• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep UAP - Mega Fix

N/A
N/A
mega straightamma

Academic year: 2025

Membagikan "Askep UAP - Mega Fix"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN UNSTABLE ANGINA PECTORIS

PRAKTIK STUDI PROFESI NERS KELAS NON-REGULER STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS

Disusun Oleh : Mega Puspita Sari

NIM. 891243029

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK

TAHUN 2025

(2)

LAPORAN PENDAHULUAN UNSTABLE ANGINA PECTORIS

A. Pengertian

Angina pectoris merupakan suatu istilah yang berarti “nyeri dada”.

Nyeri tersebut timbul secara tiba – tiba ketika seseorang melakukan aktivitas berat yang mengharuskan arteri meningkatkan suplai darah ke jantung.

Namun karena adanya penyempitan pada arteri koronaria atau obstruksi, yang mengakibatkan jantung tidak mendapatkan suplai oksigen yang adekuat. Sehingga otot jantung terbebani dan timbul nyeri pada dada (Rosdahl & Kowalski, 2017).

Pengertian diatas juga sejalan dengan jurnal yang disusun oleh Satoto (2015) bahwa Angina Pectoris merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan adanya sensasi tidak nyaman di dada akibat kurangnya aliran darah koroner, sehingga mengakibatkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat yang menyebabkan peningkatan suplai kebutuhan oksigen jantung.

Tetapi pada umumnya dapat dibedakan 3 tipe angina yaitu:

1. Unstable angina (angina tak stabil / ATS)

Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan membutuhkan waktu penanganan segera. Dijumpai pada individu dengan penyakit arteri coroner yang memburuk. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat aterosklerosis koroner, yang ditandai perkembangan thrombus yang mudah mengalami spasme. Terjadi spasme sebagai respon terhadap peptide vasoaktif yang dikeluarkan trombosit yang tertarik ke area yang mengalami kerusakan. Gumpalan darah yang lebih besar meningkatkan frekuensi dan keparahan serangan angina tidak stabil dan risiko kerusakan jantung. Angina tidak stabil juga bisa disebabkan oleh kekurangan darah (anemia). Angina awal atau stabil dengan peningkatan keparahan dan durasi. Terjadi saat istirahat atau selama pekerjaan ringan. Ini lebih parah dari biasanya, menghilang selama periode waktu tertentu, dan tidak hilang dengan istirahat atau pengobatan angina.

(3)

2. Angina Pectoris Stabil

Pada keadaan ini, tidak selalu menyebabkan terjadinya iskemik seperti waktu istirahat. Angina pektoris akan timbul pada setiap aktifitas yang dapat meningkatkan denyut jantung, tekanan darah dan status jantung sehingga kebutuhan O2 akan bertambah seperti pada aktifitas fisik yang berat, namun hilang dengan segera dan ketika di istirahatkan atau menggunakan pengobatan terhadap angina. Rasa sakitnya dapat menyebar ke lengan, punggung, atau area lain.

3. Variant angina

Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat, akibat penurunan suplai O2 darah ke miokard secara tibatiba. Penelitian terbaru menunjukkan terjadinya obsruksi yang dinamis akibat spasme koroner baik pada arteri yang sakit maupun yang normal. Peningkatan obstruksi koroner yang tidak menetap ini selama terjadinya angina waktu istirahat jelas disertai penurunan aliran darah arteri koroner.

B. Etiologi

(Aspiani, Reni Yuli. (2017) menyatakan bahwa penyebab angina pektoris yaitu:

1. Suplai oksigen ke miokard dapat berkurang disebabkan oleh tiga faktor yaitu:

a. Faktor pembuluh darah seperti aterosklerosis, spasme, arteritis.

b. Faktor sirkulasi seperti hipotensi, stenosis aorta, insufisiensi.

c. Faktor darah seperti anemia, hipoksemia, polisitemia.

2. Curah jantung meningkat yang disebabkan oleh aktivitas berlebihan, emosi, makan terlalu banyak, dan hypertiroidisme.

3. Kebutuhan oksigen miokard yang meningkat pada kerusakan miokard, hypertropimiocard, dan hipertensi diastolik

C. Manifestasi Klinik

Menurut (PERKI). 2018 manifestasi klinis pada angina pektoris tidak stabil yaitu :

1. Nyeri dada yang timbul saat istirahat atau saat melakukan aktivitas, seperti rasa tertekan atau berat daerah retrosternal yang dapat menjalar ke leher, rahang, area interskapular, bahu, lengan kiri dan epigastrium, berlangsung beberapa menit atau lebih dari 20 menit.

(4)

2. Diaforesis (keringat dingin), mual, muntah, nyeri abdominal, dan sesak napas.

3. Gambaran EKG : Depresi segmen ST >1mm dan atau inversi gelombang T >2mm di beberapa sadapan prekordial, dapat disertai dengan elevasi segmen ST yang tidak persisten (<20 menit), gelombang Q yang menetap, Non-diagnostik, dan Normal.

4. Biomarka jantung yang tidak meningkat secara bermakna.

D. Patofisiologi

Angina berkembang karena suplai oksigen yang tidak memadai ke sel- sel miokardium yang disebabkan oleh arteriosklerosis dan penyempitan lumen arteri koroner karena beban jaringan meningkat dan kebutuhan oksigen meningkat. Faktor-faktor seperti usia, genetika, dan jenis kelamin menyebabkan disfungsi endotel. Leukosit yang bersirkulasi menempel pada sel endotel yang diaktifkan, yang selanjutnya bermigrasi ke lapisan subepitel dan berubah menjadi makrofag. Makrofag mengeliminasi kolesterol LDL dan sel makrofag yang terpapar kolesterol LDL teroksidasi. Faktor pertumbuhan dan trombosit menyebabkan migrasi otot polos dari media ke intima dan proliferasi matriks yang mengubah tambalan lemak menjadi ateroma matang.

Vasokontriksi pada arteri koroner disebabkan oleh formasi plak yang dapat memperburuk keadaan obstruksi. Apabila perfusi tidak adekuat, suplai oksigen ke jaringan miokard menurun dan dapat menyebabkan gangguan fungsi mekanis, biokimia, dan elektrikal miokard.

