• Tidak ada hasil yang ditemukan

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM LEKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM LEKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK

TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON UPACARA ADAT

DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

Wulan Oktavia P 1006516

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang judul “Ngaras: Sebuah Kajian

Antropolinguistik Tentang Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Leksikon Upacara Adat Di

Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar

karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara

yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas

pernyataan tersebut, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada

klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.

Bandung, Agustus 2014

Yang membuat pernyataan,

Wulan Oktavia P

(3)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

(4)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

(5)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK

TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM LEKSIKON UPACARA ADAT

Wulan Oktavia Puspita NIM 1006516

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya upacara adat Ngaras yang merupakan bagian dari kebudayaan yang mengandung leksikon-leksikon. Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Upacara adat

Ngaras yang diteliti adalah upacara adat Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten

Bandung Barat. Lokasi tersebut merupakan salah satu daerah pedesaan yang kerap ditemukan adanya pelaksanaan upacara adat Ngaras. Adapun permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah (1) klasifikasi dan deskripsi berdasarkan aspek lingual dan kultural, (2) fungsi leksikon, dan (3) nilai-nilai kearifan lokal dalam leksikon.

Penelitian leksikon upacara adat Ngaras ini menggunakan pendekatan teoretis antropolinguistik dan metode kualitatif dengan model etnografi komunikasi. Sumber data dalam penelitian ini difokuskan pada informan kunci yang mengetahui pelaksanaan upacara adat Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, teknik simak libat cakap, serta teknik rekam.

Berikut adalah hasil penelitian yang dapat dideskripsikan secara singkat. Leksikon yang diperoleh dari penelitian ini berjumlah 133 leksikon. Pertama, klasifikasi berdasarkan bentuk lingual secara garis besar terdiri atas (1) kata dan (2) frasa. Kategori kata terdiri atas kata nomina dan kata verba. Sementara itu, kategori frasa terdiri atas kategori frasa nomina dan frasa verba. Kedua, klasifikasi berdasarkan fungsi leksikon terdiri atas (1) fungsi sosial, (2) fungsi ritual, (3) fungsi edukasi, (4) fungsi religius, (5) fungsi ekonomi, dan (6) fungsi psikologi.

Ketiga, nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam leksikon upacara adat Ngaras yang meliputi cerminan kearifan lokal yang berdimensi vertikal dan nilai

(6)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

NGARAS: THE STUDY OF ANTROPOLINGUISTICS ABOUT LOCAL

GENIUS VALUE IN TRADITIONAL CEREMONY OF LEXICON IN KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Wulan Oktavia P

NIM 1006516

The background of this research is existence of Ngaras which the part of

culture have contain lexicons. Language and culture is two things which cann’t

sparated. Ngaras traditional ceremony which be inspected is Ngaras in Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. That location is a village which often be discovered Ngaras. The important problem in that research are (1) clasification and description of lingual aspect, (2) lexicon function, and (3) local genius value in lexicon.

This research used the study of antropolinguistics and kualitative metodh with etnography comunication model. The resource data in this research is focused by the key informan who know about Ngaras in Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. The colletive data technique of this research is observation partisipant technique, interview, and record technique.

(7)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

UCAPAN TERIMA KASIH ...vi

ABSTRAK ...vii

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR GAMBAR ...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Masalah Penelitian ...4

1. Identifikasi Masalah...4

2. Batasan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...6

E. Struktur Organisasi Penulisan ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS A. Tinjauan Pustaka ...8

B. Landasan Teoretis ...9

1. Bentuk Lingual ...11

2. Leksikon ...13

3. Antropolinguistik ...17

4. Pandangan Hidup Orang Sunda ... 24

(8)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian... 32

B. Desain Penelitian ... 32

C. Metode Penelitian ... 33

D. Definisi Operasional ... 34

E. Instrumen ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 38

G. Metode Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Klasifikasi dan Deskripsi Upacara Adat Ngaras ... 41

1. Klasifikasi dan Deskripsi Upacara Adat Ngaras berdasarkan Satuan Lingual ... 44

a. Leksikon Upacara Adat Ngaras Berupa Kata ... 45

b. Leksikon Upacara Adat Ngaras Berupa Frasa ... 54

2. Deskripsi dan Klasifikasi Leksikon Upacara Adat Ngaras Berdasarkan Aspek Kultural ... 65

a. Leksikon Upacara Adat Ngaras Berdasarkan Alat dan Kelengkapan ... 66

b. Leksikon Upacara Adat Ngaras Berdasarkan Partisipan... 143

c. Leksikon Upacara Adat Ngaras Berdasarkan Aktivitas ... 147

B. Fungsi Leksikon Upacara Adat Ngaras ...153

C. Nilai-nilai Kearifan Lokal yang Terkandung dalam Leksikon Upacara Adat Ngaras ... 156

D. Pembahasan dari Analisis Leksikon Upacara Adat Ngaras ... .... 162

(9)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran ...181

DAFTAR PUSTAKA ... 182

LAMPIRAN

(10)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah bagian dari kebudayaan yang erat hubungannya dengan

berpikir (Sibarani, 2004: 46). Masyarakat suatu kebudayaan memiliki cara

berpikir tertentu yang ditunjukkan dengan bahasa masyarakat tersebut. Bahasa

tersebut meliputi leksikon-leksikon yang ada dalam masyarakat tersebut. Leksikon

merupakan komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan

pemakaian kata dalam bahasa (Kridalaksana, 2001: 127). Leksikon dapat

mencerminkan kebudayaan masyarakat penuturnya yang meliputi cara hidup dan

cara berpikir mengenai alam sekelilingnya.

