ARAH PERKEMBANGAN DESENTRALISASI DI INDONESIA
Oleh :
FERNANDES SIMANGUNSONG
Kesepakatan
Bersama
Selamat…
Selamat…
Pagi!
Pagi!
Semangat…
Semangat…
Pagi!
Pagi!
PESERTA PESERTA
BIMTEK BIMTEK
Luar…..Biasa Luar…..Biasa
Salam Kita
Biodata Narasumber
• Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si
• Lahir : Jambi, 4 Maret 1977
• NIP : 19770304 1995 11 1 001
• Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)
• Pangkat : Pembina TK. I (IV/b)
• Instansi : Kampus IPDN Jatinangor
• Alamat : Komp. Singgasana Pradana
Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-BANDUNG
• Email : [email protected]
• HP : 08122445916
• WA : 082119982722
• Website : www.fernandessimangunsong.com
A. PENDAHULUAN
• Dilihat dari karakteristik demografis, geografis, politik, ekonomi maupun sosial budaya, pemerintahan Indonesia harus dikelola secara desentralistik. Desentralisasi merupakan conditio sine qua non bagi Indonesia.
• Perubahan desentralisasi di Indonesia dewasa ini dapat
dikategorikan sebagai sebuah revolusi desentralisasi, karena mencakup dimensi yang sangat luas dan bersifat menyeluruh serta dengan kecepatan tinggi.
• Agar dapat mengikuti irama perubahan, semua pihak perlu terus menerus belajar sehingga tercipta organisasi
pembelajaran (organization learning), yang didukung oleh kelompok pembelajaran (group learning) dan individu
pembelajaran (individual learning).(lihat Peter M. Senge).
PEMBAGIAN KEKUASAAN PEMERINTAHAN MENURUT BENTUK NEGARA
Konfederasi Federasi Unitaris
* * * 22/99 5/74 32/2004
sangat desentralistik sangat sentralistik
PERGESERAN PENDULUM DESENTRALISASI ANTARA UU 5/1974, UU 22/1999 DAN UU 32/2004
UU 5/1974 UU 22/1999 UU 32/2004
D S D S D S
Sentralistik Desentralistik Berkeseimbangan S = Sentralisasi
D = Desentralisasi
B. ARAH PERKEMBANGAN DESENTRALISASI DI INDONESIA
• Perkembangan desentralisasi di Indonesia selama ini bagaikan sebuah pendulum, yang bergerak dari titik sentralisasi ke titik desentralisasi dan sebaliknya. Pilihan politik untuk menuju ke salah satu titik secara ekstrim akan diikuti oleh upaya politik untuk mengembalikan pendulum ke titik keseimbangan.
• Apabila UU Nomor 5 Tahun 1974 condong berada pada titik sentralistik, maka sebaliknya UU Nomor 22 Tahun 1999
condong berada pada titik desentralistik. UU Nomor 32 Tahun 2004 nampaknya berupaya berada pada titik keseimbangan (equilibrium), yang memberi tempat seimbang antara
sentralisasi dan desentralisasi. Hal ini tidak terlepas dari
karakter dasar negara kesatuan dimana transfer kewenangan
dalam rangka desentralisasi berasal dari pemerintah pusat.
