• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Tahap Keluarga Lanjut Usia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Tahap Keluarga Lanjut Usia"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Associate’s Degree in Nursing Study Program Faculty of Health Sciences of Kusuma Husada University of Surakarta 2022

FAMILY NURSING CARE WITH THE ELDERLY FAMILY STAGE

Anggito Radya Danu Bagaskaraa1), Maula Mar'atus2)

1Student of Associate’s Degree in Nursing Study Program of Kusuma Husada University of Surakarta

[email protected]

2Lecturer of Associate’s Degree in Nursing Study Program of Kusuma Husada University of Surakarta

ABSTRAK

Fungsi dari keluarga tahap lanjut usia adalah mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap dalam kondisi baik. Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik diatas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Salah satu teknik untuk menurunkan masalah hipertensi pada lansia dengan pemberian terapi senam Lansia. Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia. Jadi senam lansia lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia.

Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada keluarga dengan tahap lanjut usia. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah satu keluarga pada tahap lanjut usia diwilayah kerja puskesmas Gondangrejo. Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan keluarga pada tahap lanjut usia dengan masalah keperawatan hipertensi yang dilakukan tindakan keperawatan terapi senam lansia selama 4 kali kunjungan hari didapatkan hasil terjadi penurunan tekanan darah 160/90 sampai dengan145/80. Rekomendasi tindakan senam lansia dilakukan pada keluarga tahap lanjut usia yang memiliki hipertensi.

Kata Kunci : Asuhan keperawatan keluarga, keluarga lanjut usia

(2)

ABSTRACT

The function of the elderly family is to maintain the health of the family so that it remains in good condition. Hypertension or commonly called high blood pressure is an increase in systolic blood pressure above the normal limit of more than 140 mmHg and diastolic blood pressure of more than 90 mmHg. One of the techniques to reduce the problem of hypertension in the elderly is by giving elderly gymnastics therapy. Gymnastics for the elderly is a light exercise that is easy to do, not burdensome which is applied to the elderly. So the gymnastics for the elderly is a series of tone movements that are regular, directed and planned which is followed by the elderly.

The purpose of the case study is to determine the description of nursing care in elderly families.

The type of research is descriptive using a case study approach. The subject in this case study is a family at an elderly stage in the working area of the Gondangrejo Public Health Center.

The results of the study showed that the management of family nursing care in the elderly with hypertension nursing problems carried out nursing actions for elderly gymnastics therapy for 4 visits a day showed a decrease in blood pressure from 160/90 to 145/80. Recommendations for elderly exercise are carried out in elderly families who have hypertension.

Keywords : family nursing care, elderly family

(3)

1 PENDAHULUAN

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga didefinsikan dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas anggota keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan personal dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi dukungan yang disebabkan oleh kelahiran, adopsi, maupun perkawinan (Stuart,2014)

Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-

masing menciptakan serta

mempertahankankebudayaan (Friedman,2010)

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa lansia adalah kelompok orang yang berusia 60 sampai dengan 74 tahun (Marzuki, 2014). Lanjut usia adalah seseorang yang telah berusia lebih dari 60 tahun dan tidak berdaya

Mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017). Berdasarkan Kementrian kesehatan (2019) Indonesia mulai memasuki periode aging population, dimana terjadi peningkatan umur harapan hidup yang di ikuti dengan peningkatan jumlah lansia. Di Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010 menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan dapat diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunya.

Masalah umum yang dialami lanjut usia yang berhubungan dengan kesehatan fisik, yaitu rentannya terhadap berbagai penyakit, karena berkurangnya daya tahan

tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar. Ditemukan bahwa lanjut usia menderita berbagai penyakit yang berhubungan dengan ketuaan antara lain diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, rematik dan asma sehingga menyebabkan aktifitas bekerja terganggu Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis (Afrizzal, 2018).

Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik diatas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013:Ferri, 2017).

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal. Menurut Nurarif A.H. & Kusuma H. (2016), hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sekitar 140 mmHg atau tekanan diastolik sekitar 90 mmHg.

Hipertensi merupakan masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak ada tanda gejala khusus pada penyakit hipertensi dan beberapa orang masih merasa sehat untuk beraktivitas seperti biasanya. Hal ini yang membuat hipertensi sebagai silent killer (Kemenkes, 2018)

Gejala yang sering dikeluhkan penderita hipertensi adalah sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epitaksis, dan kesadaran menurun (Nurarif & Kusuma, 2016). Hipertensi terjadi karena dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko.

