuk menentukan topik dan memilih sub topik untuk diidentifikasi

b. Peserta didik mengembangkan berbagai rumusan masalah dari subtopik yang telah dipilih untuk membantu peserta didik dalam melakukan penyelidikan

c. peserta didik melakukan rencana kegiatan yang telah dibuat

d. anggota kelompok menganalisis dan mengolah informasi yang telah diperoleh dari kegiatan penyelidikan

e. peserta didik diminta untuk mempresentasikan laporan akhir

f. peserta didik membandingkan penemuannya dengan penemuan dari kelompok lain serta mendiskusikan persamaan dan perbedaan antar temuan.

Kelemahan dan kelebihan cooperative learning PAUD

Adapun kelebihan pada model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1. Siswa tidak selalu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan, kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain

2. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal.

3. Dapat membantu anak untuk rispect kepada orang lain serta menyadari segala keterbatasan sehingga dapat menerima perbedaan

4. Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar

5. Meningkatkan orestasi akademik serta kemampuan sosial, mengembangkan rasa percaya dirinya dan memiliki sikap yang positif di lingkungan sekolah.

6. Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

7. Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsngan untung berpikir.

Adapun kelemahan pada model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1. Memerlukan waktu dan persiapan yanng matang 2. Sulit diterapkan pada kelas besar

3. Memerlukan keterampilan sosial yang baik 4. Memerlukan guru yang terampil

5. Dapat menimbulkan konflik antar agnggota kelompok

(4)

Implementasi cooperative learning pada PAUD

Dalam pembelajaran anak usia dini selalu menggunakan metode yang konvensional, dengan aturan guru yang menjadi center atau bisa disebut juga pembelajaran berpusat pada guru dan peran anak hanyalah mengikuti dan mendengarkan apa yang guru ucapkan. Upaya yang dilakukan guru dengan model pembelajaran tersebut tentu kurang tepat jika digunakan terus menerus dalam kurun waktu yang lama dan juga kita pahami bersama upaya guru dalam mengajar siswa adalah bagian yang penting dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan.

MODEL PEMBELAJARAN CASE BASED LEARNING Definisi Pembelajaran Case Based Learning

Model pembelajaran ini merupakan sebuah strategi pembelajaran yang mempromosikan belajar aktif siswa dengan menggunakan kasus nyata sebagai bahan utama dalam proses analisis kasus dan mengambil keputusan. Menurut Kaddoura (2011) CBL merupakan penggunaan pendekatan berbasis kasus yang melibatkan siswa dalam diskusi dari situasi yang spesifik dan contoh kejadian nyata di dunia. Hal ini berpusat pada siswa dan melibatkan secara intens interaksi antara peserta diskusi.

Langkah-langkah implementasi case based learning

1. Guru menyajikan kasus berdasarkan konteks dan konten yang telah ditentukan.

2. Guru membimbing siswa untuk menganalisa kasus.

3. Menemukan secara mandiri informasi, data dan literatur.

4. Siswa menyelesaikan kasus secara berkelompok.

5. Siswa mempersentasikan hasilnya dan membuat kesimpulan.

6. Siswa memverifikasi jawaban mereka dan melakukan perbaikan.

Kelemahan dan kelebihan case based learning PAUD Kelebihan:

1. apat mengembangkan kemampuan analitis (mempertanyakan esensi dari sesuatu/higher-order reasoning skills).

2. Kemampuan mengaplikasiakan konteks (teori) dan kenyataan di lapangan.

3. Kemandirian dalam mencari dan memecahkan masalah, keterampilan belajar sendiri (life long learning)

4. Mengurangi kegelisahan/ketakutan menghadapi problem (tugas) melalui pelatihan pemecahan masalah yang didesain maka lama makin kompleks dalam diskusi, tahu memulai pemecahan problem dari mana.

5. Meningkatkan rasa percaya diri, semangat dan kerja sama dalam team, kemampuan oral (presentasi) dengan lebih baik.

Kelemahan:

1. Tidak semua informasi/materi dapat diberikan dengan metode ini, bila dibandingkan dengan metode yang tradisional misalnya ceramah (satu arah).

