• Tidak ada hasil yang ditemukan

17195-Article Text-64485-1-10-20220730 - Copy

N/A
N/A
ALMA ANDIRA PUTRI

Academic year: 2025

Membagikan "17195-Article Text-64485-1-10-20220730 - Copy"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

p-ISSN: 2252-3979 e-ISSN: 2685-7871

Pengaruh Pemberian Pseudomonas fluorescens, Azospirillum sp. dan Mikroorganisme Lokal terhadap Produktivitas dan Pertumbuhan Kedelai

pada Tanah Kapur

Effect of Pseudomonas fluorescens, Azospirillum sp. and Local Microorganisms on Soybean Plant Productivity and Growth in Calcareous Soil

Ni Wayan Putri Noviani* dan Yuni Sri Rahayu Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Surabaya

*e-mail: [email protected]

Abstrak. Ketersediaan lahan produktif yang digunakan untuk pertanaman di Indonesia saat ini mengalami penurunan sedangkan jumlah penduduk dan kebutuhan pangan makin meningkat.

Upaya yang dapat dilakukan yaitu memperluas lahan pertanaman ke lahan marginal seperti tanah kapur. Salah satu tanaman pangan yang mampu tumbuh pada lahan marginal yaitu kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pseudomonas fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal terhadap pertumbuhan serta produktivitas kedelai pada tanah kapur. Penelitian eksperimental ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tujuh perlakuan meliputi: kontrol, MOL, Pseudomonas fluorescens, Azosprillum sp., MOL+Pseudomonas fluorescens, MOL+Azosprillum sp. dan MOL+Pseudomonas fluorescens+Azospirillum sp. dengan tiga ulangan. Terdapat beberapa parameter yang diamati yaitu parameter pertumbuhan meliputi jumlah daun, tinggi tanaman, panjang akar, dan biomassa basah. Parameter pertumbuhan bintil akar meliputi biomassa basah bintil akar, jumlah bintil akar, dan jumlah bintil akar aktif. Parameter produktivitas tanaman kedelai meliputi jumlah polong dan biomassa polong serta kandungan N dan P pada kedelai. Data dianalisis dengan Anova satu arah dilanjutkan dengan Uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan dan produktivitas kedelai. Perlakuan kombinasi P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas kedelai pada tanah kapur.

Kata kunci: Azospirillum sp.; kedelai; mikroorganisme lokal; tanah kapur; Pseudomonas fluorescens.

Abstract. The availability of productive land used for the land in Indonesia is currently decreasing while the number of residents and foods need are increasing. The efforts that can be done is expand the land to marginal land such as limestone soil. One of the food crops that can grow on marginal land is soybean.

This study aimed to determine the effects of Pseudomonas fluorescens, Azospirillum sp., and local microorganisms on the growth of soybean plant in calcareous soil. This experimental study used a Randomized Block Design (RBD) with seven treatments including: control, MOL, Pseudomonas fluorescens, Azospirillum sp., OL+Pseudomonas fluorescens, MOL+Azospirillum sp., and MOL+Pseudoonas fluorescens+Azospirillum sp. with three repetitions. There were several parameters observed; growth parameters including plant height, number of leaf, root length, and fresh biomass. The development of root nodules included number of root nodules, fresh weight of root nodules, and number of active root nodules. The productivity of soybean crops included the number of pods and biomass pods as well as the N dan P content in soybeans. Data was analyzed using one-way Anova and continued with Duncan’s Test. The result showed that the administration of Pseudomonas fluorescens, Azospirillum sp.

and local microorganisms had a significant effect on soybeans growth and productivity. The combination treatment of Pseudomonas fluorescens, Azospirillum sp. and local microorganisms showed the best effect on growth and productivity of soybeans in calcareous soil.

Keywords: Azospirillum sp.; soybean; local microorganisms; calcareous soil; Pseudomonas fluorescens.

PENDAHULUAN

Setiap tahun, Indonesia mengalami pertambahan jumlah penduduk. Menurut data BPS (BPS, 2021), pada tahun 2020, jumlah penduduk Indonesia bertambah 32,56 juta jiwa dari tahun 2010 dengan

(2)

laju pertumbuhan sebesar 1,25%. Adanya peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan pangan menjadi semakin tinggi (Sukarja, 2015). Pangan merupakan kebutuhan yang sangat utama dibutuhkan oleh manusia untuk bertahan hidup (Nurpita et al., 2018). Adanya kebutuhan pangan yang semakin tinggi tidak sesuai dengan kebutuhan lahan yang akan digunakan (Sukarja, 2015).

Ketersediaan lahan produktif yang ada di Indonesia mengalami penurunan karena terus dijadikan perumahan maupun industri yang mengakibatkan kualitas tanah menjadi turun dan produktivitas pangan terganggu (Mudrieq, 2014). Usaha yang dapat dilakukan yaitu memperbanyak area tanaman pangan pada lahan marginal (Hanifah, 2016).

Lahan marginal merupakan lahan yang kurang bahan organik dan produktivitasnya rendah (Dwiastuti et al., 2016). Lahan tanah kapur merupakan lahan yang tergolong dalam lahan marginal, lahan ini merupakan jenis tanah alkalin dengan pH diatas 7, kadar Ca yang dan unsur hara fosfor rendah (Buckman dan Brady, 1982). Pemanfaatan lahar kapur untuk pangan dan pertanian jarang dilakukan karena jumlah mikroorganisme tanah yang sedikit dan kandungan unsur hara yang rendah mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (Rohmah et al., 2013). Upaya yang dapat dilakukan agar lahan tanah kapur menjadi lebih produktif untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan adalah dengan memperbaiki kimia, biologi dan fisika tanah kapur (Dariah et al., 2015).

Upaya penambahan mikroorganisme dan bahan organik pada tanah sebagai pemulihan tanah atau persediaan pupuk (Yuliani dan Rahayu, 2016). Mikroorganisme tanah yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangan dan banyak diinokulasikan dalam kompos sebagai pupuk hayati adalah bakteri pelarut Fosfat (P), penambat Kalium (K) dan Nitrogen (N) (Saraswati dan Sumarno, 2018). Mikroorganisme pelarut P mampu melarutkan unsur P yang sukar larut sehingga dapat tanaman dapat menyerap dan melarutkan fosfat yang diketahui berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu P. fluorescens (Rohmah et al., 2013). P. fluorescens adalah bakteri antagonis yang bermanfaat sebagai plant growth promoting rhizobacteria dan dapat menginduksi ketahanan tanaman untuk produksi hormon pertumbuhan tanaman (Rahni, 2012). Menurut Pratiwi et al., (2016), kelebihan bakteri P. fluorescens adalah letak keberadaanya yang ada di rhisozfer dan mampu mencegah terjadinya infeksi pada tanaman. Beberapa penelitian telah menunjukkan peran positif P.

fluorescens untuk meningkatkan ketersediaan unsur N dan P di tanah sehingga meningkatkan tinggi tanaman, biomassa tanaman dan jumlah daun pada tanaman kedelai (Zulaikah dan Yuliani, 2018;

Rohmah et al., 2013).

