• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWAAN App Herry

N/A
N/A
Libertus Bambang Hermawan

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWAAN App Herry"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang mengabaikan kesehatan untuk dirinya sendiri, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah pola hidup yang kurang baik yang menyebabkan orang memiliki suatu penyakit yang seharusnya dapat dicegah apabila ada kesadaran dari individu tersebut. Terutama berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi sebagai sarana hidup manusia untuk tumbuh tetapi individu cenderung untuk mengikuti zaman dimana saat ini konsumsi makanan sangat beragam, contohnya makan makanan yang kurang mengandung serat. Ini dapat menjadi pencetus penyakit radang appendiks atau sering disebut appendicitis sehingga dapat mengganggu fungsi optimal dari sistem gastrointestinal terutama di usus halus.

Di Amerika diperkirakan 7%-8% penduduk menderita appendicitis dengan 1,1 kasus per 1000 orang per tahun. Appendicitis terjadi sebagian besar akibat meningkatnya konsumsi makanan rendah serat, adanya peradangan pada lumen. Angka mortalitas 0,2-0,8% yang menghubungkan komplikasi terhadap penyakit lebih baik daripada tindakan pembedahan. Angka mortalitas meningkat 20% pada pasien usia 70 tahun, terutama karena keterlambatan diagnostik dan terapi. Perforasi dapat terjadi pada usia 18 tahun dan 50 tahun. Kemungkinan karena keterlambatan diagnosis. Appendiks perforasi gabungan dengan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas. Dalam perkembangannya appendicitis sering menyerang orang antara usia 10-30 tahun. Salah satunya lebih beralasan untuk pembedahan darurat abdomen pada anak-anak.

(http://wwe.emedicine.com/EME RE/topic41.html).

(2)

Berdasarkan hal di ataslah yang melatarbelakangi penulis menyusun penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan appendicitis. Karena sebagai perawat kita memegang peranan penting dalam upaya pencegahan komplikasi yang akan berakibat lebih lanjut, dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang gaya hidup yang sehat seperti: menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat, banyak minum air putih, jangan menahan keinginan defekasi (buang air besar). Hal ini dapat memperkecil terjadinya penyakit appendicitis

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah :

1. Meningkatkan pengetahuan tentang proses perawatan pada pasien dengan Appendiksitis.

2. Memberikan gambaran tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien

dengan Appendiksitis.

3. Melakukan pengamatan dan pemberian Asuhan Keperawatan secara langsung

pada pasien dengan Appeniksitis.

4. Meningkatkan kemampuan perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Appendiksitis.

5. Menerapkan pengetahuan perawat dalam membina hubungan therapeutik pada

pasien, keluaraga pasien maupun tim kesehatan lain.

6. Memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Akademi Keperawatan Dharma Insan Pontianak.

(3)

C. Metode Penulisan

1. Perolehan data merupakan hasil pengamatan dan perawatan pada pasien dengan : appendisitis di Unit St. Fransiskus RS. ST. Antonius Pontianak melalui pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi dengan adanya kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.

2. Studi keperpustakaan dan dari berbagai sumber-sumber buku.

3. Observasi partisipasif yaitu dengan melakukan pengamatan dan perawatan langsung pada pasien dengan gangguan appendisitis di unit St. Fransiskus

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari makalah ini terdiri dari :

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan teoritis terdiri dari :

Konsep dasar medik, meliputi definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, pencegahan, komplikasi.

Konsep dasar keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan.

Bab III Pengamatan kasus Bab IV Pembahasan kasus

Bab V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran

(4)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medis 1. Definisi

Appendiksitis adalah suatu peradangan pada usus buntu yang mengenai seluruh lapisan dinding organ tersebut.

Appendiksitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis,dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.

Berdasarkan keadaan sewaktu operasi dan gambaran histologinya appendiksitis dapat dibagi menjadi:

1. Appendiksitis simple: appendik yang masih utuh tapi meradang.

2. Appendiksitis gangrenosa: appendik yang meradang ditemukan adanya nekrosis fokal atau luas dan ini merupakan cirri khas untuk bentuk gangrenosa dimana sering pula ditemukan perforasi mikroskopik.