2. Case Based Learning tidak efektif untuk mentransmisikan bahan/materi dalam jumlah yang banyak.

(5)

3. Penggunaan Case Based Learning tidak dapat memecahkan semua hal yang diajarkan.

4. Membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.

Implementasi case based learning pada PAUD

Dalam pembelajaran ini tema “Hewan yang hilang” anak diminta oleh guru untuk memecahkan masala tersebut yaitu dengan cara mencari hewan yang hilang itu. Anak juga diberi petunjuk untuk melakukan pencarian hewan tersebut, seperti guru mmenyebutkan bagaiamna ciciri-ciri fisik hewannya. Anak juga diajarkan untuk bekerja sama ketika mencari hewan tersebut. Setelah menemukan hewannya yang hilang,anak-anak diminta untuk berdiskusi bagaimana cara kita menjaga hewan itu agar tidak hilang kembali. Dengan adanya implementasi ini anak mampu mngeidentifikasi hewan, menjaga kelestarian hewan,serta dapat mengembangkan keterampilan dalam memecahkan permasalahan tersebut.

MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Definisi Pembelajaran Project Based Learning

Project Based Learning merupakan suatu pendekatan pengajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip contructivis, problem solving, inquiri riset, integrated studies dan refleksinya yang menekankan pada aspek kajian teoritis dan aplikasinya.

Pembelajaran menggunakan metode Project Based Learning siswa mengembangkan suatu proyek baik secara individu ataupun secara kelompok untuk menghasilkan suatu produk.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode Project Based Learning berpusat kepada anak.

Pada model pembelajaran ini dapat memberikan pengalaman kepada anak tentang cara menyelesaikan masalah, bersifat students centered, dan menghasilkan produk nyata berupa hasil proyek yang berkaitan dengan keseharian anak dan diselesaikan secara berkelompok (Qisti, 2020). Model pembelajaran Project Based Learning juga memiliki potensi yang besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi anak.

Langkah-langkah implementasi Project Based Learning

Adapun langkah-langkah Project Based Learning adalah sebagai berikut:

a. Memilih Tema Proyek: Pilihlah tema yang menarik, relevan dengan kehidupan anak, dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

b. Merumuskan Pertanyaan Pemandu: Buatlah pertanyaan yang memandu anak dalam proses belajar dan membantu mereka untuk memahami tujuan proyek.

c. Menentukan Aktivitas Proyek: Rancanglah berbagai aktivitas proyek yang memungkinkan anak untuk belajar secara aktif dan kreatif.

d. Menyiapkan Sumber Belajar: Sediakan berbagai sumber belajar yang dibutuhkan anak untuk menyelesaikan proyek, seperti buku, gambar, video, dan alat

permainan edukatif.

e. Membimbing dan Mendukung Anak: Berikan bimbingan dan dukungan kepada anak selama proses belajar, bantu mereka untuk memecahkan masalah dan menyelesaikan proyek dengan sukses.

(6)

f. Menilai Hasil Belajar: Lakukan penilaian terhadap hasil belajar anak dengan cara yang autentik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Kelemahan dan kelebihan Project Based Learning PAUD

Adapun kelebihan dari model pembelajaran project based learning ialah:

1) Meningkatkan motivasi, karena dalam pembelajaranya melewati beberapa proses yang mendorong siswa untuk lebih berfikir kreatif.

2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, pada pengembangan kemampuan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat didalam tugas-tugas pemecahan masalah. Banyak sumber yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah-masalah yang kompleks.

3) Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktekkan keterampilan komunikasi.

4) Meningkatkan keterampilan mengolah sumber. Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks.

Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

Kelemahan dari model pembelajaran project based learning, ialah:

1) setiap mata pelajaran mempunyai kesulitan tersendiri, yang tidak dapat selalu dipenuhi di dalam proyek. (misalnya dalam pembelajaran keagamaan) karena Kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya (adanya proses mengamati secara langsung).

2) Sulit untuk memilih proyek yang tepat.

3) Menyiapkan tugas bukan suatu hal yang mudah.

4) Sulitnya mencari sumber-sumber referensi yang sesuai.

