ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA PADA KELUARGA TN. W DAN NY. N
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan
Dosen Pengampu : Mundarti, S.Pd, S.SiT, M.Kes
Disusun Oleh :
Berta Ayunika Suratno (P1337424522049)
KELAS CITRUS
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2025
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ilmiah pada Puskesmas Tretep, Temanggung telah diperiksa dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Magelang, 2025 Pembimbing Klinik Praktikan
Sri Rejeki, S.Tr.Keb, Bdn Berta Ayunika Suratno NIP. 197606122007012015 NIM. P1337424522049
Mengetahui, Pembimbing Askeb
Mundarti, S.Pd, S.SiT, M.Kes NIP. 19651016 198903 2 002
Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Tn. W Fokus Pada Ny. N
Tentang Ketidaktahuan Ibu Terhadap Cara Merangsang Produksi ASI yang Banyak dan Teknik Menyusui yang Benar dengan Kondisi Putting Susu Mendatar
Di Desa Tretep, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung
A. PENGKAJIAN DATA 1. Identitas Umum Keluarga
Identitas Kepala Keluarga Nama : Tn. W Umur : 27 tahun Agama : Islam Suku : Jawa Pendidikan : SD Pekerjaan : Petani
Alamat : Dusun Tretep RT 02/ RW 01, Desa Tretep, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung
Komposisi anggota Keluarga No Nama L/P Usia
(th/bln)
Hub.Klg Pendidikan Pekerjaan Status Kesehatan**
Sehat/sakit/meninggal 1 Tn.
W
L 27 th Suami SD Petani Sehat
2 Ny. N P 22 th Istri SMP IRT Sehat
3 By. A L 10 Hari Anak Kandung
- - Sehat
Genogram:
Tipe keluarga
a. Jenis type keluarga : nuclear family
b. Masalah yang terjadi dengan type tersebut : Ny. N tidak mengetahui pentingnya Teknik Menyusui yang baik dan benar karena Ny. N menganggap tidak ada hubungan antara teknik menyusui dengan bayinya yang enggan menyusu dan ia belum mengetahui cara meningkatkan produksi ASI.
c. Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : tidak ada
Tn.
W Ny.
N
By. A
d. Status sosial dan Ekonomi Keluarga : suami memiliki pendapatan, suami bekerja sebagai petani dan mengatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.
e. Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga
• Tahap perkembangan keluarga saat ini : Saat ini keluarga dalam tahap perkembangan keluarga yang sedang mengasuh anak. By. A yang berumur 10 hari.
• Tugas perkembangan yang belum tercapai : tidak ada
• Riwayat kesehatan Keluarga dahulu : ibu mengatakan dirinya maupun anggota keluarga tidak sedang atau tidak mempunyai riwayat penyakit menular ataupun menurun, seperti jantung, hipertensi, asma, TBC, DM, hypertiroid, Kista ovarium, mioma uteri, HIV/AIDS, hepatitis B, sifilis, dan gonorhoe.
• Riwayat kesehatan keluarga : Ini merupakan anak pertamanya yang berusia 10 hari, bayi mendapatkan ASI eksklusif tapi bayi menyusu dari payudara ibu hanya sebentar saja dan saat ini nutrisi didapatkan dari ASI pumping dan susu formula.
f. Riwayat Persalinan : Anak pertama ditolong oleh bidan secara pervaginam.
Data lingkungan
Karakteristik rumah:
a. luas rumah 20 x 20 meter, memiliki 3 kamar tidur, 1 KM, 2 ruang keluarga sekaligus sebagai ruang tv dan 1 ruang tamu, 1 dapur, perabotan terawat, lantai dari keramik. Sumber air bersih berasal dari sumur bor dan PDAM, SPAL tertutup langsung ke spiteng.
b. Keluarga Tn. W menempati rumah miliknya bersama Ny. N serta anaknya, dinding rumah terbuat dari batu bata, lantai dari semen, atap terbuat dari genteng, ada ventilasi dan jendela, ada pintu, penerangan menggunakan listrik. Alat masak menggunakan kompor dan alat eletronik lainnya.
c. Jamban keluarga : keluarga mempunyai jamban sendiri, jenis jamban closet jongkok.
d. Kamar mandi : memiliki kamar mandi, konsidi baik, bersih dan terawat e. Kandang Ternak : tidak mempunyai kandang ternak di luar rumah
Denah Rumah
Keterangan :
1. Halaman Tanaman 2. Garasi
3. Ruang Tamu 4. Kamar Tidur 1 5. Ruang Keluarga 6. Kamar Tidur 2 7. Dapur
8. WC
9. Kamar Tidur 3
2 3
1 4 5 8
6 9
7
Karakteristik tetangga dan komunitasnya :
Kebiasaan di lingkungan tetangga tidak ada aturan yang mengikat, hubugan antar tetangga baik dan harmonis, sudah dianggap seperti keluarga.
Mobilitas geografis keluarga : sudah sejak menikah pada tahun 2024 keluarga menempati rumah miliknya tersebut yang ditinggali Tn. W dan Ny. N serta anaknya.
Waktu yang digunakan keluarga untuk berinteraksi antar anggota keluarga yaitu setiap hari setelah Tn. W pulang bertani di sore hingga malam hari.
Struktur keluarga
a. Dalam sehari-hari keluarga berkomunikasi menggunakan bahasa yaitu bahasa jawa.
b. Struktur kekuatan keluarga
Anggota keluarga memiliki BPJS ataupun asuransi kesehatan.
Dalam mengambil keputusan yang paling berpengaruh adalah suami dengan berdiskusi musyawarah mufakat bersama anggota keluarga besar.
c. Struktur peran
Peran suami adalah mencari nafkah utama dengan bekerja sebagai petani.
Peran istri adalah sebagai ibu rumah tangga, mengurus anak.
Peran By. A belum memiliki peran d. Nilai atau norma keluarga
Keluarga memiliki pengetahuan yang kurang tentang kesehatan, dilihat dari tingkat pendidikan keluarga yang hampir semua hanya tamatan SD ataupun SMP. Keluarga ibu tidak menyadari bahwa teknik menyusui ibu yang salah dapat menyebabkan lecet putting dan produksi ASI nya kurang sehingga bayinya enggan menyusu langsung kepada ibunya.