Faktor-faktor risiko yang menyebabkan hipertensi adalahr umur, jenis kelamin, obesitas, alkohol, genetik, stres, asupan garam, merokok, pola aktivitas fisik, penyakit ginjal dan diabetes melitus (Sinubu, 2015).

Terdapat dua terapi yang dilakukan untuk mengobati hipertensi yaitu terapi farmakologis dan terapi non farmakologis.

Terapi farmakologis yaitu dengan

(4)

2 menggunakan obat-obatan antihipertensi yang terbukti dapat menurunkan tekanan darah, sedangkan terapi non farmakologis atau disebut juga dengan modifikasi gaya hidup yang meliputi berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet serta yang mencakup psikis antara lain mengurangi stress, olah raga, dan istirahat (Kosasih dan Hassan, 2013).

Pada penderita hipertensi selain minum obat teratur juga ditawarkan berbagai alternatif lain untuk menurunkan tekanan darah yaitu senam lansia. Penderita hipertensi yang rutin mengikut senam lansia dapat menurunkan tekanan darahnya, hal ini menunjukkan bahwa olah raga atau senam lansia yang teratur dapat membantu meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen ke dalam otot – otot jantung dan dapat merilekskan pembuluh darah sehingga hipertensi dapan dikendalikan (Sartika dkk, 2020).

Berdasarkan data dan informasi tersebut penulis melakukan pengelolaan studi kasus keperawatan dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluargapada tahap lanjut usia”.

METODE

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek yang digunakan pada studi kasus ini adalah satu pasien dengan kasus hipertensi. Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada tahap lansia yang dilakukan tindakan terapi senam lansia selama 15 menit dan dilakukan 3x dalam 1 minggu, kemudian dilakukan pengecekan tekanan darah sewaktu dengan menggunakan lembar observasi.

Alat ukur yang digunakan yaitu tensimeter dan lembar observasi. Penilaian lembar observasi berdasarkan hasil pengukuran yang dirasakan sebelum dan

sesudah diberikan terapi. Data dikumpulkan dari hasil observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi.

Studi kasus ini dilakukan pada tanggal 17- 29 Januari 2022 di Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tahap ini, perawat diwajibkan melakukan pengkajian atas permasalahan yang ada. Yaitu tahapan seorang perawat menggali informasi secara berkala dari keluarga anggota kelolaanya (Muwarni, 2013). Hasil pengkajian berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan penulis mendapatkan data subyektif dan obyektif.

subyek studi Tn.R tampak mengerti dengan tekanan darah 160/90 mmHg dan nadi 77x/menit.

Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial.

Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan Standar Diganosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017).

Prioritas diagnosa keperawatan yaitu Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif Dari hasil skoring diagnosa keperawatan bisa disimpulkan dan didapatkan hasil dari diagnosa prioritas yaitu masalah mendapat skor dua, pada poin kemungkinan masalah dapat dirubah mendapat skor nol, pada point kemungkinan masalah dapat dicegah mendapat skor satu, pada poin menonjolnya masalah mendapat skor satu dan jumlah total skor empat

Perencanaan merupakan salah satu tahapan dari proses dimulainya tindakan untuk menunjukan tujuan yang lebih spesifik. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil dan harapan dari setiap tindakan keperawatan

(5)

3

160 154 150 148 148 145

90 90 90 90 90 80

70 90 110 130 150 170

Hari 1 PRE Hari 1 POST

hari 2 PRE Hari 2 POST

HARI 3 PRE

HARI 3 POST

Tensi Meter

Hari Implementasi

Penurunan Tekanan Darah Sistolik Tn.R

SISTOLIK DIASTOLIK

berdasarkan tujuan khusus yang telah ditetapkan. (Maria, 2017). Intervensi keperawatan pada Tn.R dengan masalah hipertensi Setelah Dilakukan 4x kunjungan diharapkan Pemeliharaan Kesehatan meningkat

Pada studi kasus ini dilakukan

implementasi dengan diagnosis Pemeliharaan kesehatan tidak efektif (D.0120)yaitu mengajarkan senam lansia untuk menurunkan tekanan darah yang dirasakan dengan senam lansia. Senam lansia ini dilakukan selama 3 kali dalam 1 minggu, dan dilakukan selama 15 menit dalam sehari.

