• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of ASPEK HUKUM DALAM PENGADAAN TANAH GUNA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR TIMUR DI SUKOHARJO

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of ASPEK HUKUM DALAM PENGADAAN TANAH GUNA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR TIMUR DI SUKOHARJO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

P-ISSN: 2356-4164, E-ISSN: 2407-4276

Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/jkh

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

1413

ASPEK HUKUM DALAM PENGADAAN TANAH GUNA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR TIMUR DI SUKOHARJO

Nadia Nurul Aini, Rahayu Subekti, Purwono Sungkowo Raharjo Universitas Sebelas Maret Surakarta

E-mail : [email protected], [email protected], [email protected]

Info Artikel Abstract Masuk: 1 Desember 2022

Diterima: 15 Januari 2023 Terbit: 1 Februari 2023 Keywords:

Land Acquisition, Compensation, Public Interest

This article aims to understand the actualization of land acquisition in the construction of the Sukoharjo East Ring Road (JLT) and the obstacles encountered in the implementation of land acquisition. This research is included in empirical legal research and is descriptive in nature which is then analyzed qualitatively. The results showed that the actualization of land acquisition for the construction of JLT Sukoharjo was not fully in accordance with Law Number 2 of 2012 because there was no deliberation to determine the amount of compensation, but only determined the form of compensation. There are several obstacles to the land acquisition process for the construction of JLT Sukoharjo, namely there are parties who do not agree on the amount of compensation, the certificate for the land is lost, the owner of the prospective land as a replacement for the village treasury land cannot show the original certificate for the land, and the processapproval from the Head of the Regional Office of the Ministry of Religion of Central Java for the exchange of waqf assets takes a long time.

Abstrak Kata kunci:

Pengadaan Tanah, Ganti Rugi, Kepentingan Umum Corresponding Author :

Nadia Nurul Aini, e-mail : [email protected]

Artikel ini memiliki tujuan untuk memahami pelaksanaan pengadaan tanah dalam pembangunan Jalan Lingkar Timur (JLT) Sukoharjo beserta kendala yang ditemui di dalam pelaksanaan pengadaan tanahnya. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian hukum empiris dan bersifat deskriptis yang kemudian di analisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo belum seutuhnya sesuai

(2)

1414 UU Nomor 2 Tahun 2012 dikarenakan tidak adanya musyawarah penetapan besaran ganti rugi, melainkan hanya penetapan bentuk ganti kerugian. Terdapat beberapa kendala pada proses pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo, yaitu adanya pihak yang tidak sepakat mengenai besaran ganti kerugian, sertifikat atas tanah hilang, pemilik calon tanah pengganti tanah kas desa tidak dapat menunjukkan sertifikat asli atas tanahnya, dan proses persetujuan dari Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah untuk penukaran harta benda wakaf membutuhkan waktu yang lama.

@Copyright 2023.

PENDAHULUAN

Salah satu sumber daya alam yang memiliki peran penting bagi kehidupan manusia adalah tanah. Manusia dalam menjalankan hidupnya sebagian besar bergantung pada tanah. Manusia memanfaatkan tanah sebagai sumber mata pencaharian, tempat tinggal, mencari makanan, dan kebutuhan lainnya yang memiliki sifat ekonomis dan religius (Adriansa et al., 2020).

Indonesia adalah negara yang memiliki tanah yang subur dan luas. Tanah tersebut sangat berpotensi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat. Hal ini selaras dengan UUD NRI 1945 khususnya dalam Pasal 33 ayat (3) yang berbunyi:

“bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.” Secara hukum, hak menguasasi dari negara diatur dalam UUPA pada Pasal 2 ayat (2).

Sementara itu, macam-macam hak daripada tanah telah diatur pada Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 5 Tahun 1960 dan diperinci pada Pasal 16 ayat (1) UU Nomor 5 Tahun 1960. Walaupun demikian, perseorangan atau badan hukum dalam menggunakan hak atas tanahnya tetaplah harus memperhatikan fungsi sosial atas tanah. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UU nomor 5 Tahun 1960 yang berbunyi: “semua hak atas tanah memiliki/mempunyai fungsi sosial.”

