• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skrining Fitokimia dan Uji aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Serta Fraksi Dari Daun Sijukkot (Lactuca indica L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Skrining Fitokimia dan Uji aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Serta Fraksi Dari Daun Sijukkot (Lactuca indica L.)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Sijukkot termasuk jenis tumbuhan dari daerah: sijukkot (Sunda); kuban kayu rana, sawi rana, tempuh wiyang, sawi belanda (Jawa) (Zuhud, 2013).

Tumbuhan ini tumbuh pada ketinggian800 - 2000 m dari permukaan laut,penyebarannya meliputi Jawa dan Sumatera.

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Sistematika tumbuhan sijukkot adalah sebagai berikut (LIPI, 2005):

Kingdom

Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Asterales Famili : Compositae Genus : Lactuca L Spesies :Lactuca indica L. 2.1.2 Morfologi tumbuhan

(2)

bentuk lanset, ujung meruncing pangkal running, tepi bergerigi panjang 5-35 cm dan lebar 1-10 cm, pertulangan menyirip, menonjol di bawah, permukaan licin dan berwarna hijau pucat dengan ungu. Bunga majemuk terletak secara terminal, bentuk tandu berganda, panjang tangkai 1 cm, tertutup, berbentuk segitiga berwarna hijau, kelopak (berbagi 3, ujung lepas berbagi 8, ujung runcing, panjang 3-13 cm dan perhiasan bunga lengkap) benang sari dan putik banyak serta berwarna kuning tua, mahkota (lepas, bentuk sudip pangkal runcing, ujung rata, bergerigi, panjang 1-1,5 cm dan berwarna kuning muda). Buah lonjong, pipih keras dan berwarna hitam. Biji kecil, halus dan berwarna putih. Akar masif, tidak rata dan bewarna putih kotor (Zuhud, 2013).

2.1.3 Kandungan kimia tumbuhan

Sijukkot kaya akansaponin, kardenolin dan polifenol (Hariana, 2006). 2.1.4 Kegunaan tumbuhan

Sijukkot merupakan lalapan utama raja Sisingamangaraja XII saat perang gerilya melawan Belanda yang diyakini warga sebagai tumbuhan yang memiliki banyak khasiat, di antaranya sebagai penambah nafsu makan, memperlancar pencernaan, menambah stamina, mengobati penyakit gondok (kreatin), mengobati sakit lambung (maag), menurunkan kolesterol, kadar gula darah dan risiko serangan kanker (Ikhwan, 2007).

2.2Uraian Golongan Senyawa Kimia Sijukkot

(3)

2.2.1 Flavonoid

Flavonoid mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya mempunyai struktur C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga atom karbon yang merupakan rantai alifatik. Menurut perkiraan, kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya. Sebagian besar tanin berasal dari flavonoid sehingga merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar (Markham, 1988).

Flavonoid mencakup banyak pigmen dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Flavonoid mempunyai banyak fungsi dalam tubuh tumbuhan. Beberapa fungsi utamanya adalah untuk tumbuhan yaitu pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus dan anti serangga (Robinson, 1995).

2.2.2Glikosida

Glikosida adalah suatu senyawa yang jika dihidrolisis akan menghasilkan bagian gula yang disebut glikon dan bagian bukan gula disebut aglikon. Gula yang dihasilkan biasanya adalah glukosa, ramnosa, dan lain-lain. Jika bagian gulanya adalah glukosa maka disebut glukosida, sedangkan jika bagian gulanya selain glukosa disebut glikosida.Berdasarkan hubungan ikatan antara glikon dan aglikonnya, glikosida dibagi (Robinson, 1995):

a. O-glikosida, yaitu senyawa glikosida yang ikatan antara glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom O. Contoh: Salisin.

(4)

c. N-glikosida, yaitu senyawa glikosida yang ikatan antara glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom N. Contoh: Adenosine.

d. C-glikosida, yaitu senyawa glikosida yang memiliki ikatan antara glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom C. Contoh: Barbaloin.

2.2.3Tanin

Tanin terdapat luas pada tumbuhan berpembuluh. Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer yang tak larut dalam air. Sebagian besar tumbuhan banyak mengandung tanin rasanya sepat. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan (Robinson, 1995).