Berdasarkan intervensi yang telah direncanakan, penulis melakukan implementasi pada perilaku kesehatan cenderung beresiko dengan melakukan kunjungan selama 4 kali dan pengaplikasian intervensi pertama dilakukan pada hari pertama yaitu mengidentifikasi pengetahuan dan pemahaman tentang penyakitdan olahraga senam lansia dengan respon klien subyektif yaitu Tn.R mengatakan tidak terlalu paham tentang penyakit hipertensi dan olahraga senam lansia dan untuk respon obyektif yaitu Tn.R tampak tidak tahu kemudian menjadwalkan tindakan sesuai kesepakatan dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diberikan tindakan dan untuk respon obyektif Tn.R tampak antusias kemudian memberikan kesempatan untuk bertanya untuk respon subyektif Tn.R mengatakan tidak ada yang ditanyakan dan untuk respon obyektif Klien tampak mengerti

Hari kedua implementasi tanggal 20 Januari 2022 penulis melakukan beberapa tindakan antara lain mengajarkan senam lansia dengan respon subyektif Tn.R mengatakan setelah senam lansia badan terasa rileks dan respon obyektif Tn.R tampak rileks. Tindakan selanjutnya yang dilakukan adalah menganjurkan

memodifikasi lingkungan dengan respon subyektif Tn.R mengatakan bersedia memodifikasi lingkungan dan respon obyektif Tn.R tampak menerima dengan tekanan darah 160/90 mmHg- 154/90 mmhg dan nadi 77x/menit.

Hari ketiga implementasi tanggal 21 Januari 2022 penulis melakukan beberapa tindakan antara lain mengidentifikasi keluarga terlibat dengan respon subyektif Tn.R mengatakan mendapat dukungan dari keluarga dan respon obyektif keluarga tampak membantu kemudian tindakan selanjutnya yang dilakukan adalah mengajarkan olahraga senam lansia dengan respon subyektif Tn.R mengatakan mulai hafal dan lebih nyaman dan respon obyektif Tn.R tampak mengerti tekanan darah 150/90 mmhg-148/90 mmhg ..

Hari keempat implementasi tanggal 23 Januari 2022 penulis melakukan beberapa tindakan antara lain mengajarkan olahraga senam lansia dengan respon subyektif Tn.R mengatakan badan terasa enak dan terasa sehat untuk respon obyektif Tn.R tampak bisa melakukan sendiri olahraga senam lansia dan pengukuran tekanan darah 148/90 mmhg-145/80 mmhg kemudian penulis memberikan kesempatan untuk bertanya dengan respon subyektif Tn.R mengatakan tidak ada yang ditanyakan dan respon obyektif klien tampak senang.

Diagram 4.1

Penurunan Tekanan Darah Pre/Post Tn.R

Penurunan tekanan darah terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi. Lama-kelamaan, latihan

(6)

4 olahraga dapat melemaskan pembuluh- pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, sama halnya dengan melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan air.

Penurunan tekanan darah juga dapat terjadi akibat aktivitas memompa jantung berkurang. Otot jantung pada orang yang rutin berolahraga sangat kuat, maka otot jantung pada individu tersebut berkontraksi lebih sedikit daripada otot jantung individu yang jarang berolahraga. Senam juga menstimulasi pengeluaran hormon endorfin. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi tekanan darah tinggi (Yantina & Saputri, 2019)

Senam lansia terbukti dapat meningkatkan kadar endorphin empat sampai lima kali dalam darah. Sehingga, semakin banyak melakukan senam maka akan semakin tinggi pula kadar bendorphin. Ketika seseorang melakukan senam, maka bendorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi.

Peningkatan b-endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan seksual, tekanan darah dan pernafasan.

Olahraga juga dapat mengurangi tekanan darah melalui pengurangan berat badan sehingga jantung akan bekerja lebih ringan dan tekanan darah berkurang (Yantina &

Saputri, 2019).

Penderita hipertensi yang rutin mengikut senam lansia dapat menurunkan tekanan darahnya, hal ini menunjukkan bahwa olah ragaa atau senam lansia yang teratur dapat membantu meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen ke dalam otot – otot jantung dan dapat merilekskan

pembuluh darah sehingga hipertensi dapan dikendalikan (Sianipar & Putri, 2018).

