TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh
gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga
Disusun oleh:
ASEP HILMAN SOLIHIN 1200918
Oleh
Asep hilman Solihin
S.Pd UPI 2004
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Sekolah Pascasarjana
Program Studi Pendidikan Olahraga
© Asep Hilman Solihin 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2014
TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Dr. Kardjono, M.Sc. NIP.196105251986011002
Pembimbing II
Prof.Dr.H.Y.S. Santosa Giriwijoyo.
Mengetahui,
KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku
dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung
resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika
keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, 2014
Yang membuat pernyataan,
Asep Hilman Solihin
DAFTAR ISI
halaman
ABSTRAK ………. i
PERNYATAAN ………. ii
KATA PENGANTAR ……… iii
DAFTAR ISI ……… v
DAFTAR TABEL ……….. viii
DAFTAR GAMBAR ………. ix
DAFTAR LAMPIRAN ……….. x
BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Identifikasi Masalah ………..…. 6
C. Hasil Penelitian Terdahulu ……… 6
D. Rumusan Masalah Penelitian ………. 8
E, Tujuan Penelitian ……… 8
F. Manfaat Penelitian ……… 9
G. Struktur Organisasi Penelitian ……… 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teori ………..………. 10
1. Konsep Belajar Keterampilan Gerak ……….. 10
2. Tahapan Belajar Keterampilan Gerak……… 10
3. Teori Program Motorik………. 11
4. Konsep Problem Solving………. 13
C.Model Pembelajaran Problem Based Learning ………. 15
1. Konsep Model Pembelajaran Problem Based Learning .. 15
2. Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning.. 17
3. Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning… 18 4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning 18 5. Hubungan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Keterampilan Permainan Bola Basket………. 19
D.Model Pembelajaran Langsung ……… 20
1. Konsep Model Pembelajaran Langsung ……….. 20
2. Kelebihan Model Pembelajaran Langsung ………. 21
3. Kelemahan Model Pembelajaran Langsung ……… 21
4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Langsung …………. 22
E. Skenario Pembelajaran ………. 23
F. Permainan Bola Basket ……… 24
G.Keterampiln Bermain Bola Basket ……….. 25
1. Keterampilan ………. 25
2. Bermain Bola Basket ………. 26
H.Kerangka Pikir ………. 27
I. Anggapan Dasar ……….. 28
J. Hipotesis ……….. 29
BAB III. METODE PENELITIAN A.Metode dan Desain Penelitian ………... 30
1. Metode Penelitian ………. 30
2. Desain Penelitian ……….. 30
B. Populasi dan Subjek Penelitian ……….. 32
1. Populasi Penelitian ……… 32
C.Waktu dan Tempat Penelitian ………... 34
D.Variabel Penelitian ……….. 35
E. Instrument Pengumpulan Data ……… 36
1. Teknik Pengumpulan Data ……… 38
a. Pengambilan Data Pretest ………... 38
b. Pengambilan Data Posttest ……….. 39
2. Prosedur Penghitungan Skor ……… 39
F. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data ………... 42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………. 47
1. Hasil Uji Normalitas ……… 47
2. Hasil Uji Homogenitas ……… 48
3. Hasil Uji Beda ……… 50
B. Pembahasan ……….. 54
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………. 63
B. Saran ………... 63
ABSTRAK
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Bermain Bola Basket
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh model pembelajaran problem based learning (PBL) dan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket, dan untuk membandingkan pengaruh model pembelajaran PBL dengan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket. Subjek dalam penelitian adalah peserta didik laki-laki kelas VII yang tergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler bola basket di SMP Negeri 2 Gununghalu yang dipilih secara purposive sampling. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen, sedangkan desain penelitian menggunakan matching control group pretest-posttest design. Instrument penelitian yang digunakan adalah GPAI yaitu Game Performance Assessment Instrument. Untuk menganalisis data, digunakan program software SPSS 16.0. Hasil analisis data menunjukan bahwa model pembelajaran PBL berpengaruh positif terhadap keterampilan bermain bola basket dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Model pembelajaran langsung berpengaruh positif terhadap keterampilan bermain bola basket dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil perbandingan data antara model pembelajaran PBL dengan model pembelajaran langsung menunjukan bahwa model pembelajaran PBL mempunyai pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran langsung dengan nilai signifikansi 0,003 < 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran PBL dan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket. Perbandingan dari model PBL dan model langsung menunjukan bahwa model pembelajaran PBL mempunyai pengaruh yang lebih baik dari model pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket.
The Influence of Problem Based Learning Model to Game Performance of Basketball
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Permainan bola basket merupakan salah satu materi ajar dalam mata
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (penjasorkes) yang
diberikan kepada peserta didik di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Setiap peserta didik diharapkan memahami bagaimana cara bermain bola basket
dengan benar, seperti melakukan gerakan-gerakan teknik dasar yang ada dalam
permainan tersebut. Dengan demikian, keterampilan peserta didik dalam
melakukan gerakan teknik dasar dapat digunakan ketika peserta didik tersebut
terlibat dalam situasi pertandingan.
Bila diamati, umumnya peserta didik sudah menguasai keterampilan teknik
dasar yang memadai, tetapi ketika terlibat dalam situasi pertandingan mereka
kurang bisa memanfaatkan keterampilan yang dimilikinya. Misalnya kesalahan
pada saat melakukan operan, penentuan posisi, jarak, dan waktu yang tepat ketika
melakukan shooting, dan kurang bisa mengontrol permainan seperti kapan harus
melakukan operan dan kapan harus meminta bola dari teman.
Apabila peserta didik sudah memahami manfaat dari teknik dasar,
penentuan posisi, jarak, dan waktu, serta mampu mengaplikasikannya, maka
keterampilan tersebut akan membantu dalam situasi permainan yang merupakan
peragaan dari taktik dasar sebuah permainan.
