• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH KRONIS DENGAN PENERAPAN TERAPI OKUPASI BERKEBUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH KRONIS DENGAN PENERAPAN TERAPI OKUPASI BERKEBUN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta

2022

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN HARGA DIRI RENDAH KRONIS DENGAN PENERAPAN TERAPI OKUPASI BERKEBUN

Arif Ibnu Fathoni¹, Intan Maharani S.B²

¹Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Universitas Kusuma Husada Surakarta

²Dosen Universitas Kusuma Husada Surakarta Email : arifibnufathoni@gmail.com

ABSTRAK

Masalah harga diri rendah pada pasien skizofrenia membutuhkan pelayanan yang optima. Asuhan keperawatan jiwa pada pasien harga diri rendah merupakan suatu intervensi yang strategis menurunkan tanda dan gejala harga diri rendah.

Terapi okupasi adalah ilmu dan seni yang mengarahkan keterlibatan seseorang untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Studi kasus ini bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan jiwa pada pasin dengan gangguan harga diri rendah kronis dengan terapi okupasi berkebun. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah satu orang pasien dengan harga diri rendah. Hasil studi kasus didapatkandengan melakukan strategi pelaksanaan terapi okupasi berkebun yang diberikan dibuktikan dari tanda dan gejala menurun seperti pasien sudah tidak merasa malu, mau berbicara kontak mata sudah muncul, serta merasa dirinya masih mempunyai bakat dan mampu manyebutkan hal positif yang dimilikinya. Rekomendasi rumah sakit dapat menerapkan terapi okupasi untuk meningkatkan kesehatan terutama pasien gangguan jiwa skizofrenua dengan harga diri rendah.

Kata Kunci : Skizofrenia, Harga Diri Rendah Kronis, Okupasi, asuhan keperawatan

(2)

Associate’s Degree in Nursing Study Program Faculty of Health Sciences Kusuma Husada University of Surakarta 2022

MENTAL NURSING CARE FOR PATIENT WITH CHRONIC LOW SELF-ESTEEM BY IMPLEMENTING GARDENING OCCUPATIONAL

THERAPY

Arif Ibnu Fathoni¹, Intan Maharani S.B²

¹Students of Associate’s Degree in Nursing Study Program Kusuma Husada University of Surakarta

²Lecturer of Kusuma Husada University of Surakarta Email : arifibnufathoni@gmail.com

ABSTRACT

Low self-esteem issue among schizophrenia patients requires optimum care.

Mental nursing care for patients with low self-esteem is a strategic intervention to reduce the symptoms of low self-esteem. Occupational therapy is a science and art which guide one’s involvement in performing certain tasks. The present case study aimed to perform mental nursing care for patient with chronic low self-esteem using gardening occupational therapy. The research type was descriptive, using case study approach. The subject in the present case study was a patient with low self- esteem. The case study result of implementing gardening occupational therapy was reduced symptoms, such as not feeling embarrassed, willing to talk, making eye contact, and feeling they have talents and being able to mention their positive sides.

Hospitals are recommended to implement occupational therapy to improve health, especially for schizophrenic patients with low self-esteem.

Keywords : Schizophrenia, Chronic Low Self-Esteem, Occupational, Nursing Care

(3)

1 PENDAHULUAN

Menurut Videbeck (2015), skizofrenia adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan pola pikir tidak teratur yang bermanifestasi sebagai masalah komunikasi. Gejala skizofrenia meliputi gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif meliputi waham, halusinasi, sedangkan gejala negatif seperti lesu, efek datar, kehilangan minat atau ketidak mampuan melakukan aktivitas rutin, gangguan bicara, gangguan sistem sosial penglihatan, ditemukan pada pasien dengan harga diri rendah (Rahayu & Daulima, 2019). Hasil studi menunjukkan bahwa prevalensi skizofrenia/psikotik di Indonesia adalah 7% per 1.000 rumah tangga.

Hal ini menunjukkan bahwa dari 1000 rumah tangga, 70 mengalami skizofrenia/psikosis berat (Riskesdes, 2018).

Harga diri rendah adalah penilaian tingkat aktualisasi diri dengan menganalisis seberapa baik perilaku sesuai dengan diri ideal.

Perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan harga diri yang terus-menerus disebabkan oleh evaluasi diri dan efikasi diri yang negatif (Fajariyah, 2012). Jika harga diri rendah berlanjut, kita berbicara tentang harga diri kronis (HDRK). Harga diri kronis adalah perasaan negatif tentang diri sendiri, termasuk kehilangan kepercayaan diri, ketidakberdayaan, pesimisme, keputusasaan, dan keputusasaan (Alfnuhazi, 2015).

