• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Sistem Informasi Geografis sebagai Penentuan Kawasan Rawan Banjir di Kota Medan

N/A
N/A
Gabriel Julessio Tambunan

Academic year: 2024

Membagikan "Aplikasi Sistem Informasi Geografis sebagai Penentuan Kawasan Rawan Banjir di Kota Medan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/330934511

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) SEBAGAI PENENTUAN KAWASAN RAWAN BANJIR DI KOTA MEDAN

Article · December 2018

CITATIONS

12

READS

2,969

1 author:

Koko Tampubolon

National Research and Innovation Agency (BRIN) 65PUBLICATIONS   330CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Koko Tampubolon on 07 February 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

(2)

p-ISSN 2338-6754 e-ISSN 2581-1304

http://ejpp.balitbang.pemkomedan.go.id/index.php/JPP

Jurnal Pembangunan Perkotaan

Volume 6, Nomor 2, Juli – Desember 2018

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) SEBAGAI PENENTUAN KAWASAN RAWAN BANJIR DI KOTA MEDAN

Koko Tampubolon

Program Doktor Ilmu Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan 20155

*Penulis Korespodensi : [email protected]

Abstrak

Kejadian banjir di Kota Medan yang hampir rata-rata 10-12 kali/tahun sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran lokasi rawan banjir di Kota Medan berupa pemetaan melalui aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis menggunakan software ArcView GIS 3.2a. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder meliputi kemiringan lereng yang diperoleh dari pengolahan data Shuttle Radar Topography Mission (SRTM), data curah hujan yang diperoleh dari BMKG Sampali Medan dan penggunaan lahan yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sumatera Utara. Data tersebut di skoring kemudian di overlay sehingga diperoleh peta rawan banjir di Kota Medan. Hasil penelitian menunjukkan Kota Medan memiliki luas 8.236,10 ha (31,07%) tergolong sangat rawan banjir, kategori rawan banjir dengan luas 7.780,73 ha (30,10%), kategori sedang dengan luas 291,35 ha (1,10%), kategori kurang rawan banjir dengan luas 7.024,50 ha (26,50%), dan kategori tidak rawan banjir dengan luas 2.977,32 ha (11,23%).

Kata Kunci : Banjir, Kota Medan, Sistem Informasi Geografis

Pendahuluan

Kota Medan berpenduduk 2.210.743 jiwa memiliki luas wilayah 26.510 ha (265,10 km2) atau 3,6% dari luas keseluruhan provinsi Sumatera Utara (BPS SUMUT, 2015). Hasibuan dkk., (2005) menyatakan bahwa kejadian banjir di Kota Medan hampir rata-rata 10-12 kali/tahun sangat dipengaruhi oleh kondisi sungai Deli dan Belawan di daerah hulu.

Mencakup Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan serta disebabkan oleh 2 (dua) hal yaitu :

1. Banjir akibat kiriman dari daerah hulu

2. Banjir di kota Medan sendiri akibat kondisi drainase kota yang sangat buruk (poor drainage).

Kota Medan dilalui oleh 3 (tiga) sungai besar yaitu Sungai Belawan, Sungai Deli, dan Sungai Denai, yang tersebar di wilayah Kota Medan. Bencana banjir di Kota Medan terjadi setiap tahunnya. Beberapa peristiwa banjir pada tahun 2011 sampai 2016 di Kota Medan sebagai berikut :

1. Pada tanggal 01 April 2011 ratusan rumah di pinggiran Sungai Babura, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan terendam banjir hingga setinggi lebih 2 meter. Banjir ini terjadi akibat air kiriman dari hulu Sungai Belawan di kawasan Sibolangit Deli Serdang. Banjir yang merendam ratusan rumah, membuat warga terpaksa mengungsi ketempat yang lebih tinggi (BPBD PEMKO MEDAN, 2013).

2. Pada tanggal 05 Juli 2012 terjadi banjir di Jl. Setia Budi gang Abadi, Kecamatan Medan Sunggal. Pada

tanggal 05 Oktober 2012 terjadi banjir diakibatkan Sungai Deli meluap dengan ketinggian air 1 meter di Kelurahan Kampung Aur dan Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimun.

Ratusan rumah penduduk terendam banjir (BPBD PEMKO MEDAN, 2013).

