AUDIT
INTERNAL
BAGUS PATRIA BHATARA S
NUR ROHMAN
Pengertian Audit Internal
Menurut Peraturan OJK No. 56 Tahun 2015, audit internal adalah suatu kegiatan assurance (pemberian keyakinan) dan konsultasi yang bersifat independen dan objektif, dengan tujuan untuk
meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional perusahaan, melalui pendekatan yang sistematis, dengan cara mengevaluasi
dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola perusahaan.
Dengan kata lain, audit internal bertanggung jawab untuk
memberikan assurance (keyakinan) yang independen dan objektif bagi operasional, manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola perushaan (corporate governance). Untuk mengemban
tanggung jawab ini, perusahaan publik diwajibkan memiliki Unit
Audit Internal.
Tugas dan Wewenang Auditor Internal
Melalui Unit Audit Internal, tugas auditor internal diatur dalam Pasal 7 Peraturan OJK No. 56 Tahun 2015, yaitu:
Menyusun dan melaksanakan rencana audit internal tahunan
Menguji dan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian internal dan sistem manajemen risiko sesuai dengan kebijakan perusahaan
Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas di bidang keuangan, akuntansi, operasional, sumber daya manusia (SDM), pemasaran, teknologi informasi, dan kegiatan lainnya
Memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang diperiksa pada semua tingkat manajemen
Membuat laporan hasil audit dan menyampaikan laporan tersebut kepada direktur utama dan Dewan Komisaris
Memantau, menganalisis, dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang telah disarankan
Bekerja sama dengan Komite Audit
Menyusun program untuk mengevaluasi mutu kegiatan audit internal yang dilakukannya
Melakukan pemeriksaan khusus apabila dibutuhkan
Tujuan Melakukan Audit Internal
#1 CompletenessTujuan pertama adalah completeness, yaitu kelengkapan data yang tercantum oleh manajemen perusahaan dalam laporannya.
Sebelum memberikan verifikasi pada laporan manajemen, auditor internal wajib melihat apakah laporan tersebut telah tersusun dengan informasi lengkap tanpa ada pengurangan.
#2 Accuracy
Tujuan berikutnya adalah untuk memastikan laporan manajemen akurat dan sesuai realita di lapangan.
Apabila menurut auditor internal data yang disajikan kurang akurat, auditor berhak melakukan penyelidikan mendalam hingga menemukan data yang benar-benar tepat.
#3 Existence
Selain komplit dan akurat, auditor internal juga perlu memastikan data dalam laporan manajemen benar-benar ada, bukan “diada-adakan”.
Pada poin ini, existence merupakan salah satu pedoman audit internal yang paling penting untuk menghindari pelaku oknum dalam perusahaan.
#4 Valuation
Selanjutnya, proses ini bertujuan untuk memastikan laporan keuangan manajemen telah sesuai dengan PSAK.
Oleh karena itu, selain harus sudah memiliki sertifikasi, seorang auditor juga wajib lulus pemahaman mengenai standar-standar akuntansi.
#5 Classification
Tujuan terakhir adalah untuk memastikan akun-akun yang terdapat dalam laporan keuangan sudah tersusun dengan benar dan
sesuai tempatnya.
Auditor internal juga perlu memastikan bahwa akun-akun tersebut tidak tercampur atau tertukar dengan akun lainnya.
Prosedur Melakukan Audit Internal
#1 Perencanaan Jadwal dan Proses Audit
Langkah prosedur yang pertama adalah merencanakan jadwal audit serta menentukan bagaimana alur pelaksanaannya.
Pada tahap ini, auditor internal wajib berkoordinasi dengan manajemen (atau perwakilannya) tentang sesering apa mereka bisa melakukan sinkronisasi internal sebelum jadwal audit eksternal tiba.
#2 Pelaksanaan Proses Audit
Langkah selanjutnya adalah melaksanakan proses audit secara
kontinu hingga laporan keuangan manajemen diperiksa dengan sempurna.
Proses pelaksanaan semacam ini tidak harus setiap hari. Perwakilan manajemen dan auditor bebas menentukan durasi dan intensitas waktu
pelaksanaan audit. Misalnya, 2 minggu sekali, 1 bulan sekali, dan sebagainya.
#3 Penyusunan Laporan
Setelah proses pelaksanaan internal audit selesai, auditor internal kemudian bertugas menyusun laporan hasil audit internal.
Nantinya, hasil tersebut perlu disampaikan ke pihak manajemen perusahaan untuk langkah pengambilan keputusan selanjutnya.
#4 Pengambilan Tindak Lanjut
Dalam proses auditing, auditor internal mungkin saja menemukan beberapa miskalkulasi, inkonsistensi penulisan, hingga data
mencurigakan.
Setelah laporan hasil internal audit diserahkan, auditor
bisa memberikan saran dan imbauannya pada manajemen agar segera memperbaiki kesalahan dalam laporan keuangannya.
Jenis Internal Audit
Quality Management System Audit (QMSA)
QMSA adalah audit yang dilakukan untuk memeriksa kesesuaian antara persyaratan standar mutu dengan dokumen yang berlaku serta bukti pelaksanaannya.
Contohnya adalah Audit ISO 9001 atau IATF-16949.
Internal Product Audit (IPA)
IPA adalah audit yang dilakukan di proses produksi yang bertujuan untuk memastikan produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan customer atau spesifikasi yang ditetapkan.
Contohnya adalah : audit internal proses untuk memeriksa kesesuaian dimensi, fungsi, kemasan atau label product, terhadap persyaratan customer.
Manufacturing Process Audit MPA)
MPA adalah audit yang dilakukan untuk memeriksa efektifitas dari suatu proses sesuai dengan persyaratan standar mutu.
Contohnya seperti : ISO 9001 atau IATF-16949.
Internal Environment Audit (IEA)
IEA adalah audit yang dilakukan untuk memeriksa kesesuaian antara persyaratan lingkungan dengan dokumen yang berlaku serta bukti pelaksanaannya.
Contohnya seperti : ISO14001.
Audit Persyaratan Customer (APC)
APC adalah audit yang dilakukan untuk memeriksa kesesuaian antara persyaratan customer dengan dokumen yang berlaku serta adanya bukti pelaksanaan.
Layer Process Audit (LPA)
LPA adalah audit berdasarkan fungsi hirarki organisasi yang dilakukan untuk menjamin konsistensi dari penerapan standard, 5R atau 5S,
peningkatan kualitas, hubungan atasan dan bawahan dan lainnya.
Audit Pengecekan Kesehatan Proses atau Process Health Check Audit (PHCA)
PHCA adalah audit yang dilakukan di area produksi yang ada di perusahaan untuk untuk mengarahkan proses produksi agar lebih memperhatikan berbagai faktor, seperti :
Indikator kinerja
Kapasitas proses
Manajemen produksi
Konsistensi penerapan standar
Manajemen mutu
Otomasi peralatan