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya

manusia dalam kehidupan masyarakat yang menjadi milik diri manusia dengan

belajar (Koentjaraningrat, 2009: 144). Proses mempelajari kebudayaan tersebut

memerlukan bahasa karena bahasa harus dipelajari dalam konteks kebudayaan dan

kebudayaan dapat dipelajari melalui bahasa. Berdasarkan uraian tersebut, dapat

diketahui bahwa bahasa dan kebudayaan memiliki hubungan yang erat. Bahasa

dan kebudayaan saling memengaruhi, saling mengisi, dan saling berdampingan.

Hubungan antara bahasa dan budaya yang erat ditandai dengan suatu

unsur kebudayaan baru dapat disampaikan dan dimengerti apabila unsur itu

mempunyai nama atau istilah (Sibarani, 2004: 59). Pemberian nama atau istilah

pada unsur kebudayaan dapat berwujud leksikon-leksikon yang ada dalam suatu

etnis atau masyarakat. Leksikon-leksikon tersebut merupakan gambaran dan

cerminan tentang konsep etnis tertentu karena bahasa yang digunakan atau

diucapkan oleh suatu kelompok masyarakat adalah suatu refleksi atau cermin

keseluruhan kebudayaan tersebut.

Rahyono (2009: 76) mengemukakan bahasa merupakan salah satu bentuk

(11)

2

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengungkapkan apa yang dipelajari dan dipikirkan manusia secara verbal. Bahasa

digunakan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dalam masyarakat. Adanya

interaksi dan komunikasi tersebut memunculkan terjadinya aktivitas kebudayaan

dalam masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa bahasa

merupakan alat penyampai pikiran dan gagasan dalam suatu kebudayaan dan

kebudayaan akan hidup dalam masyarakat karena proses interaksi dan komunikasi

dengan media berbahasa.

Instrumen interaksi yang berupa bahasa dibangun oleh satuan-satuan

pembentuk tuturan, sistem yang mengatur satuan tersebut dan maknanya

(Rahyono, 2009: 76). Satuan-satuan pembentuk tuturan tersebut disebut juga

satuan lingual yang dimulai dari bunyi, kata, kalimat, sampai pada wacana.

Leksikon sebagai salah satu bagian bahasa juga merupakan alat untuk berinteraksi

dan berkomunikasi memiliki satuan lingual.

Setiap kebudayaan memiliki ciri atau identitas masing-masing yang

dipengaruhi masyarakat itu sendiri, bahkan cara pandang setiap kebudayaannya

pun berbeda-beda. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang

yang berbeda kebudayaan dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, hal

tersebut membuktikan bahwa budaya itu tidak hanya diketahui, dilihat, dan

didengar, tetapi juga dipelajari. Oleh karena itu, makna kebudayaan akan sulit

diketahui jika tidak didalami dan dipelajari.

Setiap kebudayaan terdiri atas berbagai leksikon yang mewakili

kebudayaan tersebut. Leksikon-leksikon tersebut tidak hanya mengandung

pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Leksikon-leksikon tersebut dapat menjadi suatu ciri khas dalam kebudayaan yang mewakili

pemikiran, tingkatan sosial, bahkan keagamaan pengguna kebudayaan tersebut.

Bangsa Indonesia memiliki banyak kebudayaan sehingga bangsa Indonesia

disebut bangsa yang multikultur. Beragam kebudayaan tersebar dari Sabang

sampai Merauke. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia kaya memiliki

kebudayaan yang khas pada setiap etnisnya. Masyarakat Sunda sebagai bagian

(12)

3

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki kebiasaan, tradisi, dan hasil kebudayaan. Salah satu tradisi tersebut

adalah upacara adat pernikahan.

Pernikahan adalah peristiwa yang sangat didambakan oleh banyak orang.

Pernikahan dianggap sebagai salah satu momen yang penting. Setiap etnis tertentu

memiliki Tata cara pernikahan yang khas. Masyarakat Sunda memiliki Tata cara

upacara adat pernikahan yang khas.

Saat ini masyarakat Sunda telah berubah ke era modern, budaya luar

masuk dengan cepat dan memengaruhi cara pandang, gaya hidup, dan pemikiran

masyarakat Indonesia. Tata cara upacara adat pernikahan Sunda zaman sekarang

pun ikut terkontaminasi oleh budaya luar. Hal tersebut ditandai dengan jarangnya

ditemukan upacara adat pernikahan praakad nikah. Upacara tersebut antara lain

adalah upacara adat Ngaras.