3. Pada tanggal 04 Januari 2013 terjadi banjir diakibatkan Sungai Deli meluap di 6 (enam) Kelurahan di Kecamatan Medan Maimun yaitu Kelurahan Aur, Sukaraja,

4. Sei Mati, Jati, Hamdan dan Kampung Baru. Rumah penduduk terendam banjir sebanyak 1.633 KK dan 5.150 Jiwa (BPBD PEMKO MEDAN, 2013).

5. Pada tanggal 13 Februari 2013 terjadi banjir diakibatkan meluapnya Sungai Sikambing di 2 (dua) Kelurahan Kecamatan Medan Petisah yaitu Kelurahan Sei Putih Barat dan Sei Sikambing.

Rumah penduduk yang digenangi air setinggi ± 60 cm sebanyak ± 180 KK (BPBD PEMKO MEDAN, 2013).

6. Pada tanggal 19 Desember 2014 terjadi banjir diakibatkan hujan deras di kawasan Jl Rawe V, Lingkungan VII, Tangkahan, Kecamatan Medan Labuhan setinggi lebih 1 meter (Tribun Medan, 2014).

7. Pada tanggal 24 November 2015 terjadi banjir diakibatkan hujan deras di kawasan Jl Sena, Jl.

Sutomo dan Jl. Perintis Kemerdekaan setinggi 40 cm (Tribun Medan, 2015).

8. Pada tanggal 08 Februari 2016 terjadi banjir akibat hujan dengan intensitas sangat deras di 7 (tujuh)

(3)

Jurnal Pembangunan Perkotaan 6 (2) (2018): 63-68 64

kecamatan Kota Medan yaitu : Kecamatan Medan Selayang Kelurahan Beringin, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Helpetia, Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan Petisah. Korban Jiwa 50 KK dengan Tinggi muka air 1,2 meter (BNPB, 2016).

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2011), banjir merupakan limpasan air yang tinggi muka air normal, sehingga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di sisi sungai. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir diantaranya adalah curah hujan dalam jangka waktu yang lama, terjadi erosi tanah yang menyisakan batuan dan tidak ada resapan air, tersumbatnya aliran air karena penanganan sampah yang buruk dan justru dibuang ke dalam air, bendungan dan saluran air yang rusak, penebangan hutan secara liar dan tidak terkendali, topologi suatu wilayah kiriman atau karena banjir bandang, alih fungsi lahan dan tanah menjadi pemukiman dan perkantoran.

Pemetaan banjir merupakan usaha mempresentasikan data yang berupa angka atau tulisan tentang distribusi banjir ke dalam bentuk peta agar persebaran datanya dapat langsung diketahui dengan mudah dan cepat. Overlay dilakukan setelah masing- masing data sudah diskor dan diberi bobot. Hasil dari overlay berupa peta rawan banjir. Untuk menyajikan data yang menunjukkan distribusi keruangan atau lokasi dari sifat-sifat datanya, maka hendaknya informasi ini ditunjukkan dalam bentuk peta (Bintarto dan Hadisumarno, 1991).

Beberapa penelitian yang telah melakukan analisa wilayah rawan banjir dengan menggunakan sistem informasi geografis (SIG) sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Rahratmoko (2005) telah mengadakan penelitian mengenai pemetaan kerentanan banjir pada kawasan permukiman di Kota Yogyakarta menggunakan citra ikonos-2 dan sistem informasi geografis. Hasil dari penelitian adalah Peta Kerentanan Banjir dengan kategori tidak rentan dengan luas 0,76 km2 (2,35%), kurang rentan dengan luas 1,62 km2 (5,02%), rentan sedang dengan luas 66,32 km2 (19,57%), rentan dengan luas 8,92 km2 (27,62%), dan sangat rentan dengan luas 14,89 km2 (45,45%).

Widiastuti (2002) dalam penelitiannya menggunakan aplikasi citra satelit landsat Thematic Mapper dan Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Daerah Rawan Banjir di Sebagian Daerah Aliran Sungai Brantas Propinsi Jawa Timur (Studi Kasus Di Kabupaten Temanggung). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kerawanan banjir di daerah penelitian dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu kelas rawan banjir seluas 12.216,06 ha, kelas cukup rawan seluas 32.454,27 ha dan kelas agak rawan seluas 576,99 ha.

