• Tidak ada hasil yang ditemukan

The average of carbon stock in shrub land reached 26.3 ton C/ha while in imperata land as 26.3 ton C/ha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "The average of carbon stock in shrub land reached 26.3 ton C/ha while in imperata land as 26.3 ton C/ha"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Carbon Stock Assessments On

Imperata And Shrub Lands In Paninggahan Village

by:

Aries Primanika*Erna Juita**Farida**

*Education Of Geography STKIP PGRI Sumatera Barat

**Lacturer At Education Geografhy Department Of STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

The issue of climate change and global warming has become an important issue in various parts of the world. This problem has become main agenda of the United Nations (UN).

The major contribution global warming are Carbon Dioxide (CO2) and Methane (CH4) resulting from the burning of fossil fuels, fire land and agricultural activities. This research aimed at determining carbon stocks on imperata and shrub land in Nagari Paninggahan. This research using quantitative descriptive method. Samples taken on the basis of imperata and shrub land.Collecting data done with two stages, the first one was done collecting data in the field and the second is the calculation and data analysis. This research result indicates that the tot highest carbon stock is found in shrub land reached 38.4 tons C / ha. The lowest carbon stock is in the imperata land with 4.3 tons C / ha. The average of carbon stock in shrub land reached 26.3 ton C/ha while in imperata land as 26.3 ton C/ha. The imperata and shrub land have a potential in carbon stock with a better tree management.

Keywords : carbon stock, imperata, shrub

PENDAHULUAN

Terjadinya perubahan iklim merupakan ancaman serius secara global.

Pemanasan suhu bumi telah benar-benar terjadi, sebagai buktinya adalah hasil pengamatan yang menunjukkan kenaikan suhu rata-rata udara dan lautan, mencairnya salju dan es, serta meningkatnya rata-rata tinggi permukaan air laut. Isu perubahan iklim dan pemanasan global dimana masalah ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4) yang dihasilkan dari

pembakaran bahan bakar fosil, kebakaran lahan dan kegiatan pertanian. Indonesia sendiri pada saat ini berada dalam urutan ketiga negara penghasil emisi CO2 terbesar di dunia, Indonesia berada di bawah Amerika Serikat dan China, dengan jumlah emisi yang dihasilkan mencapai dua miliar ton CO2 per tahunnya atau menyumbang 10% dari emisi CO2 di dunia (Anonim 2006).

Sesuai dengan kondisi dan fakta yang ada maka tidak dapat dipungkiri bahwa negara-negara yang ada di dunia pada saat sekarang ini adalah penghasil emisi CO2, emisi termasuk Indonesia.

1

(2)

Setiap tahunnya Indonesia melepaskan CO2 sebesar 2000 juta ton, dimana 600 juta ton adalah berasal dari dekomposisi gambut karena adanya pengeringan lahan (proses tersebut akan terus berlanjut hingga gambut habis) dan 1400 juta ton berasal dari pembakaran hutan. Melalui kegiatan tersebut Indonesia telah menyumbangkan sekitar 10% dari total emisi CO2 dunia.

(Anonim, 2006).

Apabila kondisi ini terus berlangsung dari waktu ke waktu maka akan mengakibatkan dampak buruk, yaitu menipisnya lapisan ozon di atmosfer dan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (CO2, CH4, N2O, dll) yang mengakibatkan suhu bumi akan semakin meningkat. Hal ini akan diikuti dengan mencairnya es abadi yang ada di kutub, cuaca exstrim, meningkatnya volume air laut,dan terjadinya bencana banjir.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya hal tersebut adalah dengan cara mitigasi perubahan iklim kegiatan mitigasi dilakukan untuk mengurangi konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Salah satu bentuk mitigasi perubahan iklim pada sektor kehutanan adalah dengan mengurangi besarnya estimasi karbon dengan melakukan penanaman pohon tanaman akan menyerap CO2 untuk proses potosintesis dan melepaskan O2 ke udara maka salah satu bentuk mekanisme penurunan emisi karbon bisa dilakukan melalui skema Voluntary Carbon Market (VCM). Presiden Susilo Bambang Yudoyono menandatangani kesepakatan tahun 2009 di Pittsburgh, bahwa Indonesia akan menurunkan 26% emisi karbon

