• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARGENTOMETRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

N/A
N/A
Nida Raihana

Academic year: 2023

Membagikan "ARGENTOMETRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ARGENTOMETRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

Nida Raihana (240210200041)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022)

7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: nida20006@mail.unpad.ac.id ABSTRAK

Untuk menyantap makanan, terdapat kandungan-kandungan yang dianggap menguntungkan dan memberi nilai tambah pada makanan. Namun, apabila zat-zat tersebut memiliki jumlah yang terlalu banyak, maka akan memberikan efek merugikan pada tubuh.

Pada praktikum kali ini, akan diuji kadar garam (NaCl) pada bumbu penyedap rasa “bumbu beef” dan perhitungan kadar sianida (HCN) pada koro pedang. Keduanya menggunakan metode titrasi argentometri. Pengujian kadar garam menggunakan metode Mohr, sementara untuk pengujian HCN menggunakan metode Volhard. Setelah dilakukan pengujian dan perhitungan sesuai rumus, kandungan NaCl pada bumbu beef memiliki rata-rata 16,692%

dan kandungan HCN pada kacang koro pedang memiliki nilai akhir 20 ppm (sampel raw) dan 10 ppm (sampel 12). Hal ini membuktikan, baik bumbu beef dan kacang koro pedang sudah memenuhi SNI. Untuk bumbu beef, sudah memenuhi SNI 01-4273-1996 yang menyebutkan kadar NaCl pada bumbu penyedap maksimal 65%. Kacang koro pedang memenuhi standar SNI 01-2997-1996 yang menyebutkan bahwa kadar HCN pada kacang- kacangan dan umbi-umbian maksimal 50 ppm.

Kata kunci: argentometri, bumbu beef, koro pedang, metode Mohr, metode Volhard.

PENDAHULUAN

Salah satu metode titrasi adalah argentometri. Argentometri merupakan titrasi pengendapan dan memiliki empat metode, yaitu Gay Lussac, Mohr, Fajans, dan Volhard.

Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui apakah kadar NaCl pada suatu bumbu penyedap rasa, yaitu bumbu kaldu, bumbu beef, dan bumbu ekstrak serta kadar HCN pada koro pedang sudah sesuai dengan SNI atau tidak.

METODOLOGI Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk praktikum argentometri adalah air atau aquades, AgNO3, bumbu beef, indikator K2CrO4, dan NaCl.

Alat yang dibutuhkan adalah kertas saring, labu ukur, magnetic stirrer, pipet tetes, dan tabung Erlenmeyer.

Prosedur

Standarisasi 𝐀𝐠𝐍𝐎𝟑 dengan NaCl 0,1N

Larutan AgNO3 dan NaCl 0,1N dibuat dengan cara larutan NaCl dipipet sebanyak 10ml. Hasil pipet NaCl dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer. Selanjutnya, indikator K2CrO4 ditambahkan ke dalam tabung Erlenmeyer sebanyak 10 tetes. Larutan NaCl yang ditambah indikator dititrasi menggunakan larutan AgNO3. Ketika warna larutan berubah menjadi merah bata dan terbentuk endapan, titrasi dihentikan. Volume titrasi dicatat.

Penetapan Kadar Garam

Sampel ditimbang sebanyak 5 gram, lalu dilarutkan menggunakan aquades. Homogenkan larutan garam

(2)

menggunakan magnetic stirrer. Larutan yang sudah homogen dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml. Larutan ditambahkan kembali dengan aquades hingga mencapai tanda batas. Larutan dihomogenkan, kemudian disaring menggunakan kertas saring. Filtrat larutan dipipet sebanyak 10 ml ke dalam tabung Erlenmeyer. Selanjutnya, indikator K2CrO4 ditambahkan sebanyak 10 tetes dan titrasi dilakukan saat larutan AgNO3 standar ditambahkan. Saat terdapat endapan dan warna larutan berubah menjadi merah bata, titrasi dihentikan. Volume titrasi dicatat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Argentometri merupakan salah satu metode titrasi penentuan kadar suatu zat yang berdasarkan pada pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pengujian kuantitatif argentometri dapat dilakukan berdasarkan metode Gay Lussac, Mohr, Volhard, dan Fajans.

Namun pada praktikum kali ini digunakan metode Mohr untuk menguji kadar garam (NaCl) pada bumbu beef.

Menurut Tilawati et al., (2015), prinsip yang digunakan oleh metode Mohr adalah senyawa klorida pada suasana asam atau sedikit basa bereaksi dengan larutan AgNO3 akan membentuk endapan perak klorida setelah penambahan indikator K2CrO4 atau kalium kromat. Warna endapan merah bata akan terbentuk ketika ion Clmengendap sempurna dan terdapat kelebihan ion kromat serta AgNO3. Indikator kalium kromat ditambahkan untuk memberikan warna ketika reaksi titrasi berhasil agar dapat mengetahui titik akhir titrasi (Santoso et al., 2017 dan Sudjadi, 2007).