Selain P. fluorescens ditambahkan juga bakteri penambat nitrogen yaitu Azospirillum sp. Bakteri Azospirillum sp. merupakan bakteri tanah golongan rhizobacter yang hidup bebas didalam tanah sekitar perakaran, tetapi tidak bersimbiosis dengan akar tanaman dalam membentuk bintil serta membantu menyediakan unsur hara N dan P dengan menambat N bebas di udara (Widawati, 2015). Menurut beberapa hasil penelitian bakteri Azospirillum sp. adalah bakteri yang menghasilkan ZPT yaitu IAA, sitokinin, giberelin dan auksin (Sembiring et al., 2013). Zat pengatur tumbuh IAA yang dihasilkan ini mempunyai fungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti pembentukan akar lateral, akar adventif, pemanjangan akar primer dan jumlah rambut akar (Herlina et al., 2016). Terdapat beberapa hasil penelitian mengenai pemanfaatan Azospirillum sp. pada lahan marginal yang dapat meningkatkan kebutuhan hara pada tanaman cabai (Mardya et al., 2020), jagung (Pratama, 2021), dan kedelai (Kartina et al., 2015; Hungria et al., 2013; El Komy et al., 2020).

Mikroorganisme lokal (MOL) adalah suatu larutan pembusukan atau biasa disebut fermentasi yang berbahan dasar dari segala macam sumber daya yang ada baik dari hewan maupun tumbuhan (Hadi, 2019). Salah satu sumber daya yang dapat digunakan sebagai MOL yaitu buah pepaya (Herniwati dan Salamba, 2021). Menurut Herniwati dan Salamba (2012) MOL buah pepaya memiliki pH sebesar (5,55), kandungan hara C (2,15%), C/N rasio sebesar (11,94), kandungan hara K (0,29%), kandungan hara N (0,18%) dan kandungan hara P (0,27%). Pupuk organik yang lain dibandingkan dengan MOL masih kurang bagus karena jumlah C/N rasio yang rendah, maka dari itu MOL adalah pupuk organik yang baik (Ryan dan Bernadetha, 2021). Menurut Naafi dan Rahayu (2019) keunggulan memanfaatkan mikroorganisme lokal untuk produktivitas tanah karena mengandung unsur hara P dan N yang yang tinggi sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman. Penggunaan mol dengan memanfaatkan sumber daya tersedia mempunyai banyak manfaat antara lain dapat memelihara kesuburan tanah, meningkatkan produktivitas tanah dengan menjaga ketersediaan unsur hara serta menanggulangi limbah lingkungan (Prasetyowati dan Yuliani, 2018).

Menurut Kompas.com (2021), kebutuhan pangan yang tinggi juga mempengaruhi produksi tanaman pangan, salah satunya produksi kedelai. Jumlah produksi kedelai di Indonesia saat ini mencapai 2,8 juta ton per tahun. Glycine max adalah tanaman budidaya dan palawija yang termasuk

(3)

dalam kelompok Fabaceae (polong-polongan) (Bahri, 2017). Kedelai termasuk salah satu komoditas pangan dengan gizi yang tinggi sebagai bahan baku protein nabati di Indonesia seperti kecap, tempe, susu kedelai, tahu, tauco dan rendah kolesterol (Juswadi et al., 2021). Kedelai merupakan tanaman yang peka terhadap kekeringan dan suhu, selain itu juga kedelai dapat tumbuh pada tanah yang bertekstur ringan hingga berat (Bahri, 2017; Taufiq dan Sundari, 2012).

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif terhadap pemberian P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal dalam meningkatkan unsur hara tanah kapur sehingga mampu memaksimalkan produktivitas dan pertumbuhan kedelai.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal terhadap produktivitas dan pertumbuhan kedelai serta mendekripsikan perlakuan yang paling efektif terhadap pertumbuhan dan produktivitas kedelai pada tanah kapur.

BAHAN DAN METODE

Peneliti melakukan penelitian di Green House yang berada di Jurusan Biologi Universitas Negeri Surabaya pada bulan November 2021 hingga bulan Januari 2022. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian jenis eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Adapun peneliti menggunakan tujuh perlakuan yang terdiri dari perlakuan A (Kontrol), B (MOL), C (P. fluorescens), D (Azospirillum sp.), E (MOL + P. fluorescens), F (MOL + Azospirillum sp.) dan G (MOL + P. fluorescens + Azospirillum sp.) yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Pemberian P.

fluorescens dan Azospirillum sp. diberikan pada media tanam sebanyak 3 kali setelah dilakukannya penanaman benih sebanyak 100mL/polybag. Tanaman yang berumur 15 HST dan 35 HST sebanyak 50mL/polybag, pemberian pada kombinasi P. fluorescens dan Azospirillum sp. juga diberikan sebanyak 50mL/polybag pada pemberian pertama. Sebanyak 25mL/polybag diberikan pada pemberian kedua dan ketiga untuk setiap perlakuannya (Pratiwi et al., 2016). Mikroorganisme Lokal diberikan saat tanaman berusia 15 HST, 25 HST, dan 35 HST dengan dosis 200mL/polybag (Harizena, 2012).

Peralatan dan bahan yang dibutuhkan peniliti ini meliputi tabung reaksi, spuit, ose, autoklaf, inkubator, laminar air flow, galon, timbangan, meteran, kertas label, soil tester, cetok, botol spray, polybag, tanah kapur, tanah regosol, biji kedelai varietas Argomulyo, air, alcohol 70%, formaldehid 2%, spirtus, kapas, media NA, media NB, buah pepaya matang, air kelapa, gula merah, air cucian beras, kentang, gula putih, isolat bakteri P. fluorescens dan isolat bakteri Azospirillum sp. dari BBPP Ketindan.

Langkah pertama pada penelitian ini yaitu membuat mikroorganisme lokal. Langkah pembuatan mikroorganisme lokal yaitu buah pepaya matang dihaluskan dengan blender, lalu ditambahkan gula merah, air leri, air kelapa, air selanjutnya diaduk hingga rata kemudian galon ditutup dengan plastik. Tutup plastik dilubangi untuk wadah selang yang disambungkan dengan botol berisi air. Pada saat proses fermentasi yang berlangsung selama 7 hari, galon harus dalam posisi tertutup rapat. Setelah 7 hari mol dipanen dan siap digunakan (Nadhifa, 2013).