Fungsi keluarga a. Fungsi reproduksi
Keluarga belum merencanakan ingin memiliki anak lagi, Ibu mengatakan dirinya belum memikirkan untuk menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun saat ini ibu sedang mencoba MAL, ibu berencana menggunakan KB suntik setelah MAL.
b. Fungsi sosialisasi
Sebelum hamil dan sesudah hamil waktu ibu lebih sering dihabiskan di rumah dan bersosialisasi dengan tetangganya.
c. Fungsi afeksi
Antar anggota keluarga saling menghargai dan menyayangi satu sama lain. Apabila Ny. N sedang melakukan pekerjaan rumah dan Tn. W sedang tidak pergi bertani maka By. A diasuh oleh TN. W.
d. Fungsi proteksi
Masing-masing anggota keluarga mempunyai BPJS.
e. Fungsi kesehatan
Keluarga Tn. W dan anggota keluarganya selalu mengusahakan untuk pengobatan mandiri terlebih dahulu menggunakan obat-obatan tradisional, apabila tidak tertangani maka memeriksakan kesehatanya ke tenaga kesehatan apabila sudah mengganggu kesehatannya.
6. Stres dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang
Takut jika By.A menyusunya kurang akan menghambat tumbuh kembangnya.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Ibu mengatakan menggunakan metode amenore laktasi (MAL) dan tidak melakukan hubungan seksual hingga masa nifas berakhir dan berencana menggunakan KB suntik.
c. Strategi koping yang digunakan
Ibu selalu mendiskusikan dengan suami bila ingin mengambil keputusan atau ada masalah.
PEMERIKSAAN FISIK SETIAP ANGGOTA KELUARGA Pemeriksaan Fisik Tn. W
a) Pemeriksaan Umum 1) Keadaan Umum : baik 2) Kesadaran : composmentis 3) Vital sign
TD : 127/82 mmHg
Nadi : 80 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 360C b) Status Present
Kepala : mesocephal, rambut hitam, kulit rambut bersih Muka : simetris, bulat, tidak pucat
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, tidak anemis Hidung : simetris, bersih, tidak ada polip
Mulut : simetris, bibir lembap, bibir tidak sumbing
Telinga : simetris, bersih, tidak terdapat pengeluaran serumen.
Leher : terdapat jakun, tidak terdapar pembengkakan pada kelenjar limfe, tiroid, vena jugularis
Dada : bidang, tidak terdapat suara ronkhi, tidak terdapat retraksi dinding dada
Abdomen : tidak buncit dan tidak terdapat bekas luka operasi.
Ekstremitas :tangan dan kaki tidak oedem, tidak ada varises.
Pengkajian Ny. N
Nama : Ny. N
Umur : 22 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pekerjaan : IRT
Alamat rumah : Dusun Tretep RT 02/ RW 01, Desa Tretep, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung
a. Data Subyektif
1. Keluhan Umum : Ny. N mengatakan putingnya mendelep/ masuk ke dalam sehingga ibu tidak dapat menyusui bayinya secara langsung dan ASI nya tidak banyak sehingga bayinya tidak mendapatkan cukup ASI.
2. Riwayat Kesehatan
a) Dahulu : Ny. N mengatakan belum dan tidak pernah menderita penyakit menular atau penyakit kronis seperti Asma, Herpes, TBC, HIV/AIDS, dll b) Sekarang : Ny. N mengatakan bahwa sekarang dirinya sehat dan pernah atau
sedang menderita penyakit parah.
c) Keluarga : Ny. N mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menurun ataupun menular atau kronis seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, Asma, penyakit ginjal, HIV/AIDS, dll
3. Riwayat Perkawinan
a) Usia perkawinan : 21 tahun b) Lama perkawinan : 1 tahun c) Status nikah : sah 4. Pola Kebiasaan sehari-hari
a) Pola Nutrisi
ibu mengatakan selama masa nifas dan meyusui, makan 3 kali sehari dengan porsi sedang. Dengan jenis nasi, lauk, dan sayur. Minum 8-9 gelas perhari dengan jenis air putih.
b) Pola Eliminasi
ibu mengatakan BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek, BAK 6-7 Kali sehari jernih.
c) Personal Higiene
ibu mengatakan mandi 2 kali sehari pagi dan sore. Ganti pakaian 2 kali sehari ketika sehabis mandi dan pakaian dalam 3 kali sehari.
d) Aktivitas
ibu mengatakan sudah melakukan aktivitas seperti biasanya seperti mencuci baju, menyapu, dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya dengan dibantu suaminya.
e) Pola Istirahat dan Tidur
ibu mengatakan tidurnya sudah mulai teratur, hanya saja ketika malam sesekali bangun untuk menyusui bayinya dan mengganti popoknya ketika bayi BAB ataupun BAK.
b. Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum 1) Keadaan umum: baik
2) Kesadaran: composmentis 3) Vital Sign
TD: 117/ 80 mmHg Nadi: 80 x/menit RR: 20 x/menit Suhu: 36,50C b) Status Present
Kepala : mesocephal, rambut hitam, kulit rambut bersih Muka : simetris, tidak pucat, tidak ada oedem
Mata : simetris, konjungtiva merah muda/pecat, sclera putih/kuning Hidung : simetris, bersih, tidak ada polip
Mulut : simetris, bibir lembap, tidak bibir sumbing
Telinga : simetris, bersih, tidak terdapat pengeluaran serumen Leher : teraba vena jugularis, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
Dada : tidak terdapat retraksi dinding dada, pada bagian payudara terdapat pengeluaran air susu dan tidak terdapat tanda kemerahan, terdapat lecet pada putingnya, dan putingnya mendelep.
Abdomen: terdapat striae gravidarum dan tidak terdapat luka bekas Operasi Ekstremitas: tidak oedem dan varises
Pengkajian By.A Biodata
Nama : By. A
Umur : 10 hari
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : belum sekolah Pekerjaan : belum bekerja
Alamat Rumah : Dusun Tretep RT 02/ RW 01, Desa Tretep, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung
Subyektif
1. Keluhan umum : Ibu mengatakan By. A tidak ada keluhan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Dahulu : Ibu mengatakan By. A belum dan tidak menderita penyakit parah dan tidak memiliki kelainan bawaan sejak lahir seperti spina bifida, bibir sumbing, anensefali, penyakit jantung bawaan, dll
b. Sekarang : Ibu mengatakan By. A saat ini dalam keadaan sehat dan tidak sedang sakit
c. Keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak pernah dan tidak menderita penyakit meluran dan menurun seperti asma, TBC, herpes HIV/AIDS, dll
2. Pola Kebiasaan sehari-hari a. Pola Nutrisi
Ibu mengatakan, By. A mengkonsumsi ASI Ekslusif.
b. Pola Eliminasi
Ibu mengatakan, By. A BAB 3-4 kali sehari dan BAK 6-8 kali sehari c. Personal Higiene
Ibu mengatakan, By. A mandi 2 kali sehari dan ganti pakaian setiap buang air kecil dan buang air besar.
d. Aktivitas
Ibu mengatakan, By. A lebih sering tidur, menyusu, dan menangis.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Ibu mengatakan, By. A tidur kurang lebih 14-17 jam sehari.
Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum 1) Keadaan Umum : baik
2) Kesadaran : composmentis 3) Vital sign
Nadi : 125 x/menit RR : 40 x/menit S : 36.3˚C 4) Berat Badan : 3,5 kg 5) Panjang badan : 48 cm b. Status Present
Kepala : mesochepal, tidak terdapat chepal hematoma Muka : simetris, sedikit kuning
Mata : simetris, bersih, dan tidak juling Hidung : simetris dan bersih
Mulut : simetris, kemerahan dan bibir tidak sumbing Telinga : simetris dan tidak terdapat pengeluaran serumen
Leher : tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid, limfe, dan vena jugularis Dada : tidak terdapat retraksi dinding dada dan tidak terdapat suara ronkhi Abdomen : perut rata, tidak cekung atau cembung, dan tidak keras
Ekstremitas : tidak berwarna kuning dan jari-jari lengkap
Punggung : rata, warna kulit merata, tidak terdapat spina bifida
PERUMUSAN MASALAH / DIAGNOSA 1. Masalah
Data Etiologi Masalah
• Ny. N mengalami putting susu mendatar pada kedua payudara sehingga tidak dapat menyusui bayinya secara langsung.
• Produksi ASI tidak banyak sehingga bayi tidak mendapatkan cukup ASI.
• Ibu mengatakan bayinya terkadang diberi susu formula.
• Ketidaktahuan ibu tentang teknik menyusui dengan putting mendatar.
• Ketidaktahuan ibu tentang cara meningkatkan
produksi ASI.
• Ketidaktahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif bagi bayi dan hubungannya dengan keberhasilan metode MAL.
• Ketidaktahuan ibu nifas tentang teknik menyusui dengan putting susu mendatar
dan cara
meningkatkan produksi ASI.
• Risiko bendungan payudara, mastitis, dan abses akibat ketidaktahuan ibu
dalam teknik
menyusui.
• Bayi kesulitan menyusu langsung karena putting ibu mendatar.
• Produksi ASI sedikit, bayi hanya menyusu sebentar.
• Bayi diberi susu formula sebagai tambahan.
• Produksi ASI kurang akibat ketidaktahuan ibu dalam teknik menyusui.
• Bayi tidak optimal dalam mendapatkan ASI eksklusif.
•
• Risiko
ketidakseimbangan nutrisi pada bayi akibat pemberian ASI yang tidak adekuat karena masalah menyusui dari ibu dengan putting datar dan produksi ASI kurang.
RUMUSAN DIAGNOSA 1. Diagnosa Ibu:
Ketidaktahuan ibu nifas tentang teknik menyusui dengan putting susu datar dan cara meningkatkan produksi ASI, sehingga berisiko menyebabkan produksi ASI tidak optimal dan gangguan keberhasilan metode KB MAL.
2. Diagnosa Bayi:
Risiko ketidakseimbangan nutrisi pada bayi akibat pemberian ASI yang tidak adekuat karena kesulitan menyusu langsung, produksi ASI ibu yang minim, dan penggunaan susu formula.
PRIORITAS MASALAH
1. Ketidaktahuan ibu tentang cara menyusui dengan putting susu mendatar dan cara meningkatkan produksi ASI.
No Kriteria Nilai Nilai
yang dipilih
Skor yang diperoleh
Rasional
1 Sifat masalah (bobot 1) Tidak/kurang sehat Ancaman kesehatan Keadaan sejahtera
3 2 1
3 3x1=3 Ibu tidak tahu teknik menyusui dengan putting mendatar sehingga bayinya sulit menyusu dan diberikan susu formula.
2 Kemungkinan masalah dapat diubah ( bobot 2) Mudah
Sebagian Tidak dapat
2 1 0
2
2x2=4
Dengan edukasi tentang teknik menyusui dan
manfaat ASI
eksklusif,
dihiarapkan ibu paham dan bisa praktik.
3 Potensi masalah untuk dicegah (bobot 1 ) Tinggi
Cukup Rendah
3 2 1
3
3x1=3
Pengetahuan ibu yang baik tentang ASI dan teknik menyusui bisa memenuhi kebutuhan ASI bayi karena produksi meningkat.
4 Menonjolnya masalah ( bobot 1 )
Masalah benar-benar harus segera di tangani
Ada masalah tetapi tidak segera di tangani
Masalah tidak dirasakan
2
1
0
1 1x1=1 Ny.Y tidak khawatir bayinya diberikan susu formula karena bayi enggan menyusu akibat putting mendatar.
Jumlah skor 2+4+3+1 = 11
2. Risiko bendungan payudara, mastitis, dan abses akibat ketidaktahuan ibu dalam teknik menyusui.
No Kriteria Nilai Nilai
yang dipilih
Skor yang diperoleh
Rasional
1 Sifat masalah (bobot 1) Tidak/kurang sehat Ancaman kesehatan Keadaan sejahtera
3 2 1
3 3x1=3 Ibu tidak tahu teknik menyusui yang benar sehingga berisiko mengalami
bendungan payudara, mastitis, dan abses.
2 Kemungkinan masalah dapat diubah ( bobot 2) Mudah
Sebagian Tidak dapat
2 1 0
2
2x2=4
Dengan edukasi tentang teknik menyusui yang benar, ibu bisa melakukan perbaikan dan mencegah komplikasi.
3 Potensi masalah untuk dicegah (bobot 1 ) Tinggi
Cukup Rendah
3 2 1
3
3x1=3
Pengetahuan ibu tentang teknik menyusui yang benar bisa mencegah bendungan payudara, mastitis, dan abses.
4 Menonjolnya masalah ( bobot 1 )
Masalah benar-benar harus segera di tangani
Ada masalah tetapi tidak segera di tangani
Masalah tidak dirasakan
2
1
0
1 1x1=1 Masalah ini penting segera ditangani karena dapat menimbulkan
komplikasi serius bila diabaikan.
