Arsitektur
dan Lingkungan
Oleh :
Musyawaroh
Prodi Magister Arsitektur FT UNS
Definisi
Menururt Frick, 1996
• Kehidupan manusia meliputi 2 aspek : 1) alam; 2) teknologi
• Ars & lingkungan bertujuan utk memperdalam
pengetahuan, pengertian dan hubungan antara alam dengan teknik pembangunan di bidang arsitektur.
• Teknik menjadi alat pembantu utk menjembatani
kesenjangan yg terjadi dengan lingkungan karena proses
pembangunan.
Keterkaitan antara teknik dengan lingkungan Dalam arsitektur Sumber : Frick, 1996
• Salah satu tujuan penting dalam membangun yakni perlindungan terhadap penghuni.
• Arsitektur biologic memperhitingkan
keselarasan alam dengan kepentingan manusia
• Arsitektur biologis
menghubungkan manusia dengan lingkungannya secara keseluruhan
Hubungan antara arsitektur dengan kehidupan Sumber : Frick, 1996
Manusia dengan
kebudayaannya menjadi pusat penyelesaian arsitektur/
pembangunan
Hubungan keseimbangan pembangunan
Sumber : Schmid dalam Frick, 1996
Akibat
pembangunan, kualitas
lingkungan semakin menurun.
Harus
dikendalikan agar tidak berdampak buruk bagi menusia
RANAH EKOLOGI YG DIPELAJARI DALAM ARSITEKTUR EKO-BUDAYA
Dikembangkan dari Frick, 2007; Marten dalam Rohadi, 2011.
1.
Mempelajari tentang hubungan timbal balik antara manusia + budaya dengan lingkungannya, dengan lingkup :•
Bangunan tunggal•
Lingkungan•
Kawasan.2.
Ekologi manusia terdiri dari :•
Ekosistem : manusia dengan lingkungan hidupnya.•
Sosiosistem : segenap karya teknologi dan budaya manusiaArsitektur Eko-Budaya
•
Arsitektur Eko-Budaya atau eco-cultural architecture adalah arsitektur yang berwawasan ekologi-budaya.•
Arsitektur menjadi ekspresi dari pemahaman manusia terhadap ekologi yang terangkum dalam konsep berkebudayaan•
Pitana (2013: 6), mendefinisikan eco-cultural architecture sebagai : “arsitektur yang sarat dengan kearifan lokal (budaya setempat) dengan berusahamenjaga keseimbangan dan keselarasan alam dan lingkungan untuk menuju keharmonisan hidup”.
•
Arsitektur eko-budaya merupakan bagian dari arsitektur berkelanjutanMenurut Guy dan Farmer, 2001.
•
Logika ekologi-budaya dalam arsitektur berkelanjutan menekankan reorientasi fundamental nilai yang membahas tentang lingkungan dan budaya, dengan melestarikan keragaman budaya yang ada.•
Bangunan yang berkelanjutan harus berhubungan dengan konsep lokalitas dan tempat atau genius loci, dimaksudkan untuk menangkalinternational style yang gagal bersesuaian dengan nilai-nilai budaya lokal.
•
Merupakan tanggung jawab etis untuk melawan fenomena universalisasi budaya modern, dengan upaya mengkontinuitaskan budaya tersebutmelalui pengunaan kembali teknik konstruksi tradisional, tipologi bangunan, pola permukiman dalam kaitannya dengan penggunaan material dan tanggapan terhadap iklim
Tabel. Enam persaingan logika tentang Arsitektur Berwawasan Lingkungan
• Logika eko-budaya mengambil inspirasi dari kisah fenomenologis
lingkungan dan menghidupkan kembali konsep tentang hunian dengan penekanan pada rehabilitasi kembali atau belajar kembali genius loci.
• Rasa unik identitas ini berkembang secara subyektif dari dalam alam dan ada kepedulian terhadap kesinambungan makna antara tradisi dan individu yang dikombinasikan dengan penanaman kesadaran ekologis, tanggung
jawab untuk melindungi bentang alam dan ekosistem dari gangguan.
• Pendekatan ini menekankan desentralisasi dan berkaitan dengan
karakteristik daerah atau bioregion, yang dipahami sebagai unit geografis dasar dari masyarakat ekologis skala kecil. Bioregion didefinisikan sebagai kombinasi karakteristik alami, biologis, dan ekologis dan oleh konteks
budaya
• Bioregionalisme menarik inspirasi dari pendekatan bangunan adat dan vernakular. Bentuk-bentuk bangunan tradisional ini dipandang sebagai indikasi cara di mana budaya yang berakar telah berevolusi secara alami gaya hidup yang sesuai disesuaikan dengan lingkungan fisik khusus
mereka.
• Logika ekokultural menekankan pelestarian berbagai archetipe budaya
yang dibangun yang sudah ada, digabungkan dengan kepedulian terhadap kesinambungan budaya yang diekspresikan melalui transformasi dan
penggunaan kembali teknik konstruksi tradisional, tipologi bangunan, dan pola pemukiman, masing-masing dengan sejarah local evolusi dan penggunaan.
• Penekanan pada kekhasan tempat, penggunaan bahan-bahan lokal, dan respons formal yang tepat terhadap kondisi iklim dan iklim
Referensi
• Frick, H, 1996. Arsitektur dan Lingkungan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
• Heinz Frick, Suskiyatno, Fx Bambang. 2007. Dasar-dasar Arsitektur Ekologis. Penerbit Kanisius, Yogyakarta
• Guy, S. & Farmer, G. F. 2001. Reinterpreting Sustainable Architecture: The Place of Technology. Journal of Architecture Education, pp. 140 – 148. ACSA, Inc. diakses dari scholar.google.com tanggal 14 Juli 2013
• Pitana, T, S, 2013. Diskursus Estetika Arsitektur Berbasis Green Campus dalam Rancang Bangun Perpustakaan Perguruan Tinggi, Makalah dalam Seminar Nasional dengan tema “Be A Trust University Library Based On Aesthetic, Architecture and Green Campus” 6 Maret 2013 di
Ruang Seminar UPT Perpustakaan UNS, Surakarta.
• Rohadi, T., 2011. Budaya Lingkungan, Akar Masalah dan Solusi Krisis Lingkungan, Ecologia Press, Yogyakarta.