• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARIKA - OJS UNPATTI - Universitas Pattimura

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ARIKA - OJS UNPATTI - Universitas Pattimura"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

Thus, the Ambon AFP met the first criteria of an Ocean fishing port (Yeni et al., 2017; Hutapea et al., 2018; Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012). The mooring facilities owned by Ambon AFP can be seen as in the following table: Table 6. From data above it can be seen that the Ambon AFP met the seventh criteria of an Ocean fishing port (Yeni et al., 2017 ; Hutapea et al. ., 2018; Kementerian Kelautan and Perikanan, 2012).

From data above, it can be seen that the Ambon AFP met the eight criteria of an Ocean Fishing Port (Yeni et al., 2017; Hutapea et al., 2018; Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012).

Table 1. Ambon AFP Main Facilities
Table 1. Ambon AFP Main Facilities

PENDAHULUAN

Varian TTDP dan algoritma solusi yang telah diperkenalkan dapat dilihat pada Gavalas et al., 2014. Clustered OP (COP) dibahas oleh Angelelli et al. 2014), sedangkan Generalized OP (GOP) dibahas oleh Geem et al.

Gambar 1. Perbedaan link berdasarkan terminologi clustered-generalized dalam perutean
Gambar 1. Perbedaan link berdasarkan terminologi clustered-generalized dalam perutean

METODE DAN BAHAN a. Metode

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Set dan index

Persamaan (18) menetapkan nilai YC sebagai variabel keputusan untuk titik pulau hanya dalam batas bilangan bulat biner. Persamaan (23) menetapkan nilai WBG,H sebagai variabel keputusan untuk rute antara titik bermalam di sebuah pulau, hanya dalam batas bilangan bulat biner. Persamaan (28) menetapkan nilai WCD,G sebagai variabel keputusan rute antara titik kedatangan dan titik tempat tinggal di suatu pulau, hanya dalam batas bilangan bulat biner.

Sementara itu, Ekuasi (30) membatasi jumlah rute antara titik kedatangan dan akomodasi di satu pulau menjadi satu saja. 6). Sementara itu, Ekuasi (33) membatasi jumlah rute antara akomodasi dan titik keberangkatan di satu pulau menjadi satu saja. 7). Penentuan hubungan rute antara akomodasi dan titik kedatangan dan keberangkatan di suatu pulau.

Ekuasi (35) mengatur nilai WEG,H sebagai variabel keputusan yang mencakup titik akomodasi ke tempat wisata di suatu pulau hanya dalam batas bilangan bulat biner. Ekuasi (41) mengatur nilai WFG,H,I sebagai variabel keputusan untuk rute antar tempat wisata dan dengan akomodasi semalam di sebuah pulau dalam bilangan bulat biner saja. Sementara itu, Ekuasi (55) menjelaskan batasan jumlah rute antara tempat wisata dan tempat menginap di sebuah pulau. 10).

KESIMPULAN

Masalah yang dihadapi perusahaan adalah tingginya total biaya persediaan untuk bahan baku pakan kategori utama.Pada penelitian ini, bahan baku yang digunakan adalah jagung lokal, pelet dedak gandum, biji batu dan katul. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan jumlah pemesanan (batch size) untuk mendapatkan biaya total yang minimum. Pada penelitian ini perencanaan stok dilakukan dengan menggunakan Fixed Period Requirement (FPR) dan Wagner-Whitin Algorithm (AWW) dengan memperhatikan jumlah pemesanan.

Langkah pertama yang dilakukan adalah peramalan permintaan dengan menggunakan Weighted Moving Average dan Single Exponential Smoothing, kemudian dilakukan perbaikan manajemen persediaan bahan baku pakan ternak kategori utama, dengan menentukan safety stock dan reorder point, kuantitas pemesanan yang optimal dan total biaya persediaan. Pada penelitian ini perencanaan persediaan dilakukan dengan menggunakan fixed period requirement (FPR) dan Wagner-Whitin Algorithm (AWW) dengan mempertimbangkan kuantitas pesanan. Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS, 2020), diprediksikan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pakan ternak akan mengalami peningkatan produksi sebesar 6% pada tahun 2020 karena konsumsi protein hewani khususnya daging ayam. , yang memberikan kontribusi 65%.

Salah satu perencanaan yang perlu dilakukan adalah merencanakan dan mengendalikan persediaan bahan baku yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan untuk menghindari biaya yang tidak perlu seperti yang disebutkan oleh Lahu dan Sumarahu (2017) tentang tujuan pengadaan bahan baku. penyimpanan bahan. perencanaan untuk menekan biaya operasi seminimal mungkin agar kinerja dan laba perusahaan menjadi lebih optimal. Beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki tujuan yang sama yaitu pakan ternak menggunakan metode yang cukup berbeda. Berdasarkan pola data dari penelitian ini, peneliti memilih menggunakan metode Fixed Period Requirement untuk menekan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan dengan memilih waktu pemesanan yang disesuaikan dengan tingginya permintaan bahan baku terkait.