Gambar 1. Reaksi Mohr (Wiryawan Adam, 2008)

Reaksi yang terjadi saat menggunakan metode Mohr adalah senyawa klorida dalam NaCl dan larutan perak nitrat (AgNO3) ditambah indikator kalium kromat (K2CrO4) membentuk endapan perak klorida saat menyentuh titik ekuivalen titrasi hingga membentuk endapan perak kromat berwarna merah (Santoso dan Purbaningtias, 2017). Warna kekeruhan warna merah disebabkan oleh Ag2CrO4

yang timbul. Mohr harus dilakukan saat suasana pH larutan netral ataupun basa lemah. Hal ini disebabkan titran, yaitu ion CrO42−

Selain metode Mohr, terdapat pula metode Volhard untuk melakukan pengujian titrasi argentometri. Metode Volhard adalah titrasi argentometri secara tidak langsung. Indikator yang digunakan pada metode ini adalah bereaksinya indikator dengan larutan standar berlebih hingga membentuk ion kompleks dengan warna tertentu.

Prinsip dari metode Volhard yaitu penentu zat yang mudah larut.

Umumnya, ion klorida, bromida, dan iodida ditambahkan dengan AgNO3, indikator Fe3+ dan NH4SCN sebagai titran. NH4SCN ditambahkan agar kadar garam perak menjadi netral dengan titrasi kembali setelah larutan standar AgNO3 ditambahkan secara berlebih.

Titik akhir titrasi pada metode Volhard ditandai oleh berubahnya warna putih menjadi warna merah (Rohmah & Rini, 2020).

Gambar 2. Reaksi Volhard (Wiryawan Adam, 2008)

Pada titrasi metode Volhard, tidak perlu mengeringkan sampel. Hal ini disebabkan kadar yang dihitung pada metode ini adalah berat saat kadar basah. Kadar air yang berkurang saat

(3)

pengeringan akan mempengaruhi hasil akhir titrasi. Volhard juga harus dilakukan pada kondisi asam agar endapan Fe(OH)3 hanya dapat terbentuk saat kondisi asam. Kondisi basa pada titrasi metode Volhard akan mengacaukan titik akhir titrasi (Witono et al., 2013). Jika titrasi Volhard dilakukan pada suasana netral, kation lain yang terbentuk akan mengganggu hasil reaksi Volhard.

Kesalahan sangat mungkin terjadi saat uji titrasi, termasuk pada metode Volhard. Endapan AgCl saat melakukan titrasi Cl yang dilanjutkan dengan reaksi CNS adalah salah satunya. Analisis Cl akan memberikan hasil lebih kecil akibat dari reaksi yang bergeser ke kiri. Hal ini disebabkan oleh AgCNS lebih rendah kelarutannya dibanding AgCl. Kesalahan ini dapat diatasi dengan penambahan nitrobenzen sebelum titrasi CNS dilakukan.

Nitrobenzen akan memisahkan endapan lain dari CNS karena berubah menjadi lapisan minyak. Selain itu, dapat dilakukan pula endapan AgCl yang disaring terlebih dahulu,

Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan menggunakan rumus, bumbu beef yang termasuk ke dalam penyedap rasa kaldu bubuk sesuai dengan SNI 01-4273-1996. Menurut SNI, kadar NaCl maksimal pada penyedap rasa kaldu bubuk maksimal 65%, sementara pada uji NaCl bumbu beef, didapatkan nilai rata-rata 16,692%

NaCl. Untuk koro pedang, menurut SNI 01-2997-1996, batas maksimum sianida pada produk kacang dan umbi adalah 50 ppm, sehingga koro pedang raw dan 12 yang memiliki hasil akhir masing- masing 20 ppm dan 10 ppm sesuai dengan standar SNI dan aman untuk dikonsumsi.

KESIMPULAN

Menurut hasil uji titrasi argentometri yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar NaCl pada bumbu beef sesuai dengan SNI 01- 4273-1996 dengan nilai rata-rata 16,692% kadar HCl. Sedangkan batas maksimum NaCl pada bumbu penyedap maksimal 65%. Selanjutnya, untuk pengujian kadar HCN pada koro pedang, didapatkan hasil akhir untuk sampel raw sebanyak 20 ppm HCN dan untuk sampel 12 sebanyak 10 ppm HCN.

DAFTAR PUSTAKA Santoso, I. R., & Purbaningtias, T. E.

(2017). Pengaruh Metode Pencucian terhadap Penurunan Kadar Klorin dalam Beras dengan Titrasi Argentometri.

Prosiding Seminar Nasional Kimia Dan Pembelajarannya, (November), 277–285.

Sudjadi. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Rohmah, J., Rini, C. S. (2020). Buku Ajar Kimia Analisis. Sidoarjo:

UMSIDA Press.

Tilawati, W., Agustina, A., & Arrosyid, M. (2015). Identifikasi dan penetapan kadar klorin. (722).