Iskemia yang disebabkan oleh oklusi total atau subtotal pada arteri koroner akan menyebabkan kegagalan otot jantung berkontraksi dan berelaksasi. Iskemia yang ireversible berakhir pada infark miokard. Kadar oksigen yang kurang membuat miokardium mengubah metabolisme yang bersifat aerob menjadi anaerob. Metabolisme anaerobik menghasilkan asam laktat, yang menurunkan pH sel dan dapat menyebabkan rasa sakit.

Kombinasi hipoksia, penurunan ketersediaan energi, dan asidosis menyebabkan gangguan fungsi ventrikel kiri. Kekuatan kontraktil dari area miokardium yang terkena memperpendek serat, yang dapat mengurangi kekuatan dan kecepatan serat. Pergerakan bagian iskemik dinding tidak normal, dan setiap kali ventrikel berkontraksi, bagian itu menonjol.

Penurunan kontraktilitas dan gangguan gerakan jantung mengubah

(5)

hemodinamik. Respon hemodinamik dapat bervariasi tergantung pada ukuran segmen iskemik dan derajat respons refleks kompensasi oleh sistem saraf otonom. Penurunan fungsi ventrikel dapat mengurangi curah jantung dengan mengurangi volume sekuncup (jumlah darah yang dikeluarkan per detak jantung). Tidak mengetahui kondisi klien menimbulkan kecemasan bagi klien. (Aspiani. (2017).

E. Pathway

F. Pemeriksaan Penunjang

Pada pasien Unstable Angina Pectoris diperlukan pemeriksaan penunjang sehingga tenaga medis dapat dilakukan penananganan yang tepat.

Menurut Reny Yuli Aspiani (2016) terdapat pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk pasien Unstable Angina Pectoris, yaitu :

(6)

1) Pemeriksaan laboratorium

Karena tes ini dilakukan untuk mengetahui adanya diagnosa lain seperti infark miokard akut, CPK, SGOT, atau enzim LDH yang sering diuji. Enzim yang diukur dalam penelitian ini meningkat ketika infark jantung parah, tetapi pada angina kadarnya masih dalam kisaran normal. Selain itu, tes lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida harus dilakukan untuk menemukan faktor risiko..

2) Elektrokardiogram (EKG)

Gambar EKG sering menunjukkan konsekuensi dari pasien yang memiliki infark miokard sebelumnya. Hal ini terlihat dari hasil yang menunjukkan pembesaran ventrikel kiri dan perubahan segmen ST pada pasien hipertensi dan angina, gelombang T atipikal pada pasien angina paroksismal dan EKG pada segmen ST..

3) Foto rontgen dada

Pada hasil foto rontgen dada seringkali menunjukan bentuk jantung yang normal, namun pada pasien hipertensi dan angina terlihat jantung yang membesar dan dalam beberapa kasus tampak adanya klasifikasi arkus aorta.

4) Arteriografi koroner

Arteriografi koroner merupakan tindakan memasukkan kateter lewat arteri femoralis maupun brakialis yang kemudian diteruskan menuju aorta ke dalam muara arteri koronaria kanan dan kiri. Setelah itu media kontras radiografik disuntikkan dan cineroentgenogram akan menunjukkan kuntur arteri serta daerah penyempitan. Kateter tersebut kemudian didorong melalui katup aorta untuk masuk ke ventrikel kiri serta disuntikan lebih banyak media kontras untuk menentukan bentuk, ukuran, dan fungsi ventrikel kiri.

5) Uji latihan (Treadmill)

Tes stres ini membandingkan hasil saat pasien beristirahat dan saat pasien diminta berolahraga di treadmill atau sepeda olahraga untuk mencapai detak jantung maksimal atau submaksimal Tes fisik untuk memantau gambar. .. Gambar EKG diamati selama latihan ini, dan ketika selesai, EKG juga terus diamati. Tes ini dianggap positif jika hasil EKG menunjukkan depresi ST sebesar 1 mm atau lebih selama

(7)

atau setelah latihan. Selain penurunan segmen ST, jika pasien menderita nyeri dada, seperti saat serangan, pasien sangat mungkin mengalami angina.

6) Thallium Exercise Myocardial Imaging

Studi pencitraan otot jantung thallium dilakukan pada waktu yang sama dengan tes stres latihan. Tes ini dapat meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas tes stres. Talium 201 disuntikkan secara intravena selama latihan puncak, pemindaian jantung dilakukan segera setelah latihan berhenti, dan diulang setelah pasien pulih dan kembali normal.

Jika hasilnya menunjukkan iskemia, akan muncul cold spot di area yang mengalami iskemia saat berolahraga dan menjadi normal..

G. Komplikasi

Menurut (Setyohadi) bahwa komplikasi yang mungkin terjadi pada angina pektoris yaitu aritmia, gagal jantung, komplikasi mekanik (Ruptur dinding ventrikel, regurgitasi mitral akut)

H. Penatalaksanaan

Menurut (Setyohadi, 2018.) penatalaksanaan angina pektoris yaitu:

1. Tatalaksana non medikamentosa a. Tirah baring.

b. Pemberian oksigen 2-4 liter/menit.

2. Tatalaksana medikamentosa

a. Pemberian nitrat, yang merupakan vasodilator endhotelium bermanfaat untuk mengurangi symptom angina pektoris.

b. Pemberian aspirin, yang merupakan pengencer darah atau yang digunakan untuk mencegah penggumpalan pada darah.

c. Pemberian Clopidogrel, berfungsi untuk mencegah trombosit, yang saling menempel berisiko membentuk gumpalan darah.

d. Penghambat GP IIb/IIIa dapat mencegah agregasi trombosit dan pembentukan trombus pada pembuluh darah.

e. Antikoagulan yang berfungsi mencegah penggumpalan darah f. Penyekat beta berfungsi menurunkan frekuensi denyut jantung,

tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri.

g. Pemberian ACE Inhibitor, berfungsi menjadikan pembuluh darah melebar dan tekanan pada pembuluh darah berkurang.

(8)

h. Pemberian Angiotensin Receptor Blocker (ARB) bila pasien intoleran dengan ACE Inhibitor.

i. High Intensity statin berfungsi sebagai penurun lipid..

I. Pengkajian 1. Identitas klien

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, no. Register, dan diagnosa medis.