Upacara adat Ngaras pernikahan Sunda dalam penelitian ini akan dikaji

dengan menggunakan pisau analisis antropolinguistik. Penelitian ini akan

mengungkapkan pengetahuan lokal orang Sunda yang tertuang dalam upacara

adat Ngaras.

Upacara adat Ngaras dalam masyarakat Sunda saat ini sudah jarang

dilaksanakan dalam pernikahan masyarakat Sunda. Hal tersebut dapat dibuktikan

dengan upacara adat Ngaras yang semakin jarang ditemukan. Tanpa

pendokumentasian dan penelitian terhadap upacara adat ini mustahil akan

diketahui oleh generasi mendatang. Fakta tersebut menjadi salah satu alasan

mengapa peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai upacara adat ini.

Kajian antropolinguistik dalam area linguistik sendiri sudah dilakukan oleh

beberapa peneliti. Sebagai contoh, penelitian antropolingistik dalam ranah

linguistik dan antropologi budaya dilakukan oleh Pratiknyo (2009). Penelitian

tersebut mengkaji istilah-istilah upacara perkawinan adat Jawa bubak kawah dan

tumplak punjen di Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. Selain itu, kajian

antropolinguistik juga telah dilakukan oleh Ayu (2013) yang meneliti leksikon

upacara adat Khaul Buyut Tambi di Indramayu. Selanjutnya, Melisa (2013)

(13)

4

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian tentang upacara adat Ngaras pernah juga dilakukan oleh

Hendrayana (2012). Hendrayana menggunakan pisau analisis semantik untuk

menganalisis alat-alat yang ada dalam upacara adat Ngaras. Dari penelitian

Hendrayana tersebut terungkap bahwa alat-alat upacara Ngaras tersebut sarat

dengan makna.

Dari rangkaian penelitian sebelumnya tentang kajian antropolinguistik,

terlihat jelas penelitian tentang bahasa, kebudayaan, pengetahuan masyarakat, dan

kearifan lokal yang terdapat di dalamnya dalam upacara adat Ngaras belum

diteliti sebelumnya. Selanjutnya, peneltian ini berbeda dengan penelitian

Hendrayana karena penelitian ini menggunakan pisau analisis antropolinguistik,

dan penelitian ini mengangkat mengenai leksikon-leksikon partisipan, aktivitas,

dan kelengkapan dalam upacara Ngaras.

Selain itu, ketertarikan peneliti untuk mengkaji upacara adat Ngaras ini

diperkuat dengan adanya sebagian orang Sunda yang tidak mengetahui makna

simbolik dan nilai-nilai kearifan lokal. Hal itu ditunjukkan dengan sikap sebagian

masyarakat tersebut yang menganggap bahwa ritual upacara adat belaka. Kondisi

tersebut dikhawatirkan akan turut menghilangkan pengetahuan lokal mengenai

upacara adat Ngaras.

B.Masalah

Dalam bagian ini akan diuraikan masalah yang menjadi fokus penelitian.

Adapun uraiannya meliputi (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan (3)

rumusan masalah.

1. Identifikasi Masalah

Masalah dalam penelitian ini perlu diidentifikasi terlebih dahulu. Adapun

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Upacara adat Ngaras merupakan salah satu upacara adat yang memiliki

(14)

5

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Makna simbolik dan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam

pelaksanaan upacara adat Ngaras kurang dipahami oleh sebagian masyarakat

Sunda.

3) Pengaruh budaya luar yang masuk ke nusantara akibat perkembangan

globalisasi akan mengancam eksistensi kebudayaan Indonesia, khususnya

upacara adat Ngaras.

2. Batasan Masalah

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini perlu dibatasi agar masalah

tersebut lebih terarah dan terhindar dari penyimpangan. Batasan masalah tersebut

meliputi hal-hal sebagai berikut.

1) Penelitian ini difokuskan pada leksikon upacara adat Ngaras di Kecamatan

Cililin, Kabupaten Bandung Barat.

2) Penelitian ini difokuskan pada leksikon upacara adat Ngaras yang terdiri atas

alat-alat yang diperlukan pada saat upacara, aktivitas upacara, dan partisipan

yang terlibat dalam upacara adat Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten

Bandung Barat.

3) Data yang ditemukan dikaji berdasarkan aspek bahasa dan budaya

menggunakan pisau analisis antropolinguistik.

3. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah-masalah yang dianalisis pada

bagian pembahasan. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.

1) Bagaimana klasifikasi dan deskripsi leksikon upacara adat Ngaras di

Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat?

2) Bagaimana fungsi leksikon upacara Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten

Bandung Barat?

3) Bagaimana nilai-nilai kearifan lokal dalam leksikon upacara Ngaras di

(15)

6

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal

berikut:

1) klasifikasi dan deskripsi leksikon upacara adat Ngaras di Kecamatan Cililin,

Kabupaten Bandung Barat;

2) fungsi leksikon upacara adat Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten

Bandung Barat;

3) nilai-nilai kearifan lokal dalam leksikon upacara adat Ngaras dalam

masyarakat Sunda di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoretis

maupun praktis.

1) Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi

untuk melakukan penelitian sejenis atau penelitian selanjutnya di bidang ilmu

linguistik khususnya cabang antropolinguistik.

2) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

a) menjadi salah satu upaya pelestarian bahasa dan budaya yang dimiliki oleh

masyarakat Sunda khususnya upacara adat Ngaras;

b) membantu usaha penyelamatan bahasa Sunda dan sebagai pendukung

pembinaan dan pengembangan bahasa daerah khususnya dan

pengembangan ilmu kebahasaan pada umumnya.

E.Stuktur Organisasi Penulisan

Penelitian ini akan dilaporkan dalam bentuk skripsi yang terdiri atas lima

bab. Untuk memudahkan penyajiannya, struktur organisasi penulisan ini disusun

dari bab satu sampai bab lima. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulisan

dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan. Berikut ini adalah uraian struktur

(16)

7

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab pertama memuat pendahuluan yang membahas latar belakang

masalahan penelitian yang mencakup identifikasi masalah, batasan masalah, dan

rumusan masalah. Pembahasan dilanjutkan dengan tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Pada bab kedua dipaparkan kajian

pustaka dan kerangka teori yang mencakup teori-teori yang digunakan untuk

membedah permasalahan yang ada. Adapun pada bab ketiga dijelaskan metode

penelitian yang meliputi lokasi dan subjek penelitian, Kecamatanin penelitian,

metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan

data, dan teknik analisis data.

Pada bab keempat dibahas bentuk klasifikasi dan deskripsi pada leksikon

upacara adat Ngaras, fungsi leksikon upacara adat Ngaras, dan nilai-nilai kearifan

lokal pada leksikon upacara adat Ngaras. Sementara itu, pada bab kelima

(17)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan masyarakat Sunda Kecamatan

Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Upacara adat Ngaras kerap ditemukan di

Kecamatan tersebut. Lokasi penelitian ini sengaja dipilih karena ditempat tersebut

masih banyak yang mengetahui tentang pelaksanaan upacara adat Ngaras.

Berdasarkan hal itu, lokasi ini diharapkan akan mempermudah peneliti untuk

mempelajari budaya tersebut.

Subjek penelitian ini difokuskan kepada masyarakat Sunda di Kecamatan

Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah berbagai macam leksikon upacara adat Ngaras dalam tata upacara

pernikahan Sunda. Data tersebut diperoleh dari lima orang informan. Informan

utama, yaitu sesepuh yang sering memimpin pelaksanaan upacara adat pernikahan

atau sering menjadi pangjejer acara dalam upacara di Kecamatan Cililin,

Kabupaten Bandung Barat. Tiga informan lainnya adalah dua orang pengantin

wanita yang melaksanakan upacara Ngaras dan juru rias yang sering memberikan

jasa paket pernikahan. Data leksikon diperoleh dari lapangan berupa rekaman

tuturan lisan. Data tersebut dianalisis guna memperoleh jawaban untuk rumusan

masalah pada penelitian ini.

B.Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan dalam

(18)

33

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Ngaras : Sebuah Kajian Antropolinguistik Tentang Nilai- Nilai Kearifan Lokal

Dalam Leksikon Upacara Adat

Pengumpulan Data

1) Observasi Partisipan 2) Teknik Simak Libat Cakap 3) Teknik Rekam

Penganalisisan Data

1) Mengklasifikasikan dan mendeskripsikan leksikon upacara adat Ngaras 2) Menganalisis fungsi leksikon upacara adat Ngaras

3) Menafsirkan nilai-nilai kearifan lokal dalam leksikon upacara adat Ngaras

Simpulan

1) Klasifikasi dan deskripsi leksikon upacara adat Ngaras 2) Fungsi leksikon upacara adat Ngaras

3) Nilai-nilai kearifan lokal dalam leksikon upacara adat Ngaras

Data dan Sumber Data

1) Data: Data yang akan diambil dalam penelitian ini, yaitu leksikon upacara adat

Ngaras dalam bahasa Sunda di Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat

(19)

34

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C.Metode Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan antropolinguistik yang

berkaitan antara bahasa dalam perspektif kebudayaan. Wierzbicka (1997: 11)

mengatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara kehidupan suatu

masyarakat dengan leksikon bahasanya. Penelitian leksikon upacara adat Ngaras

tidak hanya meneliti dalam konteks linguistik semata, tetapi dilakukan juga

fungsinya dalam menopang praktik kebudayaan (Foley: 2001). Dengan demikian,

kajian ini dipusatkan pada model etnografi komunikasi untuk mendeskripsikan

leksikon tersebut dan memahami pandangan hidup dari sudut pandang masyarakat

Sunda di Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat. Hymes mengemukakan

bahwa etnografi komunikasi bertujuan untuk memfokuskan kerangka acuan

karena pemerian tempat bahasa di dalam suatu kebudayaan bukan pada bahasa itu

sendiri, melainkan pada komunikasinya (Kuswarno, 2008: 11).

