• Tidak ada hasil yang ditemukan

Astronomi Tradisi (Membaca Kalender Rowot Sasak) - Penulis

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Astronomi Tradisi (Membaca Kalender Rowot Sasak) - Penulis"

Copied!
261
0
0

Teks penuh

ASTRONOMI, MUSIM DAN KALENDER

Astronomi

Astronomi Stellar adalah cabang astronomi yang memfokuskan penelitiannya pada perjalanan kehidupan bintang, termasuk lubang hitam, nebula, dan supernova. Astronomi matahari adalah cabang astronomi yang mengkhususkan bidang penelitiannya untuk menganalisis hanya satu bintang, yaitu matahari.

Musim

  • Musim
  • Pranata Mangsa
  • Mangsé

Kata Pranata berasal dari dua kata, pranata berarti aturan dan pra berarti musim atau. Lembaga konservasi dalam versi pengetahuan yang dimiliki petani atau nelayan ditransmisikan secara lisan (word of mouth).

Kalender

  • Kalender Dunia
  • Kalender Tradisi

Bisa juga kita katakan bahwa bulan dalam penanggalan Dayak Wehea sebenarnya menunjukkan tanggal di sebagian besar penanggalan lainnya. Bedanya penanggalan pada penanggalan lain menggunakan angka, penanggalan Dayak Wehea tidak menggunakan angka untuk menyebutkan tanggal, melainkan menggunakan nama tertentu dalam bahasa Dayak Wehea. Sementara itu, masa dalam penanggalan Dayak Wehea merupakan tanda awal dimulainya berbagai aktivitas dalam kehidupan masyarakat Dayak Wehea, khususnya dalam bercocok tanam serta pelaksanaan acara adat dan syukuran yang berkaitan dengan pertanian mereka.

Bentuk bulan pada triwulan pertama dan terakhir yang berbentuk setengah lingkaran vertikal memiliki arti jelek dalam penanggalan Dayak Wehea sehingga dikategorikan sebagai bulan jelek. Arti bulan sial dan bulan baik dalam penanggalan Dayak Wehea digunakan sebagai tanda untuk memulai suatu kegiatan. Dari 30 bulan kalender Dayak Wehea, ada dua yang dikecualikan, yakni Keslih dan Keldem.

Maksud dari pengecualian ini adalah bahwa kedua bulan tersebut merupakan bulan yang baik atau bulan yang bertuah, namun dalam adat Dayak Wehea, meskipun kedua bulan tersebut merupakan bulan yang baik, namun pada bulan tersebut tidak boleh melakukan atau memulai kegiatan adat. Sepuluh periode tersebut dimanfaatkan oleh suku Dayak Wehea untuk melakukan kegiatan adat di desa tersebut. Masa dan bulan dalam penanggalan Dayak Wehea merupakan dua hal yang saling berkaitan karena pelaksanaan masa selalu bergantung pada bulan.

JEJAK ASTRONOMI TRADISI

Jejak Astronomi Tradisi

Tidak dapat dipungkiri bahwa astronomi yang kita kenal sekarang tidak dapat dipisahkan dari suatu tahapan, yaitu dari tahapan mitos yang pada akhirnya menjadi cikal bakal lahirnya astronomi sebagai ilmu. Tradisi astronomi nusantara setidaknya dapat dilihat dari dua sisi yang hidup berdampingan secara harmonis, yaitu budaya astronomi berbasis agraria dan astronomi tradisi maritim. Salah satu bukti kuat bahwa astronomi tradisional telah mengakar cukup lama dan berjalan seiring dengan peradaban manusia, khususnya di Nusantara, adalah penamaan berbagai benda langit di seluruh wilayah Indonesia.

Penamaan rasi bintang berdasarkan nama lokal menunjukkan bahwa pada masa lalu masyarakat Indonesia juga melakukan pengamatan terhadap langit. Benda langit ini digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai faktor penentu waktu tanam, sarana pemujaan, penanggalan atau navigasi. Penamaan bintang secara tradisional pada masyarakat Sasak meliputi: 91 Rowot (Pleiades), Tenggale (Orion), Bintang Basong (Sirius), Bintang Pai (Crux), Bintang Jaran (Pegasus), Bintang Kukus (Komet) dan Bintang Sok (Kalajengking). ) ).

