ANALISIS NILAI BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL DALAM FILM NGERI – NGERI SEDAP KARYA BENE DION RAJAGUKGUK : KAJIAN
ANTROPOLINGUISTIK Monika Indriani Lumbanraja, Dra. Nurhayati Harahap,M.Hum.
Email: [email protected] Abstrak
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana Nilai budaya dan Kearifan lokal yang terkandung dalam Film Ngeri-ngeri sedap karya Bene Dion Rajagukguk : Kajian Antropolinguistik. Teori yang digunakan dalam mengkaji film tersebut adalah teori antropolinguistik dengan menggunakan parameter performance, indexcality, dan participation. Metode yang digunakan dalam mengkaji film Ngeri-ngeri sedap adalah metode diskriptif kualitatif dengan strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi studi terpancang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik simak dan teknik catat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai budaya yang terkandung dalam film Ngeri-ngeri sedap karya Bene Dion Rajagukguk adalah Merantau,sulang-sulang pahompu, menikah sesama batak,dan anak bungsu menjadi pewaris. sedangkan kearifan lokal yang terkandung dalam film Ngeri-ngeri sedap karya Bene Dion Rajagukguk adalah adat-istiadat,Gotong royong dan penyelesaian konflik.
Kata kunci: Nilai Budaya, Kearifan Lokal, Antropolinguistik Abstract
This research is a qualitative research which aims to find out the cultural values and local wisdom contained in the film Ngeri-ngeri sedap by Bene Dion Rajagukguk: Anthropolinguistic Study. The theory used in studying the film is anthropolinguistic theory using the parameters performance, indexicality, and participation. The method used in studying the film Ngeri-ngeri sedap is a qualitative descriptive method with the strategy used in this research being a focused study strategy. The data collection techniques used are listening techniques and note-taking techniques. The results of the research show that the cultural values contained in the film Ngeri- ngeri sedap by Bene Dion Rajagukguk are Merantau, sulang-sulang pahompu, marrying among the Batak, and the youngest child being the heir. Meanwhile, the local wisdom contained in the film Ngeri-ngeri Sedap by Bene Dion Rajagukguk is customs, mutual cooperation and conflict resolution.
Keywords: Cultural Values, Local Wisdom, Anthropolinguistics Pendahuluan
Komunikasi adalah suatu proses dimana pesan atau simbol disampaikan dari satu pihak yang berkomunikasi kepada pihak lain dengan tujuan tertentu. Dalam proses komunikasi ini, setiap tahapannya memiliki makna yang terkandung di dalamnya, yang bergantung pada pemahaman dan kesadaran komunikator. Komunikasi akan menjadi efektif dan tujuan komunikasi akan tercapai ketika setiap partisipan memiliki persepsi yang sejalan terhadap makna pesan atau simbol yang disampaikan.
Menurut Agus M.Hardjana (2016 :15) ―Komunikasi merupakan kegiatan dimana seseorang menyampaikan pesan melalui media tertentu kepada orang lain dan sesudah menerima pesan kemudian memberikan tanggapan kepada pengirim pesan‖. Saat ini sudah banyak film yang diproduksi dengan menggunakan bentuk proyeksi ini. Benar sekali, film dibuat untuk ditonton dan didengarkan.
Sinema merupakan salah satu media yang dapat digunakan sebagai sarana hiburan, dapat menjadi alternatif berpikir dan dapat digunakan untuk mendidik. Nilai pendidikan dapat diperoleh dari misi yang dikandungnya. Dunia perfilman Indonesia saat ini sepertinya hanya mengikuti tren dan periklanan.Hal ini terlihat dari banyaknya tema yang sama di setiap film yang dirilis, seperti film horor yang tidak hanya memiliki satu judul saja.Begitu pula dengan film Ngeri-ngeri Sedap yang sangat memperhatikan nilai-nilai dan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya serta dapat dijadikan sebagai pedoman hidup dan motivasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Pada dasarnya film dapat dibagi menjadi dua kategori: film layar lebar dan film non- fitur.Film fitur adalah film yang dibuat dari cerita yang ditulis oleh aktor dan aktris.
pada umumnya film layar lebar bersifat komersial, artinya ditayangkan di bioskop dengan harga tertentu atau ditayangkan di televisi dengan dukungan sponsor iklan tertentu.film tanpa cerita adalah genre yang mengambil realitas sebagai subjeknya (Sumarno, 1996: 10).