Pemain bola basket harus pandai membaca dan memanfaatkan situasi
permainan. Dia harus paham apa yang harus dilakukan apabila teman satu tim
sedang menguasai bola dan bagaimana sebaiknya posisi dia terhadap lawan
apabila teman satu tim akan mengoper kepadanya. Pada saat bagaimana yang
paling bagus dan menguntungkan bagi timnya ketika akan melakukan operan atau
shooting. Bagaimana cara menjaga lawan agar tidak bisa melakukan shooting
Peragaan dari teknik dan taktik permainan tersebut selama ini kurang
dipahami oleh peserta didik, kebanyakan peserta didik yang sudah merasa mampu
melakukan teknik dasar ketika terlibat dalam situasi pertandingan, ketika mereka
tidak paham taktik dan kerjasama akan bersikap lebih egois, seperti menguasai
bola terlalu lama atau tidak mau mengoper bola kepada teman satu tim.
Masalah-masalah tersebut sebaiknya harus dipersempit dengan cara memberikan
pemahaman dan pengetahuan yang tepat dari guru penjas.
Untuk menunjang perkembangan pemahaman peserta didik dalam hal
peragaan teknik atau taktik permainan tersebut, diperlukan alat pembelajaran yang
mampu memberikan pengaruh positif terhadap penanaman pemahaman peserta
didik. Salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dalam hal
peragaan teknik atau taktik permainan tersebut, adalah dengan menerapkan model
pembelajaran yang cocok untuk merangsang pemahaman peserta didik. Sehingga,
dengan menerapkan model pembelajaran diharapkan pada akhirnya peserta didik
akan mengerti manfaat dari melakukan teknik yang benar dan penerapan taktik
dalam permainan.
Salah satu model pembelajaran yang dianggap mampu untuk merangsang
pemahaman peserta didik adalah model pembelajaran problem based learning
(PBL), karena dalam model pembelajaran PBL peserta didik ditempatkan pada
situasi yang hampir sama dengan kehidupan sehari-hari di lingkungannya. Peserta
didik dihadapkan pada suatu masalah, dan masalah tersebut harus bisa dipecahkan
oleh mereka sendiri sehingga mereka mendapatkan solusi yang paling baik. Chu (2008) menjelaskan “PBL is a student-centered pedagogical strategy that poses real-world situations and provides resources, guidance, instruction, and
opportunities for reflection”. Kemudian PBL menurut Jones dan Turner dalam Bethel (2011) adalah “an approach to teaching which uses realistic, problematic scenarios and subtle tutor questioning to facilitate in students critical ways of
learning that presumes that the key to understanding is the ability to ask the right questions”.
Pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, model
pembelajaran PBL adalah sebuah model pembelajaran yang memposisikan peserta
didik sebagai pusat dalam proses belajar mengajar (PBM) di kelas, setiap
permasalahan yang mereka hadapi harus dipecahkan oleh mereka sendiri. Peran
guru adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Kemudian, suasana pembelajaran
dikondisikan seperti situasi kehidupan sehari-hari.
Keuntungan dari penggunaan model pembelajaran PBL juga diungkap oleh
KEMDIKBUD (2013), yaitu:
“Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan”
Guru membimbing peserta didik dalam mencari solusi dari masalah
pembelajaran yang dihadapi peserta didik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Kemudian guru harus pandai dalam memberikan
pertanyaan atau masalah kepada peserta didik. Pertanyaan-pertanyaan atau
masalah-masalah yang diberikan guru harus bisa mengarahkan peserta didik pada
pencapaian tujuan akhir dari materi yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Schmidt (2000) yaitu “the key ingredient of problem-based learning is the capacity to ask the right questions”. Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa faktor utama dari model pembelajaran PBL adalah kemampuan untuk
mengajukan pertanyaan yang tepat.
Dengan adanya kurikulum yang baru yaitu kurikulum 2013, metode yang
digunakan guru dalam PBM pada kelas penjasorkes akan berbeda dengan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 lebih
adalah agar PBM lebih bersifat ilmiah. Sedangkan dalam KTSP metode yang
dipakai adalah contextual teaching learning (CTL) yang menyelaraskan PBM
dengan kebutuhan dan lingkungan sekitarnya. Kementrian pendidikan dan
kebudayaan (KEMDIKBUD, 2013) menjelaskan bahwa proses pembelajaran
dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu kurikulum 2013
mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Langkah-langkah
pembelajaran dalam pendekatan saintifik meliputi pengamatan, bertanya,
mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta. Langkah-langkah
pembelajaran tersebut diterapkan ke dalam PBM melalui model-model
pembelajaran yang ada dalam kurikulum 2013, seperti discovery learning, project
based learning (PjBL), dan problem based learning (PBL).
Penerapan model pembelajaran PBL ke dalam PBM penjasorkes diharapkan
mampu memfasilitasi peserta didik untuk mendapatkan sebuah pemahaman
tentang teknik dan taktik berdasarkan pengalaman langsung dalam dunia nyata
atau proses pembelajaran. Trial and error yang dilalui peserta didik merupakan
pengalaman berharga dalam mencari solusi masalah yang dapat menghasilkan
keterampilan yang lebih baik. Gower (1997) menjelaskan “So the logic we use in
scientific method is self-corrective in the sense that persistent recourse to it will bring us closer to the truth”. Selanjutnya Gower (1997) mengemukanan “a scientific method is to adopt a simple routine fails to do justice to the
sophisticated skills which scientists use when they experiment and when they reason from evidence”. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka pemahaman teknik dan taktik yang diperoleh peserta didik dalam metode saintifik
didapat dengan cara koreksi oleh mereka sendiri.
Selama ini, model pembelajaran yang sering diterapkan oleh guru pada
proses pembelajaran khususnya pada materi pelajaran penjasorkes adalah model
educators”. Maksudnya adalah model pembelajaran langsung masih digunakan secara luas oleh para guru.
Model pembelajaran ini menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran. Metzler (2000:162) menjelaskan bahwa “….. is characterized by decidedly teacher-centered decision and teacher-directed engagement patterns for
learners”. Artinya adalah model pembelajaran langsung ditandai dengan keputusan berpusat pada guru dan pola keterlibatan guru diarahkan untuk peserta
didik.