Sedangkan identitas bagi penanggung jawab yaitu nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan hubungan dengan klien.

2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama

Keluhan utama yang biasa terjadi pada pasien dengan angina tidak stabil yaitu nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke leher, daerah interskapula atau lengan kiri, serangan atau nyeri yang dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih berat, serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas.

b. Riwayat penyakit sekarang

Pada riwayat kesehatan sekarang keluhan yang dirasakan oleh klien sesuai dengan gejala-gejala pada klien dengan angina tidak stabil yaitu nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke leher, daerah interskapula atau lengan kiri, serangan atau nyeri yang dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih berat, serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas. Biasanya disertai sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dan dizzines.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mempunyai riwayat hipertensi, atherosklerosis, insufisiensi aorta, spasmus arteri koroner dan anemia berat

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adanya riwayat keluarga klien yang mempunyai penyakit hipertensi dan arteri koroner.

J. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum

Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga diamati apakah

(9)

kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak sakit.

2. Tanda-tanda vital

Dapat meningkat sekunder akibat nyeri atau menurun sekunder akibat gangguan hemodinamik atau terapi farmakologic.

3. Pemeriksaan head to toe a. Kepala

Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun, tampak perubahan ekspresi wajah seperti meringis atau merintih, terdapat atau tidak nyeri pada rahang

b. Leher

Tampak distensi vena jugularis, terdapat atau tidak nyeri pada leher.

c. Thorak

Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4 menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau murmur menunjukkan gangguan katup atau disfungsi otot papilar dan perikarditis.

Paru-paru : suara nafas bersih, krekels, mengi, wheezing, ronchi, terdapat batuk dengan atau tanpa sputum, terdapat sputum bersih, kental atau pun merah muda.

d. Abdomen

Terdapat nyeri/rasa terbakar epigastrik, bising usus normal/menurun.

e. Ekstremitas

Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin, terdapat udema perifer dan udema umum, kelemahan atau kelelahan, pucat atau sianosis, kuku datar, pucat pada membran mukosa dan bibir.

K. Diagnosa Keperawatan

Menurut PPNI. 2017 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien yang mengalami Unstable Angina Pectoris (UAP) yaitu :

1. Nyeri yang berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan kebutuhan miokardium sekunder dan penurunan suplai darah ke miokardium.

2. Aktual/resiko tinggi Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas, perubahan irama jantung, perubahan preload, perubahan afterload.

(10)

3. Aktual/resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan, hambatan upaya napas, deformitas dinding dada, penurunan energi, posisi tubuh menghambat ekspansi paru.

4. Aktual/resiko tinggi Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan curah jantung.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen.

6. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan.

L. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan dibuat menurut Diagnosa (SDKI ( PPNI 2017), Intervensi menurut (SIKI (PPNI 2018), Tujuan dan kriteria hasil menurut (SIKI (PPNI 2018)

1. Nyeri Akut (D.0077 hal. 172)

Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. (Ackley et al dalam PPNI, 2017). Tujuan: menunjukkan nyeri menurun atau hilang, dengan Kriteria hasil (L.08066 hal. 145):

Klien mengatakan nyeri berkurang, klien dapat menggunakan teknik non farmakologis. Intervensi (1.08238 hal. 201): Kaji nyeri, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi, observasi reaksi ketidaknyamanan secara non verbal, ajarkan cara terapi non farmakologis, kolaborasi dalam pemberian analgetik.

2. Penurunan Curah Jantung (D.0008 hal. 34)

Definisi : Ketidakadekuatan jantung untuk memompa darah dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. (Ackley et al dalam PPNI, 2017). Tujuan: menunjukkan peningkatan curah jantung dengan Kriteria Hasil (L.02008 hal. 20): Tanda-tanda vital dalam batas normal, irama jantung reguler, keseimbangan balance cairan, tidak ada edema paru, perifer, asites, dan capilary refill <3 detik. Intervensi (1.02075 hal. 317): observasi, auskultasi bunyi jantung, observasi pucat atau sianosis, hitung haluaran 24jam, berikan pendidikan kesehatan

(11)

tentang istirahat cukup, berikan posisi semi fowler atau fowler, lakukan pemeriksaan EKG, Rontgen thorax, dan Echokardiografi, Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, pemberian terapi oksigen sesuai indikasi.

3. Pola napas tidak efektif ( D.0005 hal. 26)

Definisi : Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. (Ackley et al dalam PPNI, 2017). Tujuan : Menunjukkan pola napas membaik, dengan Kriteria Hasil (L.01004 hal. 95):

Pemanjangan fase ekspirasi menurun, frekuensi napas normal, tidak ada penggunaan otot bantu napas, kedalaman napas membaik. Intervensi (1.01011 hal. 186): Observasi pola napas seperti frekuensi, kedalaman, usaha napas, Observasi bunyi napas tambahan, posisikan semi fowler atau fowler, kolaborasi pemberian oksigen, bronkodilator, ekspektoran.

4. Perfusi perifer tidak efektif (D.0015 hal. 48)

Definisi : Penurunan sirkulasi darah level kapiler yang mengganggu metabolisme tubuh. (Ackley et al dalam PPNI, 2017). Tujuan: Perfusi jaringan perifer menjadi efektif, dengan Kriteria Hasil (L.02011 hal.

84): Tanda - tanda vital dalam batas normal, warna

kulit normal, suhu kulit hangat, kekuatan fungsi otot normal. Intervensi (1.06195 hal. 218): Monitor daerah yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul, monitor adanya paretase, instruksikan keluarga untuk observasi kulit jika ada laserasi.

5. Intoleransi Aktivitas (D.0056 hal. 128)

Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari.

(Ackley et al dalam PPNI, 2017). Tujuan: menunjukkan toleransi aktivitas meningkat dengan Kriteria Hasil (L.05047 hal. 149): Tanda- tanda vital dalam batas normal, lelah menurun, dispnea saat aktivitas maupun setelah aktivitas menurun. Intervensi (1.05186 hal. 415): ukur tanda-tanda vital sebelum dan setelah aktivitas, observasi adanya disritmia, pucat, catat keluhan yang dialami selama dan setelah aktivitas, anjurkan istirahat yang cukup, bantu klien

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.

