• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of ASPEK HUKUM PELAKSANAAN GANTI RUGI PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL RUAS SOLO – MANTINGAN DI KABUPATEN SRAGEN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of ASPEK HUKUM PELAKSANAAN GANTI RUGI PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL RUAS SOLO – MANTINGAN DI KABUPATEN SRAGEN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

P-ISSN: 2356-4164, E-ISSN: 2407-4276

Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/jkh

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

1211

ASPEK HUKUM PELAKSANAAN GANTI RUGI PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL RUAS SOLO – MANTINGAN DI KABUPATEN SRAGEN

Agatha Celia Disfirela, Rahayu Subekti, Purwono Sungkowo Raharjo Universitas Sebelas Maret

E-mail: agathadisa03@gmail.com, rahayusubekti0211@staff.uns.ac.id, purwonosungkowo@staff.uns.ac.id

Info Artikel Abstract Masuk: 1 Desember 2022

Diterima: 15 Januari 2023 Terbit: 1 Februari 2023 Keywords:

Land Acquisition,nPublic Interest, Compensation

Thenpurpose of writing thissarticle issto analyzeetheelegal aspectsnof implementing compensationnInnland acquisitionnfor the constructionoof the Solo - Mantingan Toll Road in Sragen Regency. The research conducted is normative legal research which is in concreto in nature with a statutory and case approach. Land acquisition with the intention offdeveloping for publiccinterestsis regulated innLaw NumberN5 of 1960, Law Number 2 of 2012 juncto Law Number 11 of 2020, and Government Regulation Number 19 of 2021. The research results obtained in the implementation of compensation land acquisition for the construction ofsthesSolo – Mantingan TollsRoad section in Sragen Regency has not been fully implemented.

Obstaclessthatsoccur in thenimplementation of compensation for the constructionnof toll roads in Sragen Regency, namely the Location Determination Decree which had not been issued immediately, thus hampering the process of implementing compensation.

Abstrak Kata kunci:

Pengadaan

Tanah,nKepentingan Umum,nGanti Rugi.

Corresponding Author :

Agatha Celia Disfirela, e-mail : agathadisa03@gmail.com

Tujuan penulisan artikel ininuntuk menganalisissaspekkhukum pelaksanaan ganti

ruginpengadaanmtanah terhadap

pelaksanaannpembangunan Jalan Tol ruas Solo MantinganmdimKabupatennSragen. Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat in concreto dengan pendekatanmundang- undang dan pendekatan kasus. Pengadaan tanahndengan maksuddpembangunan untuk

(2)

1212 kepentingan umumndiaturndalamnUU No. 5 Tahun 1960, UU No. 2 Tahun 2012 jo UU No. 11 Tahun 2020, dan PP No. 19 Tahun 2021. Hasilnpenelitiannyang diperoleh dalamnpelaksanaan gantinrugi pengadaan tanah untuk pembangunan Jalan Tol ruas Solo Mantingan di Kabupaten Sragen belum sepenuhnya terlaksana. Hambatanmyang terjadimdalam pelaksanaan ganti rugi pada pembangunan jalanntolndi Kabupaten Sragen yaitu Surat Keputusan Penetapan Lokasi yang sudah kadaluwarsa dan Surat Keputusan Gubernur yang tidak segera diterbitkan sehingga menghambat proses pelaksanaan gantinrugi.

@Copyright 2023.

PENDAHULUAN

Tanah adalah salah satuusumber daya alammyang mempunyai peran penting dalam kehidupanjmakhluk hidup terutamaamanusia. Tanah dapat dilihat sebagai suatu harta yang memiliki sifat permanen dan dapat dicadangkan untuk kehidupan pada masa mendatang (Subekti et al., 2019). Penggunaan tanah untuk kesejahteraan masyarakat haruslah didukung dengan pelestarian yang baik, supaya tanah beserta ekosistem yang ada di dalamnya tidak mudah rusak atau punah. Pasal 33 ayat (3) Undang-UndangmDasarmNegaramRepublikkIndonesia tahunm1945mmenyatakan bahwaa“Bumi, air, danmkekayaan alammyang terkandung di dalamnyammdikuasai oleh negara dan dipergunakanmmuntukmmsebesar-besarnya kemakmurannrakyat”.