Dampak dari masalah harga diri kronis, jika dibiarkan, dapat

menyebabkan penurunan

produktivitas kerja, hubungan interpersonal yang buruk, perawatan diri yang buruk, dan ketidakpatuhan terhadap pengobatan (Dermawan,

2018).

Terapi okupasi adalah ilmu dan seni yang mengarahkan keterlibatan seseorang untuk melakukan tugas- tugas tertentu (Rokhima, 2020).

Pengaruh yang signifikan terhadap tingkap deprsi rata-rata respon secara keseluruhan pada terapi okupasi berkebun dengan pasien okupasi berkebun sebelum diberikan terapi yaitu 60,92 dan sesudah diberikan terapi 40,17 (Wakhid, 2013).

Pemberian terapi okupasi dapat membantu klien mengembangkan mekanisme koping dalam memecahkan masalah terkait masa lalu yang tidak menyenangkan. Klien dilatih untuk mengidentifikasi kemamampan yang masih dapat digunakan yang dapat meningkatkan harga dirinya sehingga tidak akan mengalami hambatan dalam berhubungan sosial. Menurut penelitian (Umah, 2012) setelah dilakukan terapi okupasi berkebun ketrampilan memiliki pengaruh yang segnifikan terhadap tingkat depresi.

Berdasarkan urairan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah yang berjudul asuhan keperawatan pasien harga diri rendah kronis dengan penerapan terapi okupasi.

METODOLOGI STUDI KASUS Studi kasus ini untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan harga diri rendah dengan menggunakan terapi okupasi. Subjek studi kasus ini adalah satu orang pasien dengan harga diri rendah.

Fokus dalam studi kasus ini adalah pasien dengan harga diri rendah kronis dengan pemberian terapi okupasi berkebun. Lokasi

(4)

2 pengambilan kasus telah dilakukan di Rumah Sakit Jiwa daerah di provinsi Jawa Tengah dengan waktu pengambilan kasus asuhan keperawatan selama 4 hari. Tindakan terapi okupasi akan dilakukan selama 1 jam setiap 1 kali pertemuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengkajian yang dilakukan pada hari Senin tanggal 17 Januari 2022 jam 09.00 WIB yang dilakukan dengan wawancara dan observasi dengan hasil pengkajian didapatkan data Subjektif: pasien mengatakan nama pasien yaitu Tn. F berusia 24 tahun, berjenis kelamin laki-laki, beragama Islam, pendidikan terakhir SMP. Klien dirawat bangsal Arjuna tanggal 6 Januari 2021 dengan alasan di rumah dirinya merasa putus asa dan dirinya tidak berguna pada keluarganya di karenakan dirinya tidak bisa berkerja dan dirinya tidak membantu perekonomian kelurganya.

Hal itu di sebabkan dia mengalami sakit di sekujur badannya yang menyebabkan dia tidak bisa bergerak dan merasa dirinya sering menyendiri, pasien mengatkan sebelumnya tidak pernah mengalami ganguan jiwa sebelumnya dan anggota keluarganya tidak memiliki ganguan jiwa. Objektif: sulit tidur, kontak mata kurang, tidak bergairan, lesu dan pada saat observasi pasien berbicara pelan, lirih dan tidak mau menatap lawan bicaranya. Dari data yang didapatkan melalui pengkajian tersebut bahwa pasien mengalami gangguan yaitu harga diri rendah kronis. Menurut Alfanuzhi (2015) perasan negatif tentang diri sendiri, termasuk kehilangan kepercayaan diri, ketidak berdayaan, pesimisme, keputuasasaan adalah harga diri

rendah kroik. Hal ini didukung jurnal Rokhimmah dan Rahayu (2020) mengatakan klien yang mengalami harga diri rendah adalah penilaian pencapaian diri dengan menganalisis sejauh mana perilaku tersebut sesuai dengan diri ideal, perasaan tidak berharga, tidak penting dan rendah diri berkepanjangan karena evaluasi negatif diri dan kemampuan.

Diagnosa keperawatan rendah kronis sebagai fokus utama untuk menyelesaikan masalah keperawatan yang didukung dengan data subjektif yang didapatkan yaitu pasien mengevaluasi diri negatif mengatakan merasa putus asa dan dirinya tidak berguna bagi keluarganya dikarenakan dirinya tidak bisa bekerja dan tidak bisa membantu perekonomian keluarganya, akibat penyakit yang dideritanya selama 3 bulan yang menyebabkan kelemahan fisik tidak berkerja merasa dirinya tidak berguna bagi keluarganya yang menyebabkan dirinya diam dirumah, sering menyendiri, sulit tidur. Data objektif antara lain respon paisen sangat lambat kontak mata pasien sangat kurang dan tiadak mau menatap lawan bicaranya ketika berbicara, saat berjalan selalu menunduk, melamun, lesu dan tidak bergairah, berbicara pelan dan lirih.