Jumlah skor 2+4+3+1 = 11
3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi pada bayi akibat pemberian ASI yang tidak adekuat karena masalah menyusui dari ibu dengan putting datar dan produksi ASI kurang.
No Kriteria Nilai Nilai
yang dipilih
Skor yang diperoleh
Rasional
1 Sifat masalah (bobot 1)
Tidak/kurang sehat 3
3 3x1=3 Ketidakseimbangan nutrisi berpotensi
Ancaman kesehatan Keadaan sejahtera
2 1
mengganggu tumbuh kembang bayi, sehingga termasuk masalah kesehatan yang serius.
2 Kemungkinan masalah dapat diubah ( bobot 2) Mudah
Sebagian Tidak dapat
2 1 0
2
2x2=4
Dengan edukasi, konseling menyusui, dan teknik laktasi yang tepat, masalah ini bisa diperbaiki.
3 Potensi masalah untuk dicegah (bobot 1 ) Tinggi
Cukup Rendah
3 2 1
3
3x1=3
Ketidakseimbangan nutrisi dapat dicegah dengan
meningkatkan
produksi ASI dan perbaikan teknik menyusui.
4 Menonjolnya masalah ( bobot 1 )
Masalah benar-benar harus segera di tangani
Ada masalah tetapi tidak segera di tangani
Masalah tidak dirasakan
2
1
0
1 1x1=1 Masalah ini harus segera ditangani agar bayi tidak mengalami gangguan tumbuh kembang akibat kekurangan nutrisi.
Jumlah skor 2+4+3+1 = 11
RENCANA TINDAKAN
Tujuan dan kriteria Rencana tindakan Masalah : Resiko terjadinya penyakit
yang tidak dikehendaki pada masa ibu nifas dan menyusui khususnya masalah putting susu mendatar yang membuat bayi engga menyusu sehingga bayi tidak mendapatkan asi ekslusif dan diberikan susu formula.
Tujuan :
Keluarga dan ibu dapat mengetahui teknik menyusui yang benar dan manfaat asi ekslusif bagi bayinya dan
1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang masa nifas dan memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya masa nifas dan menyusui (Kebutuhan sehari-hari yang menunjang produksi asi).
2. Memberitahu ibu manfaat asi ekslusif dan melaksanakan tutorial langsung dalam melakukan teknik menyusui.
solusi/alternatif lain dalam mengatasi putting susu mendatar.
Kriteria:
a. Keluarga dan ibu dapat mengetahui tentang masa nifas dan menyusui.
b. Keluarga mendukung ibu dalam proses masa nifas/pemulihan khususnya dalam memberikan asi ekslusif bagi bayinya.
c. Keluarga dapat menerapkan teknik menyusui dengan kondisi puting susu ibu yang mendatar.
d. Keluarga dapat memberi dukungan ibu agar memberikan asi ekslusif dengan teknik yang benar sehingga ibu terhindar dari lecet putting dan mendukung dalam meningkatkan produksi ASI.
e. Keluarga dan ibu dapat mengetahui dan paham solusi/cara mengatasi masalah dalam masa nifas salah satunya adalah merangsang produksi ASI.
3. Mendiskusikan dampak dari tidak memberikan ASI kepada bayi.
4. Memberikan solusi alternatif apabila ibu memiliki masalah putting susu mendatar.
5. Memotivasi untuk selalu memberikan ASI ekslusif.
Masalah: Risiko bendungan payudara, mastitis, dan abses akibat ketidaktahuan ibu dalam teknik menyusui.
Tujuan: Ibu dapat memahami, mempraktikkan teknik menyusui yang benar, dan mengetahui cara mencegah serta mengatasi risiko bendungan payudara, mastitis, dan abses.
Kriteria:
a. Ibu dapat menyebutkan minimal 3 tanda bendungan payudara dan mastitis.
1. Mengedukasi ibu tentang posisi dan teknik menyusui yang benar untuk mencegah bendungan payudara dan mastitis.
2. Memberikan demonstrasi langsung teknik pelekatan (latch- on) dan posisi menyusui yang nyaman.
3. Memberikan informasi tanda- tanda bendungan payudara, mastitis, dan abses serta penanganan awal di rumah.
b. Ibu dapat menjelaskan cara mencegah bendungan payudara dan mastitis.
c. Ibu dapat memperagakan teknik menyusui dan pelekatan yang benar.
d. Keluarga dapat memberikan dukungan saat ibu menyusui dan saat ibu mengalami keluhan menyusui.
4. Menganjurkan ibu menyusui secara on demand minimal 8–12 kali sehari.
5. Melibatkan keluarga untuk membantu ibu saat menyusui dan memberikan dukungan emosional.
Masalah: Risiko ketidakseimbangan nutrisi pada bayi akibat pemberian ASI yang tidak adekuat karena masalah menyusui dari ibu dengan putting datar dan produksi ASI kurang.
Tujuan: Ibu dapat memahami cara mengatasi putting datar, meningkatkan produksi ASI, dan memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya dengan pemberian ASI yang cukup dan adekuat.
Kriteria:
a. Ibu dapat menyebutkan minimal 3 cara mengatasi putting datar.
b. Ibu dapat memperagakan teknik menyusui pada putting datar dengan benar.
c. Ibu dapat menyebutkan minimal 3 cara meningkatkan produksi ASI.
d. Ibu mampu menyusui bayi minimal 8–12 kali sehari dan bayi menunjukkan tanda cukup ASI.
e. Keluarga dapat memberikan dukungan saat ibu menyusui dan saat menghadapi masalah menyusui.
1. Mengedukasi ibu tentang pentingnya ASI eksklusif dan dampak kurangnya nutrisi pada bayi jika ASI tidak mencukupi.
2. Memberikan informasi dan demonstrasi cara mengatasi putting datar, seperti menggunakan alat pelindung putting (nipple shield) atau metode spuit.
3. Mengajarkan teknik pijat payudara dan kompres hangat untuk memperlancar ASI.
4. Memberikan edukasi tentang makanan, minuman, dan aktivitas yang dapat membantu meningkatkan produksi ASI.
5. Menganjurkan ibu untuk menyusui secara on demand dan memerah ASI jika payudara terasa penuh untuk menjaga produksi tetap lancar.