Hal tersebut dipertegas dengan Pasal 6 Undang-UndangnNomor 5 Tahunmm1960 tentanggPeraturan DasariPokok-Pokok Agraria (selanjutnya disingkat UUPA) bahwaa“semua hak atas tanahnmempunyaimfungsi sosial”.

Artinyaabahwa tanah tidakkhanya diatur serta dikelolammolehmmnegara namun juga dimanfaatkan demi kesejahteraan seluruh rakyat. Negara mempunyai kekuasaannatas tanah yang berarti negara memiliki kewenanganmmuntuk mengatur segala hubungan terkait tanah agar segala bentuk kebutuhannmasyarakat dapat terpenuhi baik secara peroranganmmaupun kelompok. UUPA dan ketentuan pelaksanaannya menjadi rujukan bagi pengelolaan administrasi pertanahan di Indonesia, termasuk kegiatan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Pembangunan fasilitas umum membutuhkan tanah sebagai wadah pembangunan.

Pembangunannuntuk kepentingannumum di atas tanah negara pada masaasekarang ini sangat sulit dilakukan, oleh sebab itu jalan keluar yang ditempuh adalah dengan mengambilntanahjhak. Kegiatani“mengambil” tanah yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka pelaksanaan pembangunan untukkkepentingannumum ini yang kemudian disebut sebagai pengadaan tanah.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengadaan tanah adalah kegiatanmmenyediakan tanahhbagi pembangunanmnuntukmkepentingan umum dengan memutuskannhubungan hukum antaraapemegang hak atas tanahhdengan hak atas tanahnyamdengan memberi ganti rugi yang layak (Arba, 2019).

(3)

1213 Pasala1jangkai6 Undang-UndangiRepublik Indonesia Nomor 2mTahunm2012mtentang Pengadaan TanahnBaginPembangunan Untuk Kepentingan Umum,mKepentingan umum meliputi kepentingan bangsa, Negara, dan masyarakatmyang harus diwujudkan oleh pemerintahhdan digunakanisebesar- besarnya untuk kemakmuran rakyat. Selaras dengan makna kepentingan umummmenurutaJ.J Rosseau yang menyatakan bahwa, hak-hak perorangan yang diserahkannkepada penguasa untuk dilaksanakanmmeliputi, hak untuknhidupmtentram,mhak ketertiban,nhak perlindunganmnhukum (Harjanti, 2012). Pengadaan tanahhbagi pembangunan untuk kepentingan umum ini pada prakteknya sering ditemukan adanya permasalahan karena pemerintah dianggap lebih mementingkan hak menguasai tanah oleh negara dan mengabaikan aspek kemakmuran rakyat. Akibat yang terjadi adalah sering terhambatnya pembangunan infrastruktur terkait pembebasan lahan bahkan menggantung terutama jika tidak ada kesepakatan tentang ganti rugi. Pemberian ganti ruginyangndiberikanndalam pengadaan tanah haruslahhganti rugi yangmadil yang artinya pemberiannganti rugivtidakvmembuat seseorang menjadimlebih kaya atau lebih miskin dari keadaannsemula. Sedangkan ganti rugi yang wajar dan layak merupakan besarannya ganti rugi memadai untuk mendapatkanntanah atau bangunan di tempat lain.

Ganti rugi merupakan aspek penting dalam pengadaan tanahhbagi pembangunan untuk kepentingannumum Pemberian ganti rugi tidak dapat terlepas dari asas ganti rugi yakni asas nemo plus yuris, yaitu ganti rugi haruslah diberikan kepadaasetiap orang yang berhak atau pemegang hak atas tanah karena merupakan hakmmutlak paraapemegang hak atas tanah yang melepaskan tanahnya untuk kepentinganmumum. Pelaksanaan ganti rugi hendaknya dilaksanakan sesuai dengan tahapan yang telah diatur agar pelaksanaannya dapat berjalan lancar.