Perbandingan Antara UU No. 5/1974 Perbandingan Antara UU No. 5/1974
dengan UU No. 22/1999 dengan UU No. 22/1999
NO DIMENSI
PERBANDINGAN UU No. 5/74 UU No. 22/99
1. Dasar Filosofi Keseragaman (Uniformitas)
Keanekaragaman dalam kesatuan 2. Pembagian Satuan
Pemerintahan Pendekatan tingkatan (level), ada Dati I dan Dati II
Pendekatan besaran dan isi otonomi (size and content), ada daerah besar dan daerah kecil yang masing-masing
mandiri, ada daerah dengan isi otonomi terbatas dan ada yang otonominya luas
3. Fungsi Utama
Pemerintah Daerah Promotor
Pembangunan Pemberi Pelayanan Masyarakat
NO DIMENSI
PERBANDINGAN UU No. 5/74
UU No. 22/99
4. Penggunaan Asas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Seimbang antara Desentralisasi, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan pada semua
tingkatan
Desentralisasi terbatas pada Daerah Propinsi, dan luas pada Daerah Kabupaten/Kota;
Dekonsentrasi terbatas pada Kabupaten/Kota dan luas pada Propinsi;
Tugas Pembantuan yang pada semua tingkatan pemerintahan, sampai ke Desa
5. Pola Otonomi Simetris A-Simetris
6. Model Organisasi
Pemerintah Daerah Structural
Efficiency Model
Local Democratic Model
7. Unsur Pemerintah
Daerah Kepala Daerah dan
DPRD Kepala Daerah dan
Perangkat Daerah
NO DIMENSI
PERBANDINGAN UU No. 5/74
UU No. 22/99
8. Mekanisme transfer
kewenangan Ada kewenangan pangkal yang
diserahkan melalui UU dan ada kewenangan tambahan yang
diserahkan melaui PP (Ultravires Principles)
Pengaturan dilakukan dengan pengakuan kewenangan, Isi
kewenangan Pem. Pusat dan Propinsi sebagai daerah otonom terbatas, sedang isi kew. Daerah Kabupaten/Kota luas (General Competence Principles)
9. Unsur Pemda yang memegang peranan dominan
Badan Eksekutif Daerah (Executive Heavy)
Badan Legislatif Daerah (Legislative Heavy)
10. Pola Pemberian
Dana/Anggaran Fungsi mengikuti
Uang (Function follow money)
Uang mengikuti fungsi (Money follow function)
11. Sistem Kepegawaian SistemTerintegrasi (Integrated System)
Sistem Terpisah (Separated System)
NO DIMENSI
PERBANDINGAN
UU No. 5/74 UU No. 22/99
12. Sistem
Pertanggungjawaban Pemerintahan
Ke atas Ke samping
13. Sistem Pengelolaan Keuangan Antar Asas pemerintahan
Dijadikan Satu Dalam
APBD Dikelola Secara
Terpisah Untuk
Masing-masing Asas 14. Kedudukan Kecamatan Sebagai Wilayah
Administratif Pemerintahan
( Menjalankan Asas Dekonsentrasi
Sebagai Lingkungan Kerja Perangkat
Daerah
15. Kedudukan Camat Sebagai Kepala
Wilayah Sebagai Perangkat Daerah
16. Kedudukan Desa Sebagai bawahan
Kecamatan Relatif Mandiri 17. Pertanggungjawaban
Kepala Desa Kepada Camat Kepada rakyat Melalui BPD
Perbandingan Antara UU 22/1999
Perbandingan Antara UU 22/1999 dgn UU 32/2004 dgn UU 32/2004
NO DIMENSI
PERBANDINGAN UU No. 22/99
1. Dasar Filosofi Keanekaragaman dalam kesatuan 2. Pembagian Satuan
Pemerintahan Pendekatan besaran dan isi otonomi (size and content), ada daerah besar dan daerah kecil yang masing-masing
mandiri, ada daerah dengan isi otonomi terbatas dan ada yang otonominya luas
3. Fungsi Utama
Pemerintah Daerah Pemberi Pelayanan Masyarakat
UU No. 32/2004 Keanekaragaman dalam kesatuan
Pendekatan besaran dan isi otonomi (size and content
approach), dengan menekankan pada pembagian urusan yg berkeseimbangan berdasarkan asas eksternalitas,
akuntabilitas, efisiensi
Pemberi Pelayanan Masyarakat
NO DIMENSI
PERBANDINGAN
UU No. 22/99
4. Penggunaan Asas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Desentralisasi terbatas pada Daerah Propinsi, dan luas pada Daerah Kabupaten/Kota;
Dekonsentrasi terbatas pada Kabupaten/Kota dan luas pada Propinsi;
Tugas Pembantuan yang berimbang pada semua tingkatan pemerintahan.