Penelitian ini memanfaatkan metode kualitatif karena bertujuan untuk

mendapatkan pemaparan yang bersifat aktual dan alami mengenai leksikon

upacara adat Ngaras. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2011: 4) mengemukakan

bahwa metode kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati. Dengan demikian, penelitian ini mengungkap klasifikasi dan deskripsi

leksikon, fungsi leksikon, dan nilai-nilai kearifan lokal dari upacara adat Ngaras

di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini menghasilkan data

yang sesuai dengan keadaan di lapangan tanpa ada kontrol dari peneliti. Dengan

menggunakan metode ini, sumber data berlatar alami dengan peneliti berfungsi

sebagai alat pengumpul data utama (Moleong, 2011: 8-11).

D.Definisi Operasional

Berikut ini adalah definisi operasional dari sejumlah konsep kunci yang

(20)

35

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Upacara adat Ngaras adalah upacara membasuh telapak kaki orang tua oleh

calon pengantin yang merupakan salah satu upacara adat pernikahan Sunda

sebelum akad nikah;

2) Antropolinguistik adalah ilmu makrolinguistik yang membahas mengenai ilmu

bahasa dan kebudayaan;

3) Nilai-nilai kearifan lokal adalah nilai yang terkandung dalam kebudayaan

dalam suatu masyarakat.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti

merupakan orang yang akan dijadikan instrumen utama untuk mendukung

terlaksananya penelitian. Peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan

data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya akan menjadi pelapor hasil

penelitian. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena peneliti

berperan utama dari segala keseluruhan proses penelitian.

Selain itu, dalam penelitian ini juga digunakan pedoman obsevasi dan

pedoman wawancara. Hal tersebut diperlukan untuk mendukung dan

memudahkan dalam pelaksanaan penelitian saat di lapangan.

1. Pedoman Observasi

Dalam penelitian ini pedoman observasi digunakan peneliti sebelum terjun

ke lapangan, saat di lapangan, dan sesudah di lapangan untuk mengumpulkan

data. Adapun pedoman observasi tersebut sebagai berikut.

PEDOMAN OBSERVASI

(21)

36

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Identifikasi Penggunaan Leksikon Alat

4. Identifikasi Penggunaan Leksikon Bahan Utama

5. Identifikasi Penggunaan Leksikon Bahan Sesajen

1. Identifikasi Penggunaan Leksikon Kostum

6. Identifikasi Penggunaan Leksikon Partisipan

(22)

37

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8. Catatan Khusus/ Lain-lain

2. Pedoman Wawancara

Adapun dalam penelitian ini digunakan pedoman wawancara. Pedoman

wawancara memudahkan pengumpulan data khususnya untuk mengetahui

klasifikasi leksikon dalam upacara adat Ngaras. Adapun pedoman wawancara

tersebut sebagai berikut.

PEDOMAN WAWANCARA

Subjek yang diobservasi : 2. Identitas subjek

3. Identifikasi Penggunaan Leksikon Alat

4. Identifikasi Penggunaan Leksikon Bahan Utama

(23)

38

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Identifikasi Penggunaan Leksikon Kostum

7. Identifikasi Penggunaan Leksikon Partisipan

8. Identifikasi Makna Leksikon Aktivitas

9. Catatan Khusus/ Lain-lain

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut.

1. Observasi Partisipan

Metode observasi partisipan merupakan salah satu metode yang digunakan

(24)

39

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan dalam antropologi yang merupakan sarana untuk peneliti masuk ke

dalam masyarakat yang akan ditelitinya (Kuswarno, 2008: 49). Artinya, seorang

peneliti harus masuk ke dalam bagian yang akan diteliti. Observasi dilakukan di

Kecamatan-Kecamatan yang dominan menggunakan leksikon penanda waktu

dalam bahasa Sunda. Observasi partisipan bertujuan untuk mendapatkan data

mengenai deskripsi dan nilai-nilai kearifan lokal dari leksikon penanda waktu

yang terjadi dalam kehidupan yang real. Dalam penelitian ini peneliti turun

langsung ke lapangan untuk mendapatkan data, peneliti terlibat dengan kegiatan

sehari-hari orang yang sedang diamati atau orang yang digunakan sebagai sumber

data penelitian. Partisipasi langsung dilakukan supaya peneliti lebih memahami

segala hal yang berkaitan dengan leksikon upacara adat Ngaras. Menurut

Moleong, (2007: 164) observasi partisipan mengadakan pengamatan dan

mendengarkan secara cermat mungkin sampai pada yang sekecil-kecilnya

sekalipun.

2. Teknik Simak Libat Cakap

Sudaryanto (1988: 03) mengemukakan bahwa kegiatan menyadap

dilakukan dengan cara berpartisipasi dalam pembicaraan dan penyimak

pembicaraan. Artinya, peneliti menyimak tuturan yang dilakukan oleh informan di

Kecamatan Cililin kabupaten Bandung Barat dan peneliti ikut berpartisipasi dalam

proses tuturan yang mereka lakukan. Peneliti menggunakan teknik ini bertujuan

untuk memperoleh data secara alami serta data yang sesuai dengan keadaan di

lapangan. Selain teknik yang dipaparkan di atas, penelitian ini pun menggunakan

wawancara.