Film yang berjudul Ngeri-ngeri sedap merupakan salah satu film yang sangat bernuansa Film bernuansa keluarga seringkali cukup menjadi daya tarik tersendiri bagi para penonton, selain dapat dinikmati oleh berbagai kalangan usia mulai dari anak muda, dewasa dan bahkan tua sekalipun dapat menyaksikannya. Dalam film Ngeri-ngeri sedap itu tampil dengan polesan.
Gambar-gambar yang menarik, ritme terjaga, sebuah plot ringan dan untuk mengungkapkan realitas kehidupan seutuh-utuhnya.
Film Ngeri-ngeri sedap mengisahkan tentang film ini berlatar kehidupan adat istiadat Batak. Dimana, kedua orang tua yang berasal dari suku batak dan berpura/pura berkelahi agar anaknya pulang dari perantauan . Anak-anak harus pulang dari perantaun untuk melihat bagaimana keadaan orang tua dikampung, mengobati rasa rindu orang tau yang sudah lama tidak bertemu. Film Ngeri-ngeri sedap karya Bene Dion Rajagukguk sampai saat ini belum ada yang meneliti secara antropolinguistik.
Oleh karena itu penulis tertarik mengadakan penelitian pada Film Film Ngeri-ngeri sed Oleh karena itu penulis tertarik mengadakan penelitian pada Film Film Ngeri-ngeri sedap karya Bene Dion Rajagukguk dengan judul “Analisis Nilai Budaya dan Kearifan Lokal: Kajian antropolinguistik.
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penelitian ini:
1. penulis meneliti film karena ingin mengetahui lebih jauh tentang perfilman Indonesia khususnya film Ngeri-ngeri Sedap.
2. sinema merupakan media yang mampu mengungkap kejadian sehari-hari sehingga mempunyai kaitan erat dengan budaya.
3. film tidak jauh berbeda dengan karya sastra lain seperti novel, yang ceritanya banyak mengandung konflik dan penyelesaian yang berbeda.Namun film mudah untuk dianalisis karena bisa langsung diamati tanpa harus berimajinasi seperti saat membaca novel.
4. tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam film dapat tergambar jelas melalui ekspresi wajah dan gerak akting.Adegan-adegan dalam film dapat dengan mudah dipahami sebagai gambaran nyata.
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan kebudayaan pada umumnya.Di satu sisi manusia adalah pencipta kebudayaan, di sisi lain kebudayaan
―menciptakan‖ manusia berdasarkan lingkungannya.Dengan cara ini, terjalin hubungan yang sangat erat dan terpadu antara manusia dan budaya.
Dalam budaya, bahasa memiliki posisi istimewa yang sangat dihormati. Selain berperan sebagai unsur budaya, bahasa juga berfungsi sebagai alat utama dalam mengwariskan, mengembangkan, dan menyebarkan budaya. Antropologi linguistik, yang juga dikenal sebagai etnolinguistik, tidak hanya memeriksa aspek struktural bahasa, tetapi lebih fokus pada bagaimana bahasa digunakan dan berfungsi dalam konteks sosial dan budaya.
Kajian antropologi linguistik mencakup analisis struktur bahasa, hubungan kekerabatan melalui istilah keluarga, konsep warna, pola pengasuhan anak, serta cara komunikasi antar anggota masyarakat dalam situasi-situasi tertentu, seperti upacara adat, dan mengaitkannya dengan konsep budaya mereka. Pendekatan antropologi linguistik memungkinkan kita untuk memahami bagaimana orang menggunakan bahasa, ucapan, diam, dan gerakan tubuh dalam konteks spesifik, serta bagaimana hal ini berkaitan dengan budaya dan struktur sosial mereka.
Dengan kata lain, antropologi linguistik adalah cabang linguistik yang mengeksplorasi peran bahasa dalam konteks budaya dan sosial serta bagaimana bahasa ini memengaruhi dan membentuk praktik-praktik budaya dan struktur sosial.
Sebagai bidang interdisipliner, antropologi linguistik memiliki tiga area kajian utama, yaitu penelitian tentang bahasa, budaya, dan aspek-aspek lain dalam kehidupan manusia. Ketiga area ini dianalisis melalui pendekatan yang menggabungkan prinsip-prinsip linguistik dan antropologi.
Pendekatan linguistik memusatkan perhatian pada bahasa, sementara pendekatan antropologi lebih menekankan pemahaman mendalam tentang kehidupan manusia dalam segala kompleksitasnya.