5. Pola Otonomi A-Simetris
6. Model Organisasi Pemerintah Daerah
Local Democratic Model
7. Unsur Pemerintah
Daerah Kepala Daerah dan
Perangkat Daerah
UU No. 32/2004
Desentralisasi diatur berkeseimbangan antara Daerah Propinsi,
Kabupaten/Kota;
Dekonsentrasi terbatas pada Kabupaten/Kota dan luas pada Propinsi;
Pemberian Tugas
Pembantuan pada semua tingkatan pemerintahan, termasuk Desa.
A-Simetris
Perpaduan antara Local Democratic Model
dengan Structural efficiency model
Kepala Daerah dan Perangkat Daerah
NO DIMENSI
PERBANDINGAN
UU No. 22/99
8. Mekanisme transfer kewenangan
Pengaturan dilakukan dengan pengakuan kewenangan, Isi
kewenangan Pem. Pusat dan Propinsi sebagai daerah otonom terbatas, sedang isi kew. Daerah Kabupaten/Kota luas (General Competence Principles)
9. Unsur Pemda yang memegang peranan dominan
Badan Legislatif Daerah (Legislative Heavy)
10. Pola Pemberian Dana/Anggaran
Uang mengikuti fungsi (Money follow function)
11. Sistem Kepegawaian Sistem Terpisah (Separated System)
UU No. 32/2004
Tidak menggunakan pendekatan kewenangan melainkan pendekatan urusan, yg didalamnya terkandung adanya
aktivitas, hak, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab.
(General Competence Principles)
Menggunakan prinsip check and balances antara Pemda dgn DPRD
Uang mengikuti fungsi (Money follow function)
Mixed System, dgn memadukan antara Integrated System dgn Separated System
NO DIMENSI
PERBANDINGAN
UU No. 22/99
12. Sistem
Pertanggungjawaban Pemerintahan
Ke samping kepada DPRD
13. Sistem Pengelolaan Keuangan Antar Asas pemerintahan
Dikelola Secara Terpisah Untuk
Masing-masing Asas 14. Kedudukan
Kecamatan Sebagai Lingkungan Kerja Perangkat
Daerah
15. Kedudukan Camat Sebagai Perangkat Daerah
16. Kedudukan Desa Relatif Mandiri 17. Pertanggungjawaban
Kepala Desa Kepada rakyat Melalui BPD
UU No. 32/2004
Kepada konstituen : - Pusat laporan -DPRD keterangan -rakyat Informasi Dikelola Secara Terpisah Untuk
Masing-masing Asas Sebagai Lingkungan Kerja Perangkat
Daerah
Sebagai Perangkat Daerah
Relatif Mandiri
Tidak diatur secara khusus dlm UU, diatur dalam Perda
berdasarkan PP
C. Perubahan Penting Di dalam UU Nomor 32 Tahun 2004
• Desentralisasi diselenggarakan untuk mencapai 3 (tiga) tujuan yakni :
a. Tujuan politik, yaitu untuk mendemokratisasikan infrastruktur dan suprastruktur politik.
b. Tujuan administratif, yaitu untuk memaksimumkan nilai 4E (efektivitas, efisiensi, ekuiti/keadilan, ekonomik).
c. Tujuan sosial-ekonomi, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ketiga tujuan desentralisasi tsb di atas perlu dicapai secara
simultan, dalam arti pencapaian tujuan yang satu tidak boleh
mengabaikan pencapaian tujuan yang lainnya.
PERKEMBANGAN TUJUAN POLITIK
• Tujuan politik dari desentralisasi adalah pengembangan demokrasi pada infrastruktur dan suprastruktur politik. Demokratisasi
infrastruktur politik antara lain ditandai dengan perubahan sistem pemilihan umum, dari sistem proporsional, perpaduan proporsional dengan sistem distrik, menuju ke sistem distrik sepenuhnya.