6. Melibatkan keluarga untuk membantu proses perawatan ibu dan bayi agar ibu dapat lebih fokus menyusui.
B. PELAKSANAAN Tanggal : 18 April 2024
Jam : 13.30 WIB
1. Risiko terjadinya penyakit yang tidak dikehendaki pada masa ibu nifas dan menyusui, khususnya masalah putting susu mendatar.
1) Pelaksanaan tindakan pada bayi: KU baik, Kesadaran composmentis, N: 125 x/m, RR 40 x/m, S: 36,3 oC, BB: 3,5 kg
Evaluasi: bayi dalam kondisi baik, namun ibu mengatakan frekuensi menyusu masih sedikit.
2) Memberikan edukasi kepada ibu dan suami tentang pentingnya ASI eksklusif untuk bayi yaitu untuk memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi bayi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, enzim, hormon, dan antibodi yang lengkap sesuai kebutuhan bayi. Selain itu ASI juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh, mendukung perkembangan otak dan sistem saraf pada bayi, dan mencegah penyakit dikemudian hari.
Evaluasi: ibu dan suami paham pentingnya ASI eksklusif dan menyadari potensi risiko susu formula.
3) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi sesering mungkin atau secara on demand yaitu setiap 2 jam sekali dan apabila bayi tidur lebih dari 2 jam bangunkan bayi untuk menyusu. Semakin sering disusukan kepada bayinya semakin banyak ASI yang di produksi.
Hasil : ibu bersedia untuk menyusui bayinya secara on demand.
4) Memberikan edukasi kepada ibu dan suammi tentang teknik menyusui dengan putting mendatar, yaitu menggunakan pelindung putting yang terbuat dari plastik menyerupai bentuk putting dan dipasang langsung pada kulit payudara tempat areola berada.
Evaluasi : Ny. N sudah membeli pelindung puting dan berhasil mempraktikannya dengan benar, disaksikan suami.
5) Mengajarkan teknik menyusui yang benar kepada ibu dengan cara : a. Posisikan ibu senyaman mungkin
Hasil : ibu sudah dalam posisi yang nyaman untuk menyusui.
b. Kepala bayi diletakkan pada sepertiga atas lengan bawah di sisi payudara yang sama. Bayi berbaring miring menghadap ke ibu, sehingga perut ibu menempel pada perut bayi, dan dada ibu menempel pada dadanya, serta wajah bayi menghadap payudara.
Hasil : perut ibu dan bayi sudah menempel dan wajah bayi sudah menghadap payudara ibu.
c. Tubuh bayi berbaring dalam 1 garis lurus sehingga telinga, bahu, dan panggul berada pada 1 garis lurus.
Hasil : tubuh bayi sudah dalam 1 garis lurus.
d. Pegang payudara oleh tangan ibu yang lain. Ibu jari di bagian atas payudara, kurang lebih 1 jari di atas areola atas, sedangkan 4 jari yang lainnya menyangga payudara di bagian bawah, sehingga payudara terangkat dan puting mengarah ke atas.
Hasil : ibu sudah melakukannya dengan benar.
e. Pasang pelindung putting lalu dekatkan bayi ke ibu, Rangsang bayi agar membuka mulutnya dengan menyentuhkan puting pada bibirnya. Tunggu bayi membuka mulutnya selebar mungkin. Saat itu masukkan payudara sebanyak mungkin ke dalam mulut bayi, sehingga makin banyak saluran ASI yang masuk ke dalam mulut bayi dan ujung puting berada pada langit-langit lunak bayi. Isapan bayi dapat dirasakan oleh ibu
f. Hasil : pelindung putting sudah di pasang dan bayi sudah membuka mulutnya dan posisi menyusui sudah benar.
2. Risiko bendungan payudara, mastitis, dan abses akibat ketidaktepatan ibu dalam teknik menyusui.
1) Mengedukasi ibu tentang proses dan teknik menyusui yang tepat untuk mencegah bendungan payudara dan mastitis.
Hasil: ibu sudah paham tentang teknik menyusui yang benar dan mengerti bahayanya seperti bendungan payudara dan mastittis
2) Memberikan demonstrasi langsung teknik pelekatan (latch-on) dan posisi menyusui yang benar.
Hasil: ibu memahami teknik perlekatan yang benar
3) Memberikan informasi tentang tanda-tanda bendungan payudara, mastitis, dan abses.
Hasil: ibu memahami tanda tanda bendungan payudara, mastitis, dan abses.
4) Menganjurkan ibu menyusui secara on demand minimal 8–12 kali sehari.
Hasil: ibu bersedia menyusui bayi secara on-demand
5) Melibatkan keluarga untuk membantu ibu saat menyusui dan memberikan dukungan emosional.
Hasil: Keluarga bersedia memberikan dukungan kepada ibu untuk menyusui.
3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi pada bayi akibat pemberian ASI yang tidak adekuat karena masalah menyusui dari ibu dengan putting datar dan produksi ASI kurang.
1) Mengedukasi ibu tentang pentingnya ASI eksklusif dan dampaknya jika bayi tidak mendapat nutrisi cukup.
Hasil: ibu memahami manfaat ASI eksklusif
2) Memberikan informasi cara mengatasi putting datar, seperti penggunaan nipple shield atau metode spuit.
Hasil: ibu bersedia menyusui dengan menggunakan metode spuit.
3) Mengajarkan teknik pijat payudara dan kompres hangat untuk meningkatkan produksi ASI.
Hasil: ibu memahami dan dapat melakukan teknik pijat payudara dan kompres hangat.
4) Memberikan edukasi tentang makanan, minuman, dan aktivitas yang dapat membantu produksi ASI.
Hasil: ibu bersedia makan makanan dan minuman yang dapat membantu produksi ASI
5) Menganjurkan ibu menyusui secara on demand dan memerah ASI jika terasa penuh.
Hasil: ibu bersedia memerah ASI jika terasa penuh dan mau menyusui secara on demand.
6) Melibatkan keluarga dalam proses perawatan agar ibu lebih fokus menyusui.
Hasil: keluarga bersedia terlibat dalam perawatan ibu agar lebih fokus menyusui.
C. RASIONALISASI
No Tindakan Rasionalisasi
1. Memberitahu hasil pemeriksaan Hal ini bertujuan agar pasien dan keluarga ikut merasa bertanggungjawab terhadap kesehatannya, sehingga jika terjadi suatu gangguan dan membutuhkan suatu tindakan, pasien dan keluarga dapat berperan aktif dalam pengambilan keputusan.