Langkah kedua yaitu pembuatan biakan bakteri P. fluorescens dan biakan bakteri Azospirillum sp. Kentang dicuci, dikupas lalu dipotong dadu selanjutnya kentang direbus dengan air dan gula pasir (1:1), selanjutnya ekstrak kentang gula disterilisasi dengan autoklaf. Ekstrak kentang gula yang sudah steril dicampur dengan 10mL bakteri P. fluorescens pada media NB lalu ditambahkan akuades steril dan selanjutnya difermentasi selama ± 2 minggu. Pembuatan biakan bakteri Azospirillum sp. juga menggunakna cara yang sama (Rahmawati et al., 2016).

Langkah ketiga yaitu persiapan media tanam. Tanah kapur dan tanah regosol ditimbang dengan perbandingan 1:1 lalu dicampur dan dimasukkan ke polybag. Tanah kapur dan tanah regosol dicampur guna untuk menstabilkan struktur dan karakter tanah sebagai media tanam. Selanjutnya proses sterilisasi tanah yaitu tanah disemprot dengan 200mL formaldehid 2% per polybag lalu didiamkan selama 2 hari dengan keadaan tertutup plastik selanjutnya dibiarkan dengan keadaan tutup plastik yang sudah dibuka selama 3 hari (Zulaikah dan Yuliani, 2018). Setelah media tanam siap selanjutnya tahap penanaman benih kedelai. Benih kedelai direndam ± 8 jam untuk mengetahui biji yang baik, selanjutnya benih dengan kondisi yang baik ditanam pada polybag dengan kedalaman 2 cm, pada setiap polybag diberi 2 kedelai. Setelah benih kedelai ditanam selanjutnya diberi perlakuan yaitu mol dan bakteri. Pemeliharaan tanaman dilakukan setiap hari dengan mengecek kondisi tanah dan kondisi tempat tanam, apabila ada tanah yang dirasa kering dilakukan penyiraman, penyiangan gulma dan pemberian biopestisida.

Langkah terakhir dalam penelitian ini yaitu pengukuran parameter, meliputi parameter pertumbuhan kedelai (biomassa basah, tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang akar) kedelai, parameter pertumbuhan bintil akar (jumlah bintil akar aktif, biomassa basah bintil akar, dan jumlah

(4)

bintil akar), dan produktivitas kedelai (jumlah polong dan biomassa polong) serta pengukuran kandungan hara P dan N pada tanaman kedelai. Pengukuran jumlah daun dan tinggi tanaman dilakukan pada 15, 30, dan 45 HST. Selain parameter jumlah daun dan tinggi tanaman, parameter parameter lain diukur pada 45 HST adalah panjang akar, biomassa basah, jumlah bintil akar aktif, biomassa basah bintil akar, jumlah bintil akar, biomassa polong, jumlah polong, serta kadar N dan P tanaman kedelai.

Hasil penelitian yang diperoleh terkait produktivitas dan pertumbuhan kedelai akibat pemberian bakteri P. fluorescens, bakteri Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal dianalisis mengunakan SPSS 25 dengan uji one- way Anova dilanjutkan dengan uji Duncan.

HASIL

Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa terjadi adanya pengaruh pemberian P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokalterhadap pertumbuhan kedelai pada tanah kapur. Pada uji one-way Anova ditunjukkan perlakuan dengan pemberian P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal berpengaruh signifikan dari (p-value < 0,05) pada semua parameter meliputi pertumbuhan kedelai, perkembangan, produktivitas kedelai serta kandungan N dan P kedelai di 45 HST. Hasil pengukuran parameter dapat dilihat pada Tabel Pertumbuhan dan Produktivitas Kedelai (Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5).

Tabel 1. Pengukuran parameter lingkungan sebelum pemberian P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal.

Parameter Hasil Pengukuran

Suhu (0C) 38

pH 8

Kelembapan tanah (%Rh) 4

Sebelum diberi perlakuan P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal diukur beberapa parameter seperti suhu lingkungan tanam, pH tanah, kelembapan tanah, kandungan unsur hara N dan P tanah kapur. Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan hasil pengukuran suhu lingkungan tanam sebesar 380C, pH tanah 8, dan kelembapan tanah sebesar 4%Rh.

Tabel 2. Hasil uji kandungan N P pada tanah kapur dengan penambahan tanah regosol sebelum diberi perlakuan dan kandungan N P pada tanaman kedelai setalah diberi perlakuan.

Perlakuan N total (%) P tersedia (ppm)

Sebelum (media tanam) 0,24 9,81

Setelah (tanaman kedelai)

A 2,47 26,54

B 2,65 28,78

C 2,67 29,85

D 2,73 29,77

E 2,84 30,60

F 2,90 31,32

G 2,90 35,00

Keterangan : (A) Kontrol, (B) MOL, (C) P. fluorescens, (D) Azospirillum sp., (E) MOL + P. fluorescens, (F) MOL + Azospirillum sp., (G) MOL + P. fluorescens + Azospirillum sp.

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa kandungan N pada media tanam yaitu tanah kapur sebelum diberi perlakuan sebesar 0,24% termasuk dalam kategori sedang dan kandungan unsur P tanah kapur sebesar 9,81 ppm termasuk dalam kategori sangat rendah. Nilai kandungan unsur N dan P pada tanaman kedelai didapat setelah diujikan di laboratorium setelah diberi perlakuan pada 45 HST.

Setelah diuji diperoleh nilai kandungan unsur N terbaik tanaman kedelai setelah diberi perlakuan terdapat pada perlakuan F dan dan G yaitu sebesar 2,90% dengan kategori sangat tinggi dan kandungan unsur P terbaik pada tanaman kedelai setelah diberi perlakuan diperoleh oleh perlakuan G sebesar 35,00 ppm termasuk dalam kategori sangat rendah. Pengkategorian kandungan unsur N dan P didasarkan pada kategori penilaian Balittan (2009), kategori N total yang tergolong sangat rendah bernilai < 0,1%, bernilai rendah 0,1% - 0,2%, dan bernilai sedang 0,21%-0,50%. Kategori P tersedia tergolong sangat rendah apabila bernilai <100 ppm dan tergolong rendah apabila bernilai 100-250 ppm.

(5)

Tabel 3. Pengaruh pemberian P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal pada tanah kapur terhadap parameter pertumbuhan kedelai pada 45 HST.