Proses pemberian ganti rugi jalan tol di Sragen sudah dimulai sejak tahun 2009 dan hingga sekarang masih berjalan. Data progres kegiatan pengadaan tanah jalan tol di Sragen memperlihatkan bahwa 95% bidang tanah sudah diberikan ganti rugi. Sisa bidang tanah yang belum diberikan ganti rugi tersebut terhambat oleh penetapan lokasi pembangunan yang sudah tidak aktif. Sebagaimana diaturmdalammPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahunm2021mmtentang Penyelenggaraan Pengadaan TanahMbagiIPembangunan untuk Kepentingan Umum juncto Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/

Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia NomorM19mTahunm2021 tentang Ketentuan PelaksanaannPeraturan PemerintahiNomor 19 Tahunm2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan TanahnbaginPembangunan untuk Kepentingan Umumiyangimenyatakan bahwa Penetapan Lokasi pembangunanmberlaku untuk jangka waktua3a(tiga)ntahun dan dapat diperpanjanga1a(satu) kali untuk paling lama 1a(satu) tahun, apabila jangka waktu tersebut tidakmterpenuhi,mmakaadilaksanakaniproses ulanghterhadapisisa tanahiyang belumiselesai pengadaannya. Tanpa adanya data penetapan lokasi maka ganti rugi tidak dapat diberikan.

Perumusan Masalah

Adapun masalahmyangmmdikemukakan dalam jurnal ini antara lain:

(4)

1214 1. Bagaimanampelaksanaan ganti rugi pengadaan tanah untuk pembangunan jalan

tol ruas Solo – Mantingan di Kabupaten Sragen?

2. Apa saja hambatan dalammpelaksanaan ganti rugi pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol ruas Solo – Mantingan di Kabupaten Sragen?

METODE PENELITIAN

Penulis memilih metode hukum normatif yang bersifat in conreto, yaitu yaitu usaha untuk menemukannapakah hukumnya yang sesuaimuntuk diterapkanmin concreto guna menyelesaikanmsuatu perkaraatertentu dan dimanakah bunyinperaturan hukum ituudapat diketemukan termasukmke dalam penelitian hukum juga dan disebut dengan istilah legal research (Soemitro, 1990). Pendekatan yang digunakanmyaitu pendekataniundang-undang (statute approach) dannpendekatan kasus (case approach).

PEMBAHASAN

1. Pelaksanaanmganti rugi pengadaan tanah untukmpembangunan jalan tol ruas Solo – Mantinganndi KabupatennSragen

Pembangunan untuk kepentingannumum adalah salah satu upaya pemerintahmdalam melaksanakan kewajibannya untuk mewujudkan kemakmuran rakyat. Dalam suatu pembangunanmmuntukmkepentingan umum,mpemerintah membutuhkan lahan, sehingga pemerintah melakukan Pengadaan Tanah dalam pelaksanaannya.

Pengadaanntanah sebagaimana tertuang dalammPasal 1iayati(2)iPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2021 juncto Pasal 1iayati(2)iUndang-Undang Nomor 2 tahun 2012, yang berbunyi: “Pengadaan Tanah adalahmkegiatannmenyediakan tanah dengan cara memberikanngantiikerugian yang layakndannadil.”

Pengadaan tanah dalam rangka pembangunannjalan tol ruas Solo – Mantingan dilaksanakan sejak tahun 2007. Hal ini sesuaiadengannSurat KeputusaniGubernur

Jawa Tengah Nomor 620/17/2007 Tentang

PersetujuannPenetapaniLokasiiPembangunan Ruas Tol Solo – NgawimdimWilayahhProvinsi JawamnTengah, yang kemudian dilakukan penambahan lahan sebanyaknduankalinyaitu pada tahunn2016ndann2018.

Pembangunan jalanmmtol ini memiliki tujuan yaitu meningkatkanmaksesibilitas serta kapasitas jaringanmjalan dalam melayani kawasaniutara Jawa yang memiliki lalu lintasmdengan kepadatan tinggi, serta meningkatkan produktivitasmmelaluimbiayampengurangan distribusimdan menyediakanmakses ke pasar regionalmmaupun internasional (IKP, 2022). Sesuai dengan informasi yang penulis peroleh dari panitia pengadaan tanah dan Balai Pengelolaan Jalan di Kabupaten Sragen, terkait progres pengadaan tanah ruas jalan tol Solo – Mantingan sudah mencapai 95%. Progres ini mengenai pemberian ganti rugi kepadamnwargannyang tanahnyamterkena pembangunannjalanntol.

Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan ganti rugimmpengadaan tanah bagi pembangunanmuntukmnkepentingan umum dalam pembangunannjalan tol di Kabupaten Sragen terdiri dari tahap perencanaan, persiapan,mpelaksanaan, danmnpenyerahan hasil.nPelaksanaan ganti rugi pengadaan tanah dimulai dari tahap inventarisasi dan identifikasi yang dilakukan oleh SatuannTugas. Hasilnya

(5)

1215 akan diumumkan di kantor Kecamatanmlokasimpembangunan Jalan Tol dalam waktu paling laman14n(empat belas) hari. Pengumuman dimaksudkan untuk memberitahukan kepadanmasyarakat bahwa dimmlokasimmtersebut akan dilaksanakan pembangunaniuntuk kepentinganiumum yang dalam hal ini adalah pembangunan jalan tol (Dekie GG Kasenda, 2015). Setelah dilakukan pengumuman, maka akan ada penilaian yang dilakukan oleh tim penilai (appraisal). Mekanisme hukum barumdalam pengadaan tanah berdasarkan UUmNomorr2rTahun 2012 yaitu pemberian kewenangan kepada appraisalauntuk melakukan penilaian terhadap objek yang akan diberikan ganti rugi (Suntoro, 2019). Hal yang dapatmdinilaimndalam pengadaanmtanah ini yaitu meliputi tanah,hruangnatas tanahndan ruang bawahmtanah,mbangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, dan/ atauukerugian lainnyang dapat dinilai. Nilai ganti rugi yang telah diberikan oleh tim appraisal tidak bisa langsung diserahkan kepada pihak yang terkena jalan tol. Pemberian ganti rugi harus melalui tahapan-tahapan yaitu:

a. Musyawarah

PelaksanaaPengadaan Tanah (P2T) dengan didampingi oleh Tim Appraisal setelah mendapatkan berita acara terkait hasil penilaian ganti rugi melaksanakan kegiatannmusyawarahibersama pihak yang terkena dampak pembangunan dalam kurun waktu maksimal 30n(tiga puluh) hari semenjak hasil penilaian dari Tim Appraisal diterimaaoleh ketua pelaksana. Banyaknya desa di Kabupaten Sragen yang terkena pembangunan jalan tol membuat Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) serta Panitia Pengadaan Tanah melakukan musyawarah bertahap tiap desa. Hal ini dinilai lebih efektif dalam menyampaikan hasil penilaian Tim Appraisal terkait nilai ganti rugi serta dapat lebih dekat dengan masyarakat.

b. PemberiannGanti RuginPengadaan Tanah

Bentukmganti ruginmenurut Pasaln36 Undang-

UndangmNomorm2mTahuni2012, pemberianmganti rugi dapatmdiberikan dalammbentuk berupa uang, tanah pengganti, permukiman kembali, kepemilikannsaham, atauibentukilain yang disetujuimnoleh keduamnbelah pihak. Pemberian ganti rugi padanpembangunan Jalan Tol di Kabupaten Sragen diberikan dalam bentuk uang yang dilakukanooleh Pejabat Pembuat Komitmen berdasarkan validasindarikketuakpelaksanakPengadaan Tanah.

Proses pemberian ganti rugi dibersamai dengan pelepasannhak oleh pihak yanggberhak. Berdasarkan Pasal 100 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021, Pelepasan Hak Objek Pengadaan Tanah dilaksanakanioleh Pihak yang berhak kepadamNegarandi hadapan Kepala Kantor Pertanahannsetempat yang kemudian dimuat dalammnBerita Acara Pelepasan Hak.

BerdasarkanmPasal 101 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021, pada saat pelepasan Hak Objek Pengadaan Tanah, P2T wajib:

1) menyiapkan surat pernyataan pelepasanmHak Atas Tanah beserta benda- bendamyangmberkaitan dengan tanah;

2) menarik kembali buktiipenguasaan atas kepemilikan Objek Pengadaan Tanah darinPihaknyangnberhak;

3) memberikan tanda bukti sebagai tanda terima pelepasan; dan

4) menandatanganimsertifikatmdannbuku tanah sebagai bukti kepemilikannyang sudah dilepaskan kepadaanegara.

