• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN DENGAN TRAUMA KEPALA DI IGD RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN DENGAN TRAUMA KEPALA DI IGD RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

Berdasarkan data RIkesdas tahun 2018, prevalensi trauma kepala akibat kecelakaan lalu lintas secara nasional sebesar 31,4%. Provinsi Sulawesi Selatan menduduki peringkat keenam dengan kasus trauma kepala akibat kecelakaan lalu lintas yaitu 15% (Riskesdas, 2018). Di Makassar tepatnya di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar diketahui jumlah pasien trauma kepala pada tahun 2016 sebanyak 256 pasien.

Mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan darurat pada pasien trauma kepala di instalasi gawat darurat RS Bhayangkara Kota Makassar 2. Melakukan tindakan keperawatan darurat pada pasien trauma kepala dan tindakan keperawatan berdasarkan Evidence Based Nursing (EBN).

Manfaat penulisan

Metode penulisan

Melalui studi kasus dengan menggunakan keperawatan darurat komprehensif, meliputi review data, analisis data, diagnosa keperawatan, perencanaan, asuhan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

Sistematika penulisan

Penatalaksanaan

Komplikasi: Selain risiko cedera intrakranial yang parah, pasien cedera kepala juga dapat mengalami cedera aksonal yang dapat menyebabkan gangguan fisik, kognitif, dan psikososial dalam jangka panjang. Sindrom pasca gegar otak adalah kumpulan gejala, antara lain keluhan somatik (sakit kepala, vertigo, mual, kelelahan, kepekaan terhadap kebisingan dan cahaya), kognitif (kesulitan berkonsentrasi) dan keluhan afektif (iritabilitas, kecemasan, dan depresi) yang terjadi setelah cedera kepala. . Kejang pasca trauma dapat terjadi segera setelah trauma kepala, faktor yang memberatkan adalah GCS < 10.

Meningitis disebabkan oleh berbagai mikroba yang masuk akibat luka tembus. Pada saat terjadi luka, penderita mempunyai gejala yang khas yaitu demam, perubahan status mental dan tanda neurologis fokal (Goldberg, 2018). Manifestasi klinisnya meliputi sakit kepala, mual, muntah, penurunan status mental, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, dan temuan neurologis fokal (Goldberg, 2018). Edema paru dapat terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa hari setelah trauma kepala, hal ini dapat terjadi akibat peningkatan cairan ekstravaskular di paru sehingga menyebabkan hipoksia.

Peningkatan ICP dapat menyebabkan kerusakan otak melalui mekanisme aliran darah otak dan pergeseran garis tengah otak sehingga menyebabkan deformasi dan herniasi jaringan otak (Affandi & Panggabean, 2016).

Konsep Dasar Keperawatan 1) Pengkajian

  • Diagnosis Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan
  • Perencanaan Pulang (Discharge Planning)

Saat menilai sirkulasi pada pasien cedera, gejala yang muncul antara lain syok, kehilangan kesadaran, sianosis, pucat, dan perdarahan. Hal pertama yang harus dilakukan pada pasien cedera adalah menilai denyut nadi. Jika arteri karotis tidak teraba, lakukan kompresi dada tertutup dan pantau tanda-tanda vital pasien. Penilaian ini dilakukan dengan membuka pakaian pasien dan memeriksa pasien dari ujung kepala hingga ujung kaki untuk mencari adanya cedera.

Evaluasi kateter Foley menunjukkan perlu atau tidaknya pemasangan kateter urin pada pasien sesuai dengan kondisi pasien saat ini. Biasanya pasien yang terluka akan dipasang kateter urin untuk mengukur jumlah urin yang dikeluarkan pasien dan untuk mengurangi aktivitas pasien di toilet. Evaluasi selang lambung menunjukkan apakah pasien harus dipasang selang nasogastrik atau tidak sesuai dengan kondisi pasien saat ini.

Penilaian yang ditanyakan adalah riwayat cedera kepala sebelumnya, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat antikoagulan, aspiran, vasodilator, obat antikoagulan, aspiran, vasodilator, obat adiktif, dan konsumsi alkohol berlebihan. e) Riwayat kesehatan keluarga. Tanyakan kepada anggota keluarga informasi tentang riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan cedera kepala. f) Pemeriksaan fisik. Ini merupakan aplikasi yang dilakukan oleh perawat sendiri untuk membantu pasien mengatasi permasalahannya sesuai dengan kebutuhannya.

Misalnya dalam hal: memberikan nutrisi kepada pasien sesuai dengan pola makan yang disiapkan oleh ahli gizi. R, sebelas tahun, datang ke IGD RS Bhayangkara Makassar pada 28 April 2023 pukul 14.35 WIB. Berdasarkan data di atas, penulis mengangkat tiga diagnosa keperawatan, yaitu: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis (cedera kepala), Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan edema serebral, dan nyeri akut berhubungan dengan zat berbahaya fisik.