3. Appendiksitis perforasi mikroskopik: ditandai dengan appendik yang pecah bahkan hancur.

2. Anatomi Fisiologi

Appendisitis adalah tonjolan seperti cacing dengan panjang sampai 18 cm dan membuka pada caecum pada sekitar 2,5 cm dibawah katup lleosekal appendiks memiliki lumen yang sempit. Lapisan submukosanya mengandung banyak jaringan limfe.

Appendiks berhubungan dengan mesentrium ileum oleh mesentrium pendek berbentuk segitiga dan didalamnya berjalan pembuluh darah dan pembuluh limfe appendicular. Posisinya bervariasi berdasarkan frekuensi letaknya

(5)

dibelakang caecum, dibawah caecum atau menggantung kedalam pelvis, didepan atau dibelakang ujung ileum, didepan caecum.

Gambar : anatomi Pencernaan

(6)

3. Etiolgi

a. Obstruksi lumen yang disebabkan oleh fekalit atau massa fekal padat, batu, tumor, cacing/parasit lain atau benda asing yang mengakibatkan pembentukan jaringan limfoid.

b. Infeksi virus / bakteri c. Diit yang rendah serat

d. Kurang minum (terutama air putih)

4. Patofisiologi

Adanya obstruksi pada lumen appendiks oleh fekalit, sisa makanan atau benda asing menyebabkan tersumbatnya pengeluaran sekret yang dihasilkan oleh lapisan mukosa appendiks. Sehingga tekanan intra lumen bertambah melebihi tekanan vena, appendik jarang tegang, suplai darah kearah appendik berkurang terjadi hipoksia jaringan appendik kemudian terjadi ulserasi dan multiplikasi bakteri pada dinding appendik.

Karena didalam usus terdapat bakteri maka akan cepat terjadi infeksi yang menambah pembengkakan .Bila keadaan ini berlangsung terus dapat dapat menimbulkan nekrose dan perforasi.

Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.

(7)

Infeksi virus / bakteri Cacing/parasit Benda asing (batu, biji-bijian)

Appendiks teregang

Kram, distensi abdomen : nyeri

Tekanan vena, mual, muntah : risti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Sekresi mukus meningkat (gangguan mukosa) Invasi bakteri

Appendisitis

Demam Sakit perutNyeri tekan Mc BurneyPSOAS SIGN : intoleransi aktivitas

Terputusnya aliran darah : ansietas Hipoksia

GanggrenApendiktomi : Risti infeksi Nyeri

Intoleransi aktivitas Peningkatan suhu tubuh Kurang pengetahuan Komplikasi :

Ulserasi / perforasi : kebocoran usus Peritonitis : risti perluasan infeksi

Portoflebitis : peradangan pada pembuluh limfe dan pembuluh darah

Patoflowdiagram

Diit rendah serat Fekal padat Obstruksi lumen

Pembengkakan jaringan limfoid pada appendistis

5. Tanda dan Gejala

- Demam, bila lebih dari 385 oC dicurigai adanya perforasi.

- Nyeri abdomen jenis viseral, seperti kram.

- Nyeri pada daerah periumbilikus.

(8)

- Anoreksia, mual dan muntah.

- Ada demam ringan.

- Rasa nyeri tekan pada daerah appendiks (mc Burney).

- Gangguan pencernaan

- PASIENOAS SIGN yaitu rasa sakit perut kanan bawah sewaktu berjalan atau kaki kanan ditekuk.

6. Pemeriksaan Diagnostik 1. Foto thoradan

2. Laboratorium

- Leukositosis (10 ribu – 18 ribu / mm3) - Bila lebih dari 12 ribu / mm3  perforasi.

- Urinalysis dan serum elektrolit untuk menetukan tingkat gangguan vaskuler dan penyebab appendisitis.

- Ureum, kreatinin untuk mencari gangguan fungsi ginjal.

3. USG Abdomen

7. Penatalaksanaan

1. Konservatif : analgetik – antibiotik.

2. Operatif : appendiktomi.

8. Komplikasi

1. Perforasi : kebocoran usus.

2. Partoflebitis : peradangan pada pembuluh limfe dan pembuluh darah.

3. Peritonitis.

(9)

B. Konsep Dasar Keperawatn 1. Pengkajian

a. Pola persepsi kesehatan – pemeliharaan kesehatan - Kurang mengkonsumsi makanan yang berserat.