(6)

1216 Dengan demikian, maka sesuai dengan Pasal 102 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 mewajibkan kepada pihakkyanggberhaknuntuk:

1) pihak yang berhak wajib menandatanganimmsurat pernyataan pelepasannHak Atas Tanah;

2) pihak yang berhak wajib menandatanganimmsuratmpernyataan tanggung jawab secara mutlak oleh Pihaknyang berhak atas kebenaran dan keabsahannya buktitkepemilikan Objek PengadaannTanah;

3) pihak yang berhak wajib menandatangani berita acara Pelepasan Hak; dan 4) pihak yang berhaknwajib menyerahkan salinan atau fotokopinidentitas diri.

Bentukkpembayaran ganti ruginyang telah disepakati oleh Pelaksana Pengadaan Tanah bersama masyarakatmberupa uang dengan mataauang rupiah.

Untuk tanah kas desa, beberapa ganti rugi diberikan berupa tanah pengganti sesuai kesepakatan dengan pihak desa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Nur Setyaningsih selaku Staff Pengadaan Tanah, beliau menyatakan bahwa penetapan besarnya ganti rugi di atas sudah termasuk dalam objek-objek yang ada di ruanggatas tanah serta bawah tanah. Objek-objek pengadaan tanah yang dijadikan dasar dalam menetapkan ganti rugi dalammpembangunanmjalan tol di Kabupaten Sragen sudahmsesuaindengan aturan yang berlaku yaitu pada Pasal 1 ayat (3) Undang- UndanggNomorr2rTahun 2012 juncto Pasal 1 ayat (5) Peraturan PemerintahhNomorr19rTahunh2021.

Darimdatanyang diperolehmndalam penelitianmnininnberdasarkannArsip Balai Pengelolaan Jalan di Sragen dan Kantor Pertanahan Kabupaten Sragen, per 24 Februari 2022 dengan target 1.194 bidang dengan luas 40,913 Hektar. Pada pelaksanaannya per 24 Februari 2022, masih terdapat 58 bidang tanah dengan luas 0,863 Hektar yang belum diberikan ganti rugi dengan total ganti rugi sebesar Rp. 11.794.592.684.

Pelaksanaanmpemberian ganti rugi terhadapmpihakmyang terkena dampak pembangunanmJalanmTol di Kabupaten Sragen belum dapatmterlaksana dengan sepenuhnya. Hal ini dibuktikanmdengan adanya 58 bidang tanah yang belum diberikan uang ganti rugiaatasapengadaan tanah pada pembangunanmJalan Tol di Kabupaten Sragen, sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian ganti rugi belum mencapai 100% (seratus persen). Namun, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberianmnganti ruginkepada masyarakat atau pihak yang berhakktelah mencapai angka 95% (sembilan puluh lima persen).

2. Hambatan dalam pelaksanaanmganti rugi pengadaan tanahhuntukkpembangunannjalan tol ruas Solo – Mantingan dimKabupaten Sragen Pelaksanaan ganti rugi pengadaanntanah dalam pembangunanmjalanntolidi Kabupaten Sragen telah dilaksanakanmsejakntahunn2009 hingga saat ini.

Pelaksanaan ganti rugi menjadi salah satu hal penting dan dinantikan oleh masyarakat yang terdampak pembangunannjalanntol di KabupateniSragen. Ganti rugi adalah haknmutlak bagi pemegang hak atasstanah yang melepasksan tanahnya untukmkepentingan umum. Pengadaan tanah memang mempunyai tujuan untuk kepentingan umum, namun pemerintah juga harusmmemperhatikan kepentingan individu. Dengan memperhatikannhakmsetiap individu yang terkenaadampakkproyek pembangunan jalan tol, maka kepentingannnegara yang

(7)

1217 ingin menciptkaan saranamnumum guna menyejahterakanmnrakyat akan memiliki dampak positifmuntuk kemakmurannrakyat serta tidakmmenimbulkan kekecewaan bagi masyarakat.

Pelaksanaanmpengadaan tanah berakhir denganmadanyampelepasan hak penguasaan atasmtanah dari pemegang hak atas tanah kepada instansi yang memerlukan tanah sebagai pihak yang berkepentingan dalam pembangunan untuk kepentingan umum. Adanya ganti rugi atas pengadaan tanah mempunyai urgensi yang harus dilakukan denganmtepat sasaranmnsekaligusndengan bentukmdanmbesaran ganti rugi yang wajar sehinggamnganti rugi yang diberikan dapat diterima sepenuhnyamolehnmasyarakatiyang terkena dampak (Subekti &

Winarno Budyatmojo, 2015).