Pengkajian

Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan, obat-obatan, atau perubahan cuaca atau lingkungan. Keluarga mengatakan kejadian tersebut bermula pada tanggal 25 April 2023, pasien meminta izin kepada ibunya untuk bermain dengan teman-temannya, ± 1 jam kemudian ibu mendapat pesan dari tetangga di rumah bahwa anaknya mengalami kecelakaan satu kali. , dimana Pasien mengendarai sepeda motor. Kemudian pasien terkejut. Ada lagi kendaraan yang keluar gang sehingga pasien panik lalu menginjak rem hingga pasien terlempar ±4 meter dari sepeda motor. Sendi kaku: tidak ada Nyeri sendi: tidak ada Fraktur: tidak ada Paresis: tidak ada Kelumpuhan: tidak ada 27.

Keluarga mengatakan pasien mengeluh sesak nafas ± 24 jam sebelumnya dan memburuk sebelum dibawa ke IGD. Keluarga mengatakan pasien mengalami benturan keras di bagian kepala saat terjadi kecelakaan sepeda motor 2 hari lalu.

Tabel 3.2 Identifikasi Masalah
Tabel 3.2 Identifikasi Masalah

DIAGNOSIS KEPERAWATAN Nama / umur : An.R / 11 Tahun

Intervensi Keperawatan Nama / umur : An.R / 11 Tahun

IMPLEMENTASI

EVALUASI KEPERAWATAN Nama / umur : An.R / 11 Tahun

III 18:20

Santagesik mengandung metamizole sodium anhydrat, yang digunakan untuk mengobati nyeri akut atau kronis yang parah seperti sakit kepala, sakit gigi, tumor, nyeri pasca operasi dan nyeri pasca cedera, nyeri hebat yang berhubungan dengan kejang otot polos (akut atau kronis) seperti otot kejang. atau kolik yang mempengaruhi saluran pencernaan (GIT), ginjal atau saluran kemih bagian bawah. Pada BAB ini penulis akan membahas kesenjangan antara konsep teori dan praktik asuhan keperawatan pada pasien An. Pada saat evaluasi penulis juga mencatat tanda dan gejala pada pasien berupa keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran apatis, pasien terus-menerus meringis dan memegangi kepala, pasien tampak gelisah, tidak mau bicara, kedinginan. ekstremitas. keringat dingin, luka di kepala dan anggota badan.

Sedangkan dari pengkajian pasien diketahui penyebab cedera kepala yang dideritanya adalah kecelakaan sepeda motor tunggal yang dialaminya 3 hari lalu. Hematoma kulit kepala atau perdarahan subdural akut merupakan salah satu kelainan penyerta pada kasus cedera kepala berat. Hubungan Skala Koma Glasgow dengan lama rawat inap pada pasien cedera kepala dengan perdarahan subdural).

Penulis menegakkan diagnosis ini karena hasil pengkajian yang diperoleh saat masuk rumah sakit menunjukkan sesak napas, ritme pernapasan tidak teratur, frekuensi pernapasan 24x/menit, saturasi oksigen 95%. Penulis menegakkan diagnosis ini karena dari hasil pengkajian didapatkan keadaan umum pasien lemah, apatis, gelisah, kulit pasien pucat, ekstremitas dingin dan berkeringat, serta terdapat edema dan lebam kehitaman pada kelopak mata. Penulis tidak menegakkan diagnosis ini karena kemampuan ekspektorasi pasien pada evaluasi baik dan tidak terdapat penumpukan lendir.

Penulis tidak menegakkan diagnosis ini karena selama pengkajian suhu pasien tidak turun, suhu pasien masih dalam batas normal. Penulis tidak membuat diagnosis ini karena pasien penelitian tidak mengalami cedera integritas kulit/jaringan yang memerlukan perawatan serius. Diagnosis pertama adalah pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis (cedera kepala), diagnosis kedua penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan edema serebral, dan diagnosis ketiga adalah nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik.

Pembahasan Penerapan Evidence Based Nursing

  • PICOT EBN

Peneliti menemukan bahwa subjek mengalami peningkatan tingkat kesadaran setelah diberikan oksigen dan elevasi kepala 30º dibandingkan sebelum diberikan oksigen dan elevasi kepala 30º. Meninggikan kepala sebesar 30º mengurangi tekanan intrakranial sehingga memperlancar aliran darah vena di otak, sehingga oksigen tercukupi, sehingga menyebabkan sakit kepala. Pemberian oksigen dan meninggikan kepala 30º pada pasien cedera kepala sedang mempunyai kualitas peningkatan kesadaran yang cenderung meningkat dimana terdapat perbedaan sebelum pengobatan dan.