Di antara rasi bintang tersebut, dua gugus yang berperan penting dalam menentukan waktu tahun pada masyarakat Lombok adalah rasi Rowot (Pleiades) dan Tenggale (Orion).

Lombok dan Suku Sasak

Malah ada keturunan Arab dan Cina tinggal dan menetap di Pulau Lombok. 96. Dalam tempoh ini, kita bercakap tentang kehidupan kerajaan dan keluarga diraja di Pulau Lombok. Penduduk Pulau Lombok mengubah cara hidup mereka daripada bertani liar kepada pertanian dan penempatan.

Menurut Babad Lombok, pada masa baru inilah (abad ke-16 M) Islam masuk ke Pulau Lombok, khususnya masyarakat Sasak. Melalui media dakwah dan perang, hampir seluruh pulau Lombok menganut agama Islam, kecuali Pajaraan, Pengantap dan Tebango. Sejak awal abad ke-19, perdagangan di Pulau Lombok yang dilakukan oleh masyarakat Sasak dengan luar daerah mulai ramai.

Orang Sasak dalam berkomunikasi Selain menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, penduduk pulau Lombok (khususnya suku Sasak) menggunakan bahasa Sasak (bahasa ibu) sebagai bahasa utama dalam percakapan sehari-hari.

Jejak Astronomi dan Astrologi Suku Sasak

Hal ini menunjukkan bahwa pada masa itu sudah ada sistem perhitungan penanggalan Sasak, sehingga ilmu astronomi dan astrologi tradisional sudah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Sasak. Masyarakat adat Sasak sangat memperhatikan benda langit dan memberi nama beberapa rasi bintang yang kemudian dijadikan pedoman seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Bagi masyarakat tradisional Sasak, bintang ini merupakan penanda utama untuk mengenali perpindahan mangsé dari ketaun (hujan) ke kebalit (kering).

Bagi masyarakat adat Sasak, jika bintang ini terlihat jelas, itu menandakan waktu tanggal 5 bulan keenam (6) penanggalan Sasak. Bagi masyarakat Sasak, kehadiran komet atau bintang beruap diartikan sebagai pertanda akan datangnya bencana. Papan warige yang juga dikenal sebagai penanggalan tradisional Sasak dikembangkan dan dipimpin oleh masyarakat Sasak hingga saat ini.

Orang Sasak menyebut papan ini sebagai acuan organisasi gawe, betheletan (bercocok tanam), pembagian musim, arah naga, wuku (pengaruh letak rasi bintang terhadap peristiwa di permukaan bumi). ) dan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

Periodisasi Astronomi Tradisi Suku Sasak

  • Periode Awal
  • Periode Pertengahan
  • Periode Baru

Pengetahuan astronomi tradisional Sasak didasarkan pada perhatian yang cermat terhadap benda langit, terutama konstelasi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Sasak menginterpretasikan kebesaran Sang Pencipta dalam ilmu astronomi secara pragmatis. Namun, tidak ada bukti yang kuat untuk menentukan pada periode berapa orang Sasaki mulai mengenal astronomi.

Gugusan bintang Pleiades yang dikenal masyarakat Sasak sebagai Rawat digunakan oleh masyarakat Sasak sebagai penanda dimulainya musim. Orang Sasak menyebut papan warige sebagai acuan untuk menjaga gawe, betelatan (pertanian), pembagian musim, arah naga (edar nage), wuku (pengaruh posisi konstelasi pada peristiwa. Ini merupakan dorongan besar bagi perkembangan tradisi Ilmu Astronomi masyarakat Sasak dalam mempertahankan eksistensi dan penerapannya dalam kehidupan masyarakat.

Penulis menyimpulkan bahwa periode tersebut dapat dikatakan sebagai periode baru atau periode paling akhir dalam perkembangan keilmuan astronomi dalam tradisi masyarakat Sasak.