BAHAN DAN METODE

Unit usaha perusahaan adalah produksi pakan ternak, pembibitan ayam, pengolahan unggas dan budidaya pertanian dengan menawarkan produk dengan biaya terjangkau kepada konsumen. Japfa inventory planning masih dapat ditingkatkan untuk menekan biaya yang dikeluarkan dan belum ada penelitian terkait objek yang diteliti di perusahaan. Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu barang dimana besarnya biaya yang dikeluarkan tergantung dari jumlah barang yang dibeli dan juga berdasarkan harga satuan barang tersebut. 2).

Biaya penyimpanan juga terkait dengan barang usang di gudang, atau biaya yang terkait dengan penyimpanan. Ukuran kuantitas pesanan adalah jumlah dari permintaan bersih untuk setiap periode yang termasuk dalam interval pesanan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam teknik FPR ini, jika pemesanan jatuh pada periode dimana net demand sama dengan nol, maka pemesanan dilakukan pada periode berikutnya (Pamungkas, 2017).

Penghitungan dan pengendalian batas Qce, jika pesanan ditempatkan pada periode c untuk memenuhi permintaan dari periode c ke periode e, tidak boleh melebihi kapasitas penyimpanan (Qce ≤ kapasitas penyimpanan). Definisikan Zce sebagai biaya variabel total (dari periode c ke periode e) ketika pesanan ditempatkan pada periode c untuk memenuhi permintaan dari periode c ke periode e. Pesanan sebelum pesanan terakhir harus dilakukan pada periode v untuk memenuhi permintaan dari periode v ke periode w-1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL DAN FISIK OPERATOR HD KOMATSU 785-7 (STUDI KASUS PT. SIMS JAYA KALTIM). Oleh karena itu, penelitian tentang pengukuran beban kerja mental dan fisik operator HD Komatsu785-7 penting untuk dilakukan. Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan tersebut akan disusun usulan perbaikan untuk mengatasi beban mental dan fisik operator HD Komatsu 785-7 PT.

Menggunakan metode NASA Task Load Index untuk mengukur beban kerja mental dan metode %CVL untuk mengukur beban kerja fisik. Data primer dalam penelitian ini terdiri dari data nilai bobot dan beban kerja mental yang terdapat pada operator HD Komatsu 785-7 yang diolah menggunakan metode NASA-TLX dan pengukuran denyut jantung operator HD Komatsu 785-7 yang diperoleh peneliti berdasarkan pengukuran langsung menggunakan alat ujung jari, maka pulse oximeter kemudian dihitung %CVL. Menurut Puteri dan Sukarna (2017), beban kerja mental adalah perbedaan antara tuntutan kerja mental dengan kemampuan mental yang dimiliki oleh pekerja yang bersangkutan.

CVL adalah metode yang digunakan untuk mengukur beban kerja fisik dengan mengukur detak jantung. Sebaliknya jika beban kerja yang diberikan terlalu ringan akan menyebabkan kebosanan seseorang atau operator. Berdasarkan berbagai interpretasi skor tersebut, klasifikasi yang dilakukan terhadap beban kerja mental dapat lebih mudah dan sederhana.

Tabel 2. Tingkat Kesalahan Peramalan Single Exponential Smoothing
Tabel 2. Tingkat Kesalahan Peramalan Single Exponential Smoothing

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Beban Kerja Mental

Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui rata-rata beban kerja mental yang dialami oleh operator HD Komatsu 785-7 pada Tim A. Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa rata-rata beban kerja fisik yang dialami oleh operator HD Komatsu 785-7 pada Tim B. Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui rata-rata beban kerja fisik yang dialami oleh operator HD Komatsu 785-7 pada Team C.

Pengukuran beban fisik yang dilakukan oleh peneliti digunakan untuk mengetahui seberapa besar beban fisik yang dibutuhkan operator untuk mengoperasikan unit. Hari keempat 19,14% dengan kondisi cuaca panas, hari kelima beban kerja fisik 11,91% dengan intensitas hujan rendah selama 2 (jam), yang membuat operator menganggur selama 3 jam karena jalan perlu dibersihkan selama 1 (satu) jam dengan menggunakan bulldozer dan grader agar tanah tidak licin saat mengangkut HD. Berdasarkan rata-rata beban kerja fisik yang dialami oleh operator HD Komatsu 785-7 Team B (lihat Gambar 7) sebesar 22,74% pada hari pertama dengan kondisi cuaca panas dan 13,34% pada hari kedua dengan kondisi cuaca dingin. -Hujan deras selama 1 (satu) jam menyebabkan operator menghentikan operasional selama 3 (tiga) jam karena jalan harus dibersihkan selama 2 (dua) jam menggunakan bulldozer dan grader agar tanah tidak licin saat HD selesai.

Berdasarkan beban kerja fisik rata-rata yang dialami operator HD Komatsu 785-7 Team C (lihat Gambar 8) pada hari pertama sebesar 7,44% dengan kondisi cuaca hujan dengan intensitas tinggi selama 2 (dua) jam menyebabkan operator tidak bekerja selama 4 (empat) jam harus digosok dengan bulldozer dan scraper selama 2 (dua) jam agar tidak licin saat melewati HD. Berdasarkan pembahasan di atas dapat diketahui bahwa cuaca memiliki pengaruh besar terhadap beban kerja fisik yang dialami oleh operator. Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa rata-rata beban kerja fisik yang dialami oleh operator termasuk dalam kategori ringan dengan rata-rata sebesar 17,70% dengan jumlah 9 orang.