Kuswarno (2008: 54) mengemukakan bahwa tujuan wawancara

bermaksud untuk mendorong subjek penelitian untuk mendefinisikan dirinya dan

lingkungannya. Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan wawancara

tidak berstruktur atau wawancara mendalam. Wawancara tidak berstruktur

(25)

40

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan lebih luwes, tidak ada tekanan, bersifat fleksibel, dan ada keterbukaan

antara peneliti dan yang diteliti. Dalam wawancara tersebut tergali informasi

tentang hal-hal yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.

3. Teknik Rekam

Sudaryanto (1988: 4) mengemukakan bahwa perekaman terhadap tuturan

dapat dipandang sebagai teknik lanjutan yaitu disebut teknik rekam. Dalam

penelitian ini perekaman bertujuan untuk mempermudah peneliti mendengarkan

dan memperjelas tuturan informan di Kecamatan Cililin kabupaten Bandung

Barat. Proses perekaman menggunakan alat rekaman berupa telepon genggam.

G.Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses pengaturan secara sistematis pada

data-data yang telah terkumpul untuk memudahkan pemahaman dan penyusunan

laporan. Setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan analisis melalui

beberapa tahapan-tahapan, antara lain: (1) mentranskripsikan data hasil rekaman,

(2) mentranskripkan data yang sudah diperoleh, (3) mengklasifikasi dan

mendeskripsikan leksikon yang diperoleh, (4) menganalisis fungsi dari leksikon,

(5) menganalisis nilai-nilai kearifan lokal dari upacara adat Ngaras, dan (6)

(26)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan pada 133 leksikon upacara adat

Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat diperoleh beberapa

simpulan yang merujuk pada rumusan masalah penelitian.

Leksikon upacara adat Ngaras, dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk

lingual dan aspek kultural. Berdasarkan bentuk lingual, leksikon upacara adat

Ngaras dapat diklasifikasikan berdasarkan kata dan frasa.

Leksikon upacara adat Ngaras yang berbentuk kata berjumlah 75 leksikon

dan leksikon upacara adat Ngaras yang berbentuk frasa berjumlah 58 leksikon.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa leksikon upacara adat Ngaras

yang berbentuk kata lebih dominan.

Leksikon upacara adat Ngaras yang berbentuk kata dapat diklasifikasikan

berdasarkan struktur morfem dan kelas kata. Dalam penelitian ini, ditemukan 53

leksikon berbentuk kata dasar, 2 leksikon berbentuk kata berimbuhan, dan 20

leksikon berupa kata majemuk. Sedangkan, berdasarkan klasifikasi berdasarkan

kelas kata, leksikon upacara adat Ngaras berupa nomina berjumlah 74 leksikon

dan 1 leksikon berupa verba.

Sifat nomina yang dominan pada leksikon tersebut adalah nomina barang

atau nomina benda tak hidup. Hal tersebut menunujukkan bahwa masyarakat

Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat banyak mengenal artefak atau

benda kebudayaan berupa alat dan kelengkapan pada upacara adat Ngaras.

Dalam leksikon upacara adat Ngaras ini, frasa diklasifikasikan

berdasarkan kategori frasanya. Leksikon-leksikon upacara adat Ngaras berupa

frasa ini termasuk ke dalam kategori frasa nominal dan frasa verbal. Dalam

penelitian ini, berdasarkan klasifikasi tersebut ditemukan 37 leksikon atau 66%

(27)

178

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Leksikon upacara adat Ngaras yang terdapat pada masyarakat Kecamatan

Cililin, Kabupaten Bandung Barat, juga dapat diklasifikasikan dan dideskripsikan

berdasarkan aspek kultural yang meliputi alat dan kelengkapan, bahan sesajen

partisipan, dan aktivitas. Dalam penelitian ini, ditemukan 99 leksikon berupa alat

dan kelengkapan, 59 leksikon berupa bahan sesajen, 22 leksikon berupa aktivitas,

dan 12 leksikon berupa paritisipan.

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui jumlahpersentase leksikon

upacara adat Ngaras berupa alat dan kelengkapan berjumlah 74%, aktivitas 17%,

dan partisipan 9%. Jumlah leksikon alat dan kelengkapan memiliki jumlah yang

dominan pada pelaksanaan upacara adat Ngaras. Hal tersebut berarti bahwa

masyarakat Sunda di Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat memahami

leksikon upacara adat Ngaras berupa alat dan kelengkapannya.

Leksikon upacara adat Ngaras yang berupa alat pada penelitian ini

berjumlah 21 leksikon. Leksikon leksikon menunjukkan bahwa benda-benda

tersebut merupakan artefak atau hasil budaya yang memiliki makna-makna

simbolik.

Leksikon Upacara Adat Ngaras berupa kelengkapan dapat diklasifikasikan

berdasarkan alat (perkakas), bahan utama, bahan sesajen, dan kostum. Pada

penelitian ini ditemukan 21 leksikon berupa alat, 4 leksikon berupa bahan utama,

59 leksikon berupa bahan sesajen, dan 15 leksikon berupa kostum. Hal tersebut

menunjukkan bahwa masyarakat Sunda di Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung

Barat lebih banyak memahami leksikon upacara adat Ngaras sebagai makna

simbolik tradisi budaya leluhur.