Implementasi Project Based Learning pada PAUD

Pembelajaran berbasis proyek yang berpusat pada anak berguna untuk mengembangkan proyek dengan individu dan kelompok. Pembelajaran berbasis proyek mengacu pada pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri yang mendorong siswa untuk membangun pengetahuan dengan meminta mereka menyelesaikan proyek yang bermakna dan mengembangkan produk nyata. Pada tahap pertama implementasi model ini berawal dari guru memberikan beberapa pertanyaan dasar terkait tema yang akan dibawakan. Tahap selanjutnya yaitu dengan merancang rencana proyek yang dimana hal ini dilakukan dengan merencanakan pelaksanaan pembelajaran, menentukan peraturan permainan, memilih kegiatan yang menjawab pertanyaan mendasar, menentukan alokasi waktu, serta memilih alat dan bahan yang digunakan.

(7)

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING Definisi Pembelajaran discovery learning

Model pembelajaran discovery learning merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Jerome Bruner pada tahun 1960-an. Dengan model ini siswa dapat aktif dalam berpartisipasi serta bukan hanya menerima pengetahuan secara pasif saja. Discovery Learning menunjukkan pendekatan instruksional umum yang mewakili pengembangan pembelajaran konstruktivis untuk lingkungan belajar berbasis sekolah.

Menurut Alfieri, Aldrich, Brooks, & Tenenbaum (2011) mendefinisikan pembelajaran penemuan sebagai teori konstruktivis berbasis penyelidikan dimana siswa memanfaatkan pengalaman masa lalu mereka dan pengetahuan yang ada untuk mengeksplorasi dan memahami konsep.

Langkah-langkah implementasi discovery learning

Langkah-langkah implementasi discovery learning dalam pau ialah:

1. Langkah persiapan: ada beberapa langkah yang harus dipersiapkan yaitu menentukan tujuan pembelajaran, melakukan identifikasi karakteristik siswa, memilih materi pembelajaran, menentukan topik, mengembangkan bahan-bahan belajar, mengatur topik pelajaran dari sederhana ke kompleks, melakukan penilaian proses hasil belajar siswa.

2. Stimulasi: pada langkah ini dapat menggunakan teknik bertanya yaiyu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.

3. Pernyataan/Identifikasi Masalah: Memberikan kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun keperibadian peserta didik agar terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

4. Pengumpulan Data: Disaat eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak- banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.

5. Pengolahan Data: Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

6. Pembuktian: untuk membuktikan bahwa proses belajar dapat berlangsung efektif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan ketika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untukmenemukan suatu konsep, teori, aturan, dan pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

7. Menarik Kesimpulan: sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Kelemahan dan kelebihan discovery learning

Adapun kelebihan pada model pembelajaran discovery learning menurut Westwood (2008) ialah sebagai berikut:

a. Siswa terlibat dalam proses pembelajaransecara aktif dan topik pembelajaran biasanya meningkatkan motivasi.

(8)

b. Aktivitas belajar dalam pembelajaran Discovery biasanya lebih bermakna daripada latihan kelas dan mempelajari buku teks saja.

c. Peserta didik memperoleh keterampilan investigastif dan reflektif yang dapat digeneralisasikan dan diterapkan dalam konteks lain.

d. Peserta didik mempelajari keterampilan dan strategi baru.

e. Pendekatan dari metode ini dibangun di atas pengetahuan dan pengalaman awal peserta didik.

f. Metode ini mendorong kemandirian peserta didik dalam belajar.

g. Metode ini diyakini mampu membuat peserta didik lebih mungkin untuk mengingat konsep, data atau informasi jika mereka temukan sendiri.

h. Metode ini mendukung peningkatan kerja kelompok

Adapun kekurangannya pada model pembelajaran discovery learning yaitu menurut Westwood (2008):

a) Penggunaan metode ini menghabiskan banyak waktu

b) Penerapan metode ini membutuhkan lingkungan belajar yang kaya sumber daya c) Kualitas dan keterampilan peserta didik menentukan hasil atau efektifitas metode

ini

d) Kemampuan memahami dan mengenali konsep tidak bisa diukur hanya dari keaktifan siswa di kelas

e) Peserta didik sering mengalami kesulitan dalam membentuk opini, membuat prediksi, atau menarik kesimpulan

f) Sebagian guru belum tentu mahir mengelola pembelajaran Discovery g) Tidak semua guru mampu memantau kegiatan belajar secara efektif.

Implementasi discovery learning pada PAUD

ketika pembelajaran yang menggunakan lingkungan, percobaan, dan oemecahan masalah.