Gambar 2. Beban Kerja Mental Regu A
Gambar 2. Beban Kerja Mental Regu A

BAHAN DAN METODE (Times New Roman, 11 pt, Bold)

Nilai standar untuk analisis karakteristik teknis desain benchmark untuk pukat cincin di Desa PPI Eri Kota Ambon ditentukan menurut FAO (1996), Fyson (1985) dan Ayodhyoa (1972). Nilai standar untuk analisis karakteristik koefisien bentuk lambung purse seine ditentukan menurut FAO (1996), Fyson (1985), Ayodhyoa (1972) dan Suzuki (1978), yaitu untuk nilai koefisien. Nilai L/B pukat cincin berdasarkan PPI di desa Eri Latuhalat adalah 4,16 relatif terhadap nilai referensi.

Sehingga kapal yang bermarkas di Desa Eri memiliki kecepatan dan kemampuan manuver yang lebih lambat namun stabilitasnya lebih baik dibandingkan dengan kapal pukat di Jepang dan Bitung. Standar rasio L/D ditetapkan menurut Ayodhyoa dan Suzuki (1978), dengan rasio L/D = 9,5–11, dengan rata-rata L/D = 10,25. Dari hasil perhitungan kapal pukat cincin yang berbasis di Desa Eri Kota Ambon diperoleh nilai perbandingan L/D = 8,33. Dari hasil perhitungan nilai perbandingan B/D pukat cincin berdasarkan PPI Desa Eri didapatkan nilai perbandingan B/D.

Jika dibandingkan dengan nilai perbandingan terlihat bahwa kapal purse seine di Bitung memiliki kestabilan yang lebih baik dan tahanan kapal lebih besar dibandingkan dengan kapal purse seine yang berbasis di desa PPI Eri kota Madiya Ambon. Koefisien blok kapal ring signal yang berbasis di PPI di kota Eri, Kota Ambon adalah 2% lebih tinggi dari standar rata-rata CB. Dari hasil perhitungan koefisien garis air (CW) ring signal yang berbasis di desa PPI Eri Kota Tengah Ambon memiliki nilai CW = 0,67, sedangkan standar nilai CW rata-rata = 0,84.

Tabel 1. Karakteristik Parameter Kapal  No  Parameter Kapal Penelitian
Tabel 1. Karakteristik Parameter Kapal No Parameter Kapal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Nilai Rata-rata Data Antropometri

Penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan data antropometri masyarakat nelayan di kota Ambon pada khususnya dan Maluku pada umumnya, yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam merancang alat bantu penangkapan ikan dan sarana penangkapan ikan lainnya yang sesuai dengan ukuran tubuh nelayan di Maluku. D18 Lebar bahu atas D36 Panjang gagang ke depan Pada penelitian ini dilakukan pengukuran ukuran tubuh nelayan berdasarkan 36 dimensi antropometri (simbol D1 – D36) yang ditetapkan oleh Antropometri Indonesia. Jumlah nelayan yang dijadikan sampel dan diukur ukuran tubuhnya adalah 60 nelayan di Dusun Erie dan 60 nelayan di Dusun Seri Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon.

Tabel tersebut menunjukkan adanya perbedaan dimensi tubuh antara nelayan Dusun Erie dan Dusun Seri. Perbedaan dimensi tubuh ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yang dapat diketahui dengan tepat melalui penelitian lebih lanjut. Hasil perhitungan persentil dimensi tubuh nelayan Dusun Erie dan Seri Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon dapat dilihat pada tabel berikut.

Berdasarkan temuan kajian, analisis dan hasil pemodelan dapat disimpulkan bahwa model pengukuran ukuran tubuh nelayan di Dusun Erie dan Seri Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon memiliki perbedaan ukuran pada beberapa dimensi. Dalam jangka panjang model yang dihasilkan beserta persentilnya dapat dijadikan acuan pengembangan alat tangkap dan sarana penangkapan ikan lainnya bagi nelayan di kota Ambon pada khususnya dan Maluku pada umumnya. Data antropometri masyarakat nelayan juga dapat digunakan untuk merencanakan kebutuhan alat bantu bagi masyarakat pesisir pada umumnya, sehingga dapat dijadikan acuan pengembangan alat dan sarana kerja bagi masyarakat pesisir di wilayah Maluku.

Tabel 2. Nilai Rata-rata Data Antropometri Nelayan  Lambang
Tabel 2. Nilai Rata-rata Data Antropometri Nelayan Lambang

Media Ilmuan dan Praktisi Teknik Industri

Petunjuk Penulisan

PENDAHULUAN/ INTRODUCTION

Gambar

Table 1. Ambon AFP Main Facilities
Table 2. Ambon AFP Functional Facilities
Table 4. Ambon AFP Main Performance Indicators 2013-2017
Table 9. Amount of Fish Landed for 2013 – 2017
+7

Referensi

Dokumen terkait