Asas Legalitas
Kejahatan dan Pelanggaran
Penafsiran Tindak Pidana
Locus dan Tempus Delicti
Tanggungjawab Tindak Pidana
Asas Legalitas Kejahatan dan Pelanggaran
Penafsiran Tindak Pidana
“Nullum delictum nulla poena sine praevia lege”
Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam pidana apabila tidak ditentukan terlebih
dahulu dalam peraturan perundang-undangan.
Fungsi: 1. Tidak ada pemidanaan kecuali atas dasar undang- undang;
2. Tidak ada perbuatan pidana yang tidak dituntut.
• Tidak boleh dihukum apabila tidak diatur
• Tidak boleh gunakan analogi/kiasan
• Tidak boleh berlaku surut
Menimbulkan kepastian hukum, sehingga seseorang akan merasa aman dan tidak ragu berbuat sesuatu.
Terhadap suatu perbuatan yang tidak merupakan tindak pidana, diterapkan ketentuan tindak pidana lain yang mempunyai sifat atau bentuk yang sama.
Tindakan yang memenuhi rumusan delik dilakukan sebelum berlakunya ketentuan terkait, maka tidak dapat dituntut dan dimintai pertanggungjawaban pidana.
KUHP LAMA :
KUHP BARU :
Dengan diberlakukannya hukum yang hidup dalam Masyarakat maka seseorang patut dipidana meski tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Sehingga, antara Keadilan Hukum dan Kepastian Hukum tidak akan bisa hidup berdampingan dengan adanya ketentuan ini.
Penjelasan Pasal 2 KUHP Baru:
Asas Legalitas Kejahatan dan Pelanggaran
Penafsiran Tindak Pidana
Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang No. 8/2020
Adanya Hukum yang Hidup dalam Masyarakat tidak dapat dikatakan sebagai Perluasan Asas Legalitas, karena hal tersebut bersifat kontradiktif. Perluasan atau Pengecualian Asas Legalitas hanya dapat dilakukan pada Pelanggaran HAM Berat, yang bahkan terhadap hal tetrsebut saja masih diharuskan ketentuan khusus yang mengatur seputar definisi sampai jenis-jenis kejahatan apa saja yang termasuk kedalamnya.
Kejahatan (misdrijve), yaitu suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan Pelanggaran (overtredingen), yaitu perbuatan tingkah laku yang selain merugikan si penderita, juga sangat merugikan Masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman, dan ketertiban. (R.
Soesilo, 2013)
Kuantitatif:
Kejahatan dikatakan sebagai
“rechtsedelicten”, yaitu perbuatan- perbuatan meskipun tidak ditentukan dalam undang-undang, sebagai perbuatan pidana, namun telah dirasakan sebagai “onrecht”, yaitu sebagai perbuatan yang bertentangan dengan tata hukum.