Berdasarkan identitas inti fenolit dan cara pembentukannya, tanin dibagi menjadi tiga yaitu tanin yang terhidrolisis, tanin yang terkondensasi dan tanin kompleks (Trease dan Evans, 1983).

a. Tanin terhidrolisis (hydrosable tannin)

Tanin jenis ini biasanya berikatan pada karbohidrat dengan membentuk jembatan oksigen dan dapat dihidrolisis menggunakan asam sulfat atau asam klorida ataupun dengan enzim. Prekursor pembentukan tanin ini adalah asam fenolit (asam galat, asam elagit), residu glukosa, serta antara asam fenolit dan glukosa ada ikatan ester.

b. Tanin terkondensasi (condesed tannins)

Tanin terkondensasi biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi terkondensasi menghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer flavanoida yang merupakan senyawa fenol. Nama lain dari tanin ini adalah

(5)

melalui C8 dengan C4. Prekursor pembentukan tanin ini adalah flavanoida, catechin, flavonol-3-4-diol.

c. Tanin kompleks (complex tannin)

Tanin kompleks merupakan campuran antara tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Contoh tumbuhan yang mengandung tanin kompleks adalah teh, kuercus, dan castanea. Ada dua tipe dari tanin kompleks, yaitu true tannin (berat molekul 1000-5000) dan pseudo tannin (berat molekul kurang dari 1000).

2.2.4 Triterpenoid/steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualen.Senyawa tersebut mempunyai struktur siklik yang relatif kompleks, kebanyakan merupakan suatu alkohol, aldehid atau asam karboksilat(Harborne, 1987).

Triterpenoid merupakan senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan optis aktif, yang dibagi atas 4 kelompok senyawa yaitu triterpen sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Sebagian senyawa triterpenoid juga merupakan komponen aktif dalam tumbuhan obat, yang berkhasiat sebagai anti diabetes, gangguan menstruasi, gangguan kulit kerusakan hati dan malaria (Robinson, 1995).

(6)

Gambar 2.1. Struktur dasar steroida dan sistem penomorannya

Menurut asalnya senyawa steroid dibagi atas:

a. Zoosterol, yaitu steroid yang berasal dari hewan, misalnya kolesterol.

b. Fitosterol, yaitu steroid yang berasal dari tumbuhan, misalnya sitosterol dan stigmasterol.

c. Mycosterol, yaitu steroid yang berasal dari fungi, misalnya ergosterol.

d. Marinesterol, yaitu steroid yang berasal dari organisme laut, misalnya spongesterol.

2.2.5Saponin

(7)

2.3Simplisia dan Ekstrak

2.3.1Simplisia

Simplisia merupakan bahan alamiah yang digunakan sebagai obat dan belummengalami pengolahan apapun, kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (Depkes RI., 2000).

2.2.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengancara mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat baku yang telah ditetapkan (Depkes RI., 2000).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat aktif dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Depkes RI., 2000). Metode ekstraksi menurutHanda, dkk (2008) ada beberapa cara, yaitu:

1. Maserasi

Maserasi adalah suatu proses penarikan zat aktif dari simplisia dengan cara merendam simplisia dalam sejumlah besar pelarut dalam suatu wadah tertutup dan didiamkan minimal 3 hari pada temperatur kamardengan beberapa kali pengadukan, lalu disaring atau pun didekantasi.

2. Infusi

(8)

3.Digesti

Digesti adalah proses penyarian secara maserasi dengan pengadukan pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar.

4. Dekoktasi

Dekoktasi adalah proses penyarian dengan cara merebus simplisia menggunakan pelarut air, kemudian didinginkan dan disaring. Proses ini cocok digunakan untuk senyawa-senyawa yang larut dalam air dan tahan terhadap pemanasan.

5. Perkolasi

Perkolasi adalah suatu cara penyarian simplisia menggunakan perkolator. Simplisia dibasahi dengan cairan penyari lalu didiamkan selama 4 jam, kemudian ditambahkan lagi cairan penyari dan didiamkan selama 24 jam. Outler perkolator dibuka sehingga cairan yang terkandung di dalamnya dapat menetes perlahan secara terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).

6. Sokletasi

(9)

2.4Uraian Bakteri

2.4.1 Pengertian bakteri

Bakteri adalah mikroorganisme yang bersel satu, berkembang biak dengancara membelah diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop (Dwijoseputro, 1978).

Berdasarkan pengecatan gram, maka bakteri dapat dibedakan menjadi dua bagian (Pratiwi, 2008) yaitu :

1. Bakteri Gram Positif, yaitu bakteri yang memberikan warna ungu saat diwarnai dengan zat warna pertama (kristal violet) dan setelah dicuci dengan alkohol, warna ungu tersebut akan tetap kelihatan. Kemudian ditambahkan zat warna kedua (safranin), warna ungu pada bakteri tidak berubah.

2. Bakteri Gram Negatif, yaitu bakteri yang yang memberikan warna ungu saat diwarnai dengan zat warna pertama (kristal violet) namun setelah dicuci dengan alkohol, warna ungu tersebut akan hilang. Kemudian ditambahkan zat warna kedua (safranin) akan menghasilkan warna merah.

2.4.2 Uraian Staphylococcus aureus

Staphylococcus merupakan sel Gram Positif, berbentuk bulat, biasanya

tersusun dalam rangkaian tak beraturan seperti anggur (Jawetz, et al., 2013), sel berbentuk bola dan tersusun dalam kelompok (Ryan dan Ray, 2004).

Sistematika Staphylococcus aureusadalah sebagai berikut (Dwidjoseputro, 1978) Divisi : Protophyta

(10)

Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus aureus 2.4.3 Uraian Escherichia coli

Escherichia coli merupakan bakteri Gram Negatif aerobik atau anaerobik

fakultatif yang habitat alaminya adalah usus besar manusia dan hewan (Jawetz, et al., 2013), berbentuk batang, bergerak dengan flagel yang peritrik atau tidak bergerak dan memiliki kemampuan menguraikan glukosa dan menghasilkan gas (Dwidjoseputro, 1978). Sistematika Escherichia coli(Dwidjoseputro, 1978) Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Famili : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia

Spesies :Escherichia coli 2.4.4 UraianStreptococcus mutans

Streptococcus mutans merupakan bakteri Gram Positif, bersifat nonmotil

(tidak bergerak), bakteri anaerob fakultatif. Memiliki bentuk kokus yang sendirian berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun dalam rantai. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 18-400C. Streptococcus mutans biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka menjadi bakteri yang paling kondusif menyebabkan karies untuk email gigi (Nugraha, 2010).

SistematikaStreptococccus mutans(Nugraha, 2010) Kingdom : Monera

(11)

Kelas : Bacilli

Ordo : Lactobacilalles Famili : Streptococcaceae Genus : Streptococcus

Species : Streptococcus mutans 2.4.5UraianPseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa adalah

berkapsul, mempunyai sekitar 0,6-2,0 µm.Bakteri ini tidak menghasilka menfermentasikan dampak positif pada uji secara luas dapat ditemukan di alam, contohnya di tanah, air, tanaman, dan hewan.

Pseudomonas aeruginosaadal

pada paru-paru dan saluran kemih yang merupakan penyebab utama infeksi

Sistematika Pseudomonas aeruginosa .

Kingdom : Bacteria

(Mayasari, 2005)

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria Ordo : Pseudomonadales Famili : Pseudomonadaceae Genus : Pseudomonas

(12)

2.4.6UraianLactobacillus acidophillus

Lactobacillus acidophilus merupakan bakteri Gram Positif berbentuk

batang yang lurus, tidak berspora, ukurannya 0,5-1µm x 1,5-5. Sel Lactobacillus

acidophilus sering berbentuk rantai. (Habibillah, 2009).

Sistematika Lactobacillus acidophillus(Habibillah, 2009) Kingdom : Bacteria

Divisi : Firmicutes Kelas : Bacilli

Ordo : Lactobacillales Famili : Lactobacillaceae Genus : Lactobacillus

Spesies :Lactobacillus acidophilus 2.4.7Uraian Vibrio cholerae

Vibrio cholerae merupaka

bengkok seperti koma dengan ukuran 2-4 um dan bersifat motil (dapat bergerak), bakteri ini tidak membentuk spora. Vibrio cholerae tumbuh baik pada agar Thiosulfate-citrate-bile-sucrose (TCBS) yang menghasilkan koloni berwarna kuning (Amelia, 2005).

SistematikaVibrio cholerae(Amelia, 2005) Kingdom : Bacteria

Divisi : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria Ordo : Vibrionales

(13)

Genus : Vibrio

Spesies : Vibrio cholerae

2.5Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri

1. Nutrisi

Nutrisi digunakan untuk keperluan hidupnya, semua mahluk hidup memerlukan bahan makanan untuk sintesis bahan sel dan mendapatkan energi. Demikian juga dengan mikroorganisme, untuk kehidupannya membutuhkan energi dari lingkungannya. Bahan tersebut dinamakan nutrisi atau zat gizi (Waluyo, 2004). Semua mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah karbon, nitrogen, sulfur, zat besi dan sejumlah kecil logam-logam lainnya. Kekurangan sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian (Gamman, 1992).

2. Temperatur

Bakteri sangat peka terhadap suhu atau temperatur dan daya tahan tubuh bakteri tidak sama untuk semua spesies. Menurut Gamman (1992), bakteri dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan suhu pertumbuhan yang diperlukan, seperti diantaranya:

a. Bakteri Psikrofil, yakni mikroorganisme yang dapat tumbuh baik pada suhu 0-

20°C, dengan suhu optimumnya adalah 10-20°C. Kebanyakan golongan ini tumbuh di tempat dingin.

b. Bakteri Mesofil, mikroorganisme yang dapat hidup dengan baik pada suhu 5-

(14)

c. Bakteri Termofil, mikroorganisme dapat tumbuh baik pada suhu 45-80°C. Suhu

optimumnya antara 50-60°C 3. Oksigen

Oksigen dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, berdasarkan kebutuhan oksigen, bakteri dapat dibedakan menjadi 4 kelompok antara lain: a. Aerob yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen di dalam pertumbuhannya.

b. Anaerob yaitu bakteri yang tidak membutuhkan oksigen di dalampertumbuhannya, bahkan oksigen ini dapat menjadi racun bagi bakteri tersebut.

c. Anaerob fakultatif yaitu bakteri yang dapat hidup tumbuh dengan atau tanpa adanya oksigen.

d. Mikroaerofilik yaitu bakteri yang memerlukan hanya sedikit oksigen dalam pertumbuhannya.

4. pH

Pertumbuhan bakteri juga memerlukan pH tertentu, namun umumnya bakteri memiliki jarak pH yaitu sekitar pH 6,5-7,5 atau pada pH netral (Waluyo, 2004). Untuk tiap mikroorganisme dikenal nilai pH minimum, optimum, dan maksimum. Atas dasar daerah, pH bagi kehidupan mikroba, dibedakan adanya 3 golongan besar (Suriawira, 2005) yaitu:

(15)

Semua organisme membutuhkan air dalam reaksi metabolik dalam sel dan merupakan alat pengangkut zat-zat gizi ke dalam dan ke luar sel. Jumlah air yang terdapat dalam bahan pangan atau larutan dikenal sebagai aktivitas air (water

activity = a

w), dan air murni mempunyai aw = 1,0. Jenis mikroorganisme yang berbeda membutuhkan jumlah air yang berbeda pula dalam pertumbuhannya. Bakteri umumnya tumbuh dan berkembang biak hanya dalam media dengan a

w

tinggi (0,91), jamur membutuhkan nilai a

wlebih rendah (0,87-0,91).

Mikroba mempunyai nilai kelembapan optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembapan yang tinggi (di atas 85%), sedangkan untuk jamur memerlukan kelembapan yang rendah (di bawah 80%). Bakteri merupakan mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan hidup di dalam air, tetapi dalam air yang tertutup tidak dapat hidup subur, hal ini disebabkan karena kurang udara dan jika udara kering maka bakteri akan mati (Waluyo, 2004).

6. Tekanan Osmosis

(16)

2.6Sterilisasi

Steril merupakan keadaan suatu zat yang terbebas dari mikroba hidup, baik yang menimbulkan penyakit maupun tidak menimbulkan penyakit, sedangkan sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat ruang atau benda menjadi steril (Syamsuni, 2006).