2. Memberikan edukasi kepada ibu dan suami tentang pentingnya ASI eksklusif untuk bayi yaitu untuk memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi bayi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, enzim, hormon, dan antibodi yang lengkap sesuai kebutuhan bayi. Selain itu ASI juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh, mendukung perkembangan otak dan sistem saraf pada bayi, dan mencegah penyakit dikemudian hari.
ASI eksklusif adalah satu-satunya makanan terbaik untuk bayi baru lahir hingga usia 6 bulan, karena mengandung zat gizi lengkap yang mudah dicerna dan sesuai dengan sistem pencernaan bayi. ASI juga mengandung antibodi alami (imunoglobulin A, laktoferin, leukosit) yang melindungi bayi dari infeksi saluran cerna, pernapasan, dan infeksi lainnya. Kandungan DHA dan AA dalam ASI mendukung perkembangan otak dan sistem saraf pusat bayi secara optimal. Pemberian ASI eksklusif terbukti menurunkan risiko penyakit jangka panjang seperti obesitas, diabetes tipe 2, hipertensi, dan alergi saat dewasa. Edukasi kepada ibu dan suami penting untuk memastikan keberhasilan ASI eksklusif, karena dukungan suami terbukti dapat meningkatkan motivasi ibu dalam menyusui.
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. (2020).
Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak.
Jakarta: Kemenkes RI.
3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi sesering mungkin atau secara on
Menyusui secara on demand artinya memberikan ASI kapan saja bayi
demand yaitu setiap 2 jam sekali dan apabila bayi tidur lebih dari 2 jam bangunkan bayi untuk menyusu.
Semakin sering disusukan kepada bayinya semakin banyak ASI yang di produksi.
menunjukkan tanda lapar tanpa harus menunggu jadwal tertentu. Prinsip ini mengikuti hukum permintaan dan penawaran (supply and demand), di mana semakin sering payudara dikosongkan, maka semakin cepat dan banyak ASI diproduksi oleh kelenjar payudara melalui stimulasi isapan bayi yang memicu hormon prolaktin dan oksitosin. Selain itu, menyusui setiap 2 jam sekali membantu mencegah terjadinya bendungan ASI dan memastikan bayi mendapatkan cukup asupan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan optimalnya, serta menjaga berat badan tetap stabil. Membiasakan bayi menyusu secara rutin juga mendukung keberhasilan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama.
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. (2021).
Pedoman Manajemen Laktasi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
4. Memberikan edukasi kepada ibu dan suammi tentang teknik menyusui dengan putting mendatar, yaitu menggunakan pelindung putting yang terbuat dari plastik menyerupai bentuk putting dan dipasang langsung pada kulit payudara tempat areola berada.
Perlekatan yang baik saat menyusui sangat penting untuk memastikan bayi mendapatkan ASI secara optimal. Pada kondisi putting susu mendatar, bayi mengalami kesulitan untuk melakukan perlekatan dengan benar sehingga dapat menyebabkan bayi tidak mau menyusu langsung, produksi ASI berkurang, dan ibu mengalami lecet putting. Penggunaan pelindung putting payudara (nipple shield) yang terbuat dari bahan plastik menyerupai bentuk putting payudara merupakan salah satu metode yang efektif untuk membantu perlekatan sementara. Alat ini dapat membantu bayi menyusu langsung dari payudara ibu, sekaligus menjaga putting agar tidak lecet. Edukasi ini penting diberikan kepada ibu dan suami agar keduanya memahami cara penggunaannya, manfaat, serta perannya dalam keberhasilan ASI eksklusif. Keterlibatan suami juga
berperan dalam memberikan dukungan emosional dan membantu ibu dalam proses menyusui, khususnya saat mengalami masalah putting mendatar.
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. (2020).
Pedoman Manajemen Laktasi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
5. Mengajarkan teknik menyusui yang benar kepada ibu dan suami
Teknik menyusui yang benar sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Posisi ibu dan bayi yang nyaman akan membantu proses menyusui berjalan lancar tanpa ketegangan otot, baik pada ibu maupun bayi. Perlekatan yang benar, dengan posisi perut bayi menempel ke perut ibu dan tubuh bayi dalam satu garis lurus, memastikan bayi bisa menyusu efektif sehingga ASI masuk optimal ke mulut bayi. Cara ibu memegang payudara yang tepat membantu memperlancar aliran ASI, sementara pemasangan pelindung putting pada ibu dengan putting datar dapat membantu bayi melakukan perlekatan yang baik.
Rangsangan pada mulut bayi sebelum menyusu bertujuan agar bayi membuka mulut selebar mungkin, memungkinkan ASI masuk lebih banyak ke dalam mulut bayi, sekaligus mengurangi risiko lecet pada putting ibu. Edukasi ini penting diberikan secara langsung agar ibu mampu mempraktikkan dengan benar dan bayi bisa mendapatkan ASI yang cukup.
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. (2021).
Pedoman Manajemen Laktasi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
6. Menghimbau ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan sehari-hari nya terutama kebutuhan nutrisi dengan menu bervariasi dan bergizi seimbang dan istirahat yang cukup untuk membantu meningkatkan produksi
Kebutuhan nutrisi ibu menyusui meningkat karena sebagian zat gizi disalurkan melalui ASI untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Asupan makanan yang bervariasi dan bergizi seimbang, terutama yang kaya akan protein, lemak sehat, vitamin, mineral, dan
ASI, serta suami turut membantu pekerjaan rumah tangga selama masa nifas.
cairan yang cukup, sangat penting untuk menjaga kualitas dan kuantitas ASI. Selain itu, istirahat yang cukup berperan dalam menjaga keseimbangan hormonal, khususnya hormon prolaktin dan oksitosin, yang memengaruhi produksi ASI.
Kelelahan fisik dan stres psikologis dapat menurunkan produksi ASI. Oleh karena itu, keterlibatan suami dalam membantu pekerjaan rumah tangga selama masa nifas dapat meringankan beban ibu, meningkatkan kenyamanan emosional, serta mendukung keberhasilan menyusui.
Suasana rumah yang tenang, penuh dukungan, dan perhatian dari keluarga terutama suami, juga terbukti dapat meningkatkan produksi ASI dan mempercepat proses pemulihan ibu pasca persalinan.
Sumber: WHO. (2020). Counselling on Maternal, Infant and Young Child Nutrition:
A Training Course. Geneva: World Health Organization.
7. Melakukan simulasi langsung bersama ibu dan keluarga mengenai teknik menyusui yang benar, cara memerah ASI dengan pompa ASI (pumping), dan perawatan payudara.