Dari data diatas bahwa apa yang ada sesui dengan (PPNI, 2016) diagnosa keperawatan harga diri rendah kronis dengan tanda subjektif menilai diri negatif (tidak berguna, tidak tertolong), merasa malu atau bersalah, merasa tidak mampu melakukan apapun, melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri, sulit tidur, mengungkapkan keputusasaan. Data objektif berjalan menunduk, kontak mata kurang.

(5)

3 Intervensi dengan menggunakan standart luaran keperawatan (PPNI, 2018) yang dimodifikasi menggunakan SP1 sampai SP2 dan jurnal utama (Rokhimmah & Rahayu, 2020).

Promosi harga diri (L.09308) Observasi : Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia terhadap harga diri, monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri, monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan.

Teraupetik : diskusikan pemgalaman yang meningkatkan harga diri, diskusikan presepsi negatif diri, diskusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga diri yang lebih tinngi, berikan umpan balik positif atas peningkatan pencapaian tujuan, fasilitas lingkungan dan aktifitas yang meningkatkan harga diri. Edukasi : anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki, anjurkan mempertahankan kontakmata saat berkomunikasi dengan orang lain, anjurkan mengevaluasi perilaku, Latih pernyataan atau kemampuan positif diri, latih cara berfikir dan berperilaku positif, latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam menangani situasi, pemberian strategi pelaksanaan 1 dan 2 dengan manfaat menunjukan ada pengaruh penerapan strategi pelaksanaan harga diri rendah terhadap harga diri klien skizofrenia dengan p-vaule 0.01(< 0.05).

Kolaborasi : terapi farmakologi pemberian obat-obatan, dan terapi okupasi berkebun. Menurut Rokhimmah dan Rahayu (2020) untuk meningkatkan harga diri rendah salah satu alternatif adalah dengan berkebun dalam terapi okupasi.

Implementasi yang diberikan pada Tn F penulis memeberikan implementasi yaitu dengan mengunakan strategi pelaksanaan 1 sampai 2, kolaborasi pemberian obat dan terapi okupasi berkebun.

Dilakukan selama 6 hari pada tanngal 17- 22 januari 2022 dan selama 60 menit pada jam 09.00 WIB. Dan setelah dilakukan terapi okupasi berkebun penulis melakukan penilain terhadap tanda dan gejalanya apakah terjadi penurunan tanda dan gejala atau tidak. Implementasi atau tindakan yang diberikan kepada klien disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah ditetapkan. Sebelum dilakukan tindakan memastikan kembali apakah tindakan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien. Tindakan hari pertama yaitu klien memberikan strategi pelaksanaan 1 mengidentifikasi aspek positif pasien dan memberian terapi okupasi berkebun. Hari kedua memberikan tindakan strategi pelaksanaan 2 dengan mengevaluasi kegiatan harian pasien dan pemberian terapi okupasi berkebun menanam cabai. Hari ketiga kembali memberikan strategi pelaksanaan 1 yaitu mengidentifikasi aspek positif pasien dan pemberian terapi okupasi berkebun menanam cabai. Hari keempat penulis memberikan strategi pelaksanaan 2 yaitu mengevaluasi kegiatan harian pasien dan memberikanm terapi okupasi berkebun menanam cabai. Hari kelima pasien diberikan kembali strategi pelaksanaan 1 yaitu mengidentifikasi aspek positif yang paisen miliki dan memberikan terapi okupasi berkebun menanam cabai.

Hari terakhir pasien di berikan strategi pelaksanaan 2 yaitu

(6)

4 mengevaluasi kegiatan harian pasien dan terapi okupasi berkebun menanam cabai. Psikopatologi kolaborasi pemberian obat Risperidone 2 X 1 hari 2 mg, merupakan derivat dari benzisoksazol yang diindikasikan untuk terapi skizofreina baik untuk gejala negatif maupun positif. Risperidone merupakan antipsikotrik yang paling banyak digunakan pada terapi tunggal. Efek samping umumnya lebih ringan dibandingkan dengan antipsikosis tipikal. Pasien Tn. F yang awalnya emosi, maengalami ganguan tingkah laku maka diberikan pemberian obat Risperidone dapat menyeimbangkan senyawa kimia dalam otak sehingga emosi pasien dapat stabil dan sebagai obat untuk penderita yang mengalami ganguan tingkah laku (Christiani, 2010).