Berdasarkan peristiwa banjir di Kota Medan, maka diperlukan upaya antisipasi dini terhadap bahaya banjir melalui pemetaan sehingga dapat memperkecil resiko terjadinya banjir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran lokasi rawan banjir di Kota Medan berupa pemetaan.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kegiatan pengumpulan data dan penyusunan data, pengolahan data dan selanjutnya dianalisis dan dideskripsikan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder meliputi kemiringan lereng yang diperoleh dari pengolahan data Shuttle Radar Topography Mission (SRTM), data curah hujan yang diperoleh dari BMKG Sampali Medan dan penggunaan lahan yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Sumatera Utara. Data-data tersebut di skoring kemudian di overlay sehingga diperoleh peta rawan banjir di Kota Medan (Gambar 1).

Gambar 1. Alur Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN

Persebaran lokasi rawan banjir diketahui dengan melakukan skoring dan overlay dari setiap parameter.

Parameter tersebut adalah kemiringan lereng, curah hujan dan penggunaan lahan. Berikut data dan skoring setiap parameter :

Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng di Kota Medan tergolong datar (0-8%) dan landai (8-15%).

Gambar 2. Data Tabular Kemiringan Lereng Kota Medan

Data ini kemudian di skoring berdasarkan Tabel 1 berikut :

(4)

Tabel 1. Nilai Skoring Kelas Kemiringan Lereng (%) Kemiringan

Lereng Klasifikasi Lereng Nilai Skoring

0-8 % Datar 5

8-15 % Landai 4

15-25 % Bergelombang 3

25-45 % Curam 2

> 45 % Sangat Curam 1

Setelah di skoring kemudian dibuat peta untuk kemiringan lereng.

Gambar 3. Peta Kemiringan Lereng di Kota Medan Curah Hujan

Curah hujan di Kota Medan tergolong klasifikasi rendah (1000-2000 mm/tahun) dan sedang (2000-3000 mm/tahun).

Gambar 4. Data Tabular Curah Hujan Kota Medan Data ini kemudian di skoring berdasarkan Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Nilai Skoring Kelas Curah Hujan Interval Curah

Hujan (mm/tahun) Klasifikasi Hujan Nilai Skoring 0 – 1000 Sangat Rendah 5

1000 – 2000 Rendah 4

2000 – 3000 Sedang 3

3000 – 4000 Tinggi 2

> 4000 Sangat Tinggi 1

Setelah di skoring kemudian dibuat peta untuk curah hujan.

Gambar 5. Peta Curah Hujan di Kota Medan Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kota Medan dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai berikut :

Gambar 6. Data Tabular Penggunaan Lahan di Kota Medan

Data ini kemudian di skoring berdasarkan Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Nilai Skoring Kelas Penggunaan Lahan Penggunaan Lahan Nilai Skoring

Industri 5

Permukiman Padat 5

Komersil 5

Permukiman 4

Perumahan 3

Perguruan Tinggi 3

Mangrove 2

Kawasan Hijau 1

Setelah di skoring kemudian dibuat peta untuk penggunaan lahan.

(5)

Jurnal Pembangunan Perkotaan 6 (2) (2018): 63-68 66

Gambar 7. Peta Penggunaan Lahan di Kota Medan Setelah data-data tersebut sudah di skoring, maka langkah selanjutnya adalah penentuan nilai tingkat kerawanan banjir dilakukan dengan menggunakan metode pengharkatan (scoring), yaitu memberikan nilai/

harkat pada setiap satuan pemetaan suatu parameter banjir. Harkat tiap parameter penilai kerawanan banjir ditentukan dalam klas-klas yang telah ditentukan. Setiap parameter kerawanan banjir mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap kerawanan banjir, maka setiap parameter tersebut juga akan mempunyai faktor penimbang/bobot masing-masing. Pemberian faktor penimbang untuk klasifikasi kerawanan banjir Kota Medan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.Pengharkatan Klasifikasi Kerawanan Banjir Kota Medan

Parameter Skor Min

Skor Max

Skor Penimbang

KL 1 5 5

CH 1 5 3

PL 1 5 4

Keterangan : KL (Kemiringan Lereng); CH (Curah Hujan); PL (Penggunaan Lahan).