Pembelajaran dengan lingkungan sebagai sumber belajar merupakan bentuk tantangan terhadap pola pembelajaran yang selama ini hanya di dalam kelas atau indoor.

Dilingkungannya, anak dapat lebih bebas bersosialisai dengan teman sebayanya, orang dewasa maupun juga dengan makhluk hidup lainnya.

Dengan pembelajaran ini anak dapat menemukan perbedaan antara dia dengan anak- anak lainnya, begitu juga dengan dunia sekitarnya. Dengan rasa ingin tahunya yang luar biasa, anak dapat diajak berpetualang untuk mendapatkan segala sesuatu yang baru.

Anak sangat senang mencoba baik dengan cara memegang, memakan atau melempar benda-benda dan minat yang kuatuntuk mengamati lingkungan. Pada proses pembelajaran, misalnya, anak-anak dapat dirangsang untuk menjawab pertanyaan tentang berapa jumlah temannya yang laki-laki dan berapa yang perempuan. Di samping itu anak juga dapat diberi stimulus untuk membedakan ukuran bebatuan, jenis binatang ternak, dan lain-lain.

(9)

REFERENSI

Setiawan, V., & Istiqomah, I. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar.

Khasinah, S. (2021). Discovery learning: definisi, sintaksis, keunggulan dan kelemahan. Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam, 11(3), 402- 413.

Tambak, S. (2017). Metode cooperative learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Al-Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu Pengetahuan, 14(1), 1-17.

Asma, N. (2006). Model pembelajaran kooperatif.

Tabrani, T., & Amin, M. (2023). Model pembelajaran cooperative learning. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 5(2), 200-213.

Sulistio, A., & Haryanti, N. (2022). Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning model).

Lestari, B. (2008). Peningkatan Kualitas Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, 5(2).

Arianto, H., & Fauziyah, H. N. (2020). STUDENTS’RESPONSE TO THE IMPLEMENTATION OF CASE BASED LEARNING (CBL) BASED HOTS IN JUNIOR HIGH SCHOOL. INSECTA: Integrative Science Education and Teaching Activity Journal, 1(1), 45-49.

Adiga, U and Adiga S. 2015. Problem Based Learning. International Journal of Current Research, Vol. 7, Issue 06.

Rahman, M. H. (2021). Implementasi Model Pembelajaran Discovery Dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Early Childhood: Jurnal Pendidikan, 5(2), 223-240.

Poerwati, C. E., Cahaya, I. M. E., & Suryaningsih, N. M. A. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis Eksperimen Sederhana dalam Pengenalan Sains Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 1472-1479.

Putri, N. K., Haryanti, D. U., Jolaekha, J., & Hartono, H. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Anak Kelompok B TK Mutiara Bunda Kabupaten Cirebon. Hadlonah: Jurnal Pendidikan dan Pengasuhan Anak, 3(1), 66-79.

Athfal, T. A. B., & UNM23, P. F. (2022). Penerapan Pembelajaran Project Based Learning Dalam Meningkatkan Pola Hidup Bersih Dan Sehat Pada Paud.

Nikmah, A., Shofwan, I., & Loretha, A. F. (2023). Implementasi Metode Project Based Learning untuk Kreativitas pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(4), 4857-4870.

Wulandari, A., & Suparno, S. (2020). Pengaruh model problem based learning terhadap kemampuan karakter kerjasama anak usia dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2), 862-872.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : efek model Problem Based Learning dengan macromedia flash terhadap keterampilan pemecahan masalah autentik siswa, untuk mengetahui

Penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh model pembelajaran problem based learning (PBL) dan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berdasarkan masalah. Model PBL merupakan salah satu

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbasis Teknologi Informasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa.. Penggunaan Media

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa penerapan model problem based learning efektif untuk melatih keterampilan berpikir kritis mahasiswa sehingga mahasiswa

Perangkat pembelajaran matematika berbasis model Problem Based Learning PBL yang berorientasi pada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berupa silabus, RPP, LKPD pada materi

Pembelajaran dengan menggunakan model PBL Problem Based Learning sangat efektif untuk melatih keterampilan argumentasi sains siswa karena pada saat proses pembelajaran siswa dilatih

“ Penerapan Model Pembelajaran Kontruktivisme Berbasis Problem Based Learning PBL Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Pada Peserta didik SMA Negeri 1 Kutowinangun Kelas X Tahun