Pada dasarnya, fungsi sosial yang dimiliki oleh tanah menyatakan bahwa apapun hak atas tanah yang dimiliki oleh perseorangan maupun badan hukum tidak dapat dianggap benar bahwa tanah yang dimilikinya itu akan dimanfaatkan ataupun tidak dimanfaatkan hanya demi keperluan dirinya sendiri. Dalam menggunakan tanah harus sesuai dengan sifat daripada hak yang dimilikinya, sehingga dapat memberikan manfaat untuk masyarakat dan negara (Wibowo et al., 2021). Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan perseorangan atau badan hukum atas tanah haruslah dilepaskan apabila sewaktu-waktu tanah yang dimilikinya hendak dilakukan pembangunan untuk kepentingan umum.

Pada kondisi pengadaan tanah guna pembangunan demi kepentingan umum, justru dapat dilakukan pencabutan hak milik atas tanah karena fungsi sosial yang dimilikinya (Kasenda, 2015). Persoalan dalam aktualisasi pembangunan demi kepentingan umum yaitu kurangnya ketersediaan tanah. Pada saat ini, sulit melakukan pembangunan di atas tanah negara karena jumlahnya yang sangat

(3)

1415 terbatas. Hal inilah yang menimbulkan konsekuensi bahwa negara harus berupaya untuk menyediakan tanah bagi pembangunan dengan cara menguasai tanah-tanah milik masyarakat (Wahanisa et al., 2021).

Pengadaan tanah adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan mendapatkan tanah demi kepentingan umum yang berdasar pada musyawarah untuk memperoleh kata “sepakat” terkait ganti kerugian sebelum dilakukannya pencabutan hak (Subekti, 2016). Pasal 18 UU Nomor 5 Tahun 1960 menjadi alas yuridis untuk pengambilan hak atas demi kepentingan umum, yang didalamnya termasuk keperluan bangsa maupun negara, juga keperluan bersama dari rakyat. Pada pasal tersebut, menyebutkan bahwa dapat dilakukan pencabutan terhadap hak-hak daripada tanah, yaitu melalui pemberian ganti rugi yang layak berdasarkan aturan yang tercantum dalam undang-undang.

Salah satu contoh pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah pembangunan JLT Sukoharjo. Proyek pembangunan JLT Sukoharjo adalah salah satu program jangka panjang Pemerintah Kabupaten Sukoharjo untuk memperlancar arus lalu lintas kendaraan sekaligus mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengingat banyaknya usaha dan industri yang berdiri di beberapa wilayah di Kabupaten Sukoharjo (Tomi, 2021).

Pembangunan JLT Sukoharjo melewati 5 desa yang berada di 2 kecamatan.

Kecamatan Nguter terdiri dari Desa Plesan dan Desa Celep serta Kecamatan Bendosari terdiri dari Desa Manisharjo, Desa Mojorejo, dan Desa Bendosari (Putra, 2020). Hingga 8 Maret 2023, proses pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo belum selesai secara tuntas dan masih menyisakan 4 bidang tanah, yaitu 3 bidang tanah milik perseorangan dan 1 bidang tanah wakaf.

Proses pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo dalam pelaksanaannya mengalami permasalahan, yaitu adanya beberapa warga yang tidak setuju terhadap nilai ganti rugi yang diberikan. Hal ini dapat terjadi karena tidak dilakukannya musyawarah untuk menentukan besarnya nilai ganti rugi. Nilai ganti rugi ditetapkan secara sepihak oleh Penilai. Musyawarah yang dilakukan juga sebatas untuk menetapkan bentuk ganti kerugiannya saja.

Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo dan kendala yang ditemui dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian hukum empiris yang sifatnya deskriptif. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penggunaan data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan langsung dari masyarakat, sedangkan data sekunder merupakan data yang didapatkan dari bahan-bahan pustaka (Soekanto & Mamudji, 2015). Teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait dan juga studi pustaka. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif yang dimulai dengan mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan.