Pada kegiatan belajar dengan menggunakan model pembelajran langsung,
guru biasanya lebih aktif dibandingkan dengan peserta didiknya, baik ketika
memberikan instruksi atau ketika sedang memberikan contoh gerakan. Hal ini
mengakibatkan peserta didik menjadi lebih pasif karena mereka hanya melakukan
gerakan-gerakan yang diinstruksikan atau dicontohkan oleh gurunya.
Penggunaan model pembelajaran langsung oleh guru biasanya didasarkan
pada ketersediaan waktu pembelajaran, sarana, dan karakteristik materi ajar dan
peserta didik. Metzler (2000:162) menjelaskan bahwa “… is to provide the most efficient use of class time and resources”. Maksudnya bahwa penggunaan model pembelajaran langsung adalah untuk memanfaatkan waktu dan sumber
pembelajaran secara efisien.
Proses pembelajaran pada model ini tidak memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk belajar mengeksplorasi kemampuan mereka dalam
memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapinya secara mandiri. Hal
tersebut mengakibatkan peserta didik tidak termotivasi untuk mengembangkan
kemampuan mereka dengan usaha mereka sendiri. Peserta didik cenderung
tergantung dari bantuan guru dibandingkan dengan usaha secara mandiri untuk
mendapatkan solusi dari masalah yang dihadapinya.
memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi peserta didik
untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka”.
Kebiasaan guru dalam menerapkan model pembelajaran langsung akan
mengakibatkan guru tersebut harus beradaptasi lagi dengan model pembelajaran
yang baru pada kurikulum 2013, yaitu inquiry, PBL, dan PjBL. Model-model
pembelajaran tersebut menempatkan peserta didik menjadi problem solver,
sedangkan guru berperan sebagai fasilitator.
Dengan demikian, penulis merasa perlu meneliti lebih dalam tentang model
pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai problem solver yaitu
model pembelajaran PBL. Apakah proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran PBL mampu meningkatkan keterampilan bermain bola
basket peserta didik pada tingkat SMP?
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, terdapat beberapa masalah yang menjadi fokus
dalam penelitian ini, yaitu :
1. Kurangnya pemahaman peserta didik dalam menerapkan taktik permainan bola
basket seperti di antaranya:
a. Rendahnya pemahaman peserta didik dalam penempatan posisi ketika
membantu penyerangan atau bertahan.
b. Rendahnya pemahaman peserta didik dalam menentukan waktu terbaik
untuk melakukan shooting dan passing.
c. Rendahnya pemahaman peserta didik dalam penempatan posisi untuk
menerima umpan dari teman satu tim.
2. Kebiasaan guru dalam memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran langsung.
3. Kebiasaan peserta didik dalam menerima materi pelajaran melalui instruksi
4. Belum terbiasanya peserta didik untuk berperan menjadi problem solver pada
setiap masalah pembelajaran yang dihadapinya.
C.Hasil Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Hany Ahmed (2012), yang berjudul “Effect of Educational Module on Basic Basketball Skills Performance in Junior of
Basketball”. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari sebuah program modul pendidikan yang fokus pada 4 aspek (1. Siswa membuat,
melakukan, menerapkan cara peningkatan gerakan, 2. Siswa menunjukkan
kemampuan dasar, 3. Siswa menjelaskan pengaruh dari partisipasi dalam
basket, 4. Siswa menunjukkan keterampilan yang mendukung kegiatan
kelompok). Penelitian ini diterapkan pada siswa usia 11 – 12 tahun sebanyak 16 kali pertemuan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan
yang signifikan pada penampilan skill basket siswa dalam permainan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Wilson dkk (2010) yang berjudul, “A Preliminary Test of a Student-Centered Intervention on Increasing Physical
Activity in Underserved Adolescents”. Wilson dkk meneliti tentang model pembelajaran yang menggunakan pendekatan student centre pada mata
pelajaran penjas, penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari model
pendekatan student centered terhadap motivasi dan peningkatan aktivitas fisik
siswa usia 10-12 tahun. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keterlibatan
siswa dalam beraktivitas fisik dalam tingkat MPA (moderat physical activity),
MVPA (moderat to vigorous physical activity), dan VPA (vigorous physical
activity). Hasil itu menunjukan bahwa siswa yang diberikan pendekatan student
centered dalam pembelajaran penjas selama empat minggu menunjukan
peningkatan dalam menghabiskan waktunya dalam PA dan siswa juga
menunjukan peningkatan pada motivasi dan positive self concept pada saat
melakukan PA. Selain itu, motivasi siswa untuk aktif juga meningkat berkat
3. Penelitian yang dilakukan Djukanda (2010) yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Problem Solving dan Guided Discovery dalam Mengajar Permainan Kecil Terhadap Kemampuan Motorik Siswa SD”. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh dari pendekatan problem solving
dengan guided discovery terhadap peningkatan motorik siswa SD. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan problem solving dan guided
discovery memberikan efek yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan
motorik siswa, namun tidak ada perbedaan yang berarti dari keduanya. Jadi,
baik pendekatan problem solving maupun guided discovery tidak ada yang
lebih baik.
4. Alarcon, dkk (2009) melakukan penelitian tentang “Effect of The Training Program On The Improvement of Basketball Players Decision Making”. Penelitian ini dilakukan terhadap 10 orang pemain basket usia 21 tahun yang
telah berpengalaman rata-rata selama 8 tahun. Penelitian ini difokuskan pada
program latihan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan pebasket
dalam membuat keputusan (mengoper bola ke teman dan membantu teman satu
tim ketika sedang menguasai bola) ketika sedang bermain basket. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pebasket dalam
membuat keputusan yang signifikan. Pada tes awal persentase membuat
keputusan yang benar sebanyak 85% dan pada tes akhir sebanyak 100%.