Wiryawan, Adam. (2008). KIMIA ANALITIK. Journal of Chemical Information and Modeling 53 (9), 1689-1699.

Witono, J. R., Miryanti, A., Yuniarti, L.

(2013). STUDI KINETIKA DEHIDRASI OSMOTIK PADA

IKAN TERI DALAM

LARUTAN BINER DAN

TERNER. Jurnal Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Universitas Katolik Parahyangan,

(4)

LAMPIRAN Tabel 1. Hasil Uji Kadar Garam

Sampel V

titrasi sampel

Berat sampel

AgNO3 BM NaCl

Valensi NaCl

Kadar NaCl

Rerata

(ml) (g) (N) %bb

B1 13,22 5,0008 0,1071 58,5 1 16,563 16,692

B2 13,40 16,788

B3 13,35 16,726

Rumus Penetapan Kadar Garam

%Kadar Garam = V AgNO3× N AgNO3× BE NaCl × fp

WS × 100

Keterangan:

V AgNO3 = Volume titrasi perak nitrat terhadap sampel N AgNO3 = Normalitas perak nitrat terstandarisasi BE NaCl = Berat ekuivalen natrium klorida fp = Faktor pengenceran

WS = Berat sampel (mg)

Perhitungan %Kadar Garam B1

%NaCl B1 = 13,22 × 0,1071 × 58,5 × 10

5000,8 × 100

%NaCl B1 = 828,27927 5000,8 × 100

%NaCl B1 = 16,563

Perhitungan %Kadar Garam B2

%NaCl B2 = 13,40 × 0,1071 × 58,5 × 10

5000,8 × 100

%NaCl B2 = 839,5569 5000,8 × 100

%NaCl B2 = 16,788

Perhitungan %Kadar Garam B3

%NaCl B3 = 13,35 × 0,1071 × 58,5 × 10

5000,8 × 100

%NaCl B3 = 836,424225 5000,8 × 100

%NaCl B3 = 16,726

Tabel 2. Penetapan Kadar HCN Koro Pedang

Sampel g Mg sampel Mg rek Mg

HCN

%HCN Ppm HCN raw 20,0039 20003,9 0,02000390 7,8 0,0123 0,3321 0,002% 20

7,7 0,01435 0,38745 0,002% 20 12 20,0032 20003,2 0,02000320 8,1 0,00615 0,16605 0,001% 10 20,0033 20003,3 0,02000330 7,9 0,01025 0,27675 0,001% 10 Keterangan:

N NH4SCN = 0,025 Blanko = 8,4

(5)

BE HCN – 27

Rumus Kadar Sianida (HCN) (% bb)

= [(V blanko × NAgNO3 ) − (V sampel × N AgNO3 )] × BE HCN

berat sampel (mg) × 100%

Kadar HCN (%bb) raw (1) = [(8,4×0,0205)−(7,8×0,0205)]×27

20003,9 × 100%

Kadar HCN (%bb) raw (1) = 0,0016602%

Kadar HCN (%bb) raw (2) = [(8,4×0,0205)−(7,7×0,0205)]×27

20003,9 × 100%

Kadar HCN (%bb) raw (2) = 0,00019368%

Kadar HCN (%bb) 12 (1) = [(8,4×0,0205)−(8,1×0,0205)]×27

0,02000320 × 100%

Kadar HCN (%bb) 12 (1) = 0,00083009%

Kadar HCN (%bb) 12 (2) = [(8,4−0,0205)−(7,9−0,0205)]×27

0,02000330 × 100%

Kadar HCN (%bb) 12 (2) = 0,000132825%

Referensi

Dokumen terkait

Inti permasalahan yang diteliti adalah untuk mengetahui hubungan antara kelengkapan koleksi perpustakaan fakultas teknologi industri pertanian dengan tingginya IPK

Jatinangor, 3 Juli 2011 a.n Dekan. Pembantu Dekan

Berdasarkan bahan tambahannya, kopi yang ditambah dengan beras ketan memiliki rendemen yang tertinggi dari kopi yang ditambah dengan jagung maupun tanpa bahan tambahan

Vaccum Rotary Evaporator adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan suatu larutan dari pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan kandungan kimia tertentu

Antioksidan Pada Produk Tahu Hasil Koagulasi Menggunakan Biji Kelor (Moringa oleifera L.) 77 Penentuan Konsentrasi ekstrak untuk.

Hasil dari akusisi dan pengolahan data pengukuran kemudian dianalisis untuk memperoleh hubungan torsi pemotongan terhadap tingkat kepadatan serasah dengan berbagai kecepatan

- Untuk Dosen Mata Kuliah, apabila ada perubahan akan diinformasikan kemudian.

Karakteristik fisik bahan pangan merupakan sifat yang dapat kita amati dan dapat kita ukur dengan menggunakan suatu pengukuran dan analisis fisika seperti ukuran, volume,