Fikriana, R. (2018). Sistem kardiovaskuler.

Kemenkes RI. (2014). Situasi kesehatan jantung. Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. (2015). Pedoman tatalaksana sindrom koroner akut. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). (2018). Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 1(2), 118.

Reny Yuli Aspiani, S. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler, Aplikasi NIC & NOC. EGC.

Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar. EGC.

Rulitasari, D. D. (2016). Koroner Dengan Pendekatan Geographically Weighted Regression Di Jawa Timur Tahun 2013 Koroner Dengan Pendekatan Geographically Weighted Regression Di Jawa Timur Tahun 2013.

Sartono, Masudik, & Suhaeni AE. (2019). Basic Trauma Cardiac Life Support. Gadar Medik Indonesia.

Satoto, H. H. (2015). Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner Coronary Heart Disease Pathophysiology. Jurnal Anestesiologi Indonesia, VI(3), 209–223.

Wahyuningsih, H., & Kusmiyati, Y. (2017). Anatomi Fisiologi: Bahan Ajar Kebidanan.

(13)

PENGKAJIAN KEPERAWATAN INTENSIVE & HIGH CARE Nama Mahasiswa : Mega Puspita sari

Semester/Tingkat : Semester 2

Tempat Praktek : RS Kharitas Bhakti Tanggal Pengkajian : 23 Juni 2025

DATA KLIEN A. DATA UMUM

1. Nama inisial klien : Ny. Tj

2. Umur : 73 Tahun

3. Alamat : Gg. Machmud

4. Agama : Kristen

5. Tanggal masuk RS/RB : 15 Juni 2025 Pukul 18.00 wib 6. Nomor Rekam Medis : 24-17-04-77

7. Diagnosa medis : UAP dd NSTEMI, DM, KAD

8. Bangsal : ICU

B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA 1. HEALTH PROMOTION

a. Kesehatan Umum:

- Alasan masuk rumah sakit:

Pasien mengatakan mulai merasakan sesak nafas sejak tadi siang memberat sore ini 1 jam yang lalu disertai nyeri dada kiri. Pasien juga mengatakan ada batuk sejak 2 hari.

- Tekanan darah : 165/125 mmHg - Nadi : 120 kali/menit - Suhu : 36,8 oC - Respirasi : 247kali/menit

- SpO2 : 90 % dengan O2 nasal canul b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan,dll):

Pasien mengatakan memiliki riwayat diabetes c. Riwayat pengobatan

No Nama obat/jamu Dosis Keterangan

1. Aspilet 160 mg 1x1 tab

2. Apidra 3x8 iu

d. Kemampuan mengontrol kesehatan:

- Yang dilakukan bila sakit :

Pasien mengatakan jika sakit berobat ke rumah sakit / puskesmas terdekat menggunakan BPJS

- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olah raga, dll)

e. Faktor sosial ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll):

Pasien biasa menggunakan BPJS atau Umum f. Pengobatan sekarang:

No Nama obat Dosis Kandungan Manfaat

1. IVFD RL 7 tpm ringer laktat

(14)

2. Lasix 2 amp ekstra furosemide

3. Drip Apidra 4 iu / jam insulin glulisine

4. Aspilet 160 mg 1x1 asam asetilsalisilat

5. CPG 75 1x1 clopidogrel

6. ISDN 5mg 1 tab ekstra SL isosorbid dinitrate

7. Morfin 3 mg iv bolus pelan

jika perlu k/p

8. Pumpicel 40 mg 1x1 iv pantoprazole

9. Uperio 50 mg 1x1 tab sacubitril, valsartan

10. Coralan 5mg 1x1 tab ivabradine

2. NUTRITION

a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT:

1) BB biasanya: 53 kg dan BB sekarang: 50 kg 2) Lingkar perut : tidak terkaji

3) Lingkar kepala : tidak terkaji 4) Lingkar dada : tidak terkaji 5) Lingkar lengan atas : tidak terkaji

6) IMT : tidak terkaji

b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abormal:

Leukosit : 12,83 103/µl GDS : 832 mg/dL Natrium : 125 mmol/L Troponin I : Negatif Ureum : 63 mg/dL

c. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir, conjungtiva anemis/tidak:

Rambut tampak baik, berwarna putih uban, tidak tampak benjolan dikepala. mukosa bibir tampak kering, conjungtiva tidak anemis.

d. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan selama di rumah sakit:

Pasien mengatakan tidak bisa makan banyak karna masih sesak, tubuh masih lemas, dan tidak nafsu makan. Pasien mengatakan tidak ada alergi makanan.

e. E (Enegy) meliputi kemampuan klien dalam beraktifitas selama di rumah sakit:

Pasien mengatakan tidak bisa beraktivitas dengan baik saat ini, karena sesak dan nyeri dada.

f. F (Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi: (kemampuan menelan, mengunyah,dll)

Kemampuan menelan baik. tidak ada gangguan

g. Penilaian Status Gizi

Status nutrisi baik

(15)

h. Pola asupan cairan

i. Cairan masuk

j. Cairan keluar

k. Penilaian Status Cairan (balance cairan)

l. Pemeriksaan Abdomen (sistem elimination juga) Inspeksi : tidak ada distensi, benjolan

Auskultasi : bising usus (+) Palpasi : Timpani

Perkusi : Tidak teraba massa, dan tidak ada nyeri 3. ELIMINATION

a. Sistem Urinary

1) Pola pembuangan urine (frekuensi, jumlah, ketidaknyamanan)

Pasien mengatakan BAK sedikit sejak 1 minggu, berwarna kuning pekat tapi tidak ada nyeri saat BAK

2) Riwayat kelainan kandung kemih

Tidak ada

3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau)

Urine sedikit, berwarna kuning tua, tidak keruh dan berbau normal

4) Distensi kandung kemih/retensi urine

Tidak ada

b. Sistem Gastrointestinal 1) Pola eliminasi

Pasien mengatakan BAB normal, 1 kali/hari

2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi

Tidak ada riwayat konstipasi

(16)

c. Sistem Integument

1) Kulit (integritas kulit/ hidrasi/ turgor / warna/ suhu)

Kulit normal, tidak ada luka, ada edema tungkai. berwarna kuning langsat, turgor kulit baik, suhu 36,8 oC