5. Bethell dan morgan (2011), melakukan penelitian dengan judul “ Problem-based and experiental learning: Engaging students in an undergraduate
physical education module”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari penerapan kombinasi metode PBL dengan ELT (Experiental
Learning Theory) pada mahasiswa pendidilan jasmani. Penerapan metode ini
dilakukan selama 24 minggu (2 kali pertemuan perminggu), dan hasilnya
menunjukkan perkembangan pada aspek pengetahuan kritis, pemahaman
D.Rumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran PBL terhadap keterampilan
bermain bola basket?
2. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran langsung terhadap
keterampilan bermain bola basket?
3. Apakah terdapat perbedaan pengaruh model pembelajaran PBL dengan model
pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket peserta
didik?
E.Tujuan Penelitian
1. Untuk meneliti pengaruh model pembelajaran PBL terhadap keterampilan
bermain bola basket.
2. Untuk meneliti pengaruh model pembelajaran langsung terhadap keterampilan
bermain bola basket.
3. Untuk meneliti perbedaan pengaruh model pembelajaran PBL dengan model
pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket peserta
didik.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memilih
dan menerapkan model pembelajaran yang baik untuk meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan peserta didik dalam menampilkan taktik
permainan bola basket.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peserta didik dan
guru. Peserta didik dapat lebih mudah dalam memahami konsep taktik
permainan bola basket sehingga dapat berperan aktif dalam setiap
alternatif atau referensi strategi mengajar dalam pembelajaran bola basket
dengan menggunakan model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian
ini.
G.Struktur Organisasi Penelitian
Struktur organisasi penelitian ini berisi lima bab, yaitu:
1. Bab I adalah pendahuluan yang di dalamnya berisi latar belakang masalah,
identifikasi masalah, hasil penelitian terdahulu, rumusan masalah penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan terakhir adalah struktur organisasi
penelitian.
2. Bab II adalah tinjauan pustaka yang berisi tentang kajian teori, model
pembelajaran PBL, model pembelajaran langsung, skenario pembelajaran,
permainan bola basket, keterampilan bermain bola basket, kerangka berpikir,
anggapan dasar, dan terakhir hipotesis.
3. Bab III adalah metode penelitian yang berisi tentang metode dan desain
penelitian, populasi dan sampel, waktu dan tempat penelitian, instrument
pengumpulan data, dan yang terakhir adalah pengolahan data.
4. Bab IV adalah hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang hasil uji
normalitas, uji homogenitas, uji beda yang didapat dari data kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, dan yang terakhir adalah pembahasan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan salah satu unsur yang penting dalam
melakukan suatu penelitian. Sutopo (2002:5) dalam Setiadi (2012:106) menjelaskan bahwa “metodologi penelitian merupakan bentuk dan strategi penelitian yang digunakan untuk memahami berbagai aspek penelitian atau pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan aktivitas penelitian”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
tepatnya kuasi eksperimen. Penggunaan metode penelitian eksperimen didasarkan
pada pendapat Maksum (2012:65) yaitu “…penelitian yang dilakukan secara ketat untuk mengetahui hubungan sebab akibat di antara variabel”.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari model
pembelajaran PBL terhadap peningkatan keterampilan bermain bola basket,
khususnya keterampilan bermain bola basket peserta didik pada tingkat sekolah
menengah pertama (SMP).
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah The matching
only control group pretest-posttest design. Pemakaian desain ini didasarkan pada
penggunaan dua kelompok subjek, kelompok pertama berperan sebagai kelompok
eksperimen dan kelompok kedua berperan sebagai kelompok kontrol.
Langkah awal dalam desain penelitian ini adalah pengambilan subjek dari
peserta didik yang tergabung ke dalam kegiatan ekstrakurikuler bola basket,
kemudian subjek diberi tes awal yang fungsinya untuk melihat kemampuan awal
kedua kelompok diberi perlakuan yaitu kelompok eksperimen diberi perlakuan
dengan menggunakan model pembelajaran PBL sedangkan kelompok kontrol
diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Kemudian,
kedua kelompok tersebut diberikan tes akhir. Desain penelitian adalah sebagai
berikut:
X1 Ta
X2 Tb
Gambar. 3.1. Desain Penelitian
(The matching-only pretest-posttest control group design, Frankel, 2006)
Keterangan gambar :
T1 : Pretest
M : Matching
X1 : Perlakuan model pembelajaran PBL
X2 : Perlakuan model pembelajaran langsung
T2 : Posttest kelompok eksperimen
T3 : Posttest kelompok kontrol
Subjek dalam penelitian ini diberi tes awal dengan melakukan permainan
bola basket selama 5 menit, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal
subjek dalam keterampilan bermain basket sebelum diberikan perlakuan. Tes awal
tersebut berguna untuk menyusun ranking dari setiap subjek, ranking yang
diperoleh subjek digunakan untuk pembentukan kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
Langkah-langkah tersebut berfungsi untuk penempatan subjek agar ada
kesetaraan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Setelah
M T1 X1 T2
terbentuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian kelompok
eksperimen diberi perlakuan berupa PBM dengan menggunakan model
pembelajaran PBL, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan PBM dengan
menggunakan model pembelajaran langsung.
Setelah subjek melalui rangkaian pembelajaran, kemudian subjek diberi tes
akhir yang prosesnya sama seperti pada saat tes awal, yaitu melalui tahapan
pengelompokkan kemudian melakukan permainan bola basket selama 5 menit.
Pengelompokkan subjek pada tes akhir didasarkan pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol, artinya subjek dari kelompok eksperimen tidak boleh
disatukan dengan subjek dari kelompok kontrol dan sebaliknya.
B.Populasi dan Subjek Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII, VIII, dan IX
SMP Negeri 2 Gununghalu tahun ajaran 2013-2014 yang tergabung dalam
kegiatan pengembangan diri bola basket yang berjumlah 97 orang. Penulis
mengambil populasi tersebut dikarenakan bahwa peserta didik yang tergabung
dalam kegiatan pengembangan diri bola basket sudah memiliki keterampilan
teknik dasar yang lebih baik dibanding peserta didik yang lain. Sehingga, mereka
bisa melakukan permainan bola basket dengan cukup baik. Tetapi, penguasaan
keterampilan teknik dasar tidaklah cukup dalam permainan bola basket. Setiap
pemain harus paham dari pentingnya peragaan taktik, dan untuk mengerti dan
memahaminya cukup sulit, sehingga memerlukan sebuah metode yang pas untuk
mengajarkannya.
