1. Pemahaman Pengendalian Internal-Penjualan
Bagaimana auditor mendapatkan pemahaman tentang pengendalian internal? Auditor mempelajari bagan alir yang telah dibuat klien, mengajukan pertanyaan kepada klien dengan menggunakan daftar pertanyaan pengendalian internal, dan melakukan transaction walkthrough untuk penjualan.
2. Penetapan Risiko Pengendalian Direncanakan-Penjualan
Ada empat tahapan penting dalam penetapan risiko ini, yaitu:
a. Auditor memerlukan kerangka-kerja untuk menetapkan risiko pengendalian. Keenam tujuan audit transaksi bisa menjadi kerangka kerja yang diperlukan. Keenam tujuan audit ini sama untuk setiap audit atas penjualan.
b. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan defisiensi yang ada pada penjualan seperti nampak pada gambar . Hal ini bisa berbeda untuk setiap audit, karena klien bisa menerapkan pengendalian internal yang berbeda.
c. Setelah mengidentifikasi pengendalian beserta defisiensinya, auditor menghubungkan hal tersebut dengan tujuan seperti ditunjukkan dengan huruf P dan D pada kolom yang sesuai dalam gambar.
d. Auditor menetapkan risiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi pengendalian dan defisiensinya untuk setiap tujuan. Tahapan ini sangat penting karena memengaruhi keputusan auditor untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif.
Keputusan ini sangat bersifat subyektif.
Selanjutnya kita meneliti aktivitas pengendalian kunci untuk penjualan. Pemahaman tentang aktivitas pengendalian ini akan membantu auditor dalam mengidentifikasi pengendalian kunci dan kekurangan untuk penjualan.
1) Pemisahan Tugas yang Memadai
Pemisahan tugas yang tepat akan membantu dalam mencegah berbagai jenis kesalahan penyajian yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Untuk mencegah
terjadinya kecurangan, manajemen harus mencegah terjadinya akses atas kas bagi setiap orang yang bertugas untuk memasukkan informasi transaksi penjualan dan penerimaan kas ke dalam komputer. Fungsi pemberi persetujuan kredit harus dipisahkan dari fungsi penjualan, karena pengecekan kredit dimaksudkan untuk meniadakan tendensi manusiawi dari pegawai penjualan yang cenderung berkeinginan untuk mengoptimalkan volume penjualan walaupun hal itu bisa mendatangkan kerugian bagi perusahaan apabila piutang tidak bisa ditagih. Petugas yang berkewajiban untuk melakukan pembandingan internal harus terpisah dari petugas yang membukukan data yang akan dibandingkan.
2) Pengotorisasian yang Tepat
Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam pengotorisasian transaksi penjualan, yaitu:
1. Persetujuan kredit yang tepat harus diberikan sebelum penjualan terjadi.
2. Barang bisa dikirimkan hanya setelah otorisasi pengiriman diberikan.
3. Harga, termasuk syarat penjualan, pengangkutan, dan potongan harus diotorisasi.
Dua hal pertama dimaksudkan untuk mencegah agar perusahaan tidak menderita kerugian akibat mengirimkan barang ke pembeli fiktif. Otorisasi harga dimaksudkan untuk memastikan bahwa harga jual dalam faktur sesuai dengan kebijakan harga yang telah ditetapkan perusahaan. Otorisasi bisa diberikan untuk setiap transaksi penjualan atau bisa juga dibuat otorisasi umum untuk transaksi spesifik tertentu.
3) Dokumen dan Catatan yang Memadai
Karena setiap perusahaan memiliki sistem yang berbeda dengan perusahaan lainnya dalam melaksanakan, mengolah, dan mencatat transaksi, auditor sering menghadapi kesulitan dalam mengevaluasi apakah setiap prosedur klien dirancang untuk mencapai pengendalian maksimum. Meskipun demikian, prosedur pencatatan yang memadai harus ada sebelum tujuan audit transaksi bisa dipenuhi. Pada masa sekarang ini banyak perusahaan menggunakan peralatan elektronik dalam membuat dokumen penjualan dan tidak ada lagi dokumen berupa kertas.