Perlakuan Jumlah daun (helai)

Tinggi tanaman (cm)

Biomassa basah (gram)

Panjang akar (cm) A 4,83 ± 0,16a 60,50 ± 5,16a 5,50 ± 0,50a 16,17 ± 6,42a B 5,00 ± 0,33a 86,22 ± 24,64ab 6,33 ± 0,28ab 26,67 ± 6,82bc C 5,72 ± 0,42b 86,39 ± 1,33ab 8,50 ± 1,32bc 30,17 ± 1,89c D 5,89 ± 0,25b 105,22 ± 7,78b 10,00 ± 2,29cd 24,33 ± 2,08abc E 5,83 ± 0,28b 105,78 ± 17,76b 14,17 ± 1,60e 20,50 ± 3,60ab F 5,44 ± 0,67ab 86,67 ± 18,90ab 12,33 ± 1,75de 21,83 ± 4,53abc G 4,94 ± 0,34a 101,92 ± 14,91b 13,17 ± 0,76e 24,00 ± 4,09abc Keterangan : (A) Kontrol, (B) MOL, (C) P. fluorescens, (D) Azospirillum sp., (E) MOL + P. fluorescens, (F) MOL +

Azospirillum sp., (G) MOL + P. fluorescens + Azospirillum sp. Angka yang diikuti dengan abjad sama dalam satu kolom berarti tidak menunjukkan adanya beda nyata, jika diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan bahwa beda nyata berdasarkan uji Duncan α (0,05).

Berdasarkan hasil pertumbuhan kedelai yang didapatkan pada Tabel 3 pemberian P.

fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal menunjukkan adanya pengaruh terhadap semua pertumbuhan kedelai di tanah kapur. Parameter tinggi tanaman menunjukkan bahwa hasil perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan D, E, G tetapi perlakuan A tidak beda nyata dengan perlakuan B, C, F. Perlakuan yang mempengaruhi tinggi tanaman yaitu pada perlakuan E. Pada parameter jumlah daun menunjukkan perlakuan A, B, G berbeda nyata dengan perlakuan C, D, E tetapi perlakuan A, B, G tidak beda nyata dengan perlakuan F. Perlakuan yang berpengaruh terhadap jumlah daun yaitu pada perlakuan D. Pada parameter pertumbuhan panjang akar menunjukkan bahwa perlakuan B dan C beda nyata terhadap perlakuan A tetapi tidak beda nyata dengan perlakuan D, E, F, G. Perlakuan yang optimal terhadap panjang akar dihasilkan oleh perlakuan C. Pada biomassa basah menunjukkan hasil bahwa perlakuan B tidak beda nyata dengan perlakuan A dan C, perlakuan D tidak beda nyata dengan perlakuan C, perlakuan E tidak beda nyata dengan perlakuan F dan G. Perlakuan yang mempengaruhi parameter pertumbuhan biomassa basah pada perlakuan E.

Tabel 4. Pengaruh pemberian P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal pada tanah kapur terhadap parameter perkembangan bintil akar pada 45 HST.

Perlakuan Bintil akar aktif (buah)

Jumlah bintil akar (buah)

Biomassa bintil akar (buah)

A 1,00 ± ,86a 1,33 ± 0,86a 0,24 ± 0,20a

B 2,83 ± 0,76b 3,33 ± 1,04ab 0,44 ± 0,02bc

C 4,50 ± 0,50bc 5,83 ± 0,57b 0,42 ± 0,02b

D 3,50 ± 1,00b 3,67 ± 0,76ab 0,46 ± 0,05bc

E 3,17 ± 1,15b 3,17 ± 1,15ab 0,47 ± 0,06bc

F 3,33 ± 1,15b 4,00 ± 3,00b 0,46 ± 0,08bc

G 5,33 ± 0,57c 5,67 ± 1,04b 0,61 ± 0,02c

Keterangan : (A) Kontrol, (B) MOL, (C) P. fluorescens, (D) Azospirillum sp., (E) MOL + P. fluorescens, (F) MOL + Azospirillum sp., (G) MOL + P. fluorescens + Azospirillum sp. Angka yang diikuti dengan abjad sama dalam satu kolom berarti tidak menunjukkan adanya beda nyata, jika diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan bahwa beda nyata berdasarkan uji Duncan α (0,05).

Pada Tabel 4 didapatkan hasil bahwa adanya pemberian pemberian P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal memberikan pengaruh terhadap parameter perkembangan bintil akar kedelai yang diukur pada 45 HST. Pada parameter perkembangan bintil akar aktif menunjukkan bahwa perlakuan C tidak beda nyata dengan perlakuan B, D, E, F, G namun beda nyata dengan perlakuan A.

Perlakuan terbaik yang mempengaruhi bintil akar aktif yaitu perlakuan G. Pada biomassa bintil akar didapatkan hasil bahwa perlakuan D tidak beda nyata dengan perlakuan B, C, E, F, G tetapi beda nyata dengan perlakuan A. Perlakuan optimal yang mempengaruhi biomassa bintil akar yaitu pada perlakuan G. Pada parameter jumlah bintil akar menunjukkan bahwa perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan D dan E. Perlakuan A beda nyata dengan perlakuan C, F, G. Perlakuan terbaik yang mempengaruhi jumlah bintil akar yaitu pada perlakuan C.

(6)

Tabel 5. Pengaruh pemberian P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal pada tanah kapur terhadap parameter produktivitas kedelai pada 45 HST.

Perlakuan Jumlah polong (buah) Biomassa polong (gram)

A 2,17 ± 0,28a 1,13 ± 0,01a

B 2,50 ± 0,50ab 1,17 ± 0,03a

C 2,52 ± 0,50ab 1,34 ± 0,02b

D 2,51 ± 0,50ab 1,49 ± 0,00c

E 2,33 ± 0,28ab 1,54 ± 0,04d

F 3,00 ± 0,00bc 1,76 ± 0,03e

G 3,33 ± 0,28c 1,94 ± 0,00f

Keterangan : (A) Kontrol, (B) MOL, (C) P. fluorescens, (D) Azospirillum sp., (E) MOL + P. fluorescens, (F) MOL + Azospirillum sp., (G) MOL + P. fluorescens + Azospirillum sp. Angka yang diikuti dengan abjad sama dalam satu kolom berarti tidak menunjukkan adanya beda nyata, jika diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan bahwa beda nyata berdasarkan uji Duncan α (0,05).

Berdasarkan tabel hasil produktivitas kedelai pada 45 HST pemberian perlakuan kombinasi P.

fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal memberikan pengaruh terbaik terhadap produktivitas kedelai yang meliputi jumlah polong dan biomassa polong. Pada parameter jumlah polong kedelai menunjukkan adanya pengaruh setelah diberi perlakuan yaitu perlakuan A beda nyata terhadap perlakuan G dan parameter biomassa polong kedelai hasil uji Duncan yang didapat menunjukkan bahwa pada perlakuan B dan perlakuan A tidak terdapat perbedaan nyata, tetapi terdapat perbedaan nyata dengan perlakuan C, D, E, F, dan G. Perlakuan G yaitu perlakuan kombinasi P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal memberikan pengaruh yang signfikan terhadap semua parameter produktivitas kedelai.