Gambar 2.1  Papan Warige
Gambar 2.1 Papan Warige

BINTANG ROWOT, WARIGE DAN

Bintang Rowot

Hasil pengamatan tersebut kemudian dicatat pada sebuah "papan perang". Selain digunakan sebagai acuan dalam menentukan awal musim, Rowot juga dijadikan sebagai penanda awal tahun bagi masyarakat Sasak. Kajian ini bertujuan untuk mengakomodir kekayaan intelektual masyarakat Sasak di antara era modernisasi Milenium saat ini (abad 20-21 M).

Sementara itu, mitos yang beredar dan berkembang lebih luas di kalangan masyarakat Sasak adalah bintang Rowot merupakan jelmaan putri Mandalika yang hilang saat terjadi badai di pantai selatan Lombok. Pada masyarakat tradisional Sasak, ilmu perbintangan dan fungsinya telah lama digunakan secara turun-temurun sebagai acuan dalam perjalanan, bercocok tanam atau bercocok tanam dan aktivitas kehidupan lainnya oleh masyarakat. Selain sebagai penanda waktu, bagi masyarakat Sasak, tradisi kemunculan bintang Rowot juga menjadi penanda utama untuk mengenali peralihan mangse (musim) dari ketaun (hujan) ke kebalit (kemarau).

Tidak hanya mengenal dan menerapkan sistem berdasarkan orbit konstelasi tertentu, masyarakat Sasak juga menyandingkan tata surya untuk penanggalan Gregorian dan bulan (lunar system) untuk penanggalan Hijriah sehingga merupakan sistem yang sangat kompleks.

Warige

Papan Warige merupakan penanggalan adat suku Sasak yang dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat Sasak hingga saat ini. Masyarakat Sasak menyebut papan warige sebagai acuan penyelenggaraan gawe, betelatan (budidaya), pembagian musim, penuntun naga, wuku dan tuntunan dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, bagaimanapun, tidak ada bukti kuat untuk menentukan di era mana orang Sasak mulai mengenal astronomi.

Masyarakat Sasak sudah lama menggunakan isyarat-isyarat dalam negeri sebagai acuan untuk menentukan waktu yang tepat untuk melakukan aktivitasnya. Bagi diri yang waspada, bagi masyarakat Sasak hal tersebut merupakan sistem waktu tradisional bagi aktivitas kehidupan mereka. Masyarakat Sasak telah lama menggunakan warige sebagai penanda waktu, dianggap sebagai budaya yang masih lestari dan turun temurun.

Secara ilmiah kita akan mengkategorikannya sebagai astrologi, namun sebenarnya ini adalah rumah khazanah tradisi astronomi yang hidup dan berkembang di masyarakat Sasak.

Kalender Rowot Sasak

  • Sejarah Kalender Rowot Sasak
  • Komponen Kalender Rowot Sasak

Pada awalnya ide pembuatan kalender Rowot Sasak berawal dari kegelisahan terkait budaya Sasak. Sinkronisasi yang dimaksud adalah dalam penanggalan Rowot Sasak, Rowot, sistem penanggalan Masehi dan penanggalan Hijriah juga disertakan. Sistem tahun dalam penanggalan Sasak Rowot masih menggunakan atau meminjam angka tahun Masehi dan Hijriah.

Nama hari dalam penanggalan Rowot Sasak lebih cenderung mengadopsi nama dalam penanggalan Hijriah. Prosesi adat ini dilakukan oleh para kiai adat mengikuti pola 5-15-25 sebagai pola utama penanggalan Rowot Sasak. Biasanya mangsé Saq ini berlangsung pada bulan Mei yang biasanya bertepatan dengan awal tahun kalender Rowot Sasak atau yang dikenal dengan ngandang Rowot.

Kalender Rowot Sasak, yaitu transformasi dari pemahaman waktu berbentuk lempengan Warige menjadi kalender biasa.