Trihexphenidyl 2 X 1 hari 2 mg merupakan golongan obat antimuskarinik yang bekerja dengan cara menghambat zat alami asetilkolin. Dengan begitu, obat ini dapat membantu mengurangi kekakuan otot dan mengontrol fungsi otot, serta membantu meningkatkan kemampuan berjalan pada penderita Parkinson. Pasien Tn. F yang awalnya sering melkukan gerakan-gerakan yang tidak normal, sulit mengendalikan dirinya maka pemberian obat Trihexphenidyl diberikan untuk mengatasi gangguan gerakan yang tidak normal dan tidak terkendali atau parkinsen manfaat klien lebih tenang terkendali dan tidak melakukan gerakan-gerakan yang tidak normal (Tysawuri, 2016).

Chlorpromazine (CPZ) 2 X 1 hari 100 mg, termasuk dalam kelas fenotiazi.

Chlorpromazine merupakan golongan potensi tinggi untuk

mengatasi sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, hipoaktif, waham, dan halusinasi. Memiliki efek samping sedaktif kuat yang digunakan terhadap sindrom psikosis dengan gejala gaduh, gelisah, hiperaktif, sulit tidur, kacau pikiran, perasaan, perilaku. Pasien Tn. F sering berfikir negatif dengan diriya sendiri, tidak tenang, tidak percaya diri atau mood maka diberikan obat Chlorpromazine diberikan untuk meningkatkan kemampuan untuk berpikir jernih, mengurangi perilaku agresif, perilaku menyakiti diri sendiri, tenang, meningkatkan mood pasien (Marwaha, 2020).

(7)

5 Evaluasi keperawatan yang didaptkan penulis bahwa hari pertama memiliki tanda dan gejala skor 10, hari kedua tanda gejala menurun dengan skor 4, hari ketiga tanda dan gejala mengalami perunurunan dengan skor 3, hari keempat mengalami penurunan tanda dan gejala 0 atau tidak ditemukan tanda dan gejala, hari kelima tenda dan gejala mengalami peningkatan demgam skor 3 hal itu disebabkan klien diejek olehk temanya yang menyebabkan klien merasa malu, menilai diri negatif, megungkapkan keputusasaan, pada hari keenam atau hari terakhir mengalami penurunan dengan skor 0 atau tanda dan gejala sudah tidak ditemukan. Dari data pengkajian diatas mengetahui bahwa sudah tepat (Dinarti,2017) pada titik ini perawat secara sistematis dan terencana membandingkan tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan. Masalah teratasi sepenuhnya, sebagian teratasi atau tidak teratasis sepenuhnya. Dari data- data terjadi penurunan tanda dan gejala halusinasi setelah diberikan terapi yang semula dengan skor 10 menjadi skor 0 , masalah teratasi sepenuhnya. Pada observasi keperawatan yang didaptkan penulis bahwa pada saat pre atau sebelum dilakukan terapi okupasi berkebun kemampuan dengan skor 0 atau pasien masih belum bisa menanam bibit cabai. Hari kesatu kemampuan menanam bibit cabai sebanyak 3 skor yaitu mencampur media tanam kompos tetapi belum mencampurkan tanah, sekam padi dan arang sekam, memberi tiang ajir, menyiram tanaman. Hari kedua kemampuan menanam bibit cabai sebanyak 6 skor yaitu memilih bibit cabai,

menyiapkan polybag, mencampur media tanam seperti tanah, kompos, tetapi belum mencampurkan arang sekam, sekam padi, menyiapkan bibit cabai, memyiram tanaman, membersihkan area sekitar tanaman.

Hari ketiga kemampuan menanam bibit cabai sebanyak 7 sekor yaitu memilih bibit cabai, menyiapkan polybag, mencampur median tanam seperti tanah, kompos, sekam padi tetapi belum mencampurkan arang sekam, sekam padi, memindahkan bibit cabai ke polybag, merapikan bibit cabai, memberikn tiang ajir, menyiram tanaman cabai menjawab pertanyan atau post test. Hari keempat kemampuan menanam bibit cabai sebanyak sekor 7 yaitu memilih bibit cabai, menyiapkan polybag, mencampur median tanam seperti tanah, sekam padi, arang sekam tetapi belum mencampurkan kompos, memindahkan bibit cabai ke polybag, merapikan bibit cabai, memberikn tiang ajir, menyiram tanaman cabai, menjawab pertanyan atau post test.