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan pengujian P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal terhadap produktivitas dan pertumbuhan kedelai pada tanah kapur serta mengetahui perlakuan terbaik atau paling efektif. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dipaparkan pada Tabel diketahui bahwa P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan dan produktivitas kedelai. Perlakuan kombinasi P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal berpengaruh terhadap parameter biomassa bintil akar, jumlah bintil akar aktif, berat polong, jumlah polong, serta kadar N dan P. Perlakuan dengan pemberian bakteri P. fluorescens memberikan hasil optimal terhadap parameter panjang akar dan jumlah bintil akar kedelai, sedangkan perlakuan P. fluorescens dan mikroorganisme lokal berpengaruh terhadap parameter tinggi tanaman kedelai dan biomassa basah kedelai. Pemberian bakteri Azospirillum sp. memberikan pengaruh terhadap jumlah daun kedelai.

Unsur hara K, P dan N mempunyai peran yang sangat penting dalam produktivitas dan pertumbuhan tanaman (Manurung, 2017). Unsur hara ini merupakan komponen penyusun utama yang berperan aktif dalam proses metabolisme, oleh karena itu unsur ini tidak bisa digantikan dengan unsur hara yang lain. Tersedianya unsur P, N dan K juga mempunyai fungsi untuk produktivitas tanah.

Penambahan unsur hara nitrogen dalam pertumbuhan dan produktivitas kedelai dapat memberikan dampak posistif untuk kedelai yaitu mempercepat pertumbuhan vegetatif dan mampu meningkatkan produktivitas bintil akar dalam proses fiksasi nitrogen dari udara (Sirenden, 2016). Menurut Nursanti (2008) unsur fosfor adalah unsur hara yang essensial dibutuhkan dalam produktivitas dan pertumbuhan tanaman. Unsur hara P pada tanaman mempunyai peranan yang sangat penting yaitu untuk memperkuat batang agar tidak rebah, membentuk akar – akar halus, pertumbuhan sel, dan terbentuknya rambut akar. Salah satu jenis unsur hara mendasar yang sangat diperlukan oleh tumbuhan untuk pendukung kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman adalah unsur nitrogen (Santana et al., 2021).

Unsur P mampu didapatkan dengan pemberian P. fluorescens. Menurut Hartati et al (2021) P.

fluorescens adalah salah satu bakteri bakteri yang dapat melarutkan fosfat terikat menjadi bentuk tersedia yang berguna untuk tanaman (Hartati et al., 2021). Bakteri yang mampu berfungsi sebagai PGPR (plant growth promoting rhizobacteria) adalah bakteri P. fluorescens dimana bakteri ini mampu memproduksi hormon pertumbuhan seperti IAA, meningkatkan pertumbuhan tanaman, menginduksi ketahanan tumbuhan, dan pemanjangan batang tanaman (Rahni, 2012). Menurut Nursanti (2008) unsur P mempunyai perananan penting dalam proses metabolisme tumbuhan yaitu pembentukan akar – akar

(7)

halus, pembentukan bunga, buah, biji, pembentukan rambut akar dan berperan dalam proses pembelahan sel, selain itu juga unsur fosfor merupakan unsur yang dapat membangun asam nukleat sehingga dapat membantu meningkatkan proses pertumbuhan tanaman yaitu bertambahnya volume, ukuran dan biomass. Inokulan P. fluorescens mampu memberi 20 – 25% kebutuhan fosfat yang berguna untuk tanaman (Suwahyono, 2011). Menurut Rohmat et al. (2013) mekanisme pelarutan fosfat dimulai dengan sekresi suatu asam organik yaitu asam formiat, asam asetat, glikolat, propionate, laktat, fumarat, glioksilat, tartat, sitrat, ketobutirat dan suksinat. Terjadinya suatu peningkatan asam organik nantinya akan terjadi suatu kejadian menurunnya nilai pH yang dapat menimbukan terjadinya pelarutan P yang terikat oleh Ca.

Unsur N bisa didapatkan dengan memanfaatkan pemberian bakteri Azospirillum sp. Menurut Widawati (2015) Azospirillum sp. merupakan bakteri tanah non simbiotik golongan rhizobacter yang hidup bebas didalam tanah sekitar perakaran yang mampu bersimbiosis dengan berbagai tanaman (Widawati, 2015). Menurut penelitian Ikhwan et al. (2015) bakteri Azospirillum sp. memiliki peran sebagai penambat unsur nitrogen bebas dari udara yang mengibatkan unsur N dari yang tidak tersedia menjadi tersedia yang berguna untuk produktivitas dan pertumbuhan tanaman. Azospirillum sp. juga mampu memproduksi hormon pertumbuhan yaitu giberilin, auksin, IAA dan sitokinin (Sembiring et al., 2013). Mekanisme penambatan N2 dimulai melalui udara diubah menjadi NH3 dengan memanfaatkan enzim nitrogenase lalu diubah diubah menjadi sebuah alanine atau glutamine yang selanjutnya akan diserap oleh tanaman dengan bentuk NO3 dan NH4+ (Kalay et al., 2019). Pemberian suatu bakteri N untuk awal masa pertumbuhan tanaman memiliki fungsi sebagai permulaan karena pada saat tersebut fungsi akar belum maksimal sehingga bakteri N diberikan pada fase pertumbuhan reproduktif berguna untuk memenuhi kebutuhan N pada tanaman kedelai (Siregar et al., 2018).