Peralatan yang dipergunakan dalam uji antibakteri harus dalam keadaan steril, artinya pada peralatan tersebut tidak boleh didapatkan bakteri, baik yang akan merusak media maupun pada proses pengujian yang sedang berlangsung (Suriawira, 2005).

2.6.1 Sterilisasi dengan pemanasan secara kering

(17)

2.6.2 Sterilisasi dengan pemanasan secara basah

Sterilisasi dengan pemanasan secara basah menggunakan temperatur di atas 100°C dilakukan dengan uap yaitu menggunakan autoklaf. Prinsip autoklaf adalah terjadinya koagulasi protein yang cepat dalam keadaan basah dibandingkan keadaan kering. Siklus sterilisasi dengan pemanasan secara basah meliputi tahap pemanasan, tahap sterilisasi dan tahap pendinginan (Pratiwi, 2008).

2.7Uji Aktivitas Antibakteri

Menurut Pratiwi (2008), pengujian aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara difusi dan dilusi.

2.7.1 Cara difusi

Pada cara difusi sebagai pencadang dapat digunakan cakram kertas, silinder gelas, porselen, logam strip plastik dan pencetak lubang (punch hole). a. Cara tuang

Media agar yang telah diinokulasikan dengan suspensi bakteri uji dituang ke dalam cawan petri, dan dibiarkan memadat. Ke dalam cakram yang digunakan di teteskan zat antibakteri, kemudian diinkubasikan pada suhu 37°C selama 18 -24 jam. Daerah bening yang terdapat di sekeliling cakram kertas atau silinder menunjukkan hambatan pertumbuhan bakteri, diamati dan diukur (Pratiwi, 2008). b. Cara sebar

(18)

diinkubasikan pada suhu 37°C selama 18-24 jam. Zona bening diukur menggunakan jangka sorong (Pratiwi, 2008).

2.7.2 Cara dilusi

Metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat, kemudian media diinokulasi bakteri uji dan dieramkan. Tahap akhir dilarutkan antimikroba dengan kadar yang menghambat atau mematikan. Uji kepekaan cara dilusi agar memakan waktu dan penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu saja (Jawetz, et al., 2005).

2.8 Mekanisme Kerja Antibakteri

Berbagai faktor yang mempengaruhi penghambatan mikroorganisme mencakup kepadatan populasi mikroorganisme, kepekaan terhadap bahan antimikroba, volume bahan yang disterilkan, lamanya bahan antimikroba diaplikasikan pada mikroorganime, konsentrasi bahan antimikroba, suhu dan kandungan bahan organik (Lay, 1994). Semua substansi yang diketahui memiliki kemampuan untuk menghalangi pertumbuhan organisme lain khususnya mikroorganisme disebut sebagai antibiotik (Pratiwi, 2008).

Antibiotik berdasarkan spektrum diklasifikasikan menjadi antibiotik berspektrum sempit (narrow spectrum) yang hanya mampu menghambat atau membunuh segolongan jenis bakteri saja dan antibiotik berspektrum luas (broad

spectrum) yang dapat menghambat atau membunuh bakteri dari semua golongan.

(19)

Gambar

Gambar 2.1. Struktur dasar steroida dan sistem penomorannya

Referensi

Dokumen terkait

Kaltim Tahun Anggaran 2012, menyatakan bahwa pada tanggal 28 Agustus 2012 pukul 11.59 Wita tahapan pemasukan/upload dokumen penawaran ditutup sesuai waktu pada

bahwa dalam memenuhi ketentuan Pasal 69 ayat (1) dan ayat (6) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pencalonan Pemilihan

Kaltim Tahun Anggaran 2012, menyatakan bahwa pada tanggal 28 Agustus 2012 pukul 11.59 Wita tahapan pemasukan/upload dokumen penawaran ditutup sesuai waktu pada

PERENCANAAN PROGRAM KEGIATAN FISIK TAHUN ANGGARAN 2012 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TUMPANG

[r]

Pada hari ini, Kami tanggal dua puluh lima bulan Oktober tahun duaribu dua belas, kami yang bertanda tangan dibawah ini panitia/kelompok kerja, telah melaksanakan penjelasan

KEDUA : Surat penetapan ini dibuat dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam

DINAS PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN KABUPATEN WONOSOBO TAHUN ANGGARAN