Simulasi langsung merupakan metode edukasi yang efektif untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan ibu menyusui.
Dengan melakukan simulasi, ibu dapat langsung mempraktikkan teknik menyusui yang benar, termasuk posisi perlekatan, penggunaan pelindung putting jika diperlukan, serta posisi ibu dan bayi yang nyaman. Simulasi juga membantu ibu memahami cara memerah ASI menggunakan pompa, baik saat payudara terasa penuh, saat bayi belum bisa menyusu langsung, atau saat produksi ASI perlu ditingkatkan.
Sumber: Prawirohardjo, S. (2020). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
8. Menghimbau kepada ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusif kepada bayinya selama 6 bulan dan memberikan saran untuk menghentikan susu formulanya dan menggantinya dengan ASI hasil pumping. Dan menyarankan untuk tetap menyusui bayinya secara langsung jika putting nya tidak terlalu sakit.
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan sangat penting karena ASI mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan, perkembangan, dan daya tahan tubuh. ASI juga lebih mudah dicerna dibanding susu formula dan mengandung antibodi alami yang melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi.
Menghentikan pemberian susu formula penting dilakukan karena selain dapat mengurangi frekuensi menyusui langsung, susu formula juga meningkatkan risiko bayi mengalami infeksi saluran cerna, alergi, dan gangguan pencernaan. Pemberian ASI hasil pumping merupakan alternatif terbaik bila ibu mengalami lecet putting atau kesulitan menyusui langsung sementara waktu.
Namun, tetap menyusui langsung saat putting sudah tidak terlalu sakit perlu dilakukan untuk menjaga refleks isapan bayi dan mempertahankan produksi ASI melalui stimulasi langsung.
Sumber: WHO. (2020). Infant and Young Child Feeding Guidelines. Geneva: World Health Organization.
9. Melatih ibu cara memantau kecukupan ASI pada bayi: observasi BAK minimal 6x sehari, BAB 3-4 x/hari, dan pantau berat badan bayi setiap kunjungan
Pemantauan kecukupan ASI penting dilakukan karena bayi baru lahir belum dapat menyampaikan rasa lapar atau kenyang secara verbal. Tanda-tanda kecukupan ASI dapat dinilai melalui jumlah BAK, BAB, dan kenaikan berat badan. Bayi yang mendapatkan ASI cukup umumnya akan BAK minimal 6 kali sehari dengan urin jernih, BAB 3–4 kali sehari, terutama pada minggu pertama kehidupan.
Pemantauan berat badan juga penting karena bayi baru lahir secara normal mengalami penurunan berat badan fisiologis pada minggu pertama, namun akan kembali ke berat lahir pada usia 10–14 hari. Bila berat badan tidak kembali normal atau bayi
menunjukkan tanda dehidrasi, hal ini dapat menjadi indikator kecukupan ASI yang kurang dan perlu dilakukan intervensi.
Melibatkan ibu dalam pemantauan ini akan meningkatkan kepedulian, keterampilan, dan kesiapsiagaan ibu dalam mendeteksi dini masalah menyusu
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. (2020).
Pedoman Manajemen Laktasi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
10. Menyarankan penghentian bertahap susu formula dan menggantinya dengan ASI hasil pumping jika ibu tidak dapat menyusui langsung.
Pemberian susu formula pada bayi baru lahir sebaiknya dihindari karena dapat mengganggu keberhasilan pemberian ASI eksklusif, meningkatkan risiko infeksi saluran cerna, alergi, gangguan pencernaan, serta menghambat refleks isap bayi di payudara. Selain itu, pemberian formula dapat menurunkan frekuensi isapan bayi, yang akan memengaruhi penurunan produksi ASI karena prinsip produksi ASI bergantung pada demand (permintaan).
Sumber: WHO. (2020). Breastfeeding Counselling: A Training Course. Geneva:
World Health Organization.
11. Melakukan edukasi keluarga tentang peran penting mereka dalam mendukung ibu menyusui, termasuk memberi semangat, membantu pekerjaan rumah, dan menjaga lingkungan yang nyaman saat ibu menyusui
Ibu menyusui, terutama pada awal proses menyusui, mungkin menghadapi tantangan fisik dan emosional seperti kelelahan, kecemasan, atau masalah produksi ASI.
Dukungan emosional sangat penting untuk mengurangi stres dan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Semangat yang diberikan oleh keluarga dapat membantu ibu merasa lebih kuat dan termotivasi untuk terus menyusui.
World Health Organization (WHO) menyarankan agar keluarga memberikan dukungan emosional untuk ibu menyusui guna membantu kelancaran menyusui (WHO, 2020).
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TEKNIK MENYUSUI DAN CARA MERANGSANG PRODUKSI ASI
Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui
Sub Pokok Bahasan : Teknik Menyusui dan Cara Merangsang Produksi ASI
Tempat : Rumah Tn. W
Waktu : 13.30-14.30 WIB
Sasaran : Ny. N
Penyuluh : Berta Ayunika Suratno
I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada ibu tentang teknik menyusui dengan kondisi puting susu mendatar dan cara merangsang produksi ASI yang banyak.
II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan ibu menyusui dapat :
1. Memahami tentang pentingnya menyusui ASI saja pada bayinya tanpa menggunakan susu formula.
2. Mengetahui dan memahami teknik menyusui yang benar.
3. Mengetahui cara merangsang produksi ASI yang banyak.
III. Metode
Metode yang digunakan yaitu : 1. Praktik
2. Ceramah 3. Diskusi 4. Tanya jawab
IV. Media Penyuluhan 1. Leaflet
V. Materi Penyuluhan Terlampir
VI. Strategi Pelaksanaan
Hari, Tanggal : Jumat, 18 April 2025 Tempat : Rumah Tn. W
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta 1. 13.30-13.35
WIB
Pembukaan Mendengarkan dan
memperhatikan 3. 13.35-14.00 Menjelaskan tentang teknik
menyusui yang benar, nutrisi ibu menyusui, dan cara merangsang ASI yang banyak
- mendengarkan dan memperhatikan.
- Bertanya pada penyuluh apabila ada materi yang belum jelas.
4. 14.00-14.20 WIB
Mempraktikkan teknik cara menyusui yang benar menggunakan pelindung putting payudara.
Memperhatikan,
memahami, dan
menerapkan.