Menurut Kumalasari et al. (2013) terbentuknya bintil akar pada suatu tanaman dikarenakan adanya suatu rangsangan yang ada pada permukaan akar tanaman, adanya rangsang ini dapat membuat bakteri berkembang dan masuk ke dalam akar. Bintil akar yang ada pada tanaman memiliki beberapa kegunaan yaitu dapat menyuburkan tanah, sebagai penyedia nitrogen ke tanah, dan meningkatkan pertumbuhan kedelai. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi terbentuknya suatu bintil akar pada tanaman yaitu pH, salinitas, ada atau tidaknya unsur nitrogen di dalam tanah, dan kelembapan. Adanya jumlah bintil akar yang aktif tiap perlakuan memiliki hubungan dengan aktivitas penambatan N yaitu jumlah nitrogen yang telah difikasi oleh bintil akar dan kandungan leghemoglobin, hal ini terlihat dari warna kemerah – merahan pada tanaman kedelai (Gardner et al., 1991; Kumalasari et al., 2013). Berdasarkan parameter perkembangan bintil akar hasil yang didapatkan bahwa perlakuan kombinasi P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal merupakan perlakuan terbaik pada parameter biomassa basah bintil akar dan jumlah bintil akar yang aktif, sedangkan pada parameter jumlah bintil akar yang memberikan pengaruh terbaik yaitu perlakuan tunggal pemberian P. fluorescens. Hasil yang didapatkan selaras dengan penelitian yang terdahulu yaitu Zulaikah dan Yuliani (2018) dan Rohmah et al. (2013) yang mengungkapkan bahwa P. fluorescens mampu memberikan pengaruh yang baik terhadap perkembangan bintil akar kedelai, pertumbuhan dan produktivitas kedelai. Pada penelitian yang sebelumnya juga menunjukkan bahwa Azospirillum sp.

juga mempengaruhi perkembangan bintil akar kedelai, pertumbuhan dan produktivitas (Kartina et al., 2015; Hungria et al., 2013; El_Komy et al., 2020).

Penambahan mikroorganisme lokal dari buah - buahan menurut Parawansa dan Ramli (2014) sangat mendukung pertumbuhan vegatatif tanaman karena banyak mengandung unusr N dan P yang berimbang, seperti kabohidrat yang ada pada glukosa pada air kelapa, air cucian beras, serta gula merah dan buah – buahan sebagai sumber mikroorganisme. Manfaat positif pada MOL sangat banyak yaitu sebagai penyedia unsur hara yang diperlukan untuk tanaman, untuk memperbaiki sifat biologis, fisik dan kimia tanah serta membantu meningkatkan produksi tanaman (Hadi, 2019). MOL dari buah pepaya memiliki banyak manfaat untuk tanaman khusunya karena pada buah pepaya mengandung zat yang dapat membantu proses perkembangan dan pertumbuhan tanaman seperti sitokinin, giberelin, auksin dan inhibitor yang berfungsi sebagai peningkat aktivasi tanaman serta tambahan nutrisi untuk tanaman (Parawansa dan Ramli, 2014). MOL juga mampu berperan dalam melancarkan penyerapan unsur hara oleh akar tanaman, agen nutrisi bagi tanaman, membantu proses dekomposisi bahan organik serta bermanfaat sebagai pupuk organik yang berguna bagi tanaman (Waluyo, 2020).

Pada perlakuan kombinasi P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal menunjukkan hasil yang lebih bagus dibandingan dengan perlakuan yang lain. Hal ini disebabkan karena unsur P (fosfor) dan unsur hara N (nitrogen) penting ketersediaannya dalam pertumbuhan tanaman maka mikroorganisme seperti P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal

(8)

mampu berfungsi sebagai peningkatan kandungan unsur hara yang tersedia untuk tanaman (Astuti et al., 2013). Fosfor serta nitrogen secara bersama – sama mampu membantu proses pertumbuhan dan produktivitas tanaman yaitu pada proses pembentukan sel baru di jaringan meristem (Tania et al., 2012). Menurut pendapat Yuliani dan Rahayu (2016) semakin banyak jumlah pemberian mikroorganisme dapat meningkatkan unsur hara K, N, dan P sehingga tanah kapur yang awalnya kurang unsur hara menjadi kaya unsur hara.

Menurut Astuti et al. (2013) adanya unsur fosfor (P) sangat berpengaruh bagi pertumbuhan sel tanaman yaitu untuk memperkuat batang, memperbanyak jumlah kandungan klorofil serta kloroplas pada daun sehingga proses terjadinya fotosintesis menjadi meningkat. Adanya peningkatan proses fotosinstesis akan meningkatkan perpanjangan sel sehingga pertumbuhan tinggi tanaman menjadi semakin tinggi. Adanya unsur P (fosfor) tersedia bagi tanaman karena berguna untuk pertumbuhan dan produktivitas tanaman yaitu meningkatkan sel serta akar sehingga membantu peningkatan biomassa basah tanaman dan panjang akar tanaman (Tania et al., 2012). Menurut Prasetyowati dan Yuliani (2018) unsur N (nitrogen) berfungsi dalam penyusnan hijau daun yang mempunyai peran pada proses fotosintesis, selain berperan dalam proses fotosintesis unsur N juga mempunyai fungsi dalam pembentukan RNA, DNA dan protein yaitu sebagai pembentuk jaringan tumbuhan. Nitrogen juga mampu mendukung proses pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman seperti polong, batang, dan akar. Kandungan nitrogen dan fosfor pada tanaman menujukkan bahwa pada perlakuan dengan menggunakan bakteri mampu meningkatkan kadar nitrogen dan fosfor ini dikarenakan apabila semakin banyak penambahan mikroorganisme yang digunakan maka memacu perkembangan populasi mikroba (Astusti et al., 2013). Menurut Thoyyibah et al.(2014) pemberian unsur P mempunyai peranan penting dalam fiksasi fosfor yang berguna untuk mempercepat matangnya polong dan meningkatkan pembentukan polong. Selain unsur P yang berperan dalam pembentukan polong unsur N juga berperan. Menurut Puspasari (2017) jumlah nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman melalui tanah awalnya tertimbun pada bagian batang daun daun, lalu selanjutnya disimpan dalam kulit polong.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Pseudomonas fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan tanaman kedelai pada tanah kapur dapat dilihat dari hasil biomassa polong, tinggi tanaman, jumlah daun, biomasa basah, panjang akar, jumlah polong, jumlah bintil akar, biomassa bintil akar, jumlah bintil akar aktif serta kandungan N dan P. Perlakuan kombinasi P. fluorescens, Azospirillum sp. dan mikroorganisme lokal berpengaruh terhadap parameter biomassa bintil akar, jumlah bintil akar aktif, berat polong, jumlah polong, serta kadar N dan P. Pemberian P. fluorescens berpengaruh terhadap panjang akar dan jumlah bintil akar kedelai, sedangkan perlakuan P. fluorescens serta mikroorganisme lokal berpengaruh terhadap parameter tinggi tanaman kedelai dan biomassa basah kedelai. Pemberian Azospirillum sp. memberikan pengaruh terhadap jumlah daun kedelai.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti YW, Widodo LU, dan Budisantoso, I, 2013. Pengaruh Bakteri Pelarut Fosfat dan Bakteri Penambat Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat pada Tanah Masam. Majalah Ilmiah Biologi BIOSFERA: A Scientific Journal; 30(3): 134-142.

BPS, 2021. Hasil Sensus Penduduk 2020. https://www.bps.go.id/. Diakses 17 Februari 2022.