hingga tahun 2020. VCM sebagai salah satu bentuk kegiatan yang dapat dikembangkan untuk mengurangi emisi CO2 dengan melibatkan langsung masyarakat dan masyarakat juga mendapatkan manfaat dari kegiatan mitigasi ini. Kegiatan VCM terbentuk karena adanya upaya korporasi dan masyarakat di negara maju untuk mengurangi emisi, pasar karbon sukarela memungkinkan negara, perusahaan atau orang per orang untuk berperan mengurangi emisi dunia dengan membeli offset karbon, misalnya perusahan A mengemisi 110.000 ton C02 pertahun.

sedangkan pemerintah menginginkan masing-masing perusahaan menurunkan emisinya, mereka dapat mendanai proyek penanaman pohon di tempat lain yang dapat mereduksi emisi karbon hingga 10.000 ton. Perdagangan kredit karbon ini kemudian dapat dilakukan sebagai proyek, ini sering disebut baseline and credit, atau offset trading dalam pengurangan emisinya melalui proyek tersebut.

Nagari Paninggahan yang terletak di Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok termasuk kedalam salah satu kegiatan percontohan di Propinsi Sumatera Barat dalam pelaksanaan skema VCM. Kegiatan VCM di Paninggahan dilakukan secara berkelompok oleh masyarakat di Nagari tersebut. Bentuk dari lahan VCM ini adalah berupa semak belukar dan alang- alang, Pada prinsipnya adalah mereka harus menjaga tumbuhan terutama pohon yang ada pada lahan mereka agar tetap tumbuh dengan baik selama jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian VCM. Luas wilayah VCM mencapai 60 ha. Untuk itu perlu dilakukan pendugaan cadangan karbon 2

(3)

di lokasi VCM Nagari Paninggahan. Hal ini dapat di jadikan Sebagai dasar untuk kegiatan VCM yang berkelanjutan adapun yang dijadikan lokasi VCM di Nagari Paninggahan berupa lahan alang-alang dan semak belukar, untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pendugaan Cadangan Karbon Pada Lahan Alang-Alang Dan Semak Belukar Di Nagari Paninggahan Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok”.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi cadangan karbon pada lahan alang-alang dan semak belukar di Nagari Paninggahan Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok.

Bahan dan alat terdiri dari, Data curah hujan 10 tahun terakir (2005-2012), Peta Administrasi Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok, skala 1:50.000, Peta Administrasi Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok, skala 1:50.000, Peta lokasi VCM di Nagari Paninggahan Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok, skala 1:50.000, Gps, Meteran, Tali Rapia, Angket, Spidol, Scop/Cangkul, Hula Hoop, Kayu/ Pancang, Timbangan, Plat Alumunium, Kamera Digital.

Teknik Pengumpulan Data 1. Mempersiapkan plot sampel

Untuk teknik pengumpulan data penelitian akan dilakukan dengan pengambilan sampel yang akan diambil langsung di lapangan. Untuk metode pengambilan sampel perlu dilakukan pembuatan plot di setiap satuan lahan yang akan diteliti, berikut ini adalah bentuk plot sampel penelitian:

Plot pengambilan data

Keterangan:

1. Plot lingkaran pertama (R1) ukuran jari-jarinya 5,64m, pohon yang masuk kedalam katagori plot R1 adalah pohon yang ukuran lingkar batangnya 5 – 19,9 cm.

2. Plot lingkaran kedua, (R2) ukuran jari- jarinya adalah 12,62m, pohon yang masuk kedalam katagori R2 adalah pohon yang ukuran lingkar batangnya 20 – 39,9cm.