Pada dasarnya, pemberianmganti rugi harusmdiserahkan secara langsungnkepada pemegangghak atas tanah. Apabila pemegang hak atas tanah berhalangan untuk hadir,imaka dapat memberikan kuasa kepada ahli waris maupun pihak lain atas landasan hukum yang berlaku. Penerimamkuasamnhanya dapat menerimamkuasamdari satu orang yang memiliki hak atas ganti rugi. Pihak yang berhaknantaraalain: (Subekti, 2016)

1) Pemegangghak atas tanah;

2) Pemegangghak pengelolaan;

3) Nadzir,nuntuk tanahhwakaf;

4) Pemilikntanah bekassmiliknadat;

5) Masyarakatnhukum adat;

6) Pihakmyang menguasai tanah negara dengannitikad baik;

7) Pemeganggdasarrpenguasaan atas tanah;

8) Pemilik tanah, bangunan,mntanaman maupun bendaalain yangmmberkaitan denganntanah.

Dalammprosesmpelaksanaanipengadaan tanah baginpembangunan untukkkepentingan umum seringkali terdapat beberapa hambatan, baik secara langsung maupun tidak langsungmterhadapmpelaksanaanmganti rugi dalam pengadaan tanah. Data progres terhadap pemberianmnganti rugimkepada pemegangmhak atas tanahmyang sudah mencapai angka 95% (sembilan puluh lima persen) memperlihatkan bahwa hambatan yang dihadapi saat ini tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh Ibu Nur Setyaningsih selaku staff Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengadaan Tanah, hambatan pemberian ganti rugi yang dihadapi saat ini yaitu:

1) Surat Keputusan Penetapan Lokasi yang sudah kadaluwarsa

Sebagaimanaatelah diatur dalam Pasal 24 Undang-UndanggNomor 2 Tahun

2012, penetapan lokasimpembangunan

untukkkepentinganjumumidiberikanidalam waktu 2 (dua) tahun serta dapat diperpanjang palingglama 1 (satu)ntahun. Apabila dalammjangka waktu penetapan lokasi pembangunanmuntuk kepentingan umum tersebut tidakmterpenuhi, maka ketua P2T memberikan rekomendasi kepada instansi yanggmemerlukan tanah untukmmelakukannpembaruan DPPT serta proses ulanggPenetapan Lokasi terhadap sisa tanah yang belum selesai pengadaan tanahnya. Permohonan untuk pembaruan DPPT dan melakukan proses ulang Penetapan Lokasi dapat diajukan kepada gubernur/bupati/wali kota.

(8)

1218 Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan ganti rugi untukkkepentingan umum dalammpembangunannjalan tolndi Kabupaten Sragen ini terjadi karena jangka waktumPenetapan Lokasimpembangunan yang sudah kadaluwarsa, dimana jangkaawaktu 2n(dua) tahunndan perpanjangan 1 (satu)mtahun sudah dilakukan namun pengadaan tanah tidak kunjung usai, sehingga perlu melakukan pembaruan DPPT dan proses ulangnPenetapan Lokasi.

2) Surat keputusan Gubernur tidak segera diterbitkan

Berdasarkan keterangan yang dipaparkan oleh Ibu Nur Setyaningsih selaku staff Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengadaan Tanah, permohonan pembaruan DPPT dan proses ulang Penetapan Lokasi sudah diajukan sejak bulan Maret 2022 kepada Gubernur Jawa Tengah. Namun, hingga saat ini Surat Keputusan Penetapan Lokasi belum juga dikeluarkan sehingga Pejabat Pembuat Komitmen tidak bisa segera memberikan ganti rugi kepada masyarakat yang belum menerima uang ganti rugi.