2. Subjek Penelitian
Teknik pengambilan subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sampling ini karena subjek yang diambil adalah peserta didik SMPN 2
Gununghalu yang tergabung dalam kegiatan pengembangan diri bola basket.
dengan alasan bahwa peserta didik yang tergabung pada kegiatan pengembangan
diri bola basket dianggap telah mempunyai keterampilan teknik dasar permainan
bola basket yang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak ikut
kegiatan pengembangan diri bola basket.
Selain itu, peserta didik yang tergabung dalam kegiatan pengembangan diri
bola basket sudah melalui proses seleksi. Proses seleksi tersebut terdiri dari tes
teknik dasar dribbling dan passing (chest pass dan bounce pass), tes fisik yang
terdiri dari lari 20 m, push up dan sit up, terakhir adalah tes bermain bola basket.
Teknik pengambilan subjek tersebut sesuai dengan pendapat Maksum (2012:60) yang menjelaskan bahwa “purposive sampling atau sampel bertujuan adalah sebuah teknik pengambilan sampel yang ciri dan karakteristiknya sudah diketahui lebih dulu berdasarkan ciri atau sifat populasi”.
Selanjutnya Maksum (2012:60) menjelaskan, “pada dasarnya, tidak ada jumlah ideal dalam penentuan sampel. Yang justru perlu diperhatikan adalah
rambu-rambu penentuan jumlah sampel”. Ada empat faktor yang perlu
diperhatikan, yaitu (1) Derajat keseragaman, (2) Tingkat akurasi yang
dikehendaki, (3) Rencana analisis yang digunakan, dan (4) Tenaga, biaya, dan
waktu. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka jumlah subjek yang diambil
peneliti adalah peserta didik laki-laki kelas VII yang mengikuti kegiatan
pengembangan diri bola basket sebanyak 40 orang.
Untuk menentukan subjek yang masuk pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol adalah dengan cara matching (dicocokkan) berdasarkan
ranking, yaitu subjek yang berjumlah 40 orang diberi pretest, kemudian nilai yang
didapat masing-masing subjek diurut dari nilai yang tertinggi sampai terendah.
Langkah-langkah penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan
PEMBAGIAN KELOMPOK
Kelompok eksperimen kelompok kontrol
PEMBAGIAN KELOMPOK
Kelompok eksperimen kelompok kontrol
Berdasarkan gambar tersebut, subjek yang mempunyai ranking 1,4,5,8
sampai dengan 45 masuk ke dalam kelompok eksperimen, sedangkan subjek yang
mempunyai ranking 2,3,6,7 sampai dengan 43 masuk ke dalam kelompok kontrol.
C.Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat untuk melakukan penelitian adalah SMP Negeri 2 Gununghalu
Kabupaten Bandung Barat. Jumlah pertemuan dalam penelitian masing-masing
kelompok 16 kali, terdiri dari 2 kali pertemuan untuk melakukan pretest dan
posttest dan 14 kali pertemuan untuk melakukan proses perlakuan tiap kelompok,
jumlah pertemuan tiap minggu sebanyak 3 kali. Kelompok eksperimen diberi perlakuan tiap hari senin, rabu, dan jum’at, sedangkan untuk kelompok kontrol hari selasa, kamis, dan sabtu.
Pelaksanaan pretest pada hari selasa tanggal 29 April 2014, sedangkan proses pembelajaran untuk kelompok eksperimen dimulai dari hari jum’at tanggal 2 Mei 2014 sampai hari senin tanggal 2 Juni 2014. Kemudian untuk kelompok
kontrol, proses pembelajaran dimulai dari hari sabtu tanggal 3 Mei 2014 sampai
dengan hari selasa tanggal 3 Juni 2014. Pelaksanaan posttest pada hari rabu
tanggal 4 Juni 2014.
Jumlah pertemuan yang dilakukan dalam penelitian ini di dasarkan pada
pendapat Habbelinck dan Day (1998:28) dalam Febrianto (2012) yaitu, “the
effects of training can be observed after two or three weeks it is convenient to
label them medium term effects”. Maksudnya adalah bahwa akibat dari suatu
latihan dapat dilihat setelah dua atau tiga minggu berlatih.
D.Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua buah variabel, yaitu variabel bebas dan
pembelajaran PBL, sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah keterampilan
bermain bola basket.
Alur dalam penelitian ini adalah seperti di bawah ini:
Gambar.3.3 (alur penelitian) E.Instrumen Pengumpulan Data
Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini adalah the game
performance assessment instrument (GPAI). Oslin (1998) dalam Memmert (2008) menjelaskan “…was developedto measure game performance behaviors that demonstrate tactical understanding, as well as the player’s ability to solve tactical
problems by selecting and applyingappropriate skills”. Maksudnya adalah GPAI dikembangkan untuk mengukur keterampilan bermain yang menekankan pada
pemahaman taktik dan kemampuan menerapkan keterampilan gerak yang sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi permainan.