(4)

1416 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan Pengadaan Tanah dalam Pembangunan JLT Sukoharjo

Pengadaan tanah mempunyai pengaruh yang besar bagi suatu pembangunan.

Proyek pembangunan JLT Sukoharjo tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya pengadaan tanah. Berikut adalah beberapa tahapan dalam pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo:

1. Tahap Perencanaan Pengadaan Tanah

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Dinas PUPR) Kabupaten Sukoharjo membuat rencana pengadaan tanah yang disusun dalam bentuk Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang berisi tentang 1) maksud dan tujuan rencana pembangunan, 2) kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Pembangunan Nasional dan Daerah, 3) letak tanah, 4) luas tanah yang dibutuhkan, 5) gambaran umum status tanah, 6) perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan tanah, 7) perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan, 8) perkiraan nilai tanah, dan 9) rencana penganggaran. Hal ini sesuai dengan Pasal 15 UU Nomor 2 Tahun 2012. DPPT tersebut kemudian ditetapkan oleh Kepala Dinas PUPR Kabupaten Sukoharjo untuk selanjutnya disampaikan kepada Gubernur Jawa Tengah.

2. Tahap Persiapan Pengadaan Tanah

Tim Persiapan Pengadaan Tanah dibentuk oleh Bupati Sukoharjo melalui Keputusan Bupati Sukoharjo Nomor 590/647 Tahun 2018 pada tanggal 5 Oktober 2018. Tugas dari Tim Persiapan Pengadaan Tanah adalah:

a. Melakukan pemberitahuan rencana pembangunan

Pemberitahuan rencana pembangunan JLT Sukoharjo disampaikan kepada masyarakat melalui sosialisasi. Diawali pada tanggal 4 Desember 2018 di Balai Desa Celep, 5 Desember 2018 di Balai Desa Manisharjo, dan 6 Desember 2018 di Balai Desa Mojorejo.

Namun, pada tahun 2019 terdapat perubahan Detail Engineering Design JLT Sukoharjo sehingga diadakan sosialisasi ulang yang dimulai pada tanggal 12 September 2019 di Balai Desa Celep, 18 September 2019 di Balai Desa Manisharjo, 19 September 2019 di Balai Desa Mojorejo, dan 24 September 2019 untuk Desa Bendosari.

Kegiatan sosialisasi di Desa Plesan dalam pelaksanaannya digabung dengan Desa Celep. Dalam sosialisasi tersebut disampaikan mengenai maksud dan tujuan pembangunan JLT Sukoharjo beserta tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan dalam pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo.

b. Melakukan pendataan awal lokasi rencana pembangunan

Pendataan awal lokasi rencana pembangunan dilakukan untuk mengumpulkan data awal pihak yang berhak beserta objek pengadaan tanah.

Kegiatan ini dilakukan oleh Tim Persiapan berdasarkan DPPT dengan jangka waktu maksimal 30 hari kerja dari pemberitahuan rencana pembangunan.

Hal ini sebagaimana dalam Pasal 27 ayat (1) PP Nomor 19 Tahun 2021.

Selanjutnya, hasil pendataan tersebut dibuat dalam bentuk daftar sementara pihak yang berhak dan objek pengadaan tanah yang kemudian ditandatangani oleh Ketua Tim Persiapan.

c. Melaksanakan konsultasi publik rencana pembangunan

(5)

1417 Kegiatan konsultasi publik rencana pembangunan JLT Sukoharjo dilaksanakan secara bersamaan pada tanggal 30 November 2019. Untuk Desa Plesan dan Desa Celep, bertempat di Rumah Bapak Surono (Kepala Desa Celep). Sementara itu, untuk Desa Manisharjo bertempat di Balai Desa Manisharjo. Sedangkan untuk Desa Mojorejo dan Desa Bendosari bertempat di Balai Desa Mojorejo.

Dalam konsultasi publik tersebut, disampaikan mengenai kedudukan Penilai dalam penentuan ganti rugi dan apa saja objek yang dapat dinilai.