Bahan utama merupakan bahan yang wajib digunakan pada pelaksanaan

upacara adat Ngaras. Penelitian ini ditemukan 4 leksikon upacara adat Ngaras

berupa bahan utama. Leksikon-leksikon tersebut antara lain cai,

kembangerosbeureum, kembang eros bodas, dan minyak seungit.

Leksikon-leksikon tersebut merupakan benda-benda alam. Berdasarkan hal tersebut dapat

diketahui bahwa masyarakat Sunda Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat

(28)

179

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bahan sesajen dalam upacara adat Ngaras merupakan bahan-bahan yang

disediakan di atas samak pandan. Pada penelitian ini ditemukan 59 leksikon

berupa bahan sesajen. Leksikon bahan sesajen tersebut diklasifikan menjadi

beberapa kategori yaitu dangdaunan, bungbuahan, beubeutian, sisikian,

samarabadag, hahampangan, lemareun, kekembangan, jujukutan, dan rujakeun.

Berdasarkan analisis terdahulu dapat diketahui bahwa leksikon

dangdaunan memiliki jumlah persentasi yang terbesar yaitu 33% dari leksikon

bahan sesajen yang lain. Leksikon-leksikon upacara adat Ngaras memiliki makna

simbolik. Hal tersebut menunujukkan bahwa masyarakat Sunda memiliki

pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan khususnya daun-daunan untuk dijadikan

bahan sesajen dalam pelaksanaan upacara adat.

Kostum berkaitan dengan pakaian yang dipakai dalam upacara adat

Ngaras. Pada penelitian ini ditemukan 15 leksikon kostum yang dipakai dalam

upacara adat Ngaras. Kostum-kostum tersebut merupakan kostum yang khas

Sunda sehingga kostum menjadi identitas masyarakat Sunda. Kostum-kostum

tersebut dalam upacara adat Ngaras biasa diperoleh dari jasa tukang rias.

Pada penelitian ini ditemukan 12 leksikon berupa partisipan dalam upacara

adat Ngaras. Leksikon-leksikon tersebut merujuk pada pipangantѐneun, ibu

pipangantѐneun, bapa pipangantѐneun, nini, aki, wargi nu cakѐt, dan sadѐrѐk

sakandung menunjukkan sistem kekerabatan yang dekat antara parisipan.

Leksikon jurupamirig, jururias, pamaѐnkacapisuling merujuk pada partisipan

yang memiliki bakat kesenian dan mempunyai kreativitas untuk berwirausaha.

Pada penelitian ini ditemukan 22 leksikon berupa aktivitas. Aktivitas

tersebut diantaranya calik ѐmok cabok, munjungibu, dan munjungbapa. Leksikon

calik ѐmok cabok merujuk pada aktivitas duduk khas wanita Sunda. Dalam

aktivitas tersebut wanita harus memakai pakaian yang menutup bagian paha dan

betis. Aktivitas tersebut dalam pelaksanaan upacara adat Ngaras ini, dilakukan

oleh pipangantѐneun yang memakai kostum samping.

Selain itu, leksikon upacara adat Ngaras dianalisis untuk mencari fungsi

(29)

180

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan masyarakat Kecamatan Cililin,

Kabupaten Bandung Barat.

Fungsi leksikon upacara adat Ngaras dapat dikategorikan menjadi enam

fungsi: (1) fungsi sosial, (2) fungsi ritual, (3) fungsi religius, (4) fungsi edukasi,

(5) fungsi psikologis, dan (6) fungsi ekonomi. Adanya fungsi-fungsi tersebut yang

terkandung dalam leksikon upacara adat Ngaras menunjukkan hubungan antara

budaya dan bahasa tidak dapat dipisahkan karena bahasa merupakan cermin

budaya, dan budaya dapat dipelajari melalui bahasa.

Leksikon upacara adat Ngaras yang terdapat pada masyarakat Kecamatan

Cililin, Kabupaten Bandung Barat digunakan untuk mengenali sebuah konsep atau

gagasan masyarakat terhadap salah satu upacara adat dalam masyarakat tersebut.

Kearifan lokal yang terkandung dalam leksikon upacara adat Ngaras ini tercermin

dalam dua dimensi kearifan lokal. Hal tersebut antara lain kearifan lokal yang

berdimensi vertikal dan kearifan lokal yang berdimensi horizontal. Cerminan

kearifan lokal yang berdimensi vertikal dalam upacara adat Ngaras ini antara lain

nilai-nilai keagamaan untuk bersyukur, berbakti kepada orang tua, dan rendah hati

di hadapan Tuhan.

Kearifan lokal yang berdimensi horizontal dalam upacara adat Ngaras ini

dapat terlihat pada nilai-nilai (1) orang Sunda kreatif, (2) orang Sunda bijak

memanfaatkan alam, (3) orang Sunda menjaga silahturahmi dengan sesamanya,

dan (4) orang Sunda mengenal kasih sayang.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian terhadap upacara adat Ngaras di Kecamatan

Cililin, Kabupaten Bandung Barat, penulis mengajukan saran berikut ini.