Komponen-komponen dalam GPAI meliputi decision making, skill
execution, adjust, cover, support, guard/mark, dan base. Keterangan dari
komponen-komponen tersebut tercantum dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1
Komponen GPAI (Mitchel & Oslin, 1999 dalam Pill, 2008) Populasi
Sampel
Kelompok kontrol Tes Awal Kelompok eksperimen
Model Pembelajaran Langsung
Tes Akhir Pengolahan Data
Hasil
Model Pembelajaran PBL
No Komponen Deskripsi
1 Decision making Membuat keputusan yang tepat tentang apa yang harus
dilakukan ketika sedang dalam permainan
2 Skill execution Peragaan keterampilan yang dipilih dengan efisien
3 Adjust Pergerakan pemain mencari ruang yang baik selama
permainan
4 Cover Memberikan penjagaan, dukungan, atau back up kepada
teman untuk merebut bola
5 Support
Memberi dukungan yang tepat kepada tim ketika menyerang, dengan cara menentukan posisi yang baik untuk menerima umpan
penilaian tiap komponen dan game performance (keterampilan bermain) dapat
dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.2
Kriteria Penilaian Keterampilan Bermain
No Komponen Kriteria
1 Decision making Bergerak maju ke daerah pertahanan lawan ketika tim sedang melakukan serangan
2 Skill execution Mengoper tepat kepada teman satu tim
3 Support
Ikut membantu serangan dengan cara menempatkan posisi yang baik (membuka ruang untuk menerima umpan dan melakukan shooting)
5 Base Kembali ke daerah bertahan ketika bola lepas dari penguasaan tim.
6 Cover Bersiap dalam formasi bertahan dan berusaha untuk merebut bola dari tim lawan
7 Guard Menjaga lawan yang menyerang baik yang memegang bola dan yang tidak
Table 3.3 Indeks Penilaian
Indeks Penjumlahan
Decision making index (DMI) Jumlah A DM ÷ Jumlah IA DM
Skill execution Index (SEI) Jumlah E SE ÷ Jumlah IE SE
Support Index (SI) Jumlah A S ÷ Jumlah IA S
Adjust Index (AI) Jumlah A A ÷ Jumlah IA A
Base Index (BI) Jumlah A B ÷ Jumlah IA B
Cover Index (CI) Jumlah A C ÷ Jumlah IA C
Guard Index (GI) Jumlah A G ÷ Jumlah IA G
Game Performance (DMI + SEI + SI + AI + BI + CI + GI) ÷ 7 Keterangan tabel 3.3:
A DM : appropriate decision making (membuat keputusan yang tepat)
IA DM : inappropriate decisionmaking (membuat keputusan yang tidak
tepat)
E SE : efficient skill execution (peragaan keterampilan yang efisien)
IE SE : inefficient skillexecution(peragaan keterampilan yang tidak
efisien)
IA S : inappropriate support (memberi dukungan yang tidak tepat)
A A : appropriate adjust (menyesuaikan secara tepat)
IA A : inappropriate adjust (menyesuaikan secara tidak tepat)
A B : appropriate base (kembali ke pertahanan secara tepat)
IA B : inappropriate base (kembali ke pertahanan secara tidak tepat)
A C : appropriate cover (menjaga pertahanan secara tepat)
IA C : inappropriate cover (menjaga pertahanan secara tidak tepat)
A G : appropriate guard (menjaga lawan secara tepat)
IA G : inappropriate guard (menjaga lawan secara tidak tepat)
1. Teknik Pengumpulan Data a) Pengambilan Data Pretest
Langkah-langkah yang digunakan untuk mengambil data pretest adalah
sebagai berikut:
1) Subjek penelitian dibagi kelompok dengan cara dirandom, kelompok yang
terbentuk sebanyak 8 kelompok.
2) Tiap kelompok terdiri dari 5 orang.
3) Tiap kelompok dirandom dan saling berlawanan untuk melakukan permainan
bola basket, jadi terbentuk 4 kali permainan.
4) Tiap permainan bola basket berlangsung selama 5 menit.
5) Untuk memudahkan pengambilan data, tiap permainan diambil videonya
dengan menggunakan handycam.
6) Proses observasi untuk mengambila data, dilakukan dengan cara melihat video.
b) Pengambilan Data Posttest
Langkah-langkah pengambilan data posttest dari kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dilakukan dengan cara yang sama, tapi waktu pelaksanaannya
berbeda. Langkah-langkah yang digunakan untuk mengambil data posttest adalah
1) Subjek penelitian dibagi kelompok dengan cara dirandom, kelompok yang
terbentuk sebanyak 4 kelompok.
2) Tiap kelompok terdiri dari 5 orang.
3) Tiap kelompok dirandom dan saling berlawanan untuk melakukan permainan
bola basket, jadi terbentuk 2 kali permainan.
4) Tiap permainan bola basket berlangsung selama 5 menit.
5) Untuk memudahkan pengambilan data, tiap permainan diambil videonya
dengan menggunakan handycam.
6) Proses observasi untuk mengambila data, dilakukan dengan cara melihat video.
2. Prosedur Penghitungan Skor
a) Skor yang diambil dari tiap sampel berasal dari 7 komponen keterampilan
basket yang ditunjukkan sampel ketika sedang bermain basket.
Komponen-komponen tersebut adalah Decision making (DM), Support (S), Skill
execution (SE), Adjust (A), Base (B), Cover (C), dan Guard (G). (Tabel 3.1)
b) Tiap-tiap komponen keterampilan basket tersebut mempunyai kriteria-kriteria
tertentu. (Tabel 3.2)
c) Skor tiap sampel yang sesuai dengan kriteria salah satu komponen
keterampilan basket dimasukkan ke dalam kolom A (tepat) atau E (efisien)
pada kolom komponen yang dimaksud. (Tabel 3.4 dan 3.5)
d) Skor tiap sampel yang tidak sesuai dengan kriteria salah satu komponen
keterampilan basket dimasukkan ke dalam kolom IA (tidak tepat) atau IE
(tidak efisien) pada kolom komponen yang dimaksud. (Tabel 3.4 dan 3.5)
e) Skor minimal setiap sampel baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai
dengan kriteria komponen keterampilan basket adalah 1. Artinya adalah
apabila ada salah satu sampel tidak mendapatkan skor baik itu yang sesuai
atau tidak sesuai dengan salah satu kriteria komponen permainan basket,
tersebut, selanjutnya apabila sampel mendapatkan skor (1,2,3, dst) baik itu
yang sesuai atau tidak sesuai dengan kriteria komponen permainan basket,
maka skor sampel tersebut ditambahkan dengan skor awal 1. (Tabel 3.6)
f) Langkah poin e dilakukan dengan alasan karena skor kosong (0) tidak bisa
dibagi dengan skor lain dan sebaliknya, karena hasilnya akan tidak terhingga
atau tetap kosong (0). Alasan lain dari penggunaan skor 1 sebagai skor awal
adalah untuk menyelamatkan skor komponen keterampilan bermain basket
(DM, S, SE, A, B, C, dan G) agar tetap bermakna.
g) Skor akhir pada setiap komponen keterampilan bermain basket (DM, S, SE,
A, B, C, dan G) adalah jumlah skor A dibagi jumlah skor IA (A/IA) atau
jumlah skor E dibagi jumlah skor IE (E/IE).
h) Nilai akhir yang menunjukkan keterampilan bermain (GP) sampel adalah
hasil penjumlahan dari skor masing-masing komponen keterampilan bermain
basket dibagi jumlah komponen keterampilan bermain basket.
i) Dalam setiap komponen terdapat 3 kolom kategori. Komponen SE terdiri dari
kolom efficient (E), inefficient (IE), dan efficient/inefficient (E/IE).