4) Laporan Piutang Bulanan
Pengiriman laporan bulanan kepada konsumen berguna untuk pengawasan karena mendorong konsumen untuk memberi komentar apabila saldo yang tercantum dalam laporan tidak sesuai dengan saldo menurut pembukuan konsumen. Laporan ini harus diawasi oleh sese- orang yang tidak terlibat dalam penanganan kas atau pencatatan
penjualan atau piutang usaha untuk mencegah terjadinya kesalahan yang disengaja dalam pengiriman laporan.
5) Prosedur Verifikasi Internal
Program komputer atau personil yang independen harus memeriksa bahwa pengolahan dan pencatatan transaksi penjualan memenuhi keenam tujuan audit transaksi. Sebagai contoh, misalnya penggunaan dokumen secara urut nomor, pemeriksaan ketelitian pembuatan dokumen dan review atas laporan tentang hal yang tidak biasa atau kesalahan tertentu.
3. Penentuan Luas Pengujian Pengendalian
Luas pengujian pengendalian tergantung pada efektivitas pengendalian dan berbagai hal lain yang auditor yakin akan dapat menurunkan risiko pengendalian. Dalam menentukan seberapa jauh pengendalian bisa diandalkan, auditor juga mempertimbangkan kenaikan biaya penyelenggaraan pengujian pengendalian dibandingkan dengan penurunan potensial dalam pengujian substantif. Penetapan risiko pengendalian pada tingkat yang lebih rendah akan berakibat naiknya pengujian pengendalian untuk mendukung risiko pengendalian yang lebih rendah tersebut, yang selanjutnya akan berakibat naiknya risiko deteksi dan berkurangnya jumlah pengujian substantif yang diperlukan.
4. Perancangan Pengujian Pengendalian untuk Penjualan
Untuk setiap pengendalian kunci, harus dirancang satu atau lebih pengujian pengendalian untuk memeriksa efektivitasnya. Pada kebanyakan audit, penentuan sifat pengujian pengendalian biasanya mudah. Sebagai contoh, apabila pengendalian internal berupa pemberian paraf atas pesanan dari pembeli setelah pesanan tersebut mendapat persetujuan kredit, maka pengujian pengendaliannya adalah memeriksa apakah pesanan dari pembeli telah dibubuhi paraf dengan benar. Pengujian pengendalian yang tepat untuk pemisahan tugas biasanya terbatas pada observasi atas aktivitas yang dilakukan oleh auditor atau dengan melalui pengajuan pertanyaan kepada personil klien. Sebagai contoh, auditor mengamati kemungkinan petugas pembuat faktur memiliki akses ke kas ketika surat yang berisi check dari konsumen dibuka, atau ketika kas disetorkan ke bank. Biasanya perlu juga diajukan pertanyaan kepada personil klien tentang apa yang menjadi tugas mereka dan dalam situasi seperti apa terdapat keadaan yang membuat tanggungjawab mereka menjadi berbeda dari kebijakan yang normal.
5. Perancangan Pengujian Substantif Transaksi Penjualan
Dalam memutuskan pengujian substantif transaksi, auditor biasanya menggunakan sejumlah prosedur yang berlaku untuk setiap audit tanpa memperhatikan keadaan tertentu, sedangkan prosedur yang lain akan diterapkan tergantung pada baik-buruknya pengendalian dan hasil dari pengujian pengendalian. Prosedur audit yang digunakan tergantung pada pengendalian internal dan hasil pengujian pengendalian atas tujuan tersebut. Materialitas, hasil audit tahun yang lalu, dan faktor lainnya sebagaimana telah dijelaskan di muka, juga berpengaruh atas prosedur yang digunakan.
Berikut adalah tabel tujuan audit transaksi, pengendalian kunci, pengujian pengendalian, difiensi, dan pengujian substantif transaksi untuk penjualan
Penentuan prosedur-prosedur pengujian substantif transaksi yang tepat untuk penjualan relatif sulit karena bisa dilakukan dengan berbagai prosedur tergantung pada keadaan yang dihadapi.
1) Penjualan yang Tercantum dalam Pembukuan Sungguh-sungguh Terjadi
Untuk tujuan ini, auditor mencurahkan perhatian pada kemungkinan terjadinya tiga jenis kesalahan penyajian berikut:
a. Penjualan yang tercatat dalam jurnal tidak ada pengiriman barangnya.
b. Penjualan dicatat lebih dari satu kali.
c. Pengiriman dilakukan pada konsumen fiktif dan dicatat sebagai penjualan.