3. Plot lingaran ketiga, (R3) ukuran jari- jarinya adalah 17,84m, pohon yang masuk kedalam katagori R3 adalah pohon yang ukuran lingkar batangnya

≥ 40 cm.

2. Pengukuran Lingkar Batang pohon Biomassa adalah berat atau volume organism dalam suatu area atau volume tertentu . Biomassa juga didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di atas permukaan pada suatu pohn dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per persatuan luas. Untuk mengetahui biomassa pohon akan dilakukan dengan mengukur lingkar batang pohon dengan diameter setinggi dada (DBH) atau 1,3 m (SNI, 7724: 2011 ), dapat dilihat pada gambar berikut:

R1 = 5.64 meter Lingkar batang . 5 - 19.9 cm

R2 = 12.62 meter Lingkar batang .20 - 39.9 cm

R3 = 17.84 meter Lingkar batang . ≥ 40 cm

3

(4)

Pengukuran Diameter Pohon Dengan Berbagai Kondisi

Sumber: SNI .7724(2011)

3. Analisa Data

a. Penghitungan Biomassa Pohon

Perhitungan biomassa pohon dilakukan dengan menggunakan persamaan allometrik. Persamaan allometrik adalah persamaan antara diameter dan biomassa pohon bercabang sebagai berikut:

Pohon bercabang B = 0,11ρ D2,62 Keterangan:

B = Biomassa (kg/pohon) ρ = berat jenis pohon

D = Diameter nekromassa (cm)

NO Nama pohon Biomassa

1 Cengkeh/ Eriytrina Subumbrans 0,79 2 Surian/ Toona Ureni Merr 0,39 3 Mahoni/ Swietenia Macrophylla 0,61 4 Kayu Balam/ Palaquium

Macrocarpum

0,40 5 Jirak/ Symplocos Brandissi 0,56

6 Kapuk/ Ceiba Petandra 0,25

7 Durian/ Durio Zhibethinus 0,59

8 Jengkol/ Fauci Florum 0,65

9 Kulit Manis/ Cinnamomum Zeylanicum

0.64

10 No Name 0,35

Contoh nilai berat jenis beberapa pohon b. Penghitungan Biomassa nekromassa

Penghitungannekromassadapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Nekromasa berkayu

BK = π H D2 /40 × % Pelapukan Keterangan:

BK = berat kering(kg) π = adalah 22/7 atau 3,14

H = Panjang/tinggi nekromas (cm) D2= diameter nekromassa (cm

2. Nekromasa tidak berkayu 𝐓𝐓𝐓𝐓𝐓𝐓𝐓𝐓𝐓𝐓 𝐁𝐁𝐁𝐁=𝑩𝑩𝑩𝑩 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄𝒄𝒄𝒄𝒄𝒄𝒄𝒄𝒄𝒄𝒄

𝑩𝑩𝑩𝑩 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄𝒄𝒄𝒄𝒄𝒄𝒄𝒄𝒄𝒄𝒄 ×𝑻𝑻𝒄𝒄𝒄𝒄𝑻𝑻𝑻𝑻 𝑩𝑩𝑩𝑩

Keterangan: BK = Berat Kering BB = Berat Basah

c. Penghitungan total kadar karbon dari tumbuhan.

(Total biomassa pohon + total biomassa nekromassa) × 0.46

Keterangan:

Total biomassa pohon = Total per plot sampel (ton/ha) Total nekromassa = Total per plot

sampel (ton/ha) 0, 46 = Faktor presentase

karbon pada tumbuhan sesuai dengan ketentuan SNI.

d. Penghitungan karbon Tanah

Perhitungan kandungan karbon organik tanah menggunakan metode Standar Nasional Indonesia (SNI).

Metode Ini menggunakan perhitungan karbon organik tanah per hektar dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:

Kedalaman tanah × BD × % C organik tanah

Keterangan:

Kedalaman tanah = adalah kedalaman pengambilan sampel tanah di lapangan.