Ketika kita berbicara tentang antropolinguistik, ada tiga relasi penting yang perlu diperhatikan.
1. Pertama, ada hubungan erat antara bahasa dan budaya yang terkait. Ini berarti bahwa ketika kita mempelajari sebuah budaya, penting untuk memahami bahasanya, dan sebaliknya, ketika kita mempelajari bahasa, kita juga harus memahami budayanya.
2. Kedua, terdapat hubungan yang kuat antara bahasa dan budaya secara lebih umum, yang mengimplikasikan bahwa setiap bahasa dalam suatu masyarakat mencerminkan budaya dalam masyarakat tersebut. Bahasa menjadi cermin budaya, sehingga perbedaan dalam bahasa mencerminkan perbedaan dalam budaya, dan sebaliknya.
3. Ketiga, terdapat hubungan yang signifikan antara linguistik sebagai studi bahasa dan antropologi sebagai studi budaya. (Sibarani 2004:51).
Nilai dan norma budaya yang masih relevan bagi sebuah komunitas dalam mengatur kehidupan sosial dengan bijak perlu ditemukan, dipertahankan, bahkan diberikan semangat baru. Dalam konteks ini, antropolinguistik bertujuan untuk mengungkap dan
menganalisis kebijaksanaan lokal berdasarkan hubungan antara struktur teks, teks pendukung, dan konteks dalam peristiwa atau pertunjukan tradisi lisan dan budaya. Nilai- nilai dan norma budaya yang diidentifikasi melalui pemahaman hubungan ini mencerminkan hakekat sosial yang ada dalam tradisi lisan, serta mencerminkan realitas sosial yang hidup dalam masyarakat.
Kearifan lokal sebagai praktik budaya merupakan cerminan realitas (Duranti, 1997:25) dan (Folley, 1997:16). Bahasa akan dapat menggambarkan cara berpikir sebagai cerminan realitas sosial. Wierzbicka (1992: 3) berkata bahwa ‗Setiap bangsa berbicara sesuai dengan cara dia berpikir dan perpikir sesuai dengan cara dia berbicara. Pikiran tidak dapat dialihkan dari satu bahasa ke bahasa lain karena setiap pikiran tergantung pada bahasa tempat pikiran itu diformulasikan‘.
Dari sudut antropolinguistik, semua ragam bahasa menggambarkan cara berpikir masyarakatnya dan berbicara sesuai dengan cara berpikirnya termasuk cara-cara dalam seluk- beluk kebudayaannya (Sibarani, 2004). Asumsi ini memberikan dasar penting bagi peran antropolinguistik dalam studi mengenai tradisi lisan atau tradisi budaya, terutama yang melibatkan unsur-unsur verbal. Dengan fokus pada unsur-unsur verbal ini, antropolinguistik menginvestigasi struktur bahasa dalam tradisi lisan atau budaya untuk mengidentifikasi formula atau aturan yang mengatur unsur-unsur verbal tersebut. Struktur ini dapat melibatkan tingkatan makro, struktural, dan mikro dalam bahasa tradisi lisan atau budaya tersebut.
Nilai budaya adalah konsep yang hadir dan berkembang dalam suatu masyarakat. Nilai budaya ini merupakan aspek paling dasar dari kebudayaan ideal atau adat istiadat. Nilai budaya ini adalah komponen yang tidak dapat dilihat secara fisik dan mencakup wilayah yang sangat luas. Oleh karena itu, nilai budaya memiliki pengaruh besar dan sering digunakan sebagai panduan atau acuan bagi suatu kelompok masyarakat tertentu. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa nilai budaya adalah sesuatu yang menjadi pusat dan sumber daya hidup dan kehidupan manusia secara individual, sosial, dan religius- transendental untuk dapat terjaganya pandangan hidup masyarakat.
Nilai budaya juga dapat terungkap melalui elemen-elemen yang stabil dalam bahasa, seperti ungkapan yang mapan, sistem gramatika, dan leksikon yang tersedia dalam bahasa ibu. Ketika seorang anak manusia menjadi anggota masyarakat, dia secara alami akan membentuk cara pandang dan memahami nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakatnya, termasuk dalam konteks bahasa dan budaya setempat. Sebagai contoh, dalam proses memahami unsur-unsur bahasa, seperti leksikon dan aturan gramatika yang terkait dengan pembentukan konsep waktu dalam bahasa Samawa, individu juga internalisasi cara pandang komunitasnya tentang konsep waktu, yang cenderung berfokus pada masa kini yang memiliki hubungan erat dengan masa lampau dan masa mendatang.