• Di tingkat nasional, presiden dan wakil presiden dipilih secara
langsung oleh para pemilih. Selain itu terdapat perubahan paradigma pemerintahan dari Pembagian Kekuasaan (distribution of power)
menjadi Pemisahan Kekuasaan (separation of power), dengan
pemisahan secara jelas fungsi eksekutif, legislatif maupun yudikatif.
• Di tingkat desa, kepala desa sejak dari dahulu telah dipilih secara langsung.
• Demokratisasi pada suprastruktur politik lokal antara lain ditandai
dengan pemilihan kepala daerah secara langsung, yang diikuti dengan perubahan sistem pertanggungjawabannya. Prinsipnya mereka yang dipilih bertanggung jawab pada yang memilih.
• Fungsi legislasi DPRD diperkuat, karena kekuasaan menyusun Perda berada di tangan DPRD (lihat pasal 95 ayat 1 PP Nomor 95 Tahun
2004).
Kelebihan P
Kelebihan P ILKADA ILKADA Secara Langsung Secara Langsung : :
1 1 . Demokrasi . Demokrasi diharapkan diharapkan akan berjalan akan berjalan lebih lebih baik baik . . 2. Posisi 2. Posisi KDH lebih kuat ( KDH lebih kuat (legitimate) legitimate), , sehingga sehingga
penyelenggaraan pemerintahan daerah diharapkan penyelenggaraan pemerintahan daerah diharapkan menjadi lebih stabil. menjadi lebih stabil.
3. Suara rakyat lebih didengar
3. Suara rakyat lebih didengar,sehingga akuntabilitas ,sehingga akuntabilitas kegiatan pemerintahan kepada rakyat sebagai pemilik kegiatan pemerintahan kepada rakyat sebagai pemilik kedaulatan menjadi lebih nyata. kedaulatan menjadi lebih nyata.
4. Meminimalisasi politik uang
4. Meminimalisasi politik uang oleh DPRD. oleh DPRD.
Kelemahan P
Kelemahan P ILKADA ILKADA Secara Langsung : Secara Langsung :
1. 1. Memerlukan biaya y Memerlukan biaya y an an g besar g besar .Hal ini akan menjadi .Hal ini akan menjadi
kendala bagi Daerah yang kemampuan keuangannya kendala bagi Daerah yang kemampuan keuangannya
terbatas. Biaya Pilkada dibebankan pada APBD (lihat terbatas. Biaya Pilkada dibebankan pada APBD (lihat
pasal 112 UU 32/2004). pasal 112 UU 32/2004).
2. L 2. L e e b b i i h mengutamakan h mengutamakan public figure public figure / / aspek akseptabilitas aspek akseptabilitas . . 3. Rawan konflik horizontal antar pendukung
3. Rawan konflik horizontal antar pendukung. .
4. Kemungkinan t 4. Kemungkinan tersisihnya kelompok minoritas ersisihnya kelompok minoritas . .
Model Pertanggungjawaban KDH Model Pertanggungjawaban KDH
1. Menurut UU No. 5/1974 1. Menurut UU No. 5/1974
Presiden PresidenPresidenPresiden
MDNMDNMDNMDN
KDH Tk. I KDH Tk. IKDH Tk. IKDH Tk. I DPRD I
DPRD IDPRD IDPRD I
Presiden PresidenPresidenPresiden
MDNMDNMDNMDN
Gubernur GubernurGubernurGubernur
KDH Tk. II
KDH Tk. IIKDH Tk. IIKDH Tk. II DPRD IIDPRD IIDPRD IIDPRD II
Keterangan Pertanggungjawaban
Keterangan Pertanggungjawaban
2. Menurut UU No. 22/1999 2. Menurut UU No. 22/1999
Presiden PresidenPresidenPresiden
MDNMDNMDNMDN
KDHKDHKDHKDH DPRDDPRDDPRDDPRD
Laporan Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban
MODEL PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH MENURUT UU 32/2004
PEMERINTAH PUSAT
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD)
Pengawasan KEPALA DPRD
DAERAH
Informasi laporan penyeleng- Laporan
garaan pemerintahan Keterangan daerah Pertanggungjawaban (LKPJ)
MASYARAKAT
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
BADAN Selambat2nya PEMERIKSA 6 bulan setelah KEUANGAN tahun anggaran
berakhir Paling lambat 3 bln setelah
tahun anggaran berakhir
DPRD KEPALA DAERAH
KEPALA SATUAN PENGELOLA KEUDA
Sumber : Pasal 56 ayat (3) UU No. 1 Tahun 2004 ttg Perbendaharaan Negara
PERKEMBANGAN TUJUAN ADMINISTRASI
1. Melalui desentralisasi diharapkan dapat dimaksimumkan nilai 4E dengan indikator pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih cepat, murah, mudah, transparan dan aman. Bangunan birokrasi diharapkan menjadi lebih ramping serta lebih banyak unit-unit pelayanan yang dapat dikembangkan (prinsip close to the customer). UU 32/2004 menekankan pada paradigma pelayanan masyarakat.