4

(5)

BD = Berat jenis tanah

% C organic tanah= Didapat dari analisis labor.

e. Penghitungan Total Karbon Plot

Penghitungan cadangan karbon dalam plot pengukuran menggunakan persamaan sebagai berikut:

C Plot = C tumbuhan + Ctanah

Keterangan:

C plot = Total karbon pada setiap plot sampel (ton/ha)

C tumbuhan = Total karbon pada setiap plot (ton C/ha)

C tanah = Total karbon tanah pada setiap plot (ton C/ha) HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertama, hasil penelitian menunjukkan bahwa cadangan biomassa dan karbon pohon tertinggi pada lahan alang- alang terdapat pada plot TD P7 yaitu 27.00 ton C/ha untuk biomassa pohon, dan karbon pohonnya adalah 12.4 ton C/ha. Sedangkan biomassa dan karbon pohon terendah terdapat pada plot TM 10 adalah 0.0 ton C/ha untuk biomassa totalnya, dan 0.0 ton C/ha untuk karbon pohon total. Biomassa dan karbon serasah pada lahan alang-alang yang tertinggi terdapat pada plot BP P1adalah 30.24 ton C/ha, dan karbon serasah adalah 14.22 ton C/ha. Sedangkan biomassa dan karbon serasah terendah terdapat pada plot BP P2 adalah 8.72 ton C/ha untuk biomassa serasah dan 4.10 ton C/ha untuk karbon serasah. Rata-rata karbon tanah pada lahan alang-alang mendekati angka 0.003 ton C/ha pada plot BP P1, BP P2, dan TD P10 dan karbon tanah terendah terdapat pada plot TM P10 adalah 0.001 ton C/ha. Total karbon pada lahan alang-alang yang

tertinggi terdapat pada plot BP P1 adalah 25.2 ton C/ha, sedangkan total cadangan karbon terendah terdapat pada plot TD P3 adalah 4.0 ton C/ha. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada lahan alang-alang rata-rata cadangan karbon nya adalah 11,9 ton C/ ha untuk jenis penggunaan lahan alang-alang.

Pada lahan alang-alang cadangan karbonnya masih tergolong rendah hal ini dipengaruhi oleh tumbuhan yang terdapat pada jenis penggunaan lahan ini relatif lebih sedikit dibandingkan dengan lahan semak belukar, oleh karena itu cadangan karbon pada lahan alang-alang juga lebih sedikit, jika lahan lahan-alang direhabilitasi dan ditanami pepohonan yang lebih banyak lagi maka besar kememungkinan menyimpan cadangan karbon juga akan lebih banyak pohon-pohonnya maka akan meningkatkan potensi cadangan karbon.

Kedua biomassa dan karbon pohon pada lahan semak belukar yang tertinggi terdapat pada plot BP P4 yaitu 42.4 ton C/ha untuk biomassa pohon, dan karbon pohonnya adalah 19.5 ton C/ha. Sedangkan biomassa dan karbon pohon terendah terdapat pada plot TM P9 adalah 9.4 ton C/ha untuk biomassa, dan 4.3 ton C/ha untuk karbon pohon. Biomassa dan karbon serasah pada lahan semak belukar yang tertinggi terdapat pada plot TM P9 yaitu 72.57 ton C/ha untuk biomassa serasah, dan total karbon serasah adalah 34.11 ton C/ha.

Sedangkan biomassa dan karbon serasah terendah terdapat pada plot TD P6 adalah 11.65 ton C/ha untuk biomassa serasah dan 5.48 ton C/ha untuk karbon serasah. Karbon tanah yang tertinggi pada lahan semak belukar terdapat pada plot BP4 adalah 0.05 5

(6)

ton C/ha dan karbon tanah terendah terdapat pada plot TM P19 adalah 0.002 ton C/ha.