MEMBACA KALENDER ROWOT SASAK

Hisab Kalender Rowot Sasak

Penanggalan ini menjadikan tahun Hijrah Nabi Muhammad SAW sebagai tahun pertama (1 Hiriyah) atau bertepatan dengan tanggal 15 Juli 622 Masehi. Pada tahun 2016 ngandang rowot jatuh pada pola pertama yaitu angka 5, sehingga pada tahun 2016 ngandang rowot jatuh pada tanggal 5 Sya’ban 1437 H atau bertepatan dengan tanggal 13 Mei 2016. Pada tahun 2017 berikutnya, pola yang akan yang akan digunakan adalah pola yang kedua yaitu nomor 15 untuk ngandang rowot, sehingga pada tahun 2017 ngandang rowot jatuh pada tanggal 15 Sya’ban 1438 H atau bertepatan dengan tanggal 12 Mei 2017.

Maka pada tahun 2018 ini ngandang kira-kira jatuh pada tanggal 25 Sya'ban 1439 H atau pada tanggal 11 Mei 2018. Bulan Sya'ban akan berganti tahun berikutnya yaitu tahun 2019 menjadi bulan Ramadhan (+1 dari bulan sebelumnya ), tetapi pola angkanya berulang setelah angka 5. Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat betapa eratnya hubungan antara penanggalan Rowot Sasak dengan penanggalan Hijriyah.

Sedangkan hubungan sistem penanggalan Masehi dengan penanggalan Sasak Rowot berkaitan dengan bulan ngandang rowot yang selalu bertepatan dengan bulan Mei.

Menghitung Mangsé

Biasanya mangé Due ini muncul pada bulan Juni yang biasanya bersamaan dengan munculnya bunga komaq. Biasanya mangé Telu ini terjadi pada bulan Juli yang biasanya bersamaan dengan berembunnya penyakit. Biasanya mangé Empat ini terjadi pada bulan Agustus, yang biasanya bertepatan dengan keringnya mata air atau surutnya mata air di sumur-sumur.

Biasanya mangé Enem ini berlangsung pada bulan Oktober, awal dari puncak musim panas. Biasanya mangé Pituq ini terjadi pada bulan November, pada bulan ini terjadi panas terik atau puncak musim panas. Biasanya mangé Baluq ini terjadi pada bulan Desember yang ditandai dengan datangnya curah hujan yang cukup.

Biasanya mangé Duwe Olas ini berlangsung pada bulan April yang ditandai dengan menghilangnya konstelasi Rowot di langit.

Penerapan Kalender Rowot Sasak

MASA DEPAN KALENDER

Masa Depan Kalender Rowot Sasak

Tantangan Kalender Rowot Sasak

Gambar

Gambar 2.1  Papan Warige

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Jumat Tanggal Dua Puluh Satu Bulan Juni Tahun Dua Ribu Tiga Belas (21-06-2013), berdasarkan Berita Acara Penetapan Seleksi Sederhana Nomor:

Masa tugas Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur di Sidoarjo yang dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 2006 diperpanjang untuk jangka waktu 1 (satu)

Di setiap kabupaten dipilih dua lahan perkebunan lada di dalam satu desa (Tabel 1) dengan umur tanaman yang sama, yaitu 6 tahun untuk digunakan sebagai plot penelitian meliputi

Di setiap kabupaten dipilih dua lahan perkebunan lada di dalam satu desa (Tabel 1) dengan umur tanaman yang sama, yaitu 6 tahun untuk digunakan sebagai plot penelitian meliputi

Pada bulan Desember 2017 yang bersangkutan mengajukan permohonan masa persiapan pensiun untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dari 1 Mei 2018 sampai dengan 30 April 2019. Dalam hal

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 18 Tahun 2010 tentang Pajak Sarang Burung Walet pada pasal 5 dijelaskan bahwa Masa Pajak yaitu 1 (satu) bulan kalender,

Besarnya premi 2% per tahun untuk usaha pembibitan dan 1,4% sampai dengan 2% untuk usaha penggemukan sesuai dengan masa pemeliharaannya yaitu antara 1 (satu) bulan sampai dengan 6

Tabel 3 Biaya Outsourcing Jasa Cleaning service Outsourcing Jasa Cleaning service 2010 Biaya Dalam Satu Tahun Rp Paket Jasa dalam setahun : Rp1.500.000 x 12 Bulan 18,000,000 Total