Penerbitan Surat Keputusan Gubernur dalam hal perpanjangan Penetapan Lokasi sudahhdiatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 yaitu dalamijangka waktu 7 (tujuh) hari. Namun, dalam hal jangka waktu penerbitan Surat Keputusan Gubernur yang melalui proses ulang belum diatur. Hal ini tentu dapat menghambat proses pemberian ganti rugi. Belum adanya pengaturan terkait jangka waktu penerbitan Surat Keputusan Gubernur terkait proses ulang penetapan lokasi menimbulkan ketidakpastian hukum. DalammPasal 46 ayat (7) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 menyatakan bahwa dalam hal perpanjangan Penetapan Lokasi pembangunanmtidak diterbitkanmoleh gubernurmdalamnjangka waktu 7 (tujuh) hari, permohonan perpanjangan Penetapan Lokasi dapat diajukan kepada Menteri. Namun demikian, dalam hal penetapanmlokasimpembangunan yang melalui proses ulang tidak diatur jangka waktu penerbitan serta apa yang harus dilakukan apabila surat keputusan tersebut tidak kunjung diterbitkan. Hal ini tentu membuat pihak Pelaksana Pengadaan Tanah dan Pejabat Pembuat Komitmen tidak bisa berbuat banyak.

Mereka hanya bisa menunggu hingga Surat Keputusan Gubernur keluar tanpa ada jangka waktu yang pasti. Dengan demikian, pihak Pelaksana Pengadaan Tanah dan Pejabat Pembuat Komitmen belum bisa memastikan kapan bisa dilaksanakan pemberian ganti rugi kepada pihak-pihak yang berhak karena masih menunggu diterbitkannya Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah terkait pembaharuan penetapan lokasi.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkanmdata-data hukum yang diperoleh darimpenelitian, Penulisimengambil kesimpulannsebagai berikut:

a. Pelaksanaan gantimrugi pengadaan tanah terkhusus dalam pembangunan jalanntol di Kabupaten Sragen secara keseluruhan belumiterlaksana dengan optimal. Terbukti dengan adanya 58 bidang tanah yang belum diberikan uang ganti rugi.

b. Hambatan dalam pelaksanaanmganti rugi

pengadaanmmtanahmuntukmkepentingan umum dalammpembangunan jalan tol di Kabupaten Sragen yaitu Surat Keputusan Penetapan Lokasi yang sudah

(9)

1219 kadaluwarsa dan Surat Keputusan Gubernur yang tidak segera diterbitkan sehingga mengakibatkan keterlambatan pemberian ganti rugi kepada pihak yang berhak.

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Soemitro, R. H. (1990). Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri.

Arba, H. . (2019). Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum.

Jurnal dan Publikasi Ilmiah:

Dekie GG Kasenda. (2015). Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum . Morality : Jurnal Ilmu Hukum, 2(2).

Harjanti, L. T. (2012). Rekam Jejak Kebijakan Pelaksanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Iptek Pertanahan, 2(1), 1–16.

Subekti, R. (2016). Kebijakan Pemberian Ganti Kerugian Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Yustisia Jurnal Hukum, 95(2), 376–394. https://doi.org/10.20961/yustisia.v95i0.2816

Subekti, R., Budyatmojo, W., & Raharjo, P. S. (2019). Perencanaan dan Pemanfaatan Ruang Berkeadilan untuk Mengantisipasi Alih Fungsi Tanah Pertanian. Jurnal

Bina Hukum Lingkungan, 3(2), 234–245.

https://doi.org/10.24970/jbhl.v3n2.17

Subekti, R., & Winarno Budyatmojo. (2015). Perlindungan Lahan Pertanian Dalam Mengantisipasi Alih Fungsi Tanah Akibat Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan.

Yustisia Jurnal Hukum, 92(2), 439–455.

https://doi.org/10.20961/yustisia.v92i0.3826

Suntoro, A. (2019). Penilaian Ganti Kerugian dalam Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum: Perspektif HAM. BHUMI: Jurnal Agraria Dan Pertanahan, 5(1), 13. https://doi.org/10.31292/jb.v5i1.316

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

Internet/Website:

IKP. (2022). Pengadaan Tanah Penambahan Lahan bagi Pembangunan Jalan Tol Solo - Mantingan di Sragen dan Karanganyar. Bidang Informasi Dan Komunikasi Publik. https://jatengprov.go.id/rilis/pengadaan-tanah-penambahan-lahan- bagi-pembangunan-jalan-tol-solo-mantingan-di-sragen-dan-karanganyar/

Referensi

Dokumen terkait

Sudaryatmo, 1999 : 1 Hal tersebut terasa semakin sempit dan semakin digerogoti dengan mengabaikan hak-hak yang ada pada pihak pengirim sebagai pihak yang lemah dalam perjanjian yang