4. ACTIVITY/REST a. Istirahat/tidur

1) Jam tidur : 22.00 – 05.00 2) Insomnia : Tidak ada

3) Pertolongan untuk merangsang tidur:

b. Aktivitas

1) Pekerjaan : Pasien mengatakan tidak bekerja 2) Kebiasaan olah raga : jarang

3) ADL

a) Makan : Normal, tidak pantangan, 1 hari 3 kali b) Toileting : Normal

c) Kebersihan : Baik d) Berpakaian : Baik

4) Bantuan ADL : Dibantu dengan 1 orang 5) Kekuatan otot :

6) ROM : baik

7) Resiko untuk cidera : sedang c. Cardio respons

1) Penyakit jantung : Tidak ada 2) Edema esktremitas : Tidak ada

3) Tekanan darah dan nadi : TD : 165/125 mmHg Nadi : 120 kali/menit 4) Pemeriksaan jantung

a) Inspeksi : Gerak dada simetris, peningkatan vena jugularis b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan

c) Perkusi : dullness

d) Auskultasi : suara jantung s1 s2 reguler, murmur (-) d. Pulmonary respon

1) Penyakit sistem nafas : tidak ada

2) Penggunaan O2 : nasal kanul 5 LPM 3) Kemampuan bernafas : pernapasan dada dan perut 4) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll)

ada batuk, sputum minimal

4 4 4 4

(17)

5) Pemeriksaan paru-paru

a) Inspeksi : Dada simetris, ekspansi dada kiri dan kanan sama b) Palpasi : vokal fremitus teraba

c) Perkusi : sonor

d) Auskultasi : ronkhi dan wheezing 5. PERCEPTION/COGNITION

a. Orientasi/kognisi

1) Tingkat pendidikan : Pendidikan terakhir SMA 2) Kurang pengetahuan :

3) Pengetahuan tentang penyakit: minimal 4) Orientasi (waktu, tempat, orang) b. Sensasi/persepsi

1) Riwayat penyakit jantung : tidak ada 2) Sakit kepala : tidak ada 3) Penggunaan alat bantu : tidak ada

4) Penginderaan : baik

c. Communication

1) Bahasa yang digunakan : Indonesia 2) Kesulitan berkomunikasi : tidak ada 6. SELF PERCEPTION

a. Self-concept/self-esteem

1) Perasaan cemas/takut : pasien tampak gelisah 2) Perasaan putus asa/kehilangan: tidak ada

3) Keinginan untuk mencederai : tidak ada 4) Adanya luka/cacat : tidak ada 7. ROLE RELATIONSHIP

a. Peranan hubungan

1) Status hubungan : baik 2) Orang terdekat : baik 3) Perubahan konflik/peran : baik 4) Perubahan gaya hidup : baik 5) Interaksi dengan orang lain : baik 8. SEXUALITY

a. Identitas seksual

1) Masalah/disfungsi seksual : tidak ada 2) Periode menstruasi : tidak ada 3) Metode KB yang digunakan : tidak ada 4) Pemeriksaan SADARI : tidak ada 5) Pemeriksaan papsmear : tidak ada 9. COPING/STRESS TOLERANCE

a. Coping respon

1) Rasa sedih/takut/cemas : tidak ada 2) Kemampan untuk mengatasi : ada

(18)

3) Perilaku yang menampakkan cemas ; ada 10. LIFE PRINCIPLES

a. Nilai kepercayaan

1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : sesuai agama kristen 2) Kemampuan untuk berpartisipasi : baik

3) Kegiatan kebudayaan : baik 4) Kemampuan memecahkan masalah : baik 11. SAFETY/PROTECTION

a. Alergi : tidak ada

b. Penyakit autoimune : tidak ada

c. Tanda infeksi : tidak ada

d. Gangguan thermoregulasi : tidak ada

e. Gangguan/resiko : tidak ada

f. Kenyamanan/Nyeri

1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) : Suplai oksigen ke miokard berkurang 2) Quality (bagaimana kualitasnya) : Nyeri seperti ditekan dan ditindih beban berat 3) Regio (dimana letaknya) : Dada sebelah kiri hingga ke punggung

4) Scala (berapa skalanya) : Skala 8

5) Time (waktu) : Nyeri hilang timbul durasi 15-30 menit g. Rasa tidak nyaman lainnya : tidak ada

h. Gejala yang menyertai : tidak ada 12. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto Thoraks : Aorta kalsifikasi, gambaran bendungan paru

Gambaran EKG : Miokard Iskemia

(19)

Hasil laboratorium

Hemoglobin : 12,5 g/dL

Leukosit : 12,84 103/µL

Limfosit : 10 %

Monosit : 7 %

Hematokrit : 37,1 %

Trombosit : 169 103/µL

Natrium : 125 mmol/L

Kalium : 4,3 mmol/L

Ureum : 63 mg/dL

Creatinin : 0,9 mg/dL

Gula darah sewaktu : 832 mg/dL

Troponin I (kuantitatif) : Negatif

(20)

Asuhan Keperawatan A. Analisa Data

NO PENGELOMPOKAN DATA PENYEBAB MASALAH

1

2.

3.

DS : Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri

P : Suplai oksigen ke miokard berkurang

Q : Nyeri seperti ditekan dan ditindih beban berat

R : Dada kiri hingga ke punggung Q : Skala 8

T : Hilang timbul durasi 15 – 30 menit

DO :

• Pasien tampak meringis

• Pasien tampak memegang dan mengelus dada kiri

DS: Pasien mengatakan sesak saat bernapas, terasa berat dan ditindih

DO:

• RR : 24 kali/ menit

• SpO2 : 95 % dengan O2 nasal kanul 5 lpm

• Auskultasi : Ronkhi +, wheezing +

• Rotgen Thorax : Gambaran bendungan paru

DS : Pasien mengatakan cepat lelah saat beraktivitas maupun istirahat DO :

• Inspeksi : Pelebaran vena jugularis

• Nadi : 120 kali/menit

• Edema tungkai +

Agen Pencidera Fisiologis

Perubahan Membran Alveolus-Kapiler

Perubahan Kontraktilitas Jantung

Nyeri Akut (D.0077)

Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)

Resiko Penurunan Curah Jantung

(D.0011)

(21)

B. Diagnosa

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis (iskemia) dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri (D.0077)

2. Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler dibuktikan dengan pasien mengeluh sesak saat bernfas, ada ronkhi dan wheezing. (D.0003)

3. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas jantung (D.0011) C. Intervensi

Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

Senin, 23 Juni 2025

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis (iskemia) dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri (D. 0077)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x8 jam maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :

1. Keluhan nyeri menurun 2. Meringis menurun 3. Sikap protektif menurun 4. Gelisah menurun 5. Kesulitan tidur menurun 6. Frekuensi nadi membaik (L.08066)

Manajemen Nyeri (I.08238) Observasi

Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

Identifikasi skala nyeri

Idenfitikasi respon nyeri non verbal

Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik

Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi

Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

Jelaskan strategi meredakan nyeri

Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik

Senin, 23 Juni 2025

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus- kapiler dibuktikan dengan pasien mengeluh sesak saat

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x8 jam maka pertukaran gas meningkat dengan kriteria hasil :

1. Sesak napas menurun 2. Wheezing menurun 3. Takikardia menurun (L.01003)

Terapi Oksigen (I.01026) Observasi

Monitor kecepatan aliran oksigen

Monitor posisi alat terapi oksigen

Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang diberikan cukup

Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. Oksimetri, Analisa gas darah)

(22)

bernafas, ada ronkhi dan wheezing.

(D.0003)

Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan

Monitor tanda-tanda hipoventilasi

Monitor monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis

Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen

Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen Terapeutik

Bersihkan sekret pada mulut, hidung, dan trakea, jika perlu

Pertahankan kepatenan jalan napas

Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen

Berikan oksigen tambahan, jika perlu

Tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi

Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien

Edukasi

Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah

Kolaborasi

• Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur

Senin, 23 Juni 2025

Resiko penurunan curah jantung

berhubungan dengan perubahan

kontraktilitas jantung (D.0011)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x8 jam maka curah jantung meningkat dengan kriteria hasil :

1. Gambaran aritmia menurun 2. Lelah menurun

3. Dispnea menurun 4. Tekanan darah membaik (L.02008)

Perawatan Jantung Akut (I.02076) Observasi

Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi faktor pemicu dan Pereda, kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi, dan frekuensi)

Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)

Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T

Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan risiko aritmia (mis: kalium, magnesium serum)

Monitor enzim jantung (mis: CK, CK-MB, Troponin T, Troponin I)

Monitor saturasi oksigen Terapeutik

Pertahankan tirah baring minimal 12 jam

Pasang akses intravena

Puasakan hingga bebas nyeri

Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan stress

Sediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat dan pemulihan

(23)

Edukasi

Anjurkan segera melaporkan nyeri dada

Anjurkan menghindari manuver Valsava (mis: mengedan saat BAB atau batuk)

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian antiplatelet, jika perlu

Kolaborasi pemberian antianginal (mis: nitrogliserin, beta blocker, calcium channel blocker)

Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu

Kolaborasi pencegahan trombus dengan antikoagulan, jika perlu

Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada, jika perlu D. Implementasi dan Evaluasi

Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

Senin 23-06-2025 Jam 07.00 – 14.00

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis (iskemia)

DS : Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri

P : Suplai oksigen ke miokard berkurang

Q : Nyeri seperti ditekan dan ditindih beban berat

R : Dada kiri hingga ke punggung Q : Skala 8

T : Hilang timbul durasi 15 – 30 menit DO :

• Pasien tampak meringis

• Pasien tampak memegang dan mengelus dada kiri

Manajemen Nyeri (I.08238) Observasi

Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

Identifikasi skala nyeri

Idenfitikasi respon nyeri non verbal

Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik

Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi

Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

Jelaskan strategi meredakan nyeri

Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik (Morfin 3 mg iv bolus pelan k/p nyeri) (Carnit 30 mcg/menit)

(ISDN 5 mg 3x1 tablet)

S : Pasien mengatakan masih nyeri P : Suplai oksigen ke miokard berkurang

Q : Nyeri seperti ditekan dan ditindih beban berat

R : Dada kiri hingga ke punggung Q : Skala 6

T : Hilang timbul durasi 15 – 30 menit O : Pasien tampak gelisah, meringis, tampak memegang dan mengelus dada kiri

A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi

(24)

Senin 23-06-2025 Jam 07.00 – 14.00

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus- kapiler.

DS: Pasien mengatakan sesak saat bernapas, terasa berat dan ditindih DO:

• RR : 24 kali/ menit

• SpO2 : 95 % dengan O2 nasal kanul 5 lpm

• Auskultasi : Ronkhi +, wheezing +

• Rotgen Thorax : Gambaran bendungan paru

Terapi Oksigen (I.01026) Observasi

Monitor kecepatan aliran oksigen

Monitor posisi alat terapi oksigen

Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang diberikan cukup

Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.

Oksimetri, Analisa gas darah)

Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan

Monitor tanda-tanda hipoventilasi

Monitor monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis

Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen

Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen

Terapeutik

Bersihkan sekret pada mulut, hidung, dan trakea, jika perlu

Pertahankan kepatenan jalan napas

Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen

Berikan oksigen tambahan, jika perlu

Tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi

Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien

Edukasi

Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah

Kolaborasi

Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur

(Nasal kanul 5 lpm)

(Lasix injeksi 2 amp ekstra lanjut 3x2 amp iv)

S : Pasien mengatakan nafas masih terasa berat dan sesak

O :

• RR : 24 kali/ menit

• SpO2 : 95 % dengan O2 nasal kanul 5 lpm

• Auskultasi : Ronkhi +, wheezing +

• Rotgen Thorax : Gambaran bendungan paru

A : Masalah belum teratasi P : Lanjut intervensi

(25)

Senin 23-06-2025 Jam 07.00 – 14.00

Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas jantung (D.0011)

DS : Pasien mengatakan cepat lelah saat beraktivitas maupun istirahat DO :

• Inspeksi : Pelebaran vena jugularis

• Nadi : 120 kali/menit

• Edema tungkai +

Perawatan Jantung Akut (I.02076) Observasi

Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi faktor pemicu dan Pereda, kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi, dan frekuensi)

Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)

Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T

Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan risiko aritmia (mis: kalium, magnesium serum)

Monitor enzim jantung (mis: CK, CK-MB, Troponin T, Troponin I)

Monitor saturasi oksigen Terapeutik

Pertahankan tirah baring minimal 12 jam

Pasang akses intravena

Puasakan hingga bebas nyeri

Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan stress

Sediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat dan pemulihan

Edukasi

Anjurkan segera melaporkan nyeri dada

Anjurkan menghindari manuver Valsava (mis:

mengedan saat BAB atau batuk) Kolaborasi

Kolaborasi pemberian antiplatelet, antianginal, morfin, antikoagulan

(Aspilet 1x1 tab) (Clopidogrel 1x75 mg) (Uperio 1x1 tab) (Coralan 2x5 mg )

S : Pasien mengatakan cepat lelah saat beraktivitas maupun istirahat

O :

• Inspeksi : Pelebaran vena jugularis

• Nadi : 120 kali/menit

• Edema tungkai +

• Troponin I negatif

• SpO2 : 95 % A : Masalah belum teratasi P : Lanjut intervensi

(26)

Selasa 24-06-2025 Jam 07.00 – 14.00

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis (iskemia)

DS : Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri

P : Suplai oksigen ke miokard berkurang

Q : Nyeri seperti ditekan dan ditindih beban berat

R : Dada kiri hingga ke punggung Q : Skala 8

T : Hilang timbul durasi 15 – 30 menit DO :

• Pasien tampak meringis

• Pasien tampak memegang dan mengelus dada kiri

Manajemen Nyeri (I.08238) Observasi

Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

Identifikasi skala nyeri

Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik

Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

Fasilitasi istirahat dan tidur Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik (Carnit 30 mcg/menit)

(ISDN 5 mg 3x1 tablet)

S : Pasien mengatakan masih nyeri P : Suplai oksigen ke miokard berkurang

Q : Nyeri seperti ditekan dan ditindih beban berat

R : Dada kiri hingga ke punggung Q : Skala 4

T : Hilang timbul durasi 15 – 30 menit O : Pasien tampak lebih tenang, sesekali meringis, tampak memegang dan mengelus dada kiri

A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi Selasa

24-06-2025 Jam 07.00 – 14.00

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus- kapiler.

DS: Pasien mengatakan sesak saat bernapas, terasa berat dan ditindih DO:

• RR : 24 kali/ menit

• SpO2 : 95 % dengan O2 nasal kanul 5 lpm

• Auskultasi : Ronkhi +, wheezing +

• Rotgen Thorax : Gambaran bendungan paru

Terapi Oksigen (I.01026) Observasi

Monitor kecepatan aliran oksigen

Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.

Oksimetri, Analisa gas darah)

Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan

Monitor tanda-tanda hipoventilasi

Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen

Terapeutik

Pertahankan kepatenan jalan napas

Berikan oksigen tambahan, jika perlu

Tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi Kolaborasi

Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur

(Nasal kanul 5 lpm)

(Lasix injeksi 2 amp ekstra lanjut 3x2 amp iv)

S : Pasien mengatakan nafas berat dan sesak sudah berkurang

O :

• RR : 20 kali/ menit

• SpO2 : 96 % dengan O2 nasal kanul 3 lpm

• Auskultasi : Ronkhi +,

• Rotgen Thorax : Gambaran bendungan paru

• Urine output / 24 jam : 3200 cc

A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjut intervensi

(27)

Selasa 24-06-2025 Jam 07.00 – 14.00

Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas jantung (D.0011)

DS : Pasien mengatakan cepat lelah saat beraktivitas maupun istirahat DO :

• Inspeksi : Pelebaran vena jugularis

• Nadi : 120 kali/menit

• Edema tungkai +

Perawatan Jantung Akut (I.02076) Observasi

Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi faktor pemicu dan Pereda, kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi, dan frekuensi)

Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)

Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T

Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan risiko aritmia (mis: kalium, magnesium serum)

Monitor enzim jantung (mis: CK, CK-MB, Troponin T, Troponin I)

Monitor saturasi oksigen Terapeutik

Pertahankan tirah baring minimal 12 jam

Pasang akses intravena

Puasakan hingga bebas nyeri

Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan stress

Sediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat dan pemulihan

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian antiplatelet, antianginal, morfin, antikoagulan

(Aspilet 1x1 tab) (Clopidogrel 1x75 mg) (Uperio 1x1 tab) (Coralan 2x5 mg )

S : Pasien mengatakan cepat lelah saat beraktivitas maupun istirahat

O :

• Inspeksi : Pelebaran vena jugularis

• Nadi : 114 kali/menit

• Edema tungkai + A : Masalah belum teratasi P : Lanjut intervensi

(28)

Rabu 25-06-2025 Jam 07.00 – 14.00

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis (iskemia)

DS : Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri

P : Suplai oksigen ke miokard berkurang

Q : Nyeri seperti ditekan dan ditindih beban berat

R : Dada kiri hingga ke punggung Q : Skala 8

T : Hilang timbul durasi 15 – 30 menit DO :

• Pasien tampak meringis

• Pasien tampak memegang dan mengelus dada kiri

Manajemen Nyeri (I.08238) Observasi

Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

Identifikasi skala nyeri

Idenfitikasi respon nyeri non verbal Terapeutik

Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

Fasilitasi istirahat dan tidur Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik (Carnit 30 mcg/menit)

(ISDN 5 mg 3x1 tablet)

S : Pasien mengatakan masih nyeri P : Suplai oksigen ke miokard berkurang

Q : Nyeri seperti ditekan dan ditindih beban berat

R : Dada kiri hingga ke punggung Q : Skala 3

T : Hilang timbul durasi 15 – 30 menit O : Pasien tampak tenang, sesekali meringis, tampak memegang dan mengelus dada kiri

A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi

Rabu 25-06-2025 Jam 07.00 – 14.00

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus- kapiler.

DS: Pasien mengatakan sesak saat bernapas, terasa berat dan ditindih DO:

• RR : 20 kali/ menit

• SpO2 : 96 % dengan O2 nasal kanul 3 lpm

• Auskultasi : Ronkhi +,

• Rotgen Thorax : Gambaran bendungan paru

Terapi Oksigen (I.01026) Observasi

Monitor kecepatan aliran oksigen

Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.