Total karbon pada lahan semak belukar yang tertinggi terdapat pada plot TM P9 adalah 38.4 ton C/ha. Sedangkan total cadangan karbon terendah terdapat pada plot TD P4 adalah 8.0 ton C/ha. Rata-rata karbon yang terdapat pada lahan semak belukar adalah 59.4 ton/ha.

Pada lahan semak belukar cadangan karbonnya lebih tinggi hal ini dikarenakan oleh banyaknya jenis tumbuhan yang lebih banyak dan beragam dibandingkan pada lahan alang-alang, jika semak belukar di rehabilitasi dan ditanami lebih banyak lagi jenis pepohonan maka akan meningkatkan penyimpanan cadangan karbon yang lebih banyak lagi.

Berdasarkan perhitungan pendugaan cadangan karbon dalam penelitian ini adalah total cadangan karbon terbesar terdapat pada jenis penggunaan lahan semak belukar yaitu mencapai 59.4 ton C / ha hal ini di pengaruhi oleh banyak nya jenis tumbuhan.

Hasil penelitian sebelumnya oleh Yuniawati dkk, (2011) dengan judul“

Estimasi Potensi Biomassa Dan Massa Karbon Hutan Tanaman Acacia Crassicarpa Di Lahan Gambut” menunjukkan hasil pendugaan potensi biomassa dan massa karbon pohon tegakan a.arassicarpa dengan menggunakan persamaan (ekspotensial) alometrik biomassa pohon dan diantara berbagai alternatip alometrik yang dianggap paling representatifdalah persamaan alometrik W=0,398918D2,041 Hbc0,165 dan persamaan alometrik massa karbon pohon C= 0,131D1,245 Htot1,175 persamaan alometrik tersebut menunjukan bahwa potensi biomassa pohon tegakan a.crassicarpa kelas

umur 2,3,4 dan 5 tahun berturut-turut sebesar 44,98 ton/ha, 70,35 ton/ha, 134,05 ton/ha dan234,78 ton/ha, dan potensi massa karbon pohonnya berturut-turut sebesar 12,09 ton/ha, 36,23 ton/hadan 133,10 ton/ha.

Rata-rata cadangan karbon pada lahan alang-alang di lokasi penelitian sebesar 11.9 ton C/ha sedangkan rata-rata cadangan karbon pada lahan semak belukar adalah 26.3 ton C/ha. Kedua hasil tersebut jika dibandingkan dengan hasil penelitian Yuniawati(2011) maka rata-rata cadangan karbon pada penelitian ini berada pada kisaran cadangan karbon Acacia Crassicarpa Di Lahan Gambut umur 2,3,4 dan 5 tahun hal ini menunjukkan pada lahan alang- alang dan semak belukar mempunyai potensi cadangan karbon yang relatif sama dengan lahan yang di tanami pohon monokultur. Apabila lahan alang-alang dan semak belukar ini di pelihara dengan baik keberadaan

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Total cadangan karbon tertinggi pada lahan lahan alang-alang adalah 25.2 ton C/ha, sedangkan total cadangan karbon terendah adalah 4.0 ton C/ha.

Sedangkan rata-rata cadangan karbon pada lahan alang-alang adalah 11.9 ton C/ha. Pada lahan alang-alang cadangan karbonnya masih tergolong rendah hal ini dipengaruhi oleh tembuhan yang terdapat pada jenis penggunaan lahan ini lebih sedikit dibandingkan dengan lahan semak belukar

2. Total cadangan karbon tertinggi pada lahan lahan semak belukar adalah 38.4 6

(7)

ton C/ha. Sedangkan total cadangan karbon terendah adalah 8.0 ton C/ha.

Sedangkan rata-rata cadangan karbon pada lahan semak belukar adalah 23.6 ton C/ ha. Pada lahan semak belukar cadangan karbonnya lebih tinggi hal ini dipengaruhi oleh jenis tumbuhan yang lebih banyak dan beragam dibandingkan pada lahan alang-alang.