Menurut Yudie Apriyanto, kearifan lokal adalah berbagai nilai yang diciptakan, dikembangkan dan dipertahankan oleh masyarakat yang menjadi pedoman hidup mereka, pedoman ini bisa tergolong dalam jenis kaidah sosial, baik secara tertulis ataupun tidak tertulis. Akan tetapi yang pasti setiap masyarakat akan mencoba mentaatinya.
Film Ngeri-ngeri sedap adalah salah satu jenis cabang budaya yang mengandung kearifan lokal. Bentuk-bentuk kearifan lokal menurut Haryanto ( 2014:212) ialah kedamaian dalam menjalankan agama dalam bentuk kegiatan sosial yang didasari pada suatu kearifan lokal budaya. Budaya dalam hal ini yaitu nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat, hukum adat, dan aturanaturan khusus merupakan bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat.
Nilai-nilai budaya adalah nilai-nilai yang telah disepakati dan ditanamkan dalam suatu masyarakat, dalam berbagai tingkat organisasi dan lingkungan sosial. Nilai-nilai ini mengakar dalam kebiasaan, keyakinan, simbol-simbol, serta memiliki karakteristik yang membedakan satu masyarakat dari yang lain. Nilai-nilai budaya ini berfungsi sebagai panduan perilaku dan tanggapan terhadap situasi yang akan terjadi atau sedang terjadi dalam masyarakat tersebut.
Kearifan lokal adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli yang dimiliki oleh suatu masyarakat, yang berasal dari nilai-nilai mulia dalam tradisi budayanya. Kearifan ini digunakan untuk mengatur tatanan sosial atau kehidupan masyarakat secara bijaksana.
Dengan kata lain, kearifan lokal merupakan nilai-nilai budaya khas suatu daerah yang digunakan untuk mengatur kehidupan masyarakat dengan cara yang cerdas dan bijaksana.
Kearifan lokal adalah bagian integral dari suatu budaya yang terdapat dalam suatu masyarakat dan tidak bisa dipisahkan dari masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal ini merupakan nilai-nilai yang memiliki peran penting dalam kemajuan masyarakat, dan telah terbukti memiliki dampak yang signifikan dalam perkembangan masyarakat di Indonesia. Menurut Sibarani (dalam Daniah) Local Wisdom adalah suatu bentuk pemahaman yang ada dalam m untuk mengatur kehidupan masyarakat atau yang biasa disebut dengan kearifan lokal (local wisdom),
HASIL PENELITIAN
1). Analisis Nilai Budaya dalam Film Ngeri-ngeri sedap karya Bene Dion Rajagukguk Dalam Film Ngeri-ngeri sedap karya Bene Dion Rajagukguk Peneliti menemukan nilai-nilai budaya manusia yang berhubungan Tuhan, alam, masyarakat, dan diri sendiri. Di bawah ini dibahas nilai-nilai budaya yang terdapat dalam Film Ngeri-ngeri sedap karya Bene Dion Rajagukguk yaitu : Merantau,sulang-sulang pahompu, menikah sesama batak,dan anak bungsu menjadi pewaris.
Representasi budaya Batak: Film ini menggambarkan kehidupan keluarga Batak dan budaya Batak, termasuk adat, tradisi, dan kepercayaan mereka. Film ini juga memperkenalkan istilah kekerabatan dalam bahasa Batak, seperti boru, nang boru, opung, opung doli, tulang, nang tulang, dan lain-lain. Dalam Ngeri-Ngeri Sedap, diceritakan bahwa opung mereka akan melangsungkan acara adat sehingga Pak Domu pun terobsesi untuk membawa anak-anaknya pulang. Upacara adat itu adalah Sulang-Sulang Pahompu atau pengukuhan adat pernikahan Batak Toba. Adat ini merupakan adat yang cukup penting bagi masyarakat Batak. Upacara ini dilakukan bagi pasangan yang sudah sah menikah secara agama tetapi belum secara adat.