Nilai kerawanan banjir didapatkan dengan cara menjumlahkan skor/harkat tiap parameter kerentanan banjir yang sebelumnya telah dikalikan dengan faktor pembobotnya terlebih dahulu. Parameter kerawanan banjir tersebut adalah kemiringan lereng, curah hujan dan penggunaan lahan. Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kerawanan banjir tiap satuan pemetaan adalah sebagai berikut:

Rawan Banjir = 5*(KL) + 3*(CH) + 4*(PL)

Faktor pembobot paling tinggi diberikan kepada kemiringan lereng sebesar 5 dengan alasan parameter fisik lahan ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kerawanan banjir. Semakin curam kemiringan lereng tidak akan menyebabkan banjir walaupun dalam keadaan hujan yang lebat karena aliran permukaannya akan selalu mengalir untuk mencari permukaan yang rendah hingga ditemukan tempat yang datar. Curah hujan diberi faktor penimbang sebesar 3.

Curah hujan cukup mempunyai pengaruh terhadap kerawanan banjir. Penggunaan lahan diberi faktor penimbang sebesar 4. Penggunaan lahan merupakan faktor yang cukup berpengaruh dalam kerawanan banjir.

Penggunaan lahan kota pada umumnya berisi bermacam-macam bangunan dengan kontruksi beton dan aspal untuk jalan. Penggunaan lahan tersebut mengurangi lahan-lahan terbuka yang masih berupa tanah. Sehingga kemampuan permukaan untuk menyerap air semakin berkurang karena tertutup oleh beton dan aspal.

Hasil skoring dari tiap-tiap parameter tersebut kemudian dilakukan overlay. Pembuatan jumlah kelas yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 5 (lima) kelas dengan alasan untuk lebih jelas dan memudahkan dalam melihat sebaran tingkat kerawanan banjir. Skor kerawanan yang dihasilkan adalah penjumlahan dari tiap parameter fisik lahan yang telah dikalikan dengan faktor penimbangnya. Tingkat kerawanan banjir sangat rawan diperoleh jika nilai kerawanan banjir tinggi, dimana skor ini merupakan hasil penjumlahan nilai tertinggi dari tiap parameter. Semakin kecil nilai skor kerawanan banjir yang dihasilkan dari penjumlahan tiap parameter maka tingkat kerawanan banjir akan semakin rendah. Untuk menentukan interval kerawanan banjir digunakan rumus sebagai berikut :

Kelas Interval = 𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐓𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢−𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐓𝐞𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡

𝟓

= 𝟓𝟒−𝟐𝟗𝟓 = 5

Berdasarkan hasil perhitungan tiap-tiap parameter dan analisis SIG, maka diperoleh kriteria nilai skor kerawanan banjir dibawah ini:

Tabel 5. Kriteria Kerawanan Banjir di Kota Medan Tingkat Rawan

Banjir Skor Luas

(ha) %

Sangat Rendah 29 – 34 2.977,32 11,23 Rendah 34 – 39 7.024,50 26,50 Sedang 39 – 44 291,35 1,10

Tinggi 44 - 49 7.980,73 30,10 Sangat Tinggi 49 – 54 8.236,10 31,07

Total 26.510 100

Berdasarkan hasil analisis SIG, diperoleh 5 (lima) kategori areal rawan banjir di Kota Medan. Maka dapat disimpulkan bencana banjir kemungkinan sangat rawan di Kota Medan sebesar 31,07% (Gambar 8).

Daerah rawan banjir Kota Medan dibagi menjadi 5 kelas yaitu kelas sangat tinggi (sangat rawan banjir) dengan luas 8.236,10 ha (31,07%) meliputi seluruh kecamatan di Kota Medan. Kelas tinggi (rawan banjir) dengan luas 7.780,73 ha (30,10%) meliputi hampir semua kecamatan kecuali Kecamatan Medan Denai dan Medan Area. Kelas sedang dengan luas 291,35 ha (1,10%) meliputi kecamatan Medan Deli, Medan Helvetia, Medan Johor, Medan Labuhan, Medan Marelan, dan Medan Sunggal. Kelas rendah (kurang rawan banjir) dengan luas 7.024,50 ha (26,50%) meliputi Kecamatan Medan Belawan, Medan Marelan, Medan Labuhan, Medan Deli, Medan Barat, Medan Polonia, Medan Selayang, Medan Amplas, Medan Sunggal dan Medan Timur. Kelas sangat rendah (tidak

(6)

rawan banjir) dengan luas 2.977,32 ha (11,23%) meliputi Kecamatan Medan Selayang, Medan Tuntungan, Medan Belawan, dan Medan Johor.