Sedangkan komponen DM, S, A, B, C, dan G masing-masing terdiri dari
kolom appropriate (A), inappropriate (IA), dan appropriate/inappropriate
(A/IA). (Tabel 3.4 dan 3.5)
j) Kolom A pada tiap-tiap komponen dan kolom E pada komponen SE
menunjukkan jumlah kesesuain penampilan individu dalam permainan
dengan kriteria masing-masing komponen. (Tabel 3.4 dan 3.5)
k) Kolom IA pada tiap-tiap komponen dan kolom IE pada komponen SE
menunjukkan jumlah ketidak-sesuain penampilan individu dalam permainan
l) Kolom A/IA dan kolom E/IE artinya adalah perilaku yang sesuai dibagi
perilaku yang tidak sesuai dengan kriteria komponen keterampilan bermain
basket. Kolom ini menunjukkan skor akhir dari masing-masing komponen.
(Tabel 3.4 dan 3.5)
Tabel 3.4
Lembar Observasi Keterampilan Bermain Basket
Ketika Tim Sedang Manguasai Bola
Lembar Observasi Keterampilan Bermain Basket
B = A/IA C = A/IA G = A/IA
Tabel 3.6
Contoh Pemberian Skor
Kolom 1 Kolom 2
A (Adjust)
Menjadi
A (Adjust)
Bergerak ke ruang baru setelah mengoper
Bergerak ke ruang baru setelah mengoper
A IA A/IA A IA A/IA
9 0 Tak
terhingga 10 1 10
A = tidak bermakna A = 10
Keterangan :
Kolom 1 : 9 : 0 = tak terhingga (tidak bermakna).
Kolom 2 : 10 : 1 = 10 (artinya skor akhir sampel pada komponen
Adjust adalah 10).
F. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data
Langkah-langkah untuk mengolah dan menganalisis data adalah dengan
menggunakan dua cara. Yang pertama dengan menggunakan program software
SPSS (Statistical Package for Social Science) 16.0, dan yang kedua dengan cara
1. Langkah-langkah yang ditempuh dengan menggunakan program software
SPSS 16.0 adalah sebagai berikut:
a) Uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk.
b) Uji homogenitas menggunakan Levene Statistic.
c) Uji beda pretest dengan posttest menggunakan Paired Samples Test (Paired
Differences).
d) Uji beda posttest kelompok eksperimen dengan posttest kelompok kontrol
menggunakan Independent Samples Test (t-test for Equality of Means).
2. Langkah-langkah yang ditempuh dengan cara manual adalah uji liliefors untuk
uji normalitas data, kemudian uji homogenitas data, dan uji t. Urutan
langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Menghitung rata-rata kelompok sampel dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
̅ ∑
Keterangan:
̅ = skor rata-rata yang dicari ∑ = jumlah nilai data
= jumlah sampel
b) Menghitung simpangan baku dengan rumus sebagai berikut:
√∑ ̅
Keterangan:
S = simpangan baku yang dicari
n = jumlah sampel
∑ ̅ = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
1) Pengamatan X1, X2, ………Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, …….Zn dengan
menggunakan rumus:
̅
2) Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku kemudian
dihitung peluang F(Z1) = P(Z11).
3) Selanjutnya menggunakan porsi hitung Z1, Z2, …….Zn Σ Zi. jika proposisi ini
dinyatakan F(Z1) - S(Zi), jika proposisi dinyatakan S(Zi), maka:
∑
4) Menghitung selisih F(Z1) - S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut.
Untuk menolak hipotesis, kita bandingkan L0 dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih. Kriteria adalah: tolak hipotesis nol jika L0 diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar
table. Dalam hal lainnya nol diterima.
d) Uji homogenitas
Untuk menguji kesamaan, menggunakan uji homogenitas dengan rumus
seperti di bawah ini:
Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis jika F hitung lebih kecil dari F
tabel distribusi dengan derajat kesamaan = (V1,V2) dengan taraf nyata α = 0,01
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
rumus statistik menurut Maksum (2012), yaitu dengan menggunakan t-test.
Rumus-rumus yang dipergunakan adalah:
1) Untuk menguji perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol, yaitu:
̅ ̅
√ ( ⁄ ⁄ )
Keterangan:
̅ : Mean pada distribusi kelompok eksperimen ̅ : Mean pada distribusi kelompok kontrol
: Nilai Varian pada distribusi kelompok eksperimen
: Nilai Varian pada distribusi kelompok kontrol
N1 : Jumlah individu pada kelompok eksperimen
N2 : Jumlah individu pada kelompok kontrol
Penggunaan rumus tersebut berguna untuk menguji signifikansi perbedaan
mean antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, hal ini sesuai dengan pendapat Maksum (2012) yaitu “uji t (t-test) adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji signifikansi perbedaan dua buah mean yang berasal dari dua buah distribusi”.
Skor yang didapat sampel sebelum diolah menggunakan rumus di atas,
terlebih dulu dimasukan ke dalam tabel, seperti pada tabel 3.7.
Untuk menentukan apakah perbedaan antara kelompok eksperimen dengan
dengan t tabel. Apabila t hitung lebih besar dari pada t tabel, maka perbedaan
antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol signifikan.