Setelah penulis melakukan tindakan tindakan implementasi yang telah direncanakan sebelumnya penulis mengevaluasipada hari Minggu 23Januari 2022menggunakan metode SOAP didapatkan subyektif Tn.R dan keluarga mengatakan masalah yang dialami setelah dilakukan penjelasan hipertensi pada evaluasi obyektif keluarga tampak mengerti dan memahami, Tekanan darah klien 145/80 mmHg pada assesmen masalah pemeliharaan tidak efektif terastasi dan keluarga mampu melaksakan 5 fungsi keluarga dan planning hentikan intervensi dengan mengurangi meminum kopi dan melakukan olah raga (memotivasi keluarga untuk melakukan 5 fungsi keluarga). dengan hasil ini penulis menyimpulkan untuk masalah keperawatan pemeliharaan kesehatan tidak efektifmeningkat arena keluarga mampu mencapai 5 fungsi keluarga yaitu keluarga mampu mengenal masalah, keluarga mampu mengambil keputusan, keluarga mampu merawat anggotanya yang sakit, keluarga mampu memodifikasi lingkungan, dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatanmaka dari itu intervensi dihentikan dengan planning lanjutkan terapi senam lansia secara mandiri.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil studi kasus dan pembahasan mengenai senam lansia terhadap hipertensi pada keluarga tahap lanjut usia, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa latihan senam lansia efektif untuk menurunkan tekanan darah padapasien hipertensi di keluarga tahap lanjut usia.

SARAN

Hasil studi kasus ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan mengenai intervensi non farmakologi

(7)

5 berupa senam lansiauntuk menurunkan tekanan darah.

DAFTAR PUSTAKA

A. Nurarif, H. K. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIc-NOC. (3, Ed.). Jogjakarta: Mediaction publishing.

Afrizal. (2018). Permasalahan yang dialami lansia dalam menyesuaikan diri terhadap penguasaan tugas-tugas perkembangannya. Islamic Counseling: Jurnal Bimbingan dan Andry Sartika, dkk (2020). Senam Lansia Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5. Jakarta:

EGC.

Kosasih dan Hassan, I., (2013), Patofisiologi Klinik, Jakarta:

Binarupa Aksara Publisher.

Ratnawati, E. 2017. Asuhan keperawatan gerontik. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sianipar, Siti Santi & Putri, Desi Kumala, (2018). Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap tekanan darah penderita Hiperteni di Puskesmas Kayon Kota Palangkaraya. Jurnal Keperawatan. Vol9. No 02

Sinubu, et al (2015). Hubungan beban kerja dengan kejadian hipertensi pada tenaga pengajar di SMA 1 Amurang Kabupaten Minohara Selatan.

EJournal keperawatan, volume 3 Stuart,G.W.,Sundden, S. J. (2014). Buku

Saku Keperawatan Jiwa (5th ed.).

jakarta: EGC.

Yanita. (2017). Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta : Bumi Medika.

Yantina, Y., & Saputri, A. (2019).

Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Pada Wanita

Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarsari Metro Utara Tahun 2018, 2(1), 112–121

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian tindakan gerakan sholat dhuha dapat memberikan dampak positif pada penurunan tekanna darah pada klien dan bisa dijadikan sebagai salah satu intervensi

mengalami perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai  penuaan. Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunya fleksibilitas pada lansia sehingga

Pada evaluasi sumatif dalam keperawatan keluarga yang dilakukan pada hari Minggu 23 Februari 2020 pukul 10.30 WIB, didapatkan Evaluasi Subjektif bahwa subjek mengatakan sudah mengetahui

Implementasi yang dilakukan pada hari Kamis, 20 Januari 2022 jam 07.10 WIB memeriksa sirkulasi perifer, didapatkan respon data subjektif : Pasien mengatakan sudah tidak merasakan

Ada hari ke tiga Klien mengatakan paham dengan penyebab nyeri, cara memonitor nyeri dan strategi meredakan nyeri dan pada hari ke empat klien mengatakan paham dengan edukasi yang telah

KESIMPULAN Pengelolaan asuhan keperawatan keluarga usia pertengahan hipertensi dengan masalah Managemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif tindakan yang dilakukan adalah pemberian

165 Cm IMT : 25,7 Berat badan lebih 28 April 2023 Data Subyektif  klien tmengatakan terkadang lupa minum obat’  klien mengatakan kesulitan menghilangkan kebiasaan merokok Data

Hasil Studi Kasus menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan keluarga pada tahap perkembangan keluarga usia pertengahan dengan masalah diabetes melitus yang diberikan edukasi DSME