Pada pelaksanaan konsultasi publik, diketahui bahwa tidak ada warga yang merasa keberatan dengan rencana pembangunan JLT Sukoharjo.

d. Menyiapkan penetapan lokasi pembangunan

Bupati Sukoharjo menetapkan lokasi pembangunan melalui Keputusan Bupati Sukoharjo Nomor 590/16 Tahun 2020 pada tanggal 2 Januari 2020.

Penlok tersebut berfungsi dalam kurun waktu 2 tahun sejak Keputusan Bupati mulai berlaku. Akan tetapi, pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo belum selesai sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, dilakukan perpanjangan jangka waktu penetapan lokasi pembangunan JLT Sukoharjo melalui Keputusan Bupati Sukoharjo Nomor 180/1 Tahun 2022 pada tanggal 3 Januari 2022.

e. Mengumumkan penetapan lokasi

Pengumuman penetapan lokasi pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo dilakukan dengan cara menempelkannya di masing-masing kantor desa lokasi pembangunan. Selain itu juga melalui koran Solopos, Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Kabupaten Sukoharjo, dan website Pemerintah Kabupaten Sukoharjo.

3. Tahap Pelaksanaan Pengadaan Tanah

Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Sukoharjo membentuk Pelaksana Pengadaan Tanah melalui Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Sukoharjo Nomor: 181.1/SK-33.11.AT.02/II/2020. Sebelum melakukan tahapan pelaksanaan, terlebih dahulu diadakan sosialisasi kepada masyarakat pada tanggal 11 Juni 2020. Dalam sosialisasi tersebut disampaikan mengenai tahapan-tahapan dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum serta apa saja yang menjadi hak dan kewajiban masyarakat yang tanahnya terkena pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo.

Berikut merupakan tahapan-tahapan dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo:

a. Identifikasi dan inventarisasi

Kegiatan ini dilakukan oleh Satgas yang dibentuk oleh Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah. Satgas tersebut terdiri dari Satgas A yang membidangi pengumpulan data fisik objek pengadaan tanah dan Satgas B yang membidangi pengumpulan data yuridis objek pengadaan tanah.

Satgas A bertugas untuk mengukur dan memetakan batas keliling lokasi dan bidang per bidang tanah. Sementara itu, Satgas B bertugas untuk mengumpulkan data pihak yang terdampak beserta dengan objek yang terdampak. Hasil dari kegiatan ini kemudian dituangkan dalam bentuk peta bidang tanah dan daftar nominatif.

(6)

1418 Terhadap peta bidang tanah dan daftar nominatif tersebut kemudian diumumkan di kantor desa masing-masing lokasi pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo dalam jangka waktu paling lama 14 hari kerja.

Hal ini sebagaimana dalam Pasal 105 Permen ATR/Kepala BPN Nomor 19 Tahun 2021.

b. Penilaian ganti kerugian

Penilai atau Appraisal memiliki tugas untuk menilai besarnya ganti rugi terhadap bidang per bidang tanah yang mencakup tanah, ruang atas dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang ada kaitannya dengan tanah, dan kerugian lain yang dapat dinilai.

Pedoman yang digunakan untuk melakukan penilaian adalah Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) dan Standar Penilai Indonesia (SPI). Dalam hal ini, Penilai menghitung besarnya ganti kerugian dengan berdasar pada SPI 204 dan PPI 204 (Widyahari, 2022).

Dalam penilaian ganti rugi, posisi masyarakat tidak berdaya karena tidak bisa menolak ketika negara membutuhkan tanah. Suka tidak suka, masyarakat terpaksa menyerahkan tanahnya, yang berujung pada hilangnya kenangan dan memori akan rumahnya. Hal inilah yang kemudian dimasukkan oleh Penilai ke dalam komponen penilaian ganti kerugian non- fisik (Triono, 2017).

c. Musyawarah penetapan bentuk ganti kerugian

Musyawarah penetapan bentuk ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo dilakukan pada Senin, 14 Desember 2020 yang dihadiri seluruh pihak yang berhak dengan jumlah 394 orang.

Hasil dari musyawarah ini adalah sebanyak 394 pihak yang berhak sepakat bahwa ganti kerugian diberikan dalam bentuk uang.