- Nyeri yang dirasakan 3 hari sebelum masuk di RS dan sudah ada konsul dengan dokter.

b. Pola nutrisi metabolis - Anoredania - Mual dan muntah

- Demam

c. Pola eliminasi - Jarang BAK

- Diare pada anak-anak

- Sering ada keinginan untuk defikasi dan flatus d. Pola aktivitas dan latihan

- Malaise

- Nyeri abdomen, membatasi aktivitas - Nyeri PASIENOAS sign ada

e. Pola tidur dan istirahat - Terganggu karena nyeri - Insomnia

f. Pola persepasieni kognitif

- Nyeri meningkat bila beraktivitas - Nyeri abdomen : Mc Burney

- Kurang pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya g. Pola persepasieni dan konsep diri

- Ansietas, depresi - Gelisah

- Emosi tidak stabil

(10)

h. Pola peran dan hubungan dengan sesama - Interaksi terganggu

i. Pola reproduksi seksualitas - Penurunan libido - Amenorea

- Adanya riwayat menopause dini

j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress

- Jika ada masalah klien selalu menceritakan dengan orangtuanya.

k. Pola sistem kepercayaan

- Kegiatan beribadah terganggu

2. Masalah Keperawatan Pre op :

1) Nyeri yang berhubungan dengan distensi abdomen sekunder terhadap proses inflamasi.

2) Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.

3) Ansietas yang berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan.

Post op :

1) Nyeri yang berhubungan dengan proses insisi pembedahan dan prosedur invasif.

2) Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan adanya tempat masuknya organisme sekunder terhadap adanya luka insisi bedah.

3) Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan status hipermetabolik dan puasa.

4) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang penatalaksanaan dirumah, kondisi dan prognosis yang berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

(11)

3. Rencana Tindakan Pre op :

DP I : Nyeri yang berhubungan dengan distensi abdomen sekunder terhadap oleh inflamasi.

Tujuan : Nyeri dapat diminimalkan sampai dengan hilang.

Sasaran :

- Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.

- Pasien dapat mendemonstrasikan tehnik relaksasi.

- Pasien tampak rileks.

- TTV dalam batas normal.

- Skala nyeri menurun 0-1.

Intervensi :

1) Kaji karakteristik nyeri.

R/ : Identifikasi tingkat nyeri untuk intervensi lebih lanjut.

2) Beri posisi yang nyaman : semi fowler.

R/ : Mengurangi tekanan pada abdomen yang mengalami nyeri.

3) Beri / ajarkan tehnik relaksasi.

R/ : Mengalihkan perhatian terhadap nyeri yang berfokus.

4) Beri tindakan kenyamanan, misalnya pijatan punggung.

R/ : Memberi rasa nyaman dan mengurangi nyeri.

5) Kolaborasi ; beri analgetik sesuai program medik dan rencana tindakan.

R/ : Analgetik efektif untuk mengurangi nyeri dan merupakan wewenang dokter dalam pemberian therapy.

6) Kolaborasi dengan dokter untuk rencana tindakan operasi.

R/ : Perencanaan tindakan operasi merupakan wewenang dokter.

(12)

DP II : Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi.

Sasaran :

- Pasien memahami pentingnya nutrisi bagi tubuh.

- Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi adekuat.

- BB klien dalam batas normal.

- Pasien bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.

Intervensi :

1) Pantau masukan makanan dan timbang BB tiap hari.

R : Pengawasan kehilangan dan alat pengkajian kebutuhan nutrisi dan keefektifan therapi.

2) Beri suasana menyenangkan pada saat makan.

R/ : Meningkatkan nafsu makan dan mengurangi mual.

3) Sajikan makanan dalam keadaan hangat, anjurkan pasien makan dalam porsi kecil tapi sering.

R/ : Mencegah mual, mencukupi asupan nutrisi adekuat.

4) Anjurkan pasien menjaga kebersihan oral.

R/ : Mulut yang bersih dan segar dapat menambah selera makan.

5) Beri makanan halus, hindari makanan kasar dan merangsang sesuai indikasi.

R/ : Menurunkan iritasi gaster.

6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin / suplemen tambahan dan pemberian diit.

R/ : Meningkatkan rangsangan nafsu makan dan mencukupi asupan nutrisi.

(13)

DP 3 : Ansietas yang berhubungan dengan akan dilakukan pembedahan.

Tujuan : Ansietas dapat diminimalkan sampai dengan hilang.

Sasaran :

- Pasien mengungkapkan ansietas berkurang.

- Pasien mengungkapkan pemahaman dan alasan dilakukan pembedahan.

