Argumen Tentang Adanya Tuhan
Bayu, Farkhan, Nurkholis, Sestri, Yusuf Oleh Kelompok III
Pendahuluan
Ada dua tipe model untuk mengetahui keberadaan Tuhan
1. Pengetahuan tentang tuhan dapat diperoleh melalui pernyataan tuhan sendiri lewat wahyunya.
2. Pengetahuan tentang tuhan diperoleh dengan semata-mata melalui akal.
(teologi Natural)
Teologi natural
Dapat dibedakan dalam dua bentuk argumen
1. Argumen apriori, yaitu argumen untuk menetapkan pengetahuan tentang Tuhan semata-mata berdasarkan pemikiran intelektual, terlepas dari pancaindra. (argumen ontologi)
2. Argumen aposteriori, yaitu argumen yang didasarkan pada hasil pengamatan terhadap alam semesta yang mengarahkan pada pengtahuan tentang Tuhan merupakan hasil pemikira logis tentang fakta-fakta alam. (argumen
kosmologi)
Argumen Ontologis
Argumen ontologis berasal dari bahasa Yunani, ontos yang berarti wujud. Maka argumen ini bertitik tolak pada wujud. Menururt Saiyad fareed ahmad,
argumen ini berangkat dari suatu pandangan bahwa setiap orang pasti mampu memahami pernyataan tentang “keberadaan suatu yang tidak ada yang bisa dipahami lebih besar atau lebih sempurna dari padanya”.
“karena lebih sempuran jika Tuhan ada daripada, jika Tuhan tidak ada, maka Tuhan Pasti ada”.
St. Anselm yang pemikirannya banyak terpengaruhi oleh Plato, yang membuat ada rantai wujud yang besar (a great chain of being). Simpelnya mah emanasi
Rene Descartes, jalan mengetahui tentang Tuhan juga dengan pernyataan terkenalanya yaitu cogito ergo sum.
Namun, argumen ontologis ini bukanlah argumen yang mudah untuk diterima oleh orang awam.
Argumen Kosmologis
Jika kita menanyakan orang awan tentang Tuhan, kemungkinan jawaban yang mereka berikan ialah bahwa ada suatu wujud yang menyebabkan terbentuknya dunia ini. Dengan adanya keteraturan dan keindahan dalam dunia ini, mengharuskan adanya Tuhan yang memelihara semua itu.
Jawaban sederhana yang diberikan merupakan bentuk dari argumen kosmologis tentang adanya Tuhan.
Kosmologis diambil dari bahasa Yunani “cosmos” yang berarti suatu sistem yang teratur.
Tokoh yang merumuskan argumen ini ialah Ibnu Sina (980-1037) dan
disempurnakan oleh para filsuf lain, termasuk Gottfried Leibniz (1646-1716) yang bermula dari premis bahwa “setiap orang dan semua benda yang
memiliki wujud di alam ini bergantung pada orang atau benda lain di luar dirinya”.
Argumen kosmologis dikenal juga dengan argumen kontingensi atau argumen sebab-akibat.
Argumen Teleologis atau Desain
Tatanan alam yang kompleks dan konsisten dengan desain yang begitu tepat ini harus di sandarkan pada sesuatu yang maha tinggi dan memiliki tujuan.
Menurut saiyad farred ahmad, ada dua aspek utama argumen desain ini;
Pertama, yang berkaitan dengan tujuan dan dengan keteraturan.
William Paly : (Argumen teleologis) dalam arti tujuan. Argumenya didasari prinsip ontologi "jam terhadap tukang jam adalah sebagaimana dunia
terhadap Tuhan. (Menganaligikan dengan mesin).
Argumen ini pun tak luput dari serangan kritik dari berbagai pihak mulai dark hume sampai dengan teori Evolusi darwin.
Semua argumen tentang adanya Tuhan akan berhadapan dengan problem kejahaewtan.
Argumen Moral
Sesuai dengan pandangan yang telah di bahas, secara sederhana argumen moral didasarkan kepada kesadaran bahwa moralitas mensyaratkan
adanya Tuhan.
Argumen moral ini di kembangkan oleh filosof dari Jerman Imanuel kant (1724-1804). Dalam pandangannya, argumen rasional yang lain tidak dapat memberikan bukti yang kokoh tentang adanya Tuhan.
Kant meletakkan argumentasinya berdasarkan suatu kenyataan bahwa manusia mempunyai perasaan moral yang tertanam dalam jiwa dan hati sanubarinya.
Menurut Saiyad Fareed Ahmad, pandangan demikian lebih banyak diikuti oleh orang kebanyakan dengan pola fikir mereka yang masih sederhana.
Eksistensi Allah tidak dapat di lihat sehingga manusia menyimpulkan bahwa Allah itu ada atau tidak ada.
Tahap 1
Argumen tentang Allah telah ada pada filosof yunani dari scorates, plato dll. 3 contoh pembuktian dari 3 santo.
1.santo augustinus (354-430) menekankan bahwa manusia mampu
memahami kebenaran(De Libero Arbitrio) 3 tahap. "Kebenaran yang di sebut dengan Allah“
2.santo anselmus ( 1033-1109) Dia membuktikan Allah terhadap orang yang tidak percaya (Orang bodoh dalam hatinya berpikir bahwa Allah tidak ada, sehingga ide tentang Allah sudah di pikiran nya, tetapi dia menyangkal ide ini juga ada pada realitas)
3.santo Thomas (1225-1274)Menurutnya adanya Allah diketahui dengan sendirinya.Quinque viae 5 jalan. "Menyebabkan segala sesuatu“
Pembuktian dapat di lihat dari 2 tahap yaitu: Dibuktikannya sesuatu yang lebih tinggi dan kemudian sesuatu ini disebut Allah.
Tahap ke 2
Disini tidak lagi termasuk argumen logis tetapi hanya akan berlalu bagi orang yang sudah percaya.
Yang dibuktikan itu adanya "transendensi" tetapi istilah ini sangat umum, jika di sebut Allah atau YAHWE menjadi konktit.