Gambar 8. Peta Klasifikasi Bahaya Banjir Kota Medan

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pemerintah Kota Medan lebih siaga dalam menanggulangi daerah- daerah yang memiliki potensi banjir yang tinggi. Hal ini perlu dilakukan koordinasi antara instansi pemerintahan Kota Medan (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dengan masyarakat. Salah satu tugas BPBD Pemerintah Kota Medan disini adalah aktif membuat dan memperbaharui peta prediksi klasifikasi bahaya banjir setiap bulannya. Tugas ini tidak terlepas dari bantuan kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang lain seperti Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan, Dinas Perumahan dan Permukiman, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Lingkungan Hidup dan BMKG Sampali Medan.

Kesimpulan

Membangun sistem informasi geografis (SIG) dengan software Arcview GIS dan metode scoring dan overlay ini dapat digunakan dalam menganalisa dan memetakan bencana banjir bulanan dan tahunan di Kota Medan sebagai antisipasi dini bencana.

Kerawanan banjir di Kota Medan diperoleh 5 kelas

rawan banjir, yaitu kelas sangat tinggi (sangat rawan banjir) sebesar 31.07%, kelas tinggi (rawan banjir) sebesar 30.10%, kelas sedang sebesar 1.10%, kelas rendah (kurang rawan banjir) sebesar 26.50%, kelas sangat rendah (tidak rawan banjir) sebesar 11.23%.

Daftar Pustaka

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

2011. Indeks Rawan Bencana Indonesia.

http://bnpb.go.id/website/file/pubnew/111.pdf.

Diakses tanggal 12 Juli 2016

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

2016. Banjir di Kota Medan Sudah Surut.

http://www.bnpb.go.id/berita/2802/banjir-di- kota-medan-sudah-surut. Diakses pada tanggal 11 Juli 2016

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pemerintahan Kota Medan. 2013. Kejadian Bencana, Ancaman Bencana dan Data Bencana di Kota Medan.

http://bpbd.pemkomedan.go.id/statis-8-data- bencana-kota-medan.html. Diakses pada tanggal 11 Juli 2016

Badan Pusat Statistik. 2015. Sumatera Utara Dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Medan

(7)

Jurnal Pembangunan Perkotaan 6 (2) (2018): 63-68 68

Bintarto, R dan S. Hadisumarno. 1991. Metode Analisa Geografi. LP3ES, Jakarta

Hasibuan, G. M., H. B. Tarmizi., Asren., Ramli., Darwin. Z. 2005. Pengelolaan Terpadu Banjir Kota Medan. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Wahana Hijau, 1 (1): 34 - 43

Rahratmoko, D. 2005. Pemetaan Kerentanan Banjir Pada Kawasan Permukiman di Kota Yogyakarta Menggunakan Citra Ikonos-2 dan Sistem Informasi Geografi. Skripsi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Tribun Medan. 18 Desember 2014. Diakses pada tanggal 12 Juli 2016

Tribun Medan. 24 November 2015. Diakses pada tanggal 12 Juli 2016

Widiastuti. 2002. Aplikasi Citra Satelit Landsat Thematic Mapper dan Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Daerah Rawan Banjir Di Sebagian Daerah Aliran Sungai Brantas Propinsi Jawa Timur (Studi Kasus Di Kabupaten Temanggung). Skripsi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

View publication stats

Referensi

Dokumen terkait

nikmat dan rahmat- NYA kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul “ Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Penentuan Jalur Evakuasi Bencana Banjir.. Luapan Sungai

Perancangan sistem informasi geografis daerah rawan banjir Kota Semarang berbasis web, dengan menggunakan teknik overlay dari kemiringan lereng, penggunaan lahan dan curah

Judul : Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara).. Nama

Peneltian yang berjudul “Analisis Klasifikasi Tingkat Kerentanan Daerah Rawan Banjir Berbasis Sistem Informasi Geografis” pada dasarnya memiliki 3 (tiga) variabel

Tingkat rawan banjir yang mendominasi Kota Bandar Lampung adalah tingkat kerawanan banjir sedang seluas 104,74 km 2 (57,28%), Daerah yang memiliki potensi rawan

Peneltian yang berjudul “Analisis Klasifikasi Tingkat Kerentanan Daerah Rawan Banjir Berbasis Sistem Informasi Geografis” pada dasarnya memiliki 3 (tiga) variabel

Dari desain Sistem Informasi Geografis Daerah Rawan Banjir Kabupaten Jember telah dibuat aplikasi dalam bentuk web sehinga dapat memberikan data dan informasi bagi

Sistem informasi geografis digunakan untuk memetakan daerah rawan banjir di Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara