Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Ekonomi Makro 2 Dosen Pengampu : Dr. Nafik Umurul Hadi,S.E., M.Si.
Disusun Oleh : KELOMPOK 17:
Intan Yanuari Permata (22187203023) Ameylia Kristina Putri (22187203086)
PROGAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI 3A FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS BHINNEKA PGRI (UBHI) TULUNGAGUNG 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Pendapatan Nasional:Dari Mana Asalnya Dan Kemana Perginya”.
Makalah ini diajukan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, yaitu kepada:
1. Dr. Nafik Umurul Hadi, S.E., M.Si. selaku Dosen mata kuliah Ekonomi Makro 2 2. Orang tua yang selalu mendukung setiap aktivitas kami
3. Semua teman teman yang telah mendukung kami
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan- kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Tulungagung, 7 Maret 2024
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI... ii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...1
C. Tujuan Penulisan...1
BAB II PEMBAHASAN...3
A. Apa yang Menentukan Produksi Barang dan Jasa Total?...3
B. Bagaimana Pendapatan Nasional Didistribusikan ke Faktor-faktor Produksi?...5
C. Apa yang Menentukan Permintaan Terhadap Barang dan Jasa?...13
D. Apa yang Menyeimbangkan Permintaan dan Penawaran Terhadap Barang dan Jasa?...18
BAB III PENUTUP...28
A. Kesimpulan...28
B. Saran...28
DAFTAR PUSTAKA...29
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Variabel makroekonomi paling penting adalah produk domestik bruto (GDP). Sebagai- V mana telah kita pelajari, GDP mengakur output barang dan jasa total suatu negara dan pendapatan totalnya. Untuk menghargai pentingnya GDP, orang hanya perlu melihat sekilas data internasional: dibandingkan dengan negara-negara lain yang lebih miskin, negara-negara dengan tingkat GDP per orang yang tinggi memiliki segalanya, dari nutrisi anak-anak yang lebih haik sampai lebih banyak televisi per rumah tangga. GDP yang besar tidak menjamin kebahagiaan seluruh penduduk suatu negara, tetapi mungkin merupakan resep kebahagiaan terbaik yang ditawarkan oleh para ahli makroekonomi B. RUMUSAN MASALAH
1. Seberapa banyak produksi yang dihasilkan berbagai perusahaan di dalam perekonomian? Apakah yang menentukan pendapatan total suaru negara?
2. Siapakah yang menerima pendapatan dari produksi? Seberapa banyak yang digunakan untuk membayar para pekerja dan seberapa banyak yang diterima oleh para pemilik modal?
3. Siapakah yang membeli output perekonomian? Berapa banyak rumah tangga membeli untuk konsumsi, berapa banyak ramah tangga dan perusahaan membeli untuk investasi, dan berapa banyak pemerintah membeli untuk kepentingan publik?
4. Apakah yang menyeimbangkan permintaan dan penawaran barang serta jasa? Apa yang menjamin pengeluaran pada konsumsi, investasi, dan pembelian pemerintah sama dengan tingkat produksi?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui seberapa banyak produksi yang dihasilkan berbagai perusahaan di dalam perekonomian dan Apakah yang menentukan pendapatan total suatu negara
2. Untuk mengetahui siapakah yang menerima pendapatan dari produksi dan Seberapa banyak yang digunakan untuk membayar para pekerja dan seberapa banyak yang diterima oleh para pemilik modal
3. Untuk mengetahui siapakah yang membeli output perekonomian danBerapa banyak rumah tangga membeli untuk konsumsi, berzpa banyak ramah tangga dan
perusahaan membeli untuk investasi, dan berapa banyak pemerintah membeli untuk kepentingan publik
4. Untuk mengetahui apakah yang menyeimbangkan permintaan dan penawaran barang serta jasa dan apa yang menjamin pengeluaran pada konsumsi, investasi, dan pembelian pemerintah sama dengan tingkat produksi
BAB II PEMBAHASAN
A. Apa yang Menentukan Produksi Barang dan Jasa Total?
Output barang dan jasa suatu perusahaan GDP bergantung pada (1) jumlah input, yang disebut faktor-faktor produksi, dan (2) kemampuan untuk mengubah input menjadi output sebagaimana ditunjukkan dalam fungsi produksi. Kita akan membahas masing-masing faktor produksi tersebut berikut ini.
1. Faktor Produksi
Faktor produksi (factors of production) adalah input yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.Dua faktor produksi yang paling penting adalah modal dan tenaga kerja.Modal adalah seperangkat sarana yang dipergunakan oleh para pekerja: derek para pekerja bangunan, kalkulator akuntan, dan komputer PC. Tenaga kerja adalah waktu yang dihabiskan orang untuk bekerja. Kita gunakan simbol K untuk menunjukkan jumlah modal dan sambol L untuk menunjukkan jumlah tenaga kerja. Pada bab ini, kita anggap faktor-faktor produksi sudah baku. Dengan kata lain, kita mengasumsikan bahwa perekonomian memiliki sejumlah modal tetap dan sejumlah tenaga kerja tetap. Kita tulis
K=
K ´
L=L ´
Garis datar di atas menunjukkan bahwa setiap variabel adalah tetap. Pada Bab ini, kita kaji apa yang terjadi bila faktor-faktor produksi berubah sepanjang waktu, sebagaimana terjadi dunia nyata. Sekarang untuk mempermudah analisis, kita asumsikan jumlah modal dan tenaga kerja tetap. Kita asumsikan juga disini bahwa faktor-faktor produksi digunakan sepenuhnya yaitu tidak ada sumber daya yang terbuang. Sekali lagi, di dunia nyata, sebagian dari angkatan keja menganggur, dan sebagian modal tidak terpakai.
2. Fungsi Produksi
Teknologi produksi yang ada menemukan berapa banyak output/keluaran diproduksi dari jumlah modal dan tenaga kerja tertentu. Para ekonom menggambarkan teknologi yang ada dengan menggunakan fungsi produksi (production function). Dengan Y menunjukkan output, maka fungsi produksi adalah
Y=F(K, L).
Persamaan ini menyatakan bahwa output adalah fungsi dari sejumlah modal dan tenaga kerja.Fungi produksi mencerminkan teknologi yang digunakan untuk mengubah modal dan tenaga kerja menjadi output. Jika seseorang menemukan cara yang lebih baik untuk memproduksi barang, hasilnya adalah lebih banyak output yang diperoleh dari junlalı madal dan tenaga kerja yang sama. Jadi, perubahan teknologi mempengaruhi fungsi produksi.
Banyak fungsi produksi memiliki suatu sifat yang disebut skala hasil konstan (constant returns to scale). Fungsi produkai memiliki skala hasil konstan jika peningkatan dalam persentase yang sama dalam selarah fakter-faktor penduksi menyebabkan peningkatan output dalam penentume yang sama. Jika fungsi produksi memiliki skala hasil konstan, maka kita dapatkan output 10 persen lebih banyak ketika kita meningkatkan modal dan tenaga kerja sampai 10 persen. Secara matematis, fangsi produksi memiliki skala hasil konstan jika
zY=F(zK,zL)
untuk setiap angka positif z. Persamaan ini menyatakan bahwa jika kita mengalikan jumlah modal dan jumlah tenaga kerja dengan angka z, output juga dikalikan dengan z. Pada bagian berikutnya kita lihat bahwa asumsi skala hasil konstan memiliki implikasi penting pada distribusi pendapatan dari produksi
Sebagai contoh dari fungsi produksi, perhatikanlah produksi di pabrik roti. Dapur dan peralatannya adalah modal pabrik roti itu, para pekerja yang dipekerjakan untuk membuat roti adalah tenaga kerjanya, dan roti adalah outputya, Fungsi produksi pabrik roti menunjukkan bahwa jumlah roti yang diproduksi bergantung pada jumlah peralatan dan jumlah pekerja Jika fungsi produksi memiliki skala hasil konstan, maka melipatduakan jumlah peralatan dan jumlah pekerja akan melipatduakan jumlah roti yang diproduksi
3. Penawaran Barang dan Jasa
Kini kita bisa melihat bahwa faktor-faktor produksi dan fungsi produksi bersama-sama menentukan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan, yang sama dengan output perekonomian. Untuk menunjukkan hal ini secara matematis kita tulis
K , L ´ Y = F ¿
)¿ Y ´
Dalam bab ini, karena kita mengasumsikan bahwa penawaran modai serta tenaga kerja dan teknologi adalah tetap, maka output juga tetap (pada tingkat yang dinyatakan dengan
Y ´
)B. Bagaimana Pendapatan Nasional Didistribusikan Ke Faktor-Faktor Produksi?
Para ekonom sudah lama mempelajari pasar faktor untuk memahami distribusi pendapatan.
Misalnya, Karl Marx, ekonom abad kesembilan belas, menghabiskan waktunya untuk menjelaskan pendapatan dari modal dan tenaga kerja. Falsafah politik komunisme sebagian didasarkan pada teori Marx yang telah didiskreditkan ini.
Di sini kita mempetajari teori modern tentang bagaimana pendapatan nasional dibagi di antara faktor-faktor produksi. Teori ini didasarkan pada pentikiran klasik (abad ke-18) bahwa harga disesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan, yang di sini diterapkan pada pasar fakror produksi, bersama dengan pemikiran yang lebih baru (abad ke-19) bahwa permintaan atas setiap faktor produksi tergantung pada produktivitas marjinal faktor produksi tersebut. Teori ini, yang disebut seori distribusi neoklasik, telah diterima oleh sebagian besar ekonom dewasa ini sebagai awal yang baik untuk mulai memahami bagaimana pendapatan ekonomi didistribusikan dari perusahaan ke rumah tangga.
1. Harga Faktor Produksi
Distribusi pendapatan nasional ditentukan oleh harga-harga faktor. Harga faktor produksi (factor prices) adalah jumlah yang dibayar ke faktor-faktor produksi. Pada suatu perekonomian di mana dua faktor produksi adalah modal dan tenaga kerja, senientara dua harga faktor produksi adalah upah (wage) yang diterima para pekerja dan sewa (rent) yang dikumpulkan oleh para pemilik modal.
Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar diatas.Harga yang diterima setiap faktor produksi untuk jasa-jasarnya ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap faktor tersebut. Karena kita mengasumsikan bahwa faktor-faktor produksi perekonomian adalah tetap, kurva penawaran
faktor dalarm Gaınbar 3-2 berbentuk tegak lurus. Dengan mengabaikan harga faktor produksi, jumlah faktor produksi yang ditawarkan ke pasar adalah sama. Perpotongan kurva permintaan faktor yang berbentuk miring ke bawah dan kurva penawaran vertikal menentukan ekuilibrium harga faktor. Untuk memahami harga faktor produksi darı distribusi pendapatan, kita harus mengkaji permintaan untuk faktor-faktor produksi. Karena permintaan faktor muncul dari ribuan perusahaan yang menggunakan modal dan tenaga kerja, mari kita pelajari keputusan-keputusan yang dihadapi suatu perusahaan tentang berapa banyak faktor-faktor produksi yang perlu dibelinya.
2. Keputusan-Keputusan Yang Dihadapi Perusahaan Kompetitif
Asumsi termudah yang dapat dibuat mengenai suatu perusahaan pada umumnya adalah bahwa perusahaan itu bersifat kompetitif (competitive). Perusahaan kompetitif (compettive firm) relatif kecil ukurannya terhadap pasar di mana perdagangan berlangsung, sehingga memiliki pengaruh yang kecil terhadap harga pasar. Misalnya, perusahaan kita memproduksi barang dan menjualnya pada harga pasar. Karena banyak perusahaan memproduksi barang ini, perusahaan kita bisa menjual sebanyak yang ia inginkan tanpa menyebabkan harga barang turun, atau bisa menghentikan penjualan tanpa menyebabkan harga barang naik. Demikian pula, perusahaan kita tidak dapat mempengaruhi upah para pekerja karena banyak perusahaan lokal lain yang juga menarik para pekerja. Perusahaan itu tidak memiliki alasan untuk membayar melebihi upah pasar, dan jika berusaha membayar lebih sedikit, para pekerjanya akan pindah bekerja di tempat lain. Karena itu, perusahaan kompetitif menetapkan harga output dan inpunya sebagaimana telah ditentukan. Untuk membuat produknya, perusahaan itu memerlukan dua faktor produksi, modal dan tenaga kerja. Sebagaimana kita lakukan untuk perekonomian agregat, kita tunjukkan teknologi produksi perusahaan itu dengan fungsi produksi
Y = F(K, L),
di mana Y adalah jumlah unit yang diproduksi (output perusahaan), K adalah jumlah mesin yang digunakan (jumlah modal), dan L adalah jumlah jam kerja (jumlah tenaga kerja) Perusahaan itu memproduksi lebih banyak output jika memiliki lebih banyak mesin atau jika para pekerjanya bekerja lebih lama.Perusahaan itu menjual outputnya pada harga P, menggunakan pekerja pada upah W, dan menyewa modal pada bunga R. Ingatlah bahwa ketika kita mengatakan perusahaan menyewa modal, kita asumsikan rumah tangga memiliki persediaan modal perekonomian. Dalam analisis ini, rumah tangga menyewakan modalnya, seperti ketika mereka menjual tenaga kerjanya Perusahaan memperoleh kedua faktor produksi ini dari rumah tangga yang memilikinya.
Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba adalah penerimaan dikurangi biaya penerimaan yang diperoleh pemilik perusahaan setelah membayar biaya produksi.
Penerimaan sama dengan P × Y, harga jual barang P dikalikan dengan jumlah barang yang diproduksi Y. Biaya mencakup biaya tenaga kerja dan biaya modal. Biaya ternaga kerja sama dengan W × L. upah W dikali jumlah tenaga kerja L.. Biaya modal sama dengan R × K. harga sewa modal R dikali jumlah modal K. Kita bisa menulisnya:
Laba= Penerimaan−BiayaTenaga Kerja− Biaya Modal
¿ PY −WL− RK
Untuk melihat bagaimana laba bergantung pada faktor-faktor produksi kita gunakan fungsi produksi
Y =F (K , L)−WL− RK .
Persamaan ini menunjukan bahwa laba bergantung pada harga produk P, harga faktor W dan R, dan jumlah faktor L dan K.Perusahaan kompetitif menggunakan harga produk dan harga faktor yang sudah ditentukan serta memilih jumlah tenaga kerja dan modal yang memaksimalkan laba.
3. Permintaan Perusahaan terhadap Faktor-faktor Produksi
Sekarang kita tahu bahwa perusahaan menggunakan tenaga kerja dan modal dalam jumlah yang akan memaksimalkan laba. Tetapi, bagaimana perusahaan itu mengetahui berapa jumlah tenaga kerja dan modal yang akan memaksimalkan laba? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita perhatikan jumlah tenaga kerja dan jumlah modalnya.
Produk Marjinal Tenaga Kerja Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan perusahaan, semakin banyak output yang diproduksi. Produk marjinal tenaga kerja (marginal product of laber, MPL) adalah jumlah output tambahan yang diperoleh perusahaan dari satu unit tenaga kerja tambahan, dengan mempertahankan jumlah modal tetap. Kita bisa menggambarkannya dengan menggunakan fungsi produksi:
MPL= F ( K +1)−F ( K , L ) .
Simbol pertama pada sisi kanan adalah jumlah output yang diproduksi dengan K unit modal dan L +1 unit tenaga kerja, simbol kedua adalah jumlah output yang diproduksi dengan K unit modal dan L. unit tenaga kerja. Persamaan ini menyatakan bahwa produk marjinal tenaga kerja adalah perbedaan antara jumlah outpat yang diproduksi dengan L+1 unit tenaga kerja dan jumlah yang diproduksi hanya dengan I unit tenaga kerja.
Kebanyakan fungsi produksi memiliki sifat produk marjinal yang semakin menurun (diminishing marginal product): dengan mempertahankan jumlah modal tetap, produk marjinal tenaga kerja menurun ketika jumlah tenaga kerja meningkat. Misalnya, perhatikan lagi produksi roti di pabrik roti. Ketika menggunakan lebih banyak tenaga kerja, pabrik roti memproduksi lebih banyak roti. MPL adalah jumlah roti tambahan yang diproduksi ketika unit tenaga kerja
tambahan dipekerjakan. Namun, ketika lebih banyak pekerja ditambahkan ke jumlah modal tetap, MPL menurun. Lebih sedikit tambahan roti diproduksi karena para pekerja menjadi kurang produktif ketika dapur menjadi lebih sesak. Dengan kata lain, dengan mempertahankan ukuran dapur tetap, setiap pekerja tambahan menambah lebih sedikit roti pads output pabrik roti
Gambar 3-3 menunjukkan fungsi produksi. Ganıbor tersebut mengilustrasikan apa yang terjadi dengan jumlah output bila kita mempertahankan jumlah modal dan mengubah jumlah tenaga kerja. Gambat ini menunjukkan baliwa produk marjinal tenaga kerja adalah kemiringan (slope) dari fungsi produksi. Ketika jumlah tenaga kerja meningkat, fungsi produksi menjadi lebih datar, yang menunjukkan produk marjinal yang semakin menurun.
Dari Produk Marjinal Tenaga Kerja ke Permintaan Tenaga Kerja Ketika sedang memutuskan apakah akan menggunakan satu unit tenaga kerja tambahan atau tidak, perusahaan kompetitif yang memaksimalkan-laba mempertimbangkan bagaimana keputusan itu akan mempengaruhi laba. Karena itu, perusahaan membandingkan penerimaan ekstra dari kenaikan produksi yang dihasilkan oleh tenaga kerja tambahan terhadap biaya tambahan dalam bentuk upah yang lebih banyak. Peningkatan penerimaan dari satu unit tenaga kerja tambahan bergantung pada dua variabel: produk marjinal tenaga kerja dan harga output.
Karena tenaga kerja tambahan memproduksi unit output MPL. dan setiap unit output dijual seharga P dolar, penerimaan tambahan adalah P × MPL Biaya ekstra karena menggunakan lebih banyak tenaga kerja adalah upah W. Jadi, perubahan dalam laba karena menggunakan lebih banyak tenaga kerja adalah
∆ Laba= ∆ Penerimaan−∆ Biaya
¿ ( P× MPL ) −W
Simbol
∆
(disebut delta) menyatakan perubahan sebuah variabel.Sekarang kita bisa menjawab pertanyaan yang diajukan di awal bagian ini: Berapa banyak tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan? Manajer perusahaan mengetahui bahwa jika penerimaan tambahan
P× MPL
melebihi upahW
, unit tenaga kerja tambahan akan meningkatkan laba. Karena itu, manajer terus menambah tenaga kerja sampai unit berikutnya tidak lagi menguntungkan yaitu, sampai MPL berada pada titik di mana penerimaan tambahan sama dengan upah. Permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja ditentukan denganP× MPL=W
Kita juga dapat menulisnya dengan
MPL=W /R
W/P adalah upah riil (real wage) pembayaran kepada tenaga kerja yang diukur dalam unit output, bukan dalam mata uang. Untuk memaksimalkan laba, perusahaan terus menarik tenaga kerja sampai pada titik di mana produk marjinal tenaga kerja sama dengan upah riil,Sebagai contoh, perhatikanlah pabrik roti sekali lagi. Anggaplah harga roti P adalah $2 per buah, dan seorang pekerja menerima upah W sebesar $20 per jam. Upah riil W/P adalah 10 roti per jam. Dalam contoh ini, perusahaan terus menerima tenaga kerja selama tenaga kerja tambahan itu dapat memproduksi sedikitnya 10 roti per jam. Ketika MPL menjadi 10 roti atau lebih sedikit, menerima pekerja tambahan tidak lagi menguntungkan
Gambar 3-4 menunjukkan bagaimana produk marjinal tenaga kerja bergantung pada jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan (dengan mempertahankan persediaan modal perusahaan tetap konstan). Yaitu, gambar ini membentuk grafik MPL. Karena MPL menurun ketika jumlah tenaga kerja meningkat, kemiringan kurvanya menurun. Untuk setiap upah til tertentu, perusahaan terus menambah tenaga kerja sampai pada titik di mana MPL sama dengan upah riil. Jadi, grafik MPL juga merupakan kurva permintaan tenaga kerja perusahaan.
Produk Marjinal Modal dan Permintaan Modal Perusahaan memutuskan berapa banyak modal yang akan digunakan dengan cara yang sama seperti memutuskan berapa banyak tenaga kerja yang akan dipekerjakan. Produk marjinal modal (marginal product of capital, MPK) adalah jumlah output tambahan yang diperoleh perusahaan dari unit modal tambahan, dengan mempertahankan jumlah tenaga kerja tetap konstan:
MPK= F ( K +1 , L)− F ( K , L)
Jadi, produk marjinal modal adalah perbedaan antara jumlah output yang diproduksi dengan K+1 unit modal dan yang diproduksi hanya dengan K unit modal.
Seperti tenaga kerja, modal adalah subjek dari produk marjinal yang semakin menurun Sekali lagi mari pertumbangkan produksi roti di pabrik roti. Beberapa oven pertama yang dipasang di dapur akan sangat produktif. Namun demikian, jika pabrik roti terus menambah jumlah oven sementara jumlah pekerja tetap, maka pabrik akan berisi lebih banyak oven daripada pegawai yang dapat bekerja dengan efektif. Dengan demikian, produk marjinal dari beberapa oven terakhir lebih rendah daripada beberapa oven pertama.Kenaikan laba dari menyewa mesin tambahan adalah penerimaan tambahan dari menjual output mesin tersebut dikurangi harga sewa mesin.
∆ Laba= ∆ Penerimaan− ∆ Biaya
¿ ( P× MPK )− R
Untuk memaksimalkan laba, perusahaan akan terus menggunakan lebih banyak modal hingga MPK turun sama dengan harga sewa riil.
MPK= R /P
Harga sewa modal riil (real rental price of capital) adalah harga sewa yang diukur dalam unit barang, bukan dalam mata uang.Untuk menyimpulkannya, perusahaan kompetitif yang memaksimalkan-laba mengikuti kaidah sederhana tentang berapa banyak tenaga kerja dan modal yang perlu digunakan. Perusahaan meminta setiap faktor produksi sampai produk marjinal faktor tersebut sama dengan harga faktor riilnya.
4. Pembagian Pendapatan Nasional
Setelah menganalisis bagaimana perusahaan memutuskan jumlah faktor yang akan digunakan, kita bisa menjelaskan bagaimana pasar untuk faktor-faktor produksi itu mendistribusikan pendapatan total perekonomian. Jika seluruh perusahaan dalam perekonomian adalah kompetitif dan memaksimalkan-laba, maka setiap faktor produksi dibayar berdasarkan kontribusi marjinalnya pada proses produksi. Upah riil yang dibayar kepada setiap pekerja sama dengan MPL dan harga sewa riil yang dibayar kepada setiap pemilik modal sama dengan MPK. Karena itu, upah riil total yang dibayar kepada tenaga kerja adalah MPL × L, dan pengembalian riil total yang dibayarkan ke pemilik modal adalah MPK × K.
Pendapatan yang tersisa setelah perusahaan membayar faktor-faktor produksi adalah laba ekonomis (economic profit) dari para pemilik perusahaan. Laba ekonomis riil adalah
Laba Ekonomis=Y − (MPL × L )−(MPK × K )
Karena kita ingin menghitung distribusi pendapatan nasional, kita ubah persamaan di atas menjadi
Y = MPL × L ¿+( MPK × K ) Laba Ekonomis
Pendapatan total dibagi di antara pengembalian kepada tenaga kerja, pengembalian kepada modal, dan laba ekonomis.Berapakah besarnya laba ekonomis? Jawabannya mengejutkan, jika fungsi produksi memiliki sifat skala hasil konstan, yang kerap terjadi, maka laba ekonomis harus sama dengan nol. Yaitu, tidak ada yang tersisa setelah faktor-faktor produksi dibayar.
Kesimpulan ini mengikuti hasil matematis terkenal yang disebut teorema Euler, yang menyatakan bahwa jika fungsi produksi memiliki skala hasil konstan, maka
F ( K , L)=( MPK × K)++( MPL× L)
Jika setiap faktor produksi dibayar pada produk marjinalnya, maka jumlah pembayaran faktor ini sama dengan output total. Dengan kata lain, skala hasil konstan, maksimasi laba, dan persaingan sama-sama mengimplikasikan bahwa laba ekonomis adalah nol.
Jika laba ekonomis adalah nol, bagaimana kita menjelaskan keberadaan "laba" dalam perekonomian? Jawabannya adalah istilah "laba" yang biasanya digunakan berbeda dengan laba ekonomis. Kita telah mengasumsikan bahwa ada tiga jenis pelaku ekonomu: pekerja, pemilik modal, dan pemilik perusahaan. Pendapatan total dibagi di antara upah, pengembalian modal dan laba ekonomis. Namun demikian, dalam dunia nyata, sebagian besar perusahaan memiliki modal sendiri dan bukan menyewa modal yang mereka gunakan. Karena pemilik perusahaan dan pemilik modal adalah orang yang sama, laba ekonomis dan pengembalian modal (return to capital) seringkali disatukan. Jika kita menyebut definisi alternatif ini sebagai laba akuntansi (accounting profit), maka
Laba Akuntansi= Laba Ekonomis +( MPK × K )
Menurut asumsi kita skala hasil konstan, maksimisasi laba, dan persaingan laba ekonomis adalah nol. Jika asumsi ini mendekati gambaran dunia nyata, maka "laba" dalam pos pendapatan nasional seharusnya menjadi pengembalian modal.
Kini kita bisa menjawab pertanyaan yang diajukan di awal bab ini tentang bagaimana pendapatan ekonomi didistribusikan dari perusahaan ke rumah tangga. Setiap faktor produksi dibayar menurut produk marjinalnya, dan pembayaran faktor ini mengurangi output total.Output total dibagi di antara pembayaran untuk modal dan pembayaran tenaga kerja, bergantung pada produktivitas marjinalnya
5. Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Apakah fungsi produksi menjelaskan bagaimana perekonomian aktual mengubah modal dan tenaga kerja menjadi GDP? Jawaban untuk pertanyaan ini muncul dari kolaborasi historis antara senator dan ahli matematika AS.
Paul Douglas adalah senator AS asal Illinois dari tahun 1949 sampai 1966. Pada tahun 1927, profesor ekonomi ini menemukan fakta mengejutkan: Pembagian pendapatan nasional di antara modal dan tenaga kerja tetap konstan selama periode yang panjang. Dengan kata lain, ketika perekonomian mengalami pertumbuhan yang mengesankan, pendapatan total pekerja dan pendapatan total pemilik modal tumbuh pada tingkat yang nyaris sama. Pengamatan ini membuat Douglas penasaran. la ingin mengetahui kondisi-kondisi apakah yang membuat pembagian faktor konstan ini terjadi.Douglas menanyakan pada Charles Cobb, seorang ahli matematika, fungsi produksi apakah, jika ada, yang akan menghasilkan pembagian faktor yang konstan jika faktor-faktor selalu menikmati produk marjinalnya. Fungsi produksi tersebut harus mempunyai unsur di mana
Pendapatan Modal = MPK × K = αY dan
Pendapatan Tenaga Kerja = MPL x L (1-a)Y, di mana a adalah konstanta antara nol dan satu yang mengukur bagian modal dari pendapatan. Yaitu, a menentukan berapa bagian pendapatan yang masuk ke modal dan berap a yang masuk ke tenaga kerja. Cobb menunjukkan bahwa fungsi dengan unsur ini adalah
F ( K , L)= A K
aL
1−adi mana A adalah parameter yang lebih besar dari nol yang mengukur produktivitas teknologi yang ada. Fungsi ini dikenal sebagai fungsi produksi Cobb-Douglas.
Mari kita lihat lebih dekat sebagian dari unsur dalam fungsi produksi ini. Pertama, fungsi produksi Cobb-Douglas memiliki skala hasil konstan. Yaitu, jika modal dan tenaga kerja meningkat dalam proporsi yang sama, maka output meningkat menurut proporsi yang sama pula. Selanjutnya, perhatikanlah produk marjinal untuk fungsi produksi Cobb-Douglas. Produk marjinal tenaga kerja adalah
MPL=(1− a) A K
aL
−adan produk marjinal modal adalah
MPK= a K
a−1L
1−aDari persamaan ini, dengan mengetahui bahwa a berada antara nol dan satu, kita bisa melihat apa yang menyebabkan produk marjinal dari kedua faktor berubah. Kenaikan dalam jumlah modal meningkatkan MPL dan mengurangi MPK. Demikian pula, kenaikan dalam jumlah tenaga kerja mengurangi MPL dan meningkatkan MPK. Perkembangan teknologi yang meningkatkan parameter A membuat produk marjinal kedua faktor produksi naik secara proporsional
Produk marjinal untuk fungsi produksi Cobb-Douglas bisa juga ditulis sebagai
MPL=( 1− a) Y / L
MPK= aY / K
MPL proporsional terhadap output per pekerja, dan MPK proporsional terhadap output per unit modal. Y/L disebut produktivitas tenaga kerja rata-rata, dan Y/K disebut produktivitas modal rata-rata. Jika fungsi produksi adalah Cobb-Douglas, maka produktivitas marjinal sebuah faktor proporsional terhadap produktivitas rata-ratanya.
Sekarang, kita bisa menegaskan bahwa jika faktor-faktor menikmati produk marjinalnya, maka parameter a tentu menyatakan berapa banyak pendapatan yang masuk ke tenaga kerja dan berapa banyak yang masuk ke modal. Tagihan upah total, yang kita lihat adalah MPL X L, adalah (1-a)Y. Karena itu, (1-a) adalalı bagian output yang dihasilkan tenaga kerja Demikian pula, pengembalian modal total, MPK × K, adalah aY, dan a adalah bagian output yang dihasilkan modal. Rasio pendapatan tenaga kerja terhadap pendapatan modal adalah (1 - a)/a konstan, seperti yang Douglas amati. Bagian faktor bergantung hanya pada parameter a, bukan pada jumlah modal atau tenaga kerja atau pada teknologi sebagaimana diukur parameter A.
C. Apa yang Menentukan permintaan terhadap Barang dan Jasa?
Kita telah mengetahui apa yang menentukan tingkat produksi dan bagaimana pendapatan dari produksi didistribusikan kepada para pekerja dan pemilik modal. Kita teruskan perjalanan dari diagram aliran sirkuler, Gambar 3-1, dan mengkaji bagaimana output dari produksi digunakan.
Pada Bab 2 kita mengidentifikasi empat komponen GDP:
➤ Konsumsi (C)
➤Investasi (1)
➤ Pembelian pemerintah (G)
➤ Ekspor neto (ΝΧ)
Diagram aliran sirkuler hanya menampilkan tiga komponen pertama. Sekarang, untuk me nyederhanakan analisis, kita asunisikan sebuah perekonomian tertutup (closed economy)
suatu negara yang tidak melakukan perdagangan dengan negara lain. Jadi, ekspor neto selalu nol. (Kita akan kaji makroekonomi dari perekonomian terbuka (open economy).
Perekonomian tertutup memiliki tiga penggunaan untuk barang dan jasa yang dihasilkannya. Tiga komponen GDP int ditunjukkan dalam identitas pos pendapatan nasional:
Y=C+1+G.
Rumah tangga mengkonsumsi sebagian output perekonomian; perusahaan dan rumah tangga menggunakan sebagian output untuk investasi; dan pemerintah membeli sebagian output untuk kepentingan publik. Kita akan lihat bagaimana GDP dialokasikan di antara ketiga penggunaan ini.
1. Konsumsi
Ketika kita menyantap makanan, mengenakan pakaian, atau pergi ke bioskop, kita meng konsumsi sebagian output perekonomian. Seluruh bentuk konsumsi bersama- sama membentuk duaperuga dari GDP. Karena konsumsi begitu besar, enaka para ahli makroekonomi meng habiskan banyak energi untuk mempelajari bagaimana rumah tangga memutuskan berapa banyak kensumainya. Bab 16 akan menelaah pekerjaan ini secara rinci. Sekarang kita kun kush perilaku konsumen yang paling sederhana.
Rumah tangga menerima pendapatan dari tenaga kerja dan modal yang mereka maliki, membayar pajak kepada pemerintah, dan kemudian memutuskan berapa banyak dari pendapatan setelah pajak digunakan untuk konsumsi dan berapa banyak yang ditabung Sebagaimana kita bahas pada Subbab 3-2, pendapatan yang diteruma rumah tangga sama dengan output perekonomian Y. Pemerintah kemudian menarik pajak dari rumah tangga sejumlah T (Meskipun pemerintah membebankan berbagai jenis pajak, seperti pajak penghasilan perseorangan dan pajak pendapatan perusahaan serta pajak penjualan, untuk tujuan penibahasan kita bisa menggabungkan semua jenis pajak ini).
Kita mendefinisikan pendapatan setelah pajak, Y-T, sebagai pendapatan disposabel (disposable income) atau pendapatan yang bisa dibelanjakan. Rumah tangga membagi pendapatan disposabelnya di antara komumsi dan tabungan.
Kita asumsikan tingkat konsumsi bergantung secara langsung pada tingkat disposable income atau pendapatan disposabel. Semakin tinggi disposable income, semakin besar konsumsi. Jadi,
C=C(Y-T).
Persamaan ini menyatakan bahwa konsumsi adalah fungsi darı disposable income.
Hubungan antara konsumsi dan disposable income disebut fungsi konsumsi (consumption function).
Kecenderungan mengkonsumsi marjinal (marginal propensity to consume, MPC) adalah jumlah perubahan konsumsi ketika pendapatan disposabel (disposable income) meningkat sampai satu dolar. Nilai MPC berkisar di antara nol dan satu: kenaikan pendapatan sebesar satu dolar akan meningkatkan konsumsi, tetapi peningkatannya akan kurang dari satu dolar. Jadi, jika rumah tangga memperoleh pendapatan tambahan sebesar satu dolar, mereka akan menabung sebagian dari pendapatan tambahan itu.
Misalnya, jika MPC adalah 0,7, maka rumah tangga mengeluarkan 70 sen dari setiap dolar tambahan disposable income untuk barang dan jasa serta menabung 30 sen.
Gambar 3-6 memperlihatkan fungsi konsumsi. Kemiringan fungsi konsumuı menunjukkan berapa banyak konsumsi meningkat ketika disposable income meningkat sebesar satu dolar. Sehingga, kemiringan fungsi konsumsi adalah MPC.
2. Investasi
Baik perusahaan maupun rumah tangga membeli barang-barang investasi.
Perusahaan membeli barang-barang investasi untuk menambah persediaan modalnya dan mengganti modal yang ada setelah habis dipakai. Rumah tangga membeli rumah baru, yang juga menjadi bagian dari investasi Investasi total di Amerika Serikat rata-rata sekitar 15 persen dari GDP.
Jumlah barang-barang modal yang diminta bergantung pada tingkat bunga yang meng- ukur biaya dari dana yang digunakan untuk membiayai investasi. Agar proyek investasi meng untungkan, hasilnya (penerimaan dari kenaikan produksi barang dan jasa masa depan) harus melebihi biayanya (pembayaran untuk dana pinjaman). Jika suku bunga meningkat, lebih sedikit proyek investasi yang menguntungkan, dan jumlah barang-barang investasi yang diminta akan turun.
Sebagai contoh, anggaplah suatu perusahaan sedang mempertimbangkan untuk mem- bangun pabrik serilai $1 juta yang akan menghasilkan pengembalian sebesar $100.000 per tahun, atau 10 persen. Perusahaan membandingkan pengembalian ini terhadap biaya meminjam dana sebesar $1 juta. Jika tingkat bunga kurang dari 10 persen, perusahaan itu meminjam uang dari pasar keuangan dan inelakukan investasi. Jika tingkat bunga di atas 10 persen, perusahaan akan meninggalkan peluang investasi itu dan tidak membangun gedung.
Perusahaan membuat keputusan investasi yang sama meskipun tidak perlu meminjam $1 juta, tetapi menggunakan dananya sendiri. Perusahaan akan selalu bisa menabung uangnya di bank atau di pasar uang dan memperoleh bunga. Membangun pabrik lebih menguntungkan ketimbang menabung, jika dan hanya jika tingkat bunga lebih kecil dari 10 persen pengembalian atas pabrik.
Seseorang yang ingin membeli rumah baru menghadapi keputusan yang serupa.
Semakin tinggi tingkat bunga, semakin besar biaya pemegangan hipotek. Hipotek sebesar $100.000 akan berbiaya $8.000 per tahun jika tingkat bunga adalah 8 persen dan $10.000 per tahun jika tingkat bunga adalah 10 persen. Bila tingkat bunga naik, biaya dari memiliki rumah akan naik, dan permintaan atas rumah baru akan turun.
Ketika mempelajari peran tingkat suku bunga dalam perekonomian, para ekonom membedakan antara tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil. Perbedaan ini adalah relevan ketika seluruh tingkat harga berubah. Tingkat bunga nominal (line) adalah tingkat bunga yang biasa dilaporkan: itulah tingkat bunga yang dibayar investor antak meminjam uang. Tingkat bunga riil (real interest rate) adalah tingkat bunga rominal yang dikoreksi untuk menghilangkan pengaruh inftasi. Jika tingkat bunga nominal adviah 8 persen dan tingkat inflasi adalah 3 persen, maka tingkat bunga riil adalah 5 persen. Pada Bab 4 kita akan membahas hubungan antara tingkat bungs nominal dan tingkat bunga riil secara rinci Saat ini, kita cukup menyatakan bahwa tingkat bunga riil mengukur biaya pinjaman yang sebenarnya dan, dengan demikian, menentukan jumlah investasi.
Kita bisa meringkas diskusi ini dengan persamaan yang mengaitkan investasi I pada ungikat bunga riil r.
1=1(r).
Gambar 3-7 menunjukkan fungsi investasi ini. Fungsi itu berbentuk miring ke bawah/ menurun ke kanan, karena ketika tingkat bunga naik, jumlah investasi yang diminta turun.
3. Pembelian Pemerintah
Pembelian pemerintah atau belanja pemerintah adalah komponen ketiga dari permintaan terhadap barang dan jasa. Pemerintah pusat membeli senjata, peluru kendali, dan jasa pegawai pemerintah. Pemerintah lokal membeli buku-buku untuk perpustakaan, membangun gedung-gedung, dan mempekerjakan para guru. Pemerintah di semua tingkat membuat jalan dan pekerjaan publik lainnya. Seluruh transaksi ini membentuk pembelian barang dan jasa pemerintah, yang jumlahnya sekitar 20 persen dari GDP di Amerika Serikat.
Pembelian ini hanyalah salah satu jenis pengeluaran pemerintah. Jenis pengeluaran lain adalah pembayaran transfer kepada rumah tangga, seperti tunjangan kesejahteraan untuk orang- orang miskin dan pembayaran Jaminan Sosial untuk kaum lansia. Tidak seperti pembelian pemerintah, pembayaran transfer tidak dilakukan dalam pertukaran dengan sebagian output barang dan jasa perekonomian. Karena itu, pembayaran transfer tidak termasuk dalam variabel G.
Pembayaran transfer mempengaruhi permintaan terhadap barang dan jasa secara langsung. Pembayaran transfer adalah lawan dari pajak: pembayaran transfer meningkatkan disposable income rumah tangga, sedangkan pajak mengurangi disposable inramie Jadi, peningkatan pembayaran transfer didanai oleh peningkatan pajak sehingga disposable income tidak berubah. Sekarang kita bisa merevisi definisi T' kita menjadi pajak dikurangi pembayaran transfer. Disposable income, y - T, termasuk dampak negatif pajak dan dampak positif pembayaran transfer.
Jika pemerintah membeli pajak dikurangi transfer, maka G = T, dan pemerintah memiliki anggaran yang berimbang. Jika G melebihi T, pemerintah mengalami defisit
anggaran, yang didanai dengan menerbitkan surat utang pemerintah-yaitu, dengan meminjam dari pasar keuangan Jika G kurang dari T. pemerintah mengalami surplus anggonın, yang bisa digunakan untuk melunasi utang-utangnya.
Di sini kita tidak mencoba menjelaskan proses politis yang mengarah ke kebijakan fiskal tertentu yaitu, pada tingkat pembelian pemerintah pajak. Jadi, kita anggap pembelian pemerintah sebagai variabel eksogen. Untuk menyatakan variabel ini adalah tetap di luar model pendapatan nasional, kita dapat menulis
G =
G . ´
T =T ´
.Namun demikian, perlu dikaji dampak kebijakan fiskal terhadap variabel-variabel yang ditentukan dalam model, yaitu variabel endogen. Variabel endogen di sini adalah konsuma, investasi, dan tingkat bunga. Untuk melihat bagaimana variabel eksogen mempengaruhi variabel endogen, kita harus melengkapi model tersebut.
D. Apa yang Membuat Permintaan dan Penawaran terhadap Barang dan Jasa ke dalam Ekuilibrium?
Sekarang kita membuat lingkaran penuh dalam menelusuri diagram aliran sirkuler, Gambar 3.1. Kata telah mengawalinya dengan membahas penawaran terhadap barang dan jasa, dan baru saja membahas permintaannya. Bagaimana kita bisa merasa yakin bahwa seluruh aliran ini seimbang? Dengan kata lain, apa yang menjamin bahwa jumlah konsumsi, investasi, dan pembelian pemerintah sama dengan jumlah output yang diproduksi? Kita akan melihat baliwa dalam model klasik ini, tingkat bunga memiliki peran penting dalam menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
Ada dua cara untuk mengetahui peran tingkat bunga dalam perekonomian. Kita bisa melihat bagaimana tingkat bunga mempengaruhi penawaran dan permintaan terhadap barang dan jasa. Atau kita bisa melihat bagaimana tingkat bunga mempengaruhi penawaran dan permintaan terhadap dana pinjaman. Sebagaimana kita akan lihat, dua pendekatan ini adalah dua sisi dari mata uang yang sama.
Ekuilibrium di Pasar Barang dan Jasa:
Penawaran dan Permintaan terhadap Output Perekonomian
Persamaan berikut meringkas pembahasan tentang permintaan akan barang dan jasa pada Subbab 3-3:
y = C+I+G C = C (Y-T).
I = I (r).
G =
G ´
T =T ´
Permintaan terhadap output perekonomian berasal dari konsumsi, investasi, dan pembelian pemerintah. Konsumsi bergantung pada disposable income atau pendapatan disposabel;
investasi bergantung pada tingkar bunga riil; serta pembelian pemerintah dan pajak adalah variabel eksogen yang ditetapkan oleh para pembuat kebijakan fiskal.
Mari kita tambahkan apa yang telah kita pelajari tentang penawaran terhadap barang dan jasa pada Subbab 3-1 ke dalam analisis ini. Di sana kita lihat bahwa faktor-faktor produksi dan fungsi produksi menentukan jumlah output yang ditawarkan ke dalam perekonomian:
Y=F(
F ´
,K ´
) =Y ´
Sekarang kita gabungkan persamaan yang menjelaskan penawaran dan permintaan terhadap output ini. Jika kita mengganti fungsi konsumsi dan fungsi investasi menjadi identitas pos pendapatan nasional, kita dapatkan
Y – C (Y – T) + I(r) + G.
Karena variabel G dan T ditetapkan oleh kebijakan, dan Tingkat output Y ditetapkan oleh faktor-faktor produksi dan fungsi produksi, kita tulis
Y ´
= C(Y ´
-T ´
) + I(r) +G ´
.Persamaan ini menyatakan bahwa penawaran output sama dengan permintaannya, yang merupakan jumlah konsumsi, investasi, dan pembelian pemerintah.
Perhatikanlah, Tingkat bunga r adalah satu-satunya variabel yang tidak ditentukan dalam persamaan terakhir. Ini karena Tingkat bunga masih memainkan peran penting: Tingkat bunga harus disesuaikan untuk menjamin bahwa permintaan terhadap barang dan jasa sama dengan penawarannya. Semakin besar Tingkat bunga, semakin rendah Tingkat investasinya, dan karenanya semakin rendah permintaan terhadap barang dan jasa, C + I + G. Jika Tingkat bunga terlalu tinggi, investasi terlalu rendah, dan permintaan terhadap output akan lebih rendah dari penawarannya. Jika Tingkat bunga terlalu rendah, investasi terlalu tinggi, dan permintaan akan melebihi penawarannya. Pada Tingkat bunga ekuilibrium , permintaan untuk barang dan jasa sama dengan penawarannya.
Kesimpulan ini kelihatan seperti suatu misteri: Bagaimana Tingkat bunga akan sampai pada Tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan terhadap barang dan jasa?
Cara terbaik untuk menjawab pertanyaan ini adalah melihat bagaimana pasar keuangan memiliki peran dalam cerita ini.
Ekuilibrium dipasar uang:
Penawaran dan Permintaan terhadap Dana Pinjaman
Karena tingkat bunga merupakan biaya pinjaman dan pengembalian karena meminjamkan dana ke pasar keuangan, maka kita bisa lebih baik memahami peran dari tingkat bunga dalam perekonomian dengan mengkaji pasar uang. Untuk itu, kita tulis kembali identitas pos pendapatan nasional menjadi
Y-C-G= I.
Y-C-G adalah output yang tersisa setelah permintaan konsumen dan pemerintah dipenuhi: inilah yang disebut tabungan nasional (national saving) atau ringkasnya tabungan (saving, S). Dalam bentuk ini, identitas pos pendapatan nasional menunjukkan bahwa tabungan sama dengan investasi.
Untuk memahami identitas ini secara lebih lengkap, kita bisa memecah tabungan nasional menjadi dua-satu bagian menunjukkan tabungan dari sektor swasta dan yang lain menunjukkan tabungan pemerintah:
S=(Y-T-C)+(TG) = 1
(Y - T - C) adalah disposable income dikurangi konsumsi, yang merupakan tabungan swasta (private saving). Dan (TG) adalah penerimaan pemerintah dikurangi pengeluaran pemerintah, yaitu tabungan publik (public saving). (Jika pengeluaran pemerintah melebihi penerimaannya, pemerintah mengalami defisit anggaran, dan tabungan publik adalah negatif). Tabungan nasional adalah jumlah tabungan swasta dan publik. Diagram aliran sirkuler dalam Gambar 3-1 menunjukkan interpretasi dari persamaan ini: persamaan ini menyatakan bahwa aliran ke pasar keuangan (tabungan swasta dan tabungan publik) harus menyeimbangkan arus keluar dari pasar keuangan (investasi).
Untuk melihat bagaimana tingkat bunga menyeimbangkan pasar keuangan, substitusikan fungsi konsumsi dan fungsi investasi ke dalam identitas pos pendapatan nasional:
Y- C (Y-T) – G = I(r)
Selanjutnya, nyatakan bahwa G da T ditetapkan oleh kebijakan serta Y ditetapkan oleh faktor- faktor produksi dan fungsi produksi.
Y ´
– C(Y ´
-T ´
) –G ´
= I(r)S ´
= I(r)Sisi kiri dari persamaan ini menunjukkan bahwa tabungan nasional bergantung pada pendapatan Y dan variabel kebijakan fiskal G dan T. Untuk nilai tetap Y, G, dan T, tabungan nasional S juga tetap. Sisi kanan persamaan menunjukkan bahwa investasi bergantung pada tingkat bunga.
Gambar 3-8 menampilkan tabungan dan investasi sebagai fungsi dari tingkat bunga. Fungsi tabungan adalah garis vertikal karena dalam model ini tabungan tidak bergantung pada tingkat bunga (meskipun kita gunakan asumsi ini kemudian)Fungsi investasi miring ke bawah: semakin tinggi tingkat bunga, semakin sedikit proyek investasi yang menguntungkan. Sekilas, gambar ini seperti kurva penawaran dan permintaan barang tertentu. Nyatanya, tabungan dan investasi bisa diinterpretasikan dalam kaidah penawaran dan permintaan. Dalam kasus ini, "barang"
adalah dana pinjaman (loanable funds), dan "harga" adalah tingkat bunga. Tabungan adalah penawaran dari dana pinjaman rumah tangga meminjamkan tabungan mereka kepada investor atau menabungnya di bank yang kemudian meminjamkan dana itu ke pihak lain. Investasi adalah permintaan terhadap dana pinjaman investor meminjam dari publik secara langsung dengan menjual obligasi atau secara tidak langung dengan meminjam dari bank. Karena investasi bergantung pada tingkat bunga, jumlah dana pinjaman juga ber- gantung pada tingkat bunga.
Tingkat bunga menyesuaikan sampai jumlah perusahaan yang ingin menanamkan modal sama dengan jumlah rumah tangga yang ingin menabung. Jika tingkat bunga terlalu rendah, investor menginginkan output perekonomian lebih banyak ketimbang rumah tangga yang ingin menabung. Dengan kata lain, jumlah dana pinjaman yang diminta melebihi jumlah yang ditawarkan. Bila ini terjadi, tingkat bunga meningkat. Sebaliknya, jika tingkat bunga terlalu tinggi, rumah tangga ingin menabung lebih banyak ketimbang perusahaan yang ingin
menanamkan modal; karena jumlah dana pinjaman yang ditawarkan lebih besar ketimbang jumlah yang diinginkan, tingkat bunga turun. Tingkat bunga keseimbangan berada di perpotongan kedua kurva itu. Pada tingkat bunga ekuilibrium, hasrat rumah tangga untuk menabung seimbang dengan hasrat perusahaan untuk menanamkan modal dan jumlah dana pinjaman yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta.
Perubahan dalam Tabungan: Dampak Kebijakan Fiskal
Kita dapat menggunakan model kita untuk menunjukkan bagaimana kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian. Ketika pemerintah mengubah pengeluaran atau tingkat pajaknya, perubahan itu mempengaruhi permintaan terhadap output barang dan jasa perekonomian serta mengubah tabungan nasional, investasi, dan tingkat bunga ekuilibrium.
Peningkatan Pembelian Pemerintah Pertama, perhatikanlah dampak dari kenaikan pembelian/belanja pemerintah sebesar AG. Dampak langsungnya adalah meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa sebesar AG. Tetapi karena output total tetap, maka kenaikan pembelian/belanja pemerintah harus dipenuhi melalui penurunan dalam beberapa kategori permintaan lain. Karena disposable income YT tidak berubah, konsumsi C tidak berubah. Kenaikan pembelian pemerintah harus dipenuhi melalui penurunan investasi dalam jumlah yang sama.
Agar investasi turun, tingkat bunga harus naik. Jadi, kenaikan pembelian pemerintah menyebabkan tingkat bunga meningkat dan investasi turun. Pembelian pemerintah dikatakan crowd out investasi.
Untuk memahami dampak peningkatan pembelian pemerintah, perhatikanlah pengaruhnya terhadap pasar dana pinjaman. Karena peningkatan pembelian pemerintah tidak dikaitkan dengan peningkatan pajak, maka pemerintah mendanai pengeluaran tambahan dengan meminjam yaitu, dengan mengurangi tabungan publik. Karena tabungan publik tidak berubah, maka pinjaman pemerintah ini akan mengurangi tabungan nasional. Sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 3-9, penurunan tabungan nasional ditunjukkan oleh pergeseran ke kiri dalam penawaran dana pinjaman yang tersedia untuk investasi. Pada tingkat bunga awal, permintaan terhadap pinjaman melebihi penawarannya. Tingkat bunga ekuilibrium meningkat ke titik di mana kurva investasi memotong kurva tabungan yang baru. Jadi, peningkatan dalam pembelian pemerintah menyebabkan tingkat bunga meningkat dari r1 ke r2.
Perang dan Tingkat Bunga di Inggris 1730-1920
Perang adalah trauma bagi mereka yang berperang maupun perekonomian suatu negara. Karena perubahan ekonomi yang terkait dengan peperangan seringkali sangat besar, perang memberikan pengalaman alami yang bisa digunakan para ekonom untuk menguji teorinya.
Kita akan mempelajari perekonomian dengan melihat bagaimana dalam masa- masa perang variabel endogen menanggapi perubahan-perubahan besar dalam variabel eksogen.
Satu variabel eksogen yang berubah secara mencolok pada masa perang adalah tingkat pembelian pemerintah. Gambar 3-10 menunjukkan belanja militer sebagai persentase GDP untuk Inggris dari tahun 1730 sampai 1919. Grafik ini menunjukkan, seperti sudah diduga, bahwa pembelian pemerintah melonjak tiba-tiba dan secara dramatis selama delapan kali perang dari periode ini.
Model kita memprediksi bahwa masa perang ini meningkatkan pembelian pemerintah dan peningkatan utang pemerintah untuk membiayai perang seharusnya meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa, mengurangi penawaran dana pinjaman, dan meningkatkan tingkat bunga. Untuk menguji prediksi ini, Gambar 3-10 juga menunjukkan tingkat bunga atas obligasi jangka panjang pemerintah, disebut consol di Inggris. Hubungan positif di antara pembelian militer dan tingkat bunga ditampilkan dalam gambar ini. Data ini mendukung prediksi model: tingkat bunga cenderung meningkat ketika pembelian pemerintah naik.
Salah satu masalah dengan menggunakan perang untuk menguji teori adalah banyak perubahan ekonomi yang mungkin terjadi pada saat yang sama. Misalnya, dalam Perang Dunia II, ketika pembelian pemerintah meningkat secara dramatis, penjatahan juga membatasi konsumsi dari banyak barang. Selain itu, risiko kekalahan dalam perang dan kegagalan pemerintah membayar utang-utangnya turut mendongkrak tingkat bunga yang harus dibayar. Model-model ekonomi memprediksi apa yang terjadi ketika satu
variabel eksogen berubah dan seluruh variabel eksogen lain tetap konstan. Namun, di dunia nyata, banyak variabel eksogen bisa berubah pada saat yang sama. Tidak seperti eksperimen laboratorium terkontrol, pengalaman alami yang menjadi sandaran para ekonom tidak selalu mudah untuk diinterpretasikan.
Penurunan Pajak Sekarang perhatikanlah penurunan pajak sebesar AT. Dampak langsung dari pemotongan pajak itu adalah peningkatan disposable income dan dengan demikan peningkatan konsumsi. Disposable income naik sebesar AT, dan konsumsi meningkat sebesar jumlah yang sama dengan AT dikali kecenderungan mengkonsumsi marjinal MPC. Semakin tinggi MPC, semakin besar dampak pemotongan pajak terhadap konsumsi.
Karena output perekonomian ditetapkan oleh faktor-faktor produksi dan tingkat pembelian pemerintah ditetapkan oleh pemerintah, kenaikan konsumsi harus diimbangi dengan penurunan investasi. Karena investasi turun, tingkat bunga akan naik. Jadi, penurunan pajak, seperti kenaikan pembelian pemerintah, meng-crowd out (membatasi) investasi dan meningkatkan tingkat bunga.
Kita juga bisa menganalisis dampak dari pemotongan pajak dengan menelaah tabungan dan investasi. Karena pemotongan pajak meningkatkan disposable income sebesar AT, konsumsi meningkat sampai MPCX AT. Tabungan nasional S, yang sama dengan Y - C - G, turun sejumlah kenaikan konsumsi. Seperti dalam Gambar 3-9, penurunan tabungan menggeser penawaran dana pinjaman ke kiri, yang meningkatkan tingkat bunga ekulibrium dan meng crowd out investasi.
Perubahan Permintaan Investasi
Kita telah membahas bagaimana kebijakan fiskal bisa mengubah tabungan nasional.
Kita juga bisa menggunakan model kita untuk mengkaji sisi lain pasar permintaan
terhadap investasi. Dalam bagian ini, kita melihat penyebab dan pengaruh dari perubahan-perubahan dalam permintaan investasi.
Salah satu alasan yang bisa meningkatkan permintaan investasi adalah inovasi teknologi. Anggaplah, misalnya, seseorang menemukan teknologi baru, seperti jalan tol atau komputer. Sebelum menikmati manfaat inovasi ini, perusahaan dan rumah tangga harus membayar barang- barang investasi. Penemuan jalan tol tidak bernilai sampai mobil-mobil diproduksi dan jalur jalan dibuat, Gagasan tentang komputer tidak produktif sampai komputer diproduksi. Jadi, inovasi teknologi akan meningkatkan permintaan investasi.
Permintaan investasi juga bisa berubah karena pemerintah mendorong atau membatasi investası melalui undang-undang pajak. Sebagai contoh, anggaplah pemerintah menaikkan pajak pendapatan perseorangan dan menggunakan penerimaan tambahan tersebut untuk mengurangi pajak bagi orang-orang yang ingin mengınvestasikan dananya ke dalam modal baru. Perubahan dalam undang-undang pajak seperti itu membuat banyak proyek investasi lebih menguntungkan dan, seperti inovasi teknologi, meningkatkan permintaan akan barang-barang investasi. Gambar 3-11 menunjukkan dampak dari kenaikan permintaan investasi. Pada tingkat bunga berapa pun, permintaan terhadap barang-barang investasi (dan juga untuk dana pinjaman) adalah lebih tinggi.
Kenaikan permintaan ini ditunjukkan oleh pergeseran kurva investasi ke kanan.
Perekonomian bergerak dari ekulibrium yang lama, titik A, ke ekuilibrium baru, titik B.
Dampak yang mengejutkan dari Gambar 3-11 adalah bahwa jumlah investasi ekulibrium tidak berubah. Dalam asumsi kita, tingkat tabungan yang tetap menentukan jumlah investasi; dengan kata lain, terdapat penawaran dana pinjaman dalam jumlah tetap.
Peningkatan dalam permintaan investasi hanya meningkatkan tingkat bunga ekuilibrium.
Namun, kita akan memperoleh kesimpulan yang berbeda, jika kita memodifikasi fungsi konsumsi sederhana kita dan memungkinkan konsumsi (dan sisi di baliknya, tabungan) bergantung pada tingkat bunga. Karena tingkat bunga merupakan hasil tabungan (seperti halnya biaya pinjaman), maka tingkat bunga yang semakin tinggi mengurangi konsumsi dan meningkatkan tabungan. Jika demikian, kurva tabungan akan miring ke atas, seperti dalam Gambar 3-11, bukan tegak lurus.
Dengan kurva tabungan yang miring ke atas, kenaikan permintaan investasi akan meningkatkan tingkat bunga ekuilibrium maupun jumlah investasi ekuilibrium. Gambar 3- 12 menunjukkan perubahan seperti itu. Kenaikan tingkat bunga menyebabkan rumah tangga mengkonsumsi lebih sedikit dan menabung lebih banyak. Penurunan konsumsi membuat sumber daya bisa diinvestasikan.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Dalam bab ini kita telah mengembangkan model yang menjelaskan produksi, distribusi, dan alokasi output barang dan jasa perekonomian. Model itu didasarkan pada asumsi klasik bahwa harga menyesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Pada model ini, harga faktor produksi menyeimbangkan pasar faktor produksi, dan tingkat bunga menyeimbangkan penawaran dan permintaan terhadap barang dan jasa (atau penawaran dan permintaan terhadap dana pinjaman). Karena mengaitkan seluruh interaksi yang ditunjukkan dalam diagram aliran sirkuler pada Gambar 3-1, model itu disebut model ekuilibrium umum (general equilibrium model).
Seluruh bab ini membahas berbagai aplikasi dari model tersebut. Model tersebut bisa menjelaskan bagaimana pendapatan dibagi di antara faktor-faktor produksi dan bagaimana harga faktor bergantung pada penawaran faktor. Kita juga menggunakan model itu untuk membahas bagaimana kebijakan fiskal mengubah alokasi output di antara penggunaan alternatifnya-konsumsı, investasi, dan pembelian pemerintah-dan bagaimana kebijakan fiskal mempengaruhi tingkat bunga ekuilibrium.
Pada titik ini, adalah bermanfaat untuk mengkaji beberapa asumsi penyederhanaan yang telah kita buat dalam bab ini. Pada bab-bab berikutnya, kita akan meninggalkan asumsi- asumsi ini untuk menjawab rentang pertanyaan yang lebih besar.
B. SARAN
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.
DAFTAR PUSTAKA
Mankie, N,. Gregory. Makroekonomi, Jakarta : Erlangga. 2009