2) Untuk menguji perbedaan antara pretest dengan posttest dalam kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, yaitu:
∑
√ ∑ ∑
Keterangan:
D : Perbedaan setiap pasangan skor (prestest–posttest)
N : Jumlah Sampel
Penggunaan rumus di atas berguna untuk menganalisis perbedaan antara
hasil pretest dengan posttest pada masing-masing kelompok (kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol).
Sebelum diolah menggunakan rumus di atas, skor pretest dan posttest yang
didapat oleh masing-masing sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol terlebih dulu dimasukan ke dalam tabel, seperti pada tabel 3.7.
Tabel 3.7
Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen
subjek
Keterampilan Bermain
D D2
pretest Posttest
1
15
Σ
M
Untuk menentukan apakah perbedaan antara skor pretest dengan posttest
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol signifikan atau tidak, t hasil
perhitungan dikonsultasikan dengan t tabel. Apabila t hitung lebih besar dari pada
t tabel, maka perbedaan antara skor pretest dengan posttest pada kelompok
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang peneliti lakukan, maka peneliti
mengambil keputusan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang positif dari model pembelajaran PBL terhadap
keterampilan bermain bola basket peserta didik kelas VII.
2. Terdapat pengaruh yang positif dari model pembelajaran langsung terhadap
keterampilan bermain bola basket peserta didik kelas VII.
3. Terdapat perbedaan pengaruh dari model pembelajaran PBL dengan model
pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket peserta
didik kelas VII. Hasil perbandingan menunjukan bahwa model pembelajaran
PBL mempunyai pengaruh yang lebih baik di banding model pembelajaran
langsung.
B.SARAN
Bagi tenaga pengajar yang ingin mengajarkan keterampilan bermain bola
basket yang menuntut keterampilan dalam memilih eksekusi teknik dan aplikasi
taktik permainan, disarankan untuk memilih metode atau model pembelajaran
yang berorientasi pada student centered, karena hal tersebut akan membuat
kreatifitas peserta didik akan lebih berkembang dan mempunyai kepercayaan diri
dalam mengungkapkan atau mengimplementasikan pengetahuan yang mereka
miliki dengan baik. Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada student
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Depdiknas.(2009). Model-model Pembelajaran.
Djukanda. H. (2010). Pengaruh Pendekatan Problem Solving dan Guided Discovery dalam Mengajar Permainan Kecil Terhadap Kemampuan Motorik Siswa SD.(Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, Tidak diterbitkan).
Febrianto, B.W. (2012). Peningkatan Kemampuan Keterampilan Renang Gaya Dada Melalui Modifikasi Alat Bantu.Repository UPI.
FIBA.(2012). Official Basketball Rules. Rio de Janeiro. Brazil.
Gallahue, D.L. (1996). Development physical education for today’s children. USA.
Gower, Barry. (1997) Scientific Method: An historical and philosophical introduction. Routledge. London.
Hamalik, Oemar. (1980). Metoda Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung : Tarsito.
Hapsari, A.T. (2013). Status Keterampilan Bermain Bola Basket Pada Club NBC (Ngaliyan Basketball Center) Kota Semarang.UNS.
Maksum, Ali. (2012). Metodologi Penelitian dalam Olahraga.Unesa University Press. Surabaya.
Metzler, Michael W. (2000). Intrictional Model For Physical Education. Massachusetts: Allyn & Bacon.
Poerwadarminta, W.J.S. (1985). Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka. Jakarta.
PPPPTK Penjas dan BK. (2013). Panduan Penguatan Proses Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama.KEMDIKBUD. Bogor.
Rochman, Taupik. (2012). Pengaruh Model Hellison dan Kemampuan Kognitif Terhadap Sikap Tanggungjawab Siswa.(Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, 2012, Tidak diterbitkan).
Rose, D.J. (1997). Multilevel Approach To The Study Of Motor Control and Learning. USA.
Schmidt, R.A. (2000). Motor Learning and Performance.Human Kinetics. USA
Setiadi, A. (2012). Peran Pembelajaran IPS dalam Memperkokoh Karakteristik Bangsa.Tesis.STKIP Pasundan Cimahi.
Sternbeg, R. J. (2008). Psikologi Kognitif. Jogjakarta: Pustaka Belajar.
Sudrajat, Akhmad. (2011) Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction). [Online].Tersedia dihttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/ model-pembelajaran-langsung/
Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. CV. Bintang warli Artika. Bandung.
Tomoliyus.(2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Bola Basket. DEPDIKNAS.
Winarni, Sri. (2012). Model Cooperatif Dan Individual Learning Dalam Pendidikan Jasmani Untuk Mengembangkan Empati dan Toleransi.(Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, 2012, Tidak diterbitkan).
Zulfadhli Husni. (2012). Peningkatan keterampilanlay-up shoot pada permainan bola basket melalui prinsip urutan latihan. Jurnal Penelitian Pendidikan.
Jurnal
Alarcon, dkk. (2009). Effect of The Training Program On The Improvement of Basketball Players Decision Making. Universitat Autonoma de Barcelona.
Bethell, Sally dan Morgan, Kevin. (2011). Problem Based and experimental learning: Engaging students in an undergraduate physical education module. University of Wales Institute Cardiff. UK.
Chu B.C. et.al (2008) Application of Problem-basedLearning for “Physical
Education andRecreation Management” Courses.HKBU Institutional Repository.Hongkong.
Kaufman, D.S. (1998). Problem-Based Learning:Using Cases To Teach AboutHow To Deal With Ethical Problems. Dalhousie University.
Memmert, D dan Harvey, S. (2008). The Game Performance AssessmentInstrument (GPAI): Some Concernsand Solutions for Further Development. University of Heidelberg. Germany.
Pill, Shane. (2008). Involving students in the assessment of game performance in physical education.Flinders University School of Education.Finlandia.
Schmidt, H.G. et al. (2005). Problem-Based Learning as a ValuableEducational Method for Physically DisabledTeenagers? The Discrepancy BetweenTheory and Practice. University of the Netherlands.