Meskipun nilai-nilai budaya berfungsi sebagai panduan dalam kehidupan manusia dalam masyarakat, konsep nilai budaya cenderung bersifat sangat abstrak, memiliki ruang lingkup yang luas, dan sering sulit dijelaskan secara rasional dan konkret. Namun, itulah yang membuat nilai- nilai budaya menjadi bagian yang sangat penting dan emosional dalam jiwa individu yang merupakan bagian dari kebudayaan tersebut. Kebiasaan yang berkembang dalam wilayah tertentu juga memiliki dampak yang signifikan pada cara kehidupan sehari-hari, seperti yang tercermin dalam kutipan di bawah ini.
1. Prosesi ini cukup rumit dan semua yang diundang serta segenap keluarga besar akan datang. Nah, di sinilah salah satu konflik dalam Ngeri-Ngeri Sedap terjadi, lantaran perbedaan pandangan budaya. Para orang tua di kampung pastinya masih memegang teguh adat ini. Dan, hal itu kadang berbeda dengan anak muda yang seringkali menganggap bahwa adat yang rumit tidaklah praktis. Beberapa adat Batak memang cukup rumit dan membutuhkan persiapan matang.
Contohnya saja, seperti upacara pemberian nama marga kepada calon pasangan yang bukan Batak. Ada banyak izin yang harus dilakukan, dan calon pasangan pun harus betul-betul menghayati budaya itu, bukan sekadar mengikuti adat saja. Film Ngeri-Ngeri Sedap membuat kita menyadari bahwa adat penting untuk dijaga, sebagai bentuk penghormatan pada budaya dan leluhur.
2. Pentingnya keluarga: Film ini menunjukkan betapa pentingnya keluarga dan kedekatan keluarga Batak, bahkan setelah pernikahan. Film ini juga menyoroti masalah yang dihadapi oleh keluarga Batak dalam kehidupan sehari-hari. Film Ngeri-Ngeri Sedap mengisahkan problem keluarga Domu dari suku Batak. Marlina/Mama Domu (Tika Panggabean) dan Pak Domu (Aswendy Nasution) berusaha melakukan berbagai upaya untuk membujuk ketiga anak lelakinya—Domu (Boris Bokir), Gabe (Lolox), dan Sahat (Indra Jegel)—agar mau pulang dari perantauan.
3. Kewajiban menikah sesama suku: Film ini menunjukkan bahwa orang Batak memiliki kewajiban untuk menikah dengan orang yang bersuku Batak juga. Hal ini lah yang diinginkan oleh Pak Domu kepada anak pertamanya Domu. Dalam film itu dijelaskan jika keinginan Pak Domu itu karena ingin melestarikan budaya Batak di keluarganya. Domu yang memiliki calon istri dari suku Sunda, ditentang keras oleh bapaknya untuk menikah. Begitu pula dengan Sarma (adik perempuan Domu). Ia harus putus dengan kekasihnya yang berasal dari suku Jawa.
4. Peran wanita dalam keluarga: Film ini juga menunjukkan adanya bentuk patriarki subordinasi dan marginalisasi yang terlihat melalui dialog, ekspresi, dan tindakan antara suami dengan istri, bapak dengan anak perempuan, serta anak laki-laki dengan anak perempuan.
Namun, film ini juga menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam keluarga Batak.
Film "Ngeri-Ngeri Sedap" dapat menjadi media yang baik untuk memperkenalkan budaya Batak dan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
2). Kearifan Lokal dalam Film Ngeri-ngeri sedap karya Bene Dion Rajagukguk
Kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan secara arif. Kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis.
Berdasarkan hasil penelitian penulis dari film Ngeri-Ngeri Sedap bahwa kearifan yang terkandung dalam film tersebut adalah sebagai berikut :
1). Adat-istiadat
Dalam film ngeri-ngeri sedap adat istiadat ini sangat penting untuk dilaksanakan, hal ini terlihat ketika Pak Domu dan Mak Domu (istri Pak Domu) memutuskan untuk memulai akting pura-pura bertengkar dan ingin bercerai agar anak-anak mereka pulang. Mereka melakukannya karena ada pesta sulang-sulang pahompu (upacara pengukuhan pernikahan) yang akan diadakan bersama dengan Ompung Domu.
2). Gotong royong
Dalam film Ngeri-Ngeri Sedap tercermin suatu kearifan Gotong royong dimana dalam film ini anak-anak Mak domu dan Pak domu bekerja sama untuk membuat kedua orang tuanya kembali berdamai, dan berusaha membujuk supaya mereka tidak bercerai.
3). Penyelesaian konflik.