Oksimetri, Analisa gas darah)

Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan

Monitor tanda-tanda hipoventilasi

Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen

Terapeutik

Pertahankan kepatenan jalan napas

Berikan oksigen tambahan, jika perlu

Tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi Kolaborasi

Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur

(Nasal kanul 5 lpm)

(Lasix injeksi 2 amp ekstra lanjut 3x2 amp iv)

S : Pasien mengatakan nafas berat dan sesak sudah berkurang

O :

• RR : 20 kali/ menit

• SpO2 : 97 % dengan O2 nasal kanul 2 lpm bila perlu

• Auskultasi : Ronkhi +,

• Rotgen Thorax : Gambaran bendungan paru

• Urine output / 24 jam : 2600 cc

A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjut intervensi

(29)

Rabu 25-06-2025 Jam 07.00 – 14.00

Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas jantung (D.0011)

DS : Pasien mengatakan cepat lelah saat beraktivitas maupun istirahat DO :

• Inspeksi : Pelebaran vena jugularis

• Nadi : 114 kali/menit

• Edema tungkai +

Perawatan Jantung Akut (I.02076) Observasi

Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi faktor pemicu dan Pereda, kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi, dan frekuensi)

Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)

Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T

Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan risiko aritmia (mis: kalium, magnesium serum)

Monitor enzim jantung (mis: CK, CK-MB, Troponin T, Troponin I)

Monitor saturasi oksigen Terapeutik

Pertahankan tirah baring minimal 12 jam

Pasang akses intravena

Puasakan hingga bebas nyeri

Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan stress

Sediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat dan pemulihan

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian antiplatelet, antianginal, morfin, antikoagulan

(Aspilet 1x1 tab) (Clopidogrel 1x75 mg) (Uperio 1x1 tab) (Coralan 2x5 mg )

S : Pasien mengatakan cepat lelah saat beraktivitas maupun istirahat

O :

• Inspeksi : Pelebaran vena jugularis

• Nadi : 96 kali/menit

• Edema tungkai + sudah berkurang

A : Masalah belum teratasi P : Lanjut intervensi

(30)

JURNAL TERKAIT & SOP VIDEO

Link Jurnal :

https://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrgN.4WIFpozVkATPJXNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG9z AzIEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1751946518/RO=10/RU=https%3a%2f%2fojs.akperg apu-

jambi.ac.id%2findex.php%2fOjsGapu%2farticle%2fdownload%2f82%2fpdf/RK=2/RS=fotFyg vFmmu_z.2pxW5lOVac3jM-

Link SOP :

https://id.scribd.com/document/646007779/SOP-Terapi-Relaksasi-Napas-Dalam

Link Youtube :

https://www.youtube.com/watch?v=TPIEEQtAUjg

(31)

LOGBOOK KEGIATAN PERAWAT No Tanggal Aktivitas Hasil yang

diperoleh

Kendala Rencana Tindak lanjut

Paraf 1. Senin,

23 Juni 2025

Pemeriksaan AGD

Hasil AGD terlampir

Waktu tunggu hasil lama

Koordinasi dengan lab untuk dipercepat

Wendi Kuncoro Pemberian

terapi oksigen

Saturasi meningkat

Pasien gelisah Observasi pasien agar oksigenasi adekuat

Suction endotrakeal

Sekret berkurang, saturasi membaik

Pasien batuk kuat saat tindakan

Lakukan pre oksigenasi

sebelum tindakan 2. Selasa,

24 Juni 2025

Mobilisasi pasif

Mencegah dekubitus, ROM baik

Pasien tidak sadar

Lakukan dengan 2 perawat

Wendi Kuncoro Edukasi

keluarga kondisi memburuk

Keluarga inti tampak menerima

Beberapa keluarga masih tidak bisa menerima

Reedukasi ke keluarga pasien oleh Dokter bangsal Pemantauan

ventilator

Setting ventilator sesuai kebutuhan pasien

Alarm ventilator sering berbunyi

Cek setting dan koordinasi dengan dokter

3. Rabu, 25 Juni

2025

Perawatan CVC

Daerah insersi tampak tidak ada infeksi

Dressing lembab

Ganti dressing menjaga area tetap kering dan bersih

Wendi Kuncoro Pemeriksaan

CT scan kepala

Pasien aman selama tindakan

Risiko transportasi

Siap alat emergensi saat transportasi Penanganan

pasien henti nafas

Resusitasi berjalan sesuai prosedur

Keterlambatan respon tim

Evaluasi sistem Code Blue dan pelatihan ulang 4. Kamis,

26 Juni 20255

Edukasi DNR kepada keluarga

Keluarga memahami status DNR

Penolakan emosional awal

Libatkan dokter bangsal dan DPJP untuk reedukasi

Wendi Kuncoro Dokumentasi

keperawatan ke sistem EMR

Dokumentasi lengkap dan mudah di akses

Beberapa dokumen tidak sesuai

Kolaborasi bagian IT Rumah Sakit untuk penyesuaian Pemberian

oksigen high flow

Saturasi meningkat

Tidak semua pasien toleran

Pertimbangankan ventilasi non- invasif

(32)

5. Jumat, 27 Juni 2025

Tindakan intubasi

Oksigenasi tercapai

Gagal intubasi pertama

Kolaborasi dokter

Wendi Kuncoro Defibrilasi

pasien VT / VF

Irama sinus tercapai

DC syok hanya tersedia 1 unit

Pengajuan AED / DC syok lagi

6. Sabtu, 28 Juni

2025

Pengendalian kejang akut

Kejang berhenti setelah diazepam IV

Infus plebitis Observasi tempat pemasangan infus tiap kali injeksi

Wendi Kuncoro Pemberian

terapi trombolitik

Pasien stroke iskemik mendapatkan terapi

Keterlambatan keputusan keluarga

Edukasi cepat dan jelas tentang manfaat dan risiko tindakan Pemasangan

jalur IV emergency

Akses IV terpasang

Vena usulit ditemukan pasien hipoalbumin

Kolaborasi DPJP untuk

pemasangan CVC

Gambar

Foto Thoraks  : Aorta kalsifikasi, gambaran bendungan paru

Referensi

Dokumen terkait