Pasal 34 ayat (3) UU Nomor 2 Tahun 2012 menyatakan bahwa: “nilai ganti kerugian berdasarkan hasil penilaian Penilai menjadi dasar musyawarah penetapan ganti kerugian.” Hal ini dapat diartikan bahwa musyawarah dapat dilaksanakan guna menetapkan bentuk ataupun besaran ganti rugi. Kemudian, Pasal 37 ayat (1) UU Nomor 2 Tahun 2012 menyatakan pula bahwa: “Lembaga Pertanahan melakukan musyawarah dengan pihak yang berhak dalam waktu paling lama 30 hari kerja sejak hasil penilaian dari Penilai disampaikan kepada Lembaga Pertanahan untuk menetapkan bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian berdasarkan hasil penilaian ganti kerugian.” Tentunya hal ini semakin menjelaskan bahwa musyawarah tidak hanya untuk menetapkan bentuk ganti rugi, akan tetapi juga menetapkan besaran ganti rugi (Aqli, 2020).

Pada kenyataannya, musyawarah yang dilakukan dalam pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo adalah musyawarah penetapan bentuk ganti kerugian. Terkait dengan besaran ganti kerugian, tidak diadakan musyawarah terlebih dahulu dan langsung dilakukan penilaian oleh Penilai. Barulah hasil penilaian tersebut diberikan kepada masing- masing pihak yang berhak.

Dalam hal ini, pihak yang berhak dapat mengajukan keberatan ke Pengadilan Negeri Sukoharjo dalam jangka waktu 14 hari. Akan tetapi, pada faktanya tidak ada pihak yang berhak yang mengajukan keberatan.

(7)

1419 d. Pemberian Ganti Kerugian

Pemberian ganti kerugian dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo dilakukan secara bertahap, antara lain pada tanggal 12 April 2021, 22 April 2021, 26 April 2021, 29 April 2021, 15 September 2021, 11 November 2021, dan 30 Desember 2021. Pemberian ganti kerugian tersebut dilakukan dengan cara pembukaan rekening baru di Bank Jateng.

Pada pelaksanaannya, per 8 Maret 2023 pemberian ganti kerugian sudah diberikan untuk 390 bidang tanah dengan luas 160.092 m2 dari target 394 bidang tanah dengan luas 160.398 m2. Jika dihitung menggunakan presentase, maka realisasi pemberian ganti rugi dalam pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo sudah mencapai 99%.

e. Pelepasan Hak

Pelepasan hak merupakan suatu kegiatan pemutusan hubungan hukum oleh pihak yang berhak kepada negara. Proses pelepasan hak dilaksanakan secara bersamaan dengan pemberian ganti kerugian. Dibuatkan berita acara dalam setiap kegiatan pelepasan hak. Dalam kaitannya dengan pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo, masih tersisa 5 bidang tanah yang belum bisa dilakukan pelepasan haknya, yang terdiri dari 3 bidang tanah milik perseorangan, 1 bidang tanah kas desa, dan 1 bidang tanah wakaf.

4. Tahap Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah

Kegiatan penyerahan hasil pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo dilakukan pada tanggal 21 Desember 2022. Selanjutnya, dilakukan pensertifikatan oleh Dinas PUPR Kabupaten Sukoharjo. Proses pensertifikatan belum sepenuhnya selesai karena ada beberapa sertifikat yang belum selesai di splitsing di Kantor Pertanahan Kabupaten Sukoharjo.

Kendala dalam Pelaksanaan Pengadaan Tanah untuk Pembangunan JLT Sukoharjo

Persoalan yang banyak terjadi dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah dalam hal pemberian ganti kerugian. Pada dasarnya, pemberian ganti kerugian adalah wujud penghormatan atas hak-hak dan kepentingan individu yang sudah dikorbankan demi kepentingan umum (Lestari, 2020).

Ganti kerugian dalam pengadaan tanah harus dilakukan tepat sasaran dan dalam bentuk serta besaran yang layak agar dapat diterima oleh masyarakat yang terkena pengadaan tanah secara sepenuhnya (Subekti & Budyatmojo, 2015).

Dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo terdapat beberapa kendala yakni sebagai berikut:

1. Tanah Milik Perseorangan

a) Tidak sepakat mengenai besaran ganti kerugian

Dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo terdapat beberapa warga yang tidak sepakat mengenai besaran ganti kerugian yang diberikan. Hingga 8 Maret 2023, masih menyisakan 1 warga Desa Mojorejo yang menolak untuk melepaskan tanahnya.

Perbedaan pandangan antara Pemerintah dan masyarakat terkait pemberian ganti kerugian adalah hal yang sering terjadi. Dimana pemerintah beranggapan bahwa besaran ganti kerugian sudah diberikan secara layak.

(8)

1420 Berbeda halnya dengan masyarakat yang beranggapan bahwa ganti kerugian yang diberikan masih belum layak.

Meskipun terdapat beberapa warga yang tidak sepakat dengan besaran ganti kerugian, akan tetapi tidak ada warga yang mengajukan keberatan ke Pengadilan Negeri Sukoharjo.

b) Sertifikat atas tanah hilang

Persoalan ini terjadi di Desa Mojorejo sebanyak 1 bidang tanah. Sertifikat yang hilang menyebabkan kesulitan dalam hal pemberian ganti kerugian dan pelepasan haknya, karena sertifikat adalah alat bukti yang kuat terkait dengan kepemilikan atas tanah.

2. Tanah Kas Desa

a) Pemilik calon tanah pengganti tidak dapat menunjukkan sertifikat asli atas tanahnya

Persoalan ini terjadi terhadap 1 bidang tanah kas desa di Desa Mojorejo.

Ketika akan dilakukan tukar-menukar tanah kas desa, pemilik calon tanah pengganti tidak dapat menunjukkan sertifikat asli atas tanahnya dan hanya memiliki fotokopian sertifikatnya saja.

Uang untuk ganti kerugian masih disimpan di rekening Desa Mojorejo dan belum dapat diberikan kepada pemilik calon tanah pengganti karena belum bisa menunjukkan sertifikat asli atas tanahnya.

3. Tanah Wakaf

a) Proses persetujuan dari Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah membutuhkan waktu yang lama

Proses tukar-menukar tanah dan bangunan wakaf di Desa Mojorejo hanya dapat dilakukan setelah mendapatkan izin dari Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah, sedangkan izin tersebut baru bisa diberikan setelah ada persetujuan dari Badan Wakaf Indonesia (BWI). Hal ini tentunya memerlukan waktu yang lama dalam pengurusannya.

PENUTUP Kesimpulan

Pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo belum sepenuhnya sesuai dengan UU Nomor 2 Tahun 2012. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya musyawarah untuk menetapkan besaran ganti kerugian. Pada kenyataannya, musyawarah yang dilakukan hanya sebatas untuk menentukan bentuk ganti kerugiannya saja.

Terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan JLT Sukoharjo, antara lain adanya pihak yang tidak sepakat mengenai besaran ganti kerugian, sertifikat atas tanah hilang, pemilik calon tanah pengganti tanah kas desa tidak dapat menunjukkan sertifikat asli atas tanahnya, dan proses persetujuan dari Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah untuk penukaran harta benda wakaf membutuhkan waktu yang lama.

Saran

Dengan tidak adanya musyawarah untuk menetapkan besaran ganti kerugian maka tidak sesuai dengan prinsip dasar pengadaan tanah yang mengedepankan asas musyawarah. Musyawarah penetapan besaran ganti kerugian hendaknya

(9)

1421 dilakukan agar masyarakat ikut berpartisipasi dalam menetapkan besaran ganti kerugian, sehingga tercipta rasa adil bagi masyarakat.

Diharapkan kepada masyarakat untuk lebih memahami bahwa tanah memiliki fungsi sosial, sehingga menyadari bahwa tanah tidak boleh digunakan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi harus memperhatikan kepentingan umum.