4. 14.20-14.25 WIB
Tanya jawab terkait materi yang sudah diberikan
Menjawab pertanyaan
6. 14.25-14.30 WIB
Penutup
VII. Evaluasi
Setelah pemaparan materi dan praktik menyusui yang benar ada sesi tanya jawab dalam bentuk lisan dengan memberikan 3 pertanyaan untuk mengetahui pemahaman ibu terkait materi yang telah diberikan.
VIII. Sumber
Alodokter. 2024. 10 Cara Memperbanyak ASI untuk memenuhi Kebutuhan Bayi. Diakses pada 15 April 2025 di https://www.alodokter.com/memperbanyak-asi-demi-mencukupi- kebutuhan-bayi
Hellosehat. 2023. Agar Selalu terpenuhi kenali berbagai macam nutrisi bagi ibu menyusui.
Diakes pada 15 April 2025 di Beragam Nutrisi Ibu Menyusui Beserta Kebutuhan Hariannya (hellosehat.com)
LAMPIRAN MATERI A. Nutrisi Ibu Menyusui
Asupan nutrisi atau zat gizi dari makanan dan minuman selama masa menyusui penting bagi ibu. Ini karena selama menyusui, nutrisi yang masuk ke dalam tubuh bukan hanya berguna untuk ibu tetapi juga bagi bayi yang mendapat ASI, termasuk ASI eksklusif.
Apalagi menyusui bukanlah kegiatan yang ringan karena menggunakan banyak energi.
Ibu tentu juga berharap produksi ASI untuk bayi lancar selama menyusui. Menyusui memberikan bayi beragam manfaat ASI untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya.
Pentingnya asupan gizi atau nutrisi untuk ibu menyusui bukan hanya satu nutrisi saja, tetapi ada beragam yang terkandung di dalam makanan dan minuman harian. Sama halnya seperti kebutuhan gizi pada umumnya, ibu menyusui perlu mencukupi zat gizi makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Tak hanya makronutrien, zat gizi mikronutrien seperti vitamin dan mineral pun tidak boleh luput dari perhatian ibu menyusui.
1. Karbohidrat
Karbohidrat termasuk satu dari beberapa jenis zat gizi makronutrien. Karbohidrat dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi dalam beraktivitas. Makanan sumber karbohidrat bisa Anda peroleh dari biji-bijian, sayur, buah-buahan, kacang- kacangan, dan umbi-umbian. Mudahnya, asupan karbohidrat sehari-hari biasanya didapat dari nasi, kentang, ubi, pasta, dan lainnya.
Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG), asupan nutrisi karbohidrat untuk ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan harian sebagai berikut:
• Ibu menyusui usia 21-29 tahun: 309 gram (gr) untuk usia menyusui 6 bulan pertama dan 364 gr untuk usia menyusui 6 bulan kedua.
• Ibu menyusui usia 30-40 tahun: 368 gr untuk usia menyusui 6 bulan pertama dan 378 gr untuk usia menyusui 6 bulan kedua.
2. Protein
Ibu menyusui, kebutuhan protein harian menjadi lebih banyak dibandingkan dengan biasanya saat tidak sedang menyusui. Protein merupakan zat gizi penting yang diperlukan untuk membangun dan memperbaiki berbagai jaringan dalam tubuh.
Protein juga sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi di awal- awal masa kehidupannya. Bahkan untuk ibu menyusui sendiri, asupan protein yang cukup dibutuhkan guna mempercepat pemulihan setelah kehamilan dan persalinan.
Asupan protein hewani dari dari daging, ayam, ikan dan seafood, telur, keju, susu, yogurt, dan lainnya. Berbeda dengan protein nabati yang bisa diperoleh dari kacang- kacangan, biji-bijian, tempe, tahu, oncom, dan lain sebagainya.
Berdasarkan AKG, asupan nutrisi protein untuk ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan harian sebagai berikut:
• Ibu menyusui usia 21-29 tahun: 76 gr untuk usia menyusui 6 bulan pertama dan 6 bulan kedua.
• Ibu menyusui usia 30-40 tahun: 77 gr untuk usia menyusui 6 bulan pertama dan 6 bulan kedua.
3. Lemak
Lemak juga dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Namun, perlu diingat bahwa sebaiknya konsumsi lemak dalam bentuk lemak tidak jenuh tunggal atau tidak jenuh ganda. Batasi atau bahkan hindari konsumsi lemak jenuh dan lemak trans yang berisiko membahayakan kesehatan. Sumber lemak tidak jenuh, yaitu alpukat, ikan berlemak (seperti ikan salmon), kacang-kacangan, biji- bijian, minyak zaitun, dan minyak kanola.
4. Serat
Peran serat bagi ibu menyusui juga tidak kalah penting, misalnya untuk melancarkan kerja sistem pencernaan. Sumber serat bisa ibu menyusui dapatkan dengan rajin makan sayur-sayuran dan buah-buahan setiap harinya. Baik ibu menyusui vegetarian atau tidak, asupan serat tidak kalah penting ketimbang nutrisi atau zat gizi lainnya.
5. Vitamin
Vitamin merupakan salah satu jenis mikronutrien untuk ibu menyusui. Jenis vitamin terbagi menjadi dua yaitu vitamin larut lemak dan vitamin larut air. Kelompok vitamin larut lemak terdiri dari vitamin A, D, E, dan K yang sebaiknya dipenuhi ibu menyusui. Sesuai dengan namanya, vitamin larut lemak ini dapat bekerja lebih baik bila dikonsumsi bersama makanan berlemak. Salah satunya yakni nutrisi atau zat gizi vitamin D yang membantu proses penyerapan kalsium untuk kesehatan tulang dan gigi ibu menyusui. Lain halnya dengan vitamin larut air yang hanya bisa bercampur dengan. Jenis vitamin larut air meliputi vitamin B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9, B12, dan C. Kedua jenis vitamin tersebut bisa ibu menyusui peroleh untuk memenuhi kebutuhan nutrisi atau gizi harian dari sayuran dan buah-buahan.
6. Mineral
Selain vitamin, mineral merupakan mikronutrien lain yang juga dibutuhkan oleh ibu menyusui. Ada beragam nutrisi mineral yang perlu dipenuhi ibu menyusui setiap harinya, di antaranya kalsium, zat besi, seng, fosfor, magnesium, natrium, kalium, tembaga, dan lainnya. Salah satu nutrisi atau zat gizi mineral yang meningkat saat ibu menyusui adalah kalsium.
Lampiran Dokumentasi