- Pasien tampak rileks.

Intervensi :

1) Ciptakan lingkungan yang tenang dan rileks yang mendukung pasien dapat mengungkapkan kekhawatirannya.

R/ : Lingkungan yang tenang dapat memberi suasana nyaman untuk komunikasi.

2) Kaji tingkat ansietas dan keluhan pasien.

R/ : identifikasi tingkat kecemasan untuk intervensi selanjutnya.

3) Libatkan keluarga dalam memberi support.

R/ : Keterlibatan keluarga sangat berpengaruh dalam memberi dukungan emosional pada pasien.

4) Kolaborasi / jelaskan pada pasien aktivitas rutin periode post op (seperti;

pencukuran, puasa).

R/ : Pemahaman tindakan perawatan dapat mengurangi kecemasan pasien.

5) Kolaborasi, jelaskan periode post op (seperti : ambulasi dan mobilisasi bertahap, nyeri post op).

R/ : Pemberitahuan awal untuk mengurangi stress dan kecemasan lebih lanjut.

(14)

Post op :

DP 1 : Nyeri yang berhubungan dengan proses insisi pembedahan dan prosedur invasif.

Tujuan : Nyeri dapat diminimalkan sampai teratasi.

Sasaran :

- Pasien mengungkapkan nyeri hilang / terkontrol.

- Pasien dapat mendemonstrasikan cara untuk mengurangi tekanan pada daerah anus.

- Pasien tampak rileks.

- TTV dalam batas normal.

- Skala nyeri menurun : 0.

Intervensi :

1) Kaji nyeri, lokasi, karakteristik, berat (skala 0-10).

R/ : Identifikasi tingkat nyeri untuk intervensi lebih lanjut.

2) Kaji TTV.

R/ : Takikardia, tacipnea dan hipertensi dapat merupakan petunjuk meningkatkan respon nyeri.

3) Beri posisi yang nyaman : semi fowler.

R/ : Mengurangi pada daerah yang mengalami nyeri.

4) Anjurkan tehnik relaksasi.

R/ : Mengalihkan perhatian terhadap nyeri yang berfokus.

5) Anjurkan pasien untuk istirahat dan ambulasi secara bertahap.

R/ : Mengurangi rangsangan nyeri yang meningkat karena aktivitas.

6) Rawat luka pembedahan dengan tehnik yang tepat dan hati-hati.

R/ : Mengurangi nyeri pada saat ganti balutan.

7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik sesuai indikasi.

R/ : Analgetik efektif untuk mengurangi nyeri.

(15)

DP 2 : Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan adanya tempat masuknya organisme sekunder terhadap adanya luka insisi bedah.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi.

Sasaran :

- TTV dalam batas normal.

- Menunjukan penyembuhan luka tepat waktu.

- Pasien dapat melakukan tehnik perawatan kulit untuk mencegah terjadinya infeksi.

- Pasien bebas dari tanda-tanda infeksi (nyeri hebat, terus menerus, demam, critema, drainase purulen).

Intervensi :

1) Awasi TTV, perhatikan demam, menggigil, diaforesis, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.

R/ : Identifikasi dini terhadap tanda-tanda infeksi untuk intervensi yang cepat dan tepat.

2) Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka yang benar dan steril.

R/ : Mencegah terjadinya kontaminasi silang.

3) Anjurkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka.

R/ : Mencegah penularan infeksi melalui sentuhan, kuman mungkin ditularkan melalui sentuhan tangan yang kotor.

4) Ganti balutan sesuai program dengan tehnik steril.

R/ : Mencegah infeksi nasokomial.

5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik, antibiotik sesuai indikasi.

R/ : Antipiretik efektif untuk menurunkan suhu tubuh dan antibiotik untuk mencagh infeksi.

(16)

DP 3 : Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan status hipermetabolik dan puasa.

Tujuan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi.

Sasaran :

- Pasien memahami pentingnya nutrisi bagi tubuh.

- Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat.

- BB klien dalam batas normal.

- Pasien bebas dari tanda-tanda mal nutrisi (kelembaban membran mukosa, turgor kulit baik, TTV stabil dan dalam batas normal, haluaran urine adekuat).

Intervensi :

1) Pantau masukan makanan dan timbang BB perhari.

R/ : Pengawasan kehilangan dan alat pengkajian kebutuhan nutrisi dan keefektifan therapi.