2. Pada sisi lain, dana-dana publik yang diperoleh dari pajak dan retribusi serta penerimaan negara/daerah lainnya lebih banyak
dikembalikan untuk kepentingan publik dibandingkan kepentingan birokrasi. Dengan adanya berbagai peraturan perundang-undangan baru, akuntabilitas penggunaan dana publik diharapkan akan lebih meningkat.
3. Kebijakan publik yang dibuat di tingkat daerah diharapkan mampu mengungkit kegiatan ekonomi masyarakat sehingga akan terjadi pertumbuhan dan pembangunan.
4. Perlu dikembangkan manajemen pemerintahan yang lebih modern – mencakup manajemen perencanaan, manajemen sumberdaya aparatur, manajemen keuangan, manajemen logistik, manajemen pelayanan
umum, manajemen kinerja, serta manajemen konflik dan kolaborasi, supaya tidak tertinggal oleh manajemen sektor privat. Manajemen sektor pemerintah umumnya baru masuk ke generasi kedua atau ketiga, sedangkan sektor swasta sudah masuk ke generasi kelima.
5. Pengembangan sumberdaya aparatur yang berbasis kompetensi
dengan mulai menyusun Kamus Kompetensi Organisasi (KKO), Kamus Kompetensi Jabatan (KKJ) yang diikuti dengan Kamus Kompetensi Individu (KKI).
6. Perlunya pengembangan pengukuran kinerja Instansi Pemerintah
menggunakan empat dimensi seperti yang digunakan dalam Balanced Scorecard (Kaplan & Norton) yang dimodifikasi dalam bentuk
Government Scorecard, bukan hanya satu dimensi seperti yang ditetapkan dalam LAKIP (Inpres Nomor 7 Tahun 1999).
PERKEMBANGAN TUJUAN SOSIAL EKONOMI
• Salah satu tugas terpenting pemerintah, termasuk pemerintah daerah, adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah daerah ada karena adanya masyarakat. Terlebih lagi pada negara demokrasi, kedaulatan berada di tangan rakyat.
• Keberpihakan pemerintah daerah terhadap kepentingan masyarakat akan dilihat dari berbagai kebijakan publik yang dibuat maupun
alokasi APBD yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat secara langsung. Indikator keberpihakan tersebut antara lain dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) daerah bersangkutan dari waktu ke waktu, yang didalamnya terkandung pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat meliputi pendidikan, kesehatan serta penciptaan lapangan pekerjaan.
• Disamping ukuran pemenuhan kebutuhan dasar yang berlaku secara internasional, perlu dikembangkan pula pemenuhan kebutuhan
rohani, sesuai karakteristik bangsa Indonesia yang religius.
TERIMAKASIH TERIMAKASIH
Atas Perhatiannya Atas Perhatiannya
Mohon Maaf Kalau Mohon Maaf Kalau
Kurang Kurang
Memuaskan!!!!
Memuaskan!!!!