Selanjutnya, terkait dengan sertifikat atas tanah yang hilang, dapat segera dimohonkan ke Kantor Pertanahan agar tidak memperlambat proses pengadaan tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Adriansa, M. Z., Adhim, N., & Silviana, A. (2020). Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Bendungan Bener di Desa Wadas Kabupaten Purworejo (Tahap I) (Studi Kasus Hambatan dalam Pengadaan Tanah di Desa Wadas). Diponegoro Law Journal, 9(1), 138–154.

Aqli, Z. (2020). Diskusi: Musyawarah dan Nilai Ganti Kerugian Pengadaan Tanah.

https://wartapenilai.id/2020/09/12/diskusi-musyawarah-dan-nilai-ganti- kerugian-pengadaan-tanah/

Kasenda, D. G. (2015). Ganti Rugi dalam Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum. Jurnal Morality, 2(2).

Lestari, P. (2020). Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Demi Kepentingan Umum di Indonesia Berdasarkan Pancasila. Sign Jurnal Hukum, 1(2), 71–86.

Putra, E. (2020). Jalur Lingkar Timur Didesain Ulang, Ada 481 Bidang Tanah yang Terkena Proyek. https://sukoharjonews.com/jalur-lingkar-timur-didesain- ulang-ada-481-bidang-tanah-yang-terkena-proyek/

Soekanto, S., & Mamudji, S. (2015). Penelitian Hukum Normatif. PT. Raja Grafindo Persada.

Subekti, R. (2016). Kebijakan Pemberian Ganti Kerugian dalam Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Yustisia, 5(2), 376–394.

Subekti, R., & Budyatmojo, W. (2015). Perlindungan Lahan Pertanian Dalam Mengantisipasi Alih Fungsi Tanah Akibat Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan.

Yustisia, 4(2), 439–455. https://doi.org/10.20961/yustisia.v92i0.3826

Tomi. (2021). Pacu Ekonomi, Pemkab Sukoharjo Siapkan Program Empat Jalur Lingkar. https://www.krjogja.com/berita-lokal/read/276188/pacu-ekonomi- pemkab-sukoharjo-siapkan-program-empat-jalur-lingkar

Triono, D. (2017). Penilaian Ganti Kerugian Tanah untuk Kepentingan Umum Berdasarkan Standar Penilaian Indonesia 2015. Substansi, 1(2), 265–279.

Wahanisa, R., Hidayat, A., Riyanto, R. B., & Anggono, B. D. (2021). Problems of Disputes/Conflicts over Land Acquisition towards Development for Public Interest in Indonesia. International Journal of Criminology and Sociology, 10, 320–325.

Wibowo, S. N., Pujiwati, Y., & Rubiati, B. (2021). Kepastian hukum ganti kerugian pengadaan tanah bagi pembangunan jalan tol cisumdawu. ACTA DIURNAL, 4(2), 191–209.

Widyahari, N. L. A. (2022). Mengenal Solatium di Nilai Ganti Kerugian Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

https://penilaian.id/2022/04/09/mengenal-solatium-di-nilai-ganti-kerugian- pengadaan-tanah-bagi-pembangunan-untuk-kepentingan-umum/

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sengketa dari pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum dalam hal ini proses pemberian ganti kerugian khususnya

Pada kenyataannya dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan raya Ciawi-Singaparna muncul beberapa persoalan yang berkaitan dengan masalah pelepasan hak

Anastasia Chintya Iswati Ningtyas, 2008, Pemberian Ganti Kerugian (Tanah Hak Milik) Dalam Pengadaan Tanah Untuk Perluasan Kampus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

ganti rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat fisik dan/atau non fisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan,

Kemudian Pasal 36 Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang menyebutkan tentang bentuk-bentuk ganti kerugian yang

Ganti kerugian yang diperoleh masyarakat sering dirasakan masih belum memiliki rasa keadilan. Masyarakat menganggap ganti kerugian yang diperoleh tidak sebanding dengan tanah

Masalah ganti kerugian merupakan hal yang paling penting dalam proses pengadaan tanah. Ganti rugi adalah pemberian ganti atas kerugian yang diderita oleh pemegang hak

Dengan menganalisis konsep hukum pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol dalam Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2012 maka konsep hukum pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol dalam