Hal ini disebabkan adanya peningkatan pengaruh meninggikan kepala sebesar 30 derajat terhadap kesadaran pada pasien cedera kepala di RS Bhayangkara TK.III Kota Manado. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dan beberapa hasil penelitian dimana terdapat perbedaan tekanan intrakranial pada pasien trauma kepala antara sebelum dan sesudah perawatan dengan posisi kepala di atas 30 derajat pada pasien trauma kepala di IGD RSUD Dr. RSUD. Penurunan tekanan intrakranial ini dapat disebabkan oleh posisi kepala up 30˚ yang sesuai dengan posisi anatomi tubuh manusia guna memenuhi kebutuhan oksigen otak dan menghindari hipoksia pada pasien dan menjadi tekanan intrakranial. stabil dalam batas normal dan mempertahankan tingkat kesadaran.

Berdasarkan asumsi peneliti Luci Riani, Kuat Sitepu, Renni Ariana, responden setelah pemberian oksigen dan mengangkat kepala 30º mengalami peningkatan tingkat kesadaran dan sebelum pemberian oksigen dan mengangkat kepala 30º. Pemberian oksigen disesuaikan dengan kebutuhan oksigen dan bila oksigen diberikan pada saat yang bersamaan pasien diberikan posisi kepala ditinggikan 30º. Pemberian elevasi kepala 30º akan menurunkan tekanan intrakranial dengan memperlancar kelancaran aliran darah vena ke otak sehingga oksigen tercukupi, sakit kepala teratasi, mual dan muntah hilang, dan tekanan darah stabil.

Pemberian oksigen dan elevasi kepala 30º pada pasien cedera kepala sedang mempunyai kualitas peningkatan kesadaran yang cenderung meningkat dimana terdapat perbedaan sebelum pengobatan dan sesudah pengobatan, sehingga dapat menurunkan cedera kepala sedang ke kondisi yang lebih buruk. Rizky, Suwandi Luneto, Sarwan menyimpulkan terdapat pengaruh elevasi kepala 30 derajat terhadap tingkat kesadaran pasien cedera kepala di RS Bhayangkara TK.III Manado. Setelah membahas kasus dibandingkan teori dengan membedakan pelayanan langsung pada pasien praktek dengan asuhan keperawatan yang diterapkan pada An.

SARAN

Pola pernapasan tidak efektif yang berhubungan dengan gangguan saraf (cedera kepala) ditandai dengan sesak napas, 24 napas per menit, dan saturasi 95%. Pantau status pernafasan dan oksigenasi, pertahankan posisi semi Fowler, berikan oksigenasi sesuai kebutuhan, pantau CPP, pantau masukan dan haluaran cairan, minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan tenang, pertahankan posisi semi Fowler dengan posisi kepala 30˚, cegah serangan, pantau lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri, kendalikan kondisi lingkungan yang memperparah nyeri, permudah istirahat dan tidur, ajarkan teknik farmakologi untuk mengurangi nyeri (teknik pernapasan dalam dan relaksasi), kerjasama pemberian obat pereda nyeri. Pengkajian keperawatan yang diperoleh adalah pola pernafasan telah teratasi, risiko ketidakefektifan perfusi serebral telah teratasi, dan nyeri akut telah teratasi.

Kami berharap bapak/ibu dapat memanfaatkan ilmu yang diperoleh dalam proses perkuliahan dan praktik keperawatan khususnya dalam situasi darurat dalam memberikan pelayanan yang lebih komprehensif kepada pasien cedera kepala. Kami berharap kepada lembaga pendidikan untuk menambah banyak literatur yang dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai referensi terkait cedera kepala atau cedera kepala, sehingga memudahkan peneliti selanjutnya dalam mencari literatur terkait kasus cedera kepala. Deskripsi korban meninggal karena cedera kepala dalam kecelakaan lalu lintas di bagian forensik Dr. M.Djamil Padang tahun 2018-2019.

Elevasi kepala 30 derajat sebagai upaya meningkatkan saturasi oksigen pada pasien stroke hemoragik dan nonhemoragik.

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi kulit kepala  (Sumber : blogspot.com/Tupa)
Gambar 2.2 Anatomi tengkorak        (Sumber: Slideshare.net/Vangky)
Gambar 2.3 Lapisan Meninges
Tabel 2.1 Glaslow Coma Scale
+6

Referensi

Dokumen terkait

4.1087 Ilmy Amiqoh Ilmu Administrasi Publik 4.1088 Dikhla Rif`A Ilmu Administrasi Publik 2.39 4.1089 Elfananda Istiqlalia Ilmu Administrasi Publik 4.1090 Hamida Condrowati Jayadi