Penelitian ini hanya difokuskan pada leksikon upacara adat Ngaras di Kecamatan

Cililin. Sementara itu, upacara adat Ngaras tidak hanya di lokasi tersebut saja

tetapi ada di lokasi lain. Selain itu, data bahasa upacara adat Ngaras juga ada yang

berbentuk kidung. Peneliti mengharapkan ada yang meneliti kidung ngaras untuk

(30)

181

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat

bermanfaat untuk memperkaya khazanah kebahasaan, fenomena budaya, dan

sosial. Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan rujukan sebagai sumbangan

ilmu pengetahuan, khususnya sebagai sumbangan temuan bagi perkembangan

disiplin ilmu linguistik antropologis.

(31)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Nurul Purwaning. 2013. “Konsep Hidup dan Mati dalam Upacara Khaul Embah Buyut Tambi” Skripsi. Bandung: FPBS UPI.

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul.2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Damaianti, Vismaya dan Nunung Sitaresmi. 2005.Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi FPBS UPI.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Duranti, Alessandro. 2000. Linguistic Anthropology. United Kingdom: Cambridge University Press.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fasya, Mahmud. 2011. “Leksikon Waktu Harian dalam Bahasa Sunda: Kajian

Linguistik Antropologis”. dalam Nasanius, Yassir (ed.) KOLITA 9:

Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 9: Tingkat Internasional. Jakarta:

Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atma Jaya.

Foley, William A. 2001. Anthropological Linguistics. Massachusetts: Blackwell Publisher Inc.

Garna, Judistira K. 2008. Budaya Sunda: Melintasi Waktu Menantang Masa

Depan. Bandung: Lembaga Penelitian Unpad dan Judistira Garna

Foundation.

Hendrayana, Dian. 2012. “Ngaras: Upacara Membasuh Kaki Orang Tua yang Sarat Makna” Laporan Penelitian. Bandung: FPBS UPI.

Koentjaraningrat. 1981. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

(32)

183

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kuswarno, Engkus. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi

(Suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya). Bandung: Widya

Padjadjaran. Lembaga Basa dan Sastra Sunda. 1980. Kamus Umum Basa

Sunda. Bandung: Terate Bandung.

Miles, Matthew. B. & Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif:

Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjeptjep

Rohendi Rohidi Jakarta: UI-Press.

Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Melisa, Indah. 2013. “Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Upacara Ngarot”. Skripsi. Bandung: FPBS UPI.

Palmer, Gary B. 1996. Toward A Theory Of Cultural Linguistics. USA: The University of Texas Press.

Pratiknyo. 2009. “Istilah Upacara Adat Perkawinan Jawa Bubak Kawah dan

Tumplak Punjen. Laporan Penelitian. Semarang: UNNES.

Ramlan. 1985. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: KARYONO

Rahyono, F.X. 2009. Kearifan Budaya Dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widyasastra.

Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik: Antropologi linguistik, Linguistik

Antropologi. Medan: Penerbit Poda.

Soelaeman. 2000. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta

Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik

Pengumpulan Data. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

(33)

184

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Warnaen, Suwarsih, dkk. 1987. Pandangan Hidup Orang Sunda: Seperti

Tercermin dalam Tradisi Lisan dan sastra Sunda. Bandung: Bagian

Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi), Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wierzbicka, Anna. 1997. Understanding Cultures Through Their Key Words:

English, Russian, Plish, German, adan Japanese. New Yord: Oxford

Univercity Press.

http://www.proceanet.co.id/riset/flora/tumbuh-tumbuhan.html (diakses tanggal 2

Referensi

Dokumen terkait

Apakah bapak ada menghubungi atau melaporkan ke tingkat II atau puskesmas mengenai kasus DBD tersebut?.?. Kesepakatan, komitmen

Observasi, setelah mendapatkan izin maka peneliti melakukan observasi pada pembelajaran pendidikan jasmani di kelas V yaitu pembelajaran variasi gerak dasar sepak

pembelajaran variasi gerak dasar sepak takraw melalui modifikasi bola, peneliti.. menarik kesimpulan

Pembuatan Website Bengkel Ahas Honda Nadia Motor merupakan sebuah aplikasi yang berisi informasi mengenai bengkel resmi ahas honda, Fasilitas standar ahas honda, Produk keluaran

Maserasi adalah suatu proses penarikan zat aktif dari simplisia dengan cara merendam simplisia dalam sejumlah besar pelarut dalam suatu wadah tertutup dan didiamkan minimal 3

Lesson Study and give more information on teachers’ perception on the implementation of Lesson Study and how the program of LS is implemented in many areas

Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Pagar (Jatropa cuircas L.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, dan Salmonella typhi ATCC

Setelah mendapatkannya maka data akan dikelompokkan kedalam 4 kriteria nilai yang akan memperlihatkan baik atau buruknya program corporate social responsibility yang telah