2) Awasi TTV.

R/ : Demam terus menerus mengidentifikasikan kehilangan cairan yang berlebihan.

3) Perhatikan membran mukosa : kaji turgor kulit.

R/ : Jika jelek menunjukan tanda awal dehidrasi.

4) Auskultasi bising usus : catat kelancaran usus.

R/ : Kelancaran bising usus menunjukan mulai berfungsinya alat pencernaan.

5) Beri suasana menyenangkan pada saat makan.

R/ : Meningkatkan nafsu makan dan mengurangi mual.

6) Sajikan makanan dalam keadaan hangat, anjurkan pasien makan dalam porsi kecil tapi sering.

R/ : Mencegah mual, mencukupi asupan nutrisi adekuat.

7) Anjurkan pasien menjaga kebersihan oral.

(17)

8) Beri makanan halus, hindari makan kasar dan merangsang.

R/ : Menurunkan iritasi gaster.

9) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin / suplemen tambahan dan pemberian diit.

R/ : Meningkatkan rangsangan nafsu makan dan mencukupi asupan nutrisi DP 4 : Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi dan prognosis yang berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan : Pengetahuan pasien / keluarga bertambah.

Sasaran :

- Pasien mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan pengobatan dan penatalaksanaan.

- Pasien dapat mendemonstrasikan dan berpartisipasi dalam program pengobatan

Intervensi :

1) Diskusikan pentingnya penatalaksanaan diit rendah residu selama 1 minggu, selanjutnya sesuai toleransi.

R/ : Mencegah terjadinya konstipasi.

2) Jelaskan pentingnya menghindari mengangkat beban dan mengedan.

R/ : Mengurangi tekanan intra abdomen dan mengurangi nyeri.

3) Diskusikan gejala infeksi dan laporkan pada dokter bila ada tanda-tanda infeksi.

R/ : Pengawasan untuk mencegah infeksi lebih lanjut.

4) Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi (hindari basah) dan kembali ke dokter untuk mengangkat jahitan sesuai pesanan.

R/ : Mencegah infeksi dan mengawasi jahitan sesuai pesanan.

5) Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodik.

(18)

R/ : Mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan dan mempermudah kembali ke aktivitas normal.

6) Diskusikan gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh; peningkatan nyeri, edema / eritema luka, drainase purulen, demam.

R/ : Mengawasi proses penyembuhan luka yang tepat dan mencegah kemungkinan terjadinya infeksi dan memerlukan perawatan lebih lanjut.

7) Diskusikan tentang kebutuhan pengobatan dan efek samping obat.

R/ : Individu memiliki toleransi yang berbeda terhadap berbagai fungsi dan efek samping.

(19)

BAB III

PENGAMATAN KASUS

Ringkasan Kasus

Nama : Tn. Y

Umur : 29 thn

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Diagnosa Medik : Appendisitis Tgl Masuk RS : 26 Maret 2008

Pasien adalah salah satu pegawai di Rumah Sakit di Mempawah. Tinggal bersama Seorang istri dan satu orang anak. Pasien menyatakan 3 hari sebelum masuk RS sering mual dan muntah kemudian perut bagian kanan bawah terasa nyeri sekali dan konsul ke dokter namun tidak ada perubahan. Pasien juga pernah dibawa ke rumah sakit Abdul Aziz Singkawang ± 2 minggu yang lalu, namun belum diketahui adanya peradangan pada appendik dan akhirnya tgl 26 Maret 2008 pasien berobat ke klinik Dr. Supardi dan oleh beliau, klien kemudian di rujuk ke Rumah Sakit St.

Antonius Pontianak dan didapatkan diagnosa bahwa pasien menderita peradangan pada appendik.

Saat pengkajian tanggal 27 Maret 2008, pasien tampak sakit sedang, tingkat kesadaran compos mentis, keluhan : nyeri pada daerah abdomen sebelah kanan bawah , mual dan kadang muntah, cemas. Observasi TD = 110/70 mmHg, N = 65 dan / mnt, pernafasan : 18 x/mnt.

Referensi

Dokumen terkait

The dataset used in this study were derived from English-Indonesia idioms dictionary by as much as 30 printed idioms with different font, size, text color, and backgound colors, and

Disfungsi Motilitas Gastrointestinal I.03119 Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan motilitas gastrointestinal membaik dengan kriteria hasil nyeri membai, kram abdomen