Hari kelima kemampuan menanam bibit cabai sebanyak sekor 9 yaitu memilih bibit cabai, menyiapkan polybag, mencampur media tanam seperti tanah, sekam padi, arang sekam, kompos, memindahkan bibit cabai ke polybag, merapikan bibit cabai, memberikn tiang ajir, menyiram tanaman cabai, membersihkan area sekitar tanaman, menjawab pertanyan atau post test.

KESIMPULAN

Hasil studi kasus didapatkan data objektif bahwa klien tampak sudah mau berinteraksi, sudah mau menatap lawan berbicara ketika diajak berbicara. Dengan melakukan strategi pelaksanaan (SP) 1-2 dan

(8)

6 terapi okupasi berkebun yang diberikan dibuktikan dari tanda dan gejala menurun seperti pasien sudah tidak merasa malu, mau berbicara kontak mata sudah muncul, serta merasa dirinya masih mempunyai bakat dan mampu manyebutkan hal positif yang dimilikinya.

SARAN

a. Bagi Rumah Sakit

Sebagai hasil studi ini dapat digunakan menjadi panduan dalam penyusun prosedur operasional baku untuk memberikan informasi tentang asuhan keperawatan pasien harga diri rendah kronis.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan kurikulum dan landasan untuk mengembangkan ilmu keperawatan yang aplikatif terhadap pemberian asuhan keperawatan harga diri rendah dengan menggunakan terapi okupasi berkebun.

c. Bagi Perawat

Sebagai salah satu untuk meningkatkan mutu pelayanan sebagai acuan tindakan keperawatan dan pengoptimalan tindakan non farmakologi pada pasien harga diri rendah kronis.

d. Bagi Pasien

Sebagai salah satu menambah pengetahuan dan untuk menurunkan tanda dan gejala pasien tentang terapi okupasi berkabun sehingga mampu mengaplikasikan kemampuan kreativitas berkebun.

DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi terapeutik dalam keperawatan jiwa. Gosyen Publishing :

Yogyakarta.

Damaiyanti, M, & Iskandar (2014).

Asuhan Keperawatan Jiwa.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Dermawan, D. (2018). Modul Laboratorium Keperawatan Jiwa. Jakarta: Gosyen Publishing.

Fajariyah. (2012). Asuhan keperawatan denganGanguan Harga Diri Rendah. Trans Info Media.

Keliat, BA., Akemat, (2012), Model praktik keperawatan profesional jiwa, EGC, Jakarta.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:

Definisi dan Indikator Diaognostik, Edisi 1. Jakarta:

DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:

Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:

DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:

Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:

DPP PPNI

Rahayu, S., Mustikasari, M., &

Daulima, N. H. (2019).

Perubahan Tanda Gejala dan Kemampuan Pasien Harga Diri Rendah Kronis Setelah Latihan Terapi Kognitif dan Psikoedukasi Keluarga. Journal Educational of Nursing (Jen), 2(1), 39-51.

(9)

7 Rokhimmah, Y., dan Rahayu, D. A.

(2020). Penurunan Harga Diri Rendah dengan menggunakan Penerapan Terapi Okupasi (Berkebun). Ners Muda, 1(1):18-22.

Videbeck, S. L. (2015). Buku ajar

keperawatan jiwa

(diterjemahkan oleh Sheila L). Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Wakhid, A., Hamid, A. Y. S., Keperawatan, F. I., Indonesia, U., Keperawatan, F. I., &

Indonesia, U. (2013).

Pendekatan Model Hubungan Interpersonal Peplau. 1(1), 34–

48..

Yosep, I. (2016). Buku Keperawatan Jiwa edisi ketujuh. Bandung:

PT. Refika Aditama.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penulisan laporan ini identifikasi masalahnya adalah bagaimana aplikasi asuhan keperawatan pada klien dengan masalah keperawatan utama Gangguan konsep diri: Harga

  Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah, terdapat beberapa data pada konsep teori, tetapi tidak muncul dalam resume keperawatan..

penerapan asuhan keperawatan pasien dengan kasus konsep diri: harga diri rendah. di

Hasil penerapan ini hendaknya dapat dijadikan tambahan perbendaharaan/ relerensi dalam alternatif tindakan keperawatan pada ansietas dan harga diri rendah dengan terapi

LAPORAN PROFESI KEPERAWATAN KOMPREHENSIF ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DENGAN MENERAPKAN TERAPI SOCIAL

Perkembangan dilapangan yang ditemukan penulis pada Desember 2007 di ruang Yudistira Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor, 45% pasien setelah pemberian

Melihat banyaknya prevalensi skizofrenia terutama dengan gangguan harga diri rendah kronis yang disebabkan karena adanya kurang pengetahuan masyarakat ataupun keluarga

menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan Harga Diri Rendah di Ruang Flamboyan Rumah