Japfa Comfeed Indonesia Tbk dan Altman Z-Score memodelkan metode kebangkrutan untuk mengetahui kelangsungan hidup PT. Akankah kenaikan liabilitas tahunan yang terus berlanjut akan memperburuk kinerja keuangan hingga menyebabkan kebangkrutan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk dan anak perusahaannya. Akankah fluktuasi laba bersih yang cenderung menurun akan memperburuk kinerja keuangan sehingga berdampak pada kebangkrutan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk dan anak perusahaannya di kemudian hari.
Untuk mengetahui kinerja dan posisi keuangan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk dan anak perusahaan periode 2010-2014 berdasarkan analisis rasio keuangan. Untuk mengetahui keberlanjutan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk dan anak perusahaan periode 2010-2014 berdasarkan analisis kebangkrutan dengan menggunakan model analisis kebangkrutan Altman Z-Score.
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Identifikasi Masalah
- Permasalahan
- Batasan Masalah
- Tujuan Penelitian
- Kontribusi Penelitian
- Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dan memberikan gambaran yang lebih rinci dan terfokus, penelitian ini dibagi menjadi lima bab yang masing-masing terdiri dari subbab.
TINJAUAN PUSTAKA
Laporan Keuangan
- Pengertian Laporan Keuangan
- Tujuan Laporan Keuangan
- Pemakai Laporan Keuangan
- Komponen Laporan Keuangan
Menurut Soemars (2002), konsep laporan keuangan adalah laporan yang ditujukan bagi para pengambil keputusan, khususnya di luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan mencakup dua hal pokok, yaitu: neraca dan laporan laba rugi. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009), pengguna laporan keuangan adalah investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor bisnis lainnya, pelanggan, pemerintah dan lembaganya, serta masyarakat.
Laporan laba rugi membantu pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan menjalankan bisnis, untuk memprediksi bisnis perusahaan di masa depan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa suatu jenis laporan keuangan terdiri atas neraca yang mencerminkan nilai harta, hutang, dan modal pada suatu waktu tertentu, laporan laba rugi yang mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu, laporan pergerakan modal dan laporan pergerakan posisi keuangan (arus kas).
Analisa Rasio Keuangan
- Pengertian Rasio Keuangan
- Kegunaan Rasio-rasio Keuangan
- Penggunaan Analisa Rasio
- Jenis Analisis Rasio Keuangan
Rasio ini dihitung dengan mengurangkan Persediaan dengan Aset Lancar lalu membagi hasilnya dengan Kewajiban Lancar. Rasio ini memberikan ukuran seberapa besar total aset yang dimiliki suatu perusahaan yang dibiayai melalui penggunaan hutang. Rasio ini dihitung dengan membagi Laba Sebelum Pajak dan Beban Bunga/EBIT (Laba Sebelum Pendapatan dan Pajak) dengan Beban Bunga.
Rasio ini dihitung dengan membagi laba sebelum penghasilan dan pajak/EBIT (Earning Before Income and Tax) dengan total aset. Rasio ini menunjukkan seberapa besar laba bersih yang dapat diperoleh dari seluruh aset yang dimiliki perusahaan.
Analisa Indikator Kebangkrutan
- Pengertian Kesulitan Keuangan dan Resiko Kebangkrutan
- Indikator Kebangkrutan
- Analisis Evaluasi Perusahaan
993,626 miliar, sedangkan peningkatan liabilitas jangka pendek terutama disebabkan oleh peningkatan utang usaha kepada pihak berelasi sebesar Rp. 229,002 miliar, sedangkan peningkatan liabilitas jangka pendek terutama disebabkan oleh peningkatan utang usaha kepada pihak berelasi sebesar Rp. Peningkatan ini disebabkan oleh persentase kenaikan total utang sebesar 28,29%, lebih besar dibandingkan kenaikan total aset sebesar 18,43%.
Peningkatan ini disebabkan oleh persentase peningkatan total utang sebesar 38,32%, lebih besar dibandingkan peningkatan total aset sebesar 32,60%. Peningkatan ini disebabkan oleh persentase peningkatan total utang sebesar 56,05%, lebih besar dibandingkan peningkatan total aset sebesar 36,09%. Peningkatan total utang ini disebabkan oleh peningkatan utang usaha kepada pihak berelasi sebesar Rp.
3,046 triliun, sedangkan rata-rata persentase kenaikan piutang usaha disebabkan oleh peningkatan piutang usaha pihak ketiga sebesar Rp. Hal ini disebabkan oleh persentase penurunan laba bersih sebesar 29,99%, sedangkan persentase peningkatan total aset sebesar 18,43%. Hal ini dikarenakan persentase kenaikan laba bersih sebesar 60,03% lebih besar dibandingkan persentase kenaikan total aset sebesar 32,60%.
Hal ini disebabkan oleh persentase penurunan laba bersih sebesar 40,38%, sedangkan persentase peningkatan total aset sebesar 36,09%. Hal ini disebabkan oleh persentase penurunan laba bersih sebesar 39,93%, sedangkan persentase peningkatan total aset sebesar 5,45%. Penurunan ini disebabkan oleh persentase penurunan laba bersih sebesar 39,93%, sedangkan persentase peningkatan total modal sebesar 0,85%.
Metode Altman Models (Z-Skor Model) Sebagai Alat Bantu Indikasi
Populasi Dan Sampel
- Populasi
- Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data keuangan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk sejak berdirinya sampai dengan tahun 2014. Sampel dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 (lima tahun).
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Analisis Data
Penurunan ini disebabkan oleh persentase kenaikan aset lancar sebesar 11,21%, lebih rendah dibandingkan persentase kenaikan liabilitas jangka pendek yang sebesar 83,79%. 48,142 miliar, sedangkan peningkatan liabilitas jangka pendek terutama disebabkan oleh peningkatan utang bank jangka pendek sebesar Rp. Peningkatan ini disebabkan oleh persentase kenaikan aset lancar sebesar 40,05%, lebih besar dibandingkan persentase kenaikan liabilitas jangka pendek yang sebesar 23,77%.
Penurunan ini disebabkan karena persentase penuruna aktiva lancar sebesar 3,28% sedangkan persentase kenaikan utang lancarnya yang sebesar 12,72%. Kenaikan aktiva lancar ini terutama disebabkan karena adanya piutang usaha pada pihak berelasi sebesar Rp. 1,099 triliun, sedangkan kenaikan total aktivanya disebabkan karena ada piutang usaha pada pihak berelasi sebesar Rp.
Peningkatan ini disebabkan oleh persentase kenaikan total utang sebesar 7,94%, lebih besar dibandingkan kenaikan total aset sebesar 5,45%. 1,677 triliun, sedangkan rata-rata kenaikan piutang usaha disebabkan oleh piutang usaha pihak berelasi sebesar Rp. Peningkatan ini disebabkan oleh persentase peningkatan laba bersih sebesar 60,03%, lebih besar dibandingkan peningkatan omzet sebesar 14,07%.
Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan EBIT sebesar 56,47%, lebih besar dibandingkan persentase kenaikan total aset sebesar 32,60%. Penurunan ini disebabkan oleh persentase penurunan EBIT sebesar 39,44%, sedangkan total aset meningkat sebesar 5,45%. Peningkatan ini disebabkan oleh persentase kenaikan laba bersih sebesar 60,03% lebih besar dibandingkan persentase kenaikan total ekuitas sebesar 25,84%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
- Sejarah Perusahaan
- Bidang Usaha Perusahaan
- Visi dan Misi Perusahaan
- Struktur Organisasi
PT. secara komersial memproduksi produk pelet kopra. Perkembangan usaha perseroan dimulai pada tahun 1975 dengan memasuki usaha pakan ternak dan dilanjutkan dengan usaha peternakan ayam pada tahun 1982. Untuk memperkuat struktur permodalan, Perseroan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Surabaya) pada tahun Tahun 1989, setelah mengakuisisi 4 (empat) perusahaan pakan ternak, pada tahun 1990 Perseroan berubah menjadi PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
Lini bisnis perseroan semakin lengkap dan terintegrasi setelah MBAI mengakuisisi PT Hidon, sebuah perusahaan peternakan ayam dan penetasan telur, pada Desember 2007. Pada tanggal 15 Januari 2008, perusahaan mengakuisisi PT Santosa Agrinda, perusahaan penggemukan sapi terbesar di Asia Tenggara. Efektif 1 Januari 2011, dua anak perusahaan perseroan yakni PT Multiphala Agrinusa (MAG) dan PT Bintang Terang Gemilang (BTG) yang bergerak di bidang produksi pakan ternak bergabung dengan perseroan.
Perseroan semakin fokus di bidang agrobisnis dengan meningkatkan kapasitas produksi melalui pembangunan fasilitas produksi baru yaitu unit pakan ternak di Grobogan (Jawa Tengah) dan Purwakarta (Jawa Barat), fasilitas peternakan ayam di Grati (Jawa Timur) dan Pontianak (Jawa Barat). Kalimantan), hatchery di Sukabumi (Jawa Barat) dan Kedira (Jawa Timur) serta akuisisi perusahaan peternakan ayam komersial untuk meningkatkan kapasitas produksi broiler. Sebagai bagian dari strategi fokus di bidang agribisnis, perseroan melakukan merger dengan PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk pada 1 Juli 2012. MBAI) yang merupakan anak perusahaan perseroan, serta PT Multiphala Adiputra (MPA) dan PT Hidon yang merupakan anak perusahaan MBAI. Industri di bidang pasca panen dari perusahaan-perusahaan tersebut, seperti pemotongan ayam dan hewan berkaki empat, perusahaan cold storage dan pengolahan hasil usaha di atas, serta semua hasil samping dan industri pendukung lainnya seperti kantong plastik dan bahan pengemas lainnya.
Industri yang memproduksi obat-obatan, vaksin, vitamin dan bahan farmasi serta peralatan yang berkaitan dengan usaha tersebut di atas. Kesuksesan terbesar PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (Perusahaan) dibangun atas dasar keyakinan untuk membina hubungan yang saling menguntungkan berdasarkan kepercayaan dan integritas. Misi PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk adalah “Menjadi pemasok makanan berprotein terjangkau yang terkemuka dan terpercaya di Indonesia.
Analisis Data dan Pembahasan
- Kinerja dan Posisi Keuangan
Pertumbuhan yang sangat pesat tersebut disebabkan oleh persentase kenaikan aset lancar sebesar 30,36%, lebih besar dibandingkan persentase kenaikan kewajiban lancar yang mencapai 13,67%. Penurunan aset lancar ini terutama disebabkan oleh penurunan piutang usaha pihak berelasi sebesar Rp. Peningkatan ini disebabkan oleh persentase kenaikan aset lancar sebesar 40,05%, lebih besar dibandingkan persentase kenaikan liabilitas jangka pendek yang mencapai 23,77%, dan peningkatan persediaan sebesar 30,08%.
Hal ini disebabkan oleh penurunan persentase EBIT sebesar 39,29%, sedangkan beban bunga meningkat sebesar 56,82%. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan persentase EBIT sebesar 39,44%, sedangkan beban bunga meningkat sebesar 36,05%. Penurunan ini disebabkan oleh persentase penurunan laba bersih sebesar 29,99%, sedangkan penjualan meningkat sebesar 12,02%.
Penurunan ini disebabkan oleh persentase penurunan EBIT sebesar 34,36%, sedangkan total aset meningkat sebesar 36,09%.
Analisa Indikator Kebangkrutan Dengan Metode Altman Models
- Hasil Analisis Indikator Kebangkrutan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Untuk kinerja dan posisi keuangan perusahaan periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 berdasarkan analisis indikator keuangan. Terkait dengan rasio likuiditas, pada tahun 2010 hingga tahun 2014, kondisi keuangan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk secara umum berada dalam kondisi yang cukup baik, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam hal ini mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio pengelolaan utang dilihat dari tahun 2010 hingga 2014 dapat dikatakan kurang stabil dan malah mengalami penurunan setiap tahunnya karena penggunaan utang untuk membiayai kegiatan operasional PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk dan untuk melunasi kewajibannya mungkin tidak dilakukan dengan baik oleh PT Japfa. Comfeed Indonesia Tbk.
Dari sisi laporan pengelolaan aset dilihat dari tahun 2010 hingga tahun 2014 secara umum kurang baik karena PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk belum mampu menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien secara maksimal. Pada laporan profitabilitas dilihat dari tahun 2010 hingga tahun 2014 dapat dikatakan berada dalam keadaan menurun, kecuali pada tahun 2010 dimana PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk mampu menghasilkan laba lebih banyak dibandingkan tahun berikutnya. Pada tahun 2010-2014, baru pada tahun 2010 perusahaan ini berada pada rentang tidak bangkrut, meskipun pada tahun 2011-2014 perusahaan berada pada wilayah abu-abu, namun diharapkan perusahaan dapat berbenah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pada tahun berikutnya.
Saran