Penyelesaian konflik Dalam film Ngeri-Ngeri Sedap yaitu mereka memutuskan untuk bercerai dan anak-anak mereka mengikuti keputusan tersebut. Pak Domu kemudian membahas masalah anak-anaknya, tetapi hal tersebut membuat Mak Domu marah dan akhirnya membeberkan skenario yang dibuat oleh Pak Domu tanpa sepengetahuan Mak Domu.
Ini membuat Sarma menangis karena ia mengetahui tentang skenario tersebut. Akhirnya, Mak Domu pergi ke rumah Ibunya bersama Sarma dan anakanak lainnya kembali ke kota mereka masing-masing. Pak Domu ditinggal sendirian, namun ia menyadari kesalahannya dan meminta bantuan anak-anaknya untuk meminta Mak Domu kembali. Akhirnya, keluarga mereka kembali bersatu dan akur.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analis data maka tentang analisis fungsi, nilai dan kearifan lokal dalam film Ngeri-ngeri sedap karya Bene Dion Rajagukguk dapat disimpulkan
a. Nilai budaya yang terdapat dalam film Ngeri-ngeri sedap karya Bene Dion Rajagukguk adalah Merantau,sulang-sulang pahompu, menikah sesama batak,dan anak bungsu menjadi pewaris.
b. Nilai sedangkan kearifan lokal yang terkandung dalam film Ngeri-ngeri sedap karya Bene Dion Rajagukguk adalah adat-istiadat,Gotong royong dan penyelesaian konflik.
Saran
Beberapa saran berikut dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi pihak- pihak terkait antara lain.
Saran kepada Penonton
a. Hendaknya dalam menonton film memperhatikan nilai budaya, fungsi dan kearifan lokalnya.
b. Saran kepada dosen bahasa dan sastra Indonesia
Sebaiknya, dosen seharusnya memaksimalkan pemanfaatan bahan pembelajaran sastra, seperti film, untuk tujuan meningkatkan keterampilan berbahasa, memperluas pengetahuan budaya, mengembangkan kreativitas dan empati, serta mendukung pembentukan karakter. Ini akan memberikan manfaat positif bagi mahasiswa, yang tidak hanya mendapatkan hiburan semata dari film, tetapi juga pengetahuan dan wawasan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, P. F. (2022). SINOPSIS NGERI-NGERI SEDAP. TribunSeleb.
https://www.tribunnews.com/seleb/2022/10/07/sinopsis-ngeri-ngeri-sedap-film-komedi- dramakeluarga-tayang-di-netflix#:~:text=Film Ngeri Ngeri Sedap berkisah,Indonesia dan berdurasi 114 menit.
Ariana, R. (2016). Representasi Budaya Batak Toba Dalam Film Sang Prawira. 1, 1–23.
Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Danesi, Marcel. 2004. A Basic Course in Anthropological Linguistics. Toronto: Canadian Scholars‘ Press.
Hamid Darmadi. (2009). Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: ALFABETA Haviland, William A. 1999. Antropologi. Edisi Keempat, Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Leliana, I., Ronda, M., & Lusianawati, H. (2021). Representasi Pesan Moral Dalam Film Tilik (Analisis Semiotik Roland Barthes). Cakrawala - Jurnal Humaniora, 21(2), 142–156. https://doi.org/10.31294/jc.v21i2.11302
Mahsun. 2001. Antropolinguistik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nazir. (2013). Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.
Rani, Abdul Dkk. (2006). Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian.
Malang: Bayu Media Punlishing
Sibarani, Robert.2014. Kearifan Lokal Gotong Royong pada Upacara Adat Etnik Batak Toba. Medan: Badan Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara.
Tantra, F. S. dkk. (2019). Analisis Tindak Tutur dalam Novel Nathisa Karya Khrisna Pabichara (Kajian Pragmatik). Jurnal Ilmu Pendidikan. Vol, 4 (1), 2656-8071.
Yasa, G. (2018). Animasi Sebagai Inspirasi Pelestarian Budaya Berkelanjutan.
SENADA (Seminar Nasional Desain Dan Arsitektur), 1, 110–116.
https://eprosiding.idbbali.ac.id/index.php/senada/article/view/38
Wanda. (2022). Analisis Alih kode dan Campur Kode pada film ―Sang Perwira Episode I dan Episode II‖ Karya Onet Adithia Rizlan. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran. Vol. 1(2): 2963-1254.