Bahri S, 2017. Respon pertumbuhan dan hasil tiga varietas kedelai (Glycine max L.) terhadap cekaman kekeringan. Jurnal Penelitian Agrosamudra; 4(2): 1-14.

Buckman HO, dan NC Brady, 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

Dariah A, Sutono S, Nurida NL, Hartatik W, dan Pratiwi E, 2015. Pembenah Tanah untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian. Jurnal Sumberdaya Lahan; 9(2): 67-84.

Dwiastuti S, Maridi M, Suwarno S, dan Puspitasari, D, 2016. Bahan Organik Tanah di Lahan Marjinal dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning; 13(1): 748-751.

El_Komy MH, Hassouna MG, Abou-Taleb EM, Al-Sarar AS, dan Abobakr Y, 2020. A mixture of Azotobacter, Azospirillum, and Klebsiella strains improves root-rot disease complex management and promotes growth in sunflowers in calcareous soil. European Journal of Plant Pathology; 156(3): 713-726.

Hadi RA, 2019. Pemanfaatan MOL (mikroorganisme lokal) dari Materi yang Tersedia di Sekitar Lingkungan. Agroscience; 9(1): 93-104.

Hanifah S, 2016. Respon Fisio-Morfologi Tanaman Kacang Tunggak (Vigna Unguiculata L.) pada Berbagai Kadar

(9)

Lengas Tanah. Skripsi. Tidak Dipublikasikan, Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah.

Harizena IND, 2012. Pengaruh Jenis dan Dosis MOL terhadap Kualitas Kompos Sampah Rumah Tangga. Skripsi.Tidak Dipublikasikan, Denpasar: Universitas Udayana.

Hartati RD, Suryaman M, dan Saepudin A, 2021. Pengaruh Pemberian Bakteri Pelarut Fosfat Pada Berbagai pH Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max L . Merr). JA-Crops; 1(1): 25-34.

Herlina L, Pukan KK, dan Mustikaningtyas D, 2016. Kajian Bakeri Endofit Penghasil IAA (Indole Acetic Acid) untuk Pertumbuhan Tanaman. Sainteknol Jurnal Sains dan Teknologi; 14(1): 51-58.

Herniwati dan Salamba HN, 2021. Efektivitas Beberapa Mikro Organisme Lokal (Mol) Sebagai Biodekomposer Dalam Pengolahan Bahan Organik yang Diperkaya Zeolit. Prosiding BPTP Sulawesi Utara-Badan Litbang Kementerian Pertanian.

Hungria M, Nogueira MA, dan Araujo RS, 2013. Co-inoculation of soybeans and common beans with rhizobia and azospirilla: strategies to improve sustainability. Biology and Fertility of Soils; 49(7): 791-801.

Ikhwan AK, Ahmad WM, Anwar M, Ummu FH, Dwi RY, dan Gita P, 2015. Inokulasi Azospirillium sp dari Lahan Kering Madura Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung. Agrovigor Jurnal Agroekoteknologi; 8(2): 46-50.

Juswadi J, Sumarna P, dan Mulyati NS, 2021. Potensi Peningkatan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Jawa Barat. Paspalum Jurnal Ilmiah Pertanian; 9(1): 86-93.

Kalay AM, Sesa A, Siregar A, dan Talahaturuson A, 2019. Efek Aplikasi Pupuk Hayati Terhadap Populasi Mikroba dan Ketersediaan Unsur Hara Makro Pada Tanah Entisol. Agrologia; 8(2): 63-70.

Kartina AM, Fatmawaty AA, dan Firnia D, 2015. Eksplorasi Potensi Mikroba Tanah Dalam Meningkatkan Hasil Panen Kedelai (Glycine Max) Pada Lahan Kering. Jurnal Agroekoteknologi; 7(2): 121-128.

Kompas.com. Mengapa Indonesia Begitu Bergantung Pada Kedelai Impor dari AS? (Muhammad Idris).

https://money.kompas.com/read/2021/01/03/134256526/mengapa-indonesia-begitu-bergantung- pada-kedelai-impor-dari-as?page=all. Diakses 10 Februari 2022.

Kumalasari ID, Astuti ED, dan Prihastanti E, 2013. Pembentukan Bintil Akar Tanaman Kedelai (Glycine Max (L) Merrill) dengan Perlakuan Jerami Pada Masa Inkubasi Yang Berbeda. Jurnal Sains dan Matematika Universitas Diponegoro; 21(4): 103-107.

Manurung R, 2017. Pemetaan status unsur hara N, P dan K tanah pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut. PedonTropika; 3(1): 89 -96

Mardya IA, Gusmini G, dan Agustian A, 2020. Aplikasi Ulang Azospirillum Terseleksi Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum, L) yang Ditanam Pada Ultisol. Jurnal Solum; 17(2): 49-56.

Mudrieq SSH, 2014. Problematika Krisis Pangan Dunia dan Dampaknya Bagi Indonesia. Jurnal Academica Fisip Untad; 6(2): 1287-1302.

Naafi TN, dan Rahayu YS, 2019. The effect of local micro organism and Mycorrhizal fungi on anatomical and morphological responses of red chili (Capsicum annuum L.) at different soil water level. Journal of Physics:

Conference Series; 1417(1): 012036.

Nadhifa H, 2013. Cara Membuat MOL Pepaya. http://jejakpenyuluh.blogspot.com/2013/08/cara-membuat-mol- pepaya.html. Diakses 15 Februari 2022.

Nurpita A, Wihastuti L, dan Andjani IY, 2018. Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga Tani di Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progro. Jurnal Gama Societa; 1(1): 103-110.

Nursanti I, 2008. Pengaruh Bakteri Pelarut Fospat terhadap Ketersediaan Fospat dan Pertumbuhan Tanaman. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi; 8(2) 44-49.

Parawansa I, dan Ramli, 2014. Mikroorganisme Lokal (Mol) Buah Pisang dan Pepaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Ubi Jalar (Ipomea batatas L). Jurnal Agrisistem; 10(1): 10-15.

Prasetyowati K, dan Yuliani Y, 2018. Pengaruh Pemberian Mikroorganisme Lokal (Mol), Tricoderma Harzianum, Rhizobium Sp. dan Kombinasinya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine Max) Pada Media Tanah Kapur. LenteraBio; 7(3): 236-240.

Pratama IW, 2021. The Response to Growth and Yield of Sweet Corn due to the use of Azospirillum sp. and N fertilizer on Peat Soil. Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian; 10(3).

Pratiwi H, Aini N, dan Soelistyono R, 2016. Penekanan Klorosis dengan Pseudomonas Fluorescens dan Belerang Untuk Peningkatan Hasil Kacang Tanah di Tanah Alkalin. Buletin Palawija; 14(1): 9-17.

Purwanto B, 2016. Uji Adaptasi Beberapa Varietas Kedelai Pada Tanah Aluvial Sebagai Upaya Optimalisasi Lahan Kering STPP Manokwari. Jurnal Triton; 7(2): 61-68.

Puspasari R, 2017. Pembentukan Polong Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.)Merril) dengan Pemberian Nitrogen Pada masa Generatif. Thesis. Tidak Dipublikasikan: Universitas Brawijaya.

Rahmawati D, Gemaputri AA, dan Mukhlis S, 2016. Pembuatan Agens Hayati Cair dengan Media Kentang. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. 254-258.

Rahni NM, 2012. Efek Fitohormon PGPR Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays). Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah; 3(2): 27–35.

Rohmah F, Rahayu Y, dan Yuliani Y, 2013. Pemanfaatan Bakteri Pseudomonas fluorescens, Jamur Trichoderma harzianum dan Seresah Daun Jati (Tectona Grandis) Untuk Pertumbuhan Tanaman Kedelai Pada Media Tanam Tanah Kapur. LenteraBio; 2(2): 149–153.

Ryan I, dan Bernadetha D, 2021. Pengaruh Pemberian Pupuk Mol Buah Pepaya (Carica Papaya. L) dengan Dosis yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachishypogeae. L) di

(10)

Kelurahan Bumi Wonorejo Distrik Nabire. Jurnal FAPERTANAK: Jurnal Pertanian dan Peternakan; 6(1): 12- 22.

Santana FP, Ghulamahdi M, dan Lubis I, 2021. Respons Pertumbuhan, Fisiologi dan Produksi Kedelai Terhadap Pemberian Pupuk Nitrogen Dengan Dosis dan Waktu yang Berbeda. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia; 26(1):

24-31.

Saraswati R, dan Sumarno S, 2018. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah Sebagai Komponen Teknologi Pertanian. Iptek Tanaman Pangan; 3(1); 41-58.

Sembiring YRV, Nugroho PA, dan Istianto I, 2013. Kajian Penggunaan Mikroorganisme Tanah Untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan pada Tanaman Karet. Warta Perkaretan; 32(1): 7-15.

Siregar TBR, Aslim R, dan Murniati, 2018. Respon Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril) Terhadap Dosis Pupuk Kalium dan Waktu Aplikasi Pupuk Nitrogen. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau; 5(1):

1-12.

Sirenden RT, Anwar M, dan Damanik Z, 2016. Pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max Merr) yang diberi pupuk nitrogen dan molibdenum pada tanah podsolik merah kuning. Jurnal Agrium; 13(2): 69-74.

Sukarja MI, 2015. Pengaruh Alih Fungsi Lahan Pertanian terhadap Ketahanan Pangan Kawasan Subang Jawa Barat.

Doctoral Dissertation. Tidak Dipublikasikan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Suwahyono U, 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara Efektif dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tania N, Astina, dan Budi S, 2012. Pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil jagung semi pada tanah podsolik merah kuning. Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian; 1(1): 10-15.

Taufiq A, dan Sundari T, 2012. Respons Tanaman Kedelai Terhadap Lingkungan Tumbuh. Buletin Palawija; (23):

13-26.

Thoyyibah S, Sumadi, dan Anne N, 2014. Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Terhadap Pertumbuhan, Komponen Hasil, Hasil, dan Kualitas Benih Dua Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) Pada Inceptisol Jatinangor. Agric.

Sci. J; 1(4) : 111 – 121.

Waluyo P, 2020. Respon Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan MOL Buah Pepaya Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Timun Suri (Cucumis melo L.). Kumpulan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas sains dan Tekhnologi; 1(1): 67.

Widawati S, 2015. Peran Bakteri Fungsional Tanah Salin (PGPR) pada Pertumbuhan Padi di Tanah Berpasir Salin.

Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia; 1(8): 1856-1860.

Yuliani dan Rahayu YS, 2016. Pemberian Seresah Daun Jati Dalam Meningkatkan Kadar Hara dam Sifat Fisika Tanah Pada Tanah Berkapur. Prosiding Seminar Nasional Biologi, January, 213–217.

Zulaikah D dan Yuliani, 2018. Penggunaan Agen Hayati Rhizobium sp. dan Pseudomonas fluorescens terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max) pada Tanah Salin. LenteraBio; 7(3): 226-230.

Article History:

Received: 26 April 2022 Revised: 8 July 2022 Published online: 30 July 2022 Published: 30 September 2022 Authors:

Ni Wayan Putri Noviani, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya, Jalan Ketintang Gedung C3 Lt. 2 Surabaya 60231, Indonesia, email: [email protected]

Yuni Sri Rahayu, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya, Jalan Ketintang Gedung C3 Lt.2 Surabaya 60231, Indonesia, email: [email protected]

How to cite this article:

Noviani NWP, Rahayu YS, 2022. Pengaruh Pemberian Pseudomonas fluorescens, Azospirillum sp. dan Mikroorganisme Lokal terhadap Produktivitas dan Pertumbuhan Kedelai pada Tanah Kapur. LenteraBio; 11(3): 493-502.

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi air tanah yang baik untuk tanaman kedelai adalah air tanah dalam kapasitas lapang sejak tanaman tumbuh hingga polong berisi penuh, kemudian kering menjelang panen dan

Budidaya kedelai dengan sistem tadah hujan memberikan hasil yang lebih baik pada parameter pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah daun) serta parameter produksi

Komponen utama yang mendukung morfologi pertumbuhan yang optimal pada tanaman kedelai adalah: akar, daun, batang, bunga, polong, dan biji.. Biji kedelai terbagi

Mikroorganisme lokal harus mempunyai kualitas yang baik sehingga mampu meningkatkan kesuburan tanah, dan pertumbuhan tanaman secara berkelanjutan.Mikroorganisme tidak

tanaman jagung, kulit kacang tanah, batang kedelai kering, kulit polong kedelai, kulit biji kopi, daun tebu, dedak padi kasar, rumput gajah tua, jerami padi.. • Serat-energi :

Peubah pertumbuhan dan produksi tanaman kacang kedelai yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun trifoliate, jumlah buku, umur berbunga, bobot berangkasan kering, jumlah

Komponen utama yang mendukung morfologi pertumbuhan yang optimal pada tanaman kedelai adalah: akar, daun, batang, bunga, polong, dan biji.. Biji kedelai terbagi

Pendugaan Luas Daun Tanaman Talas Colocasia esculenta Estimation of Leaf Area of Taro Colocasia esculenta Yusi Nurmalita Andarini*, Higa Afza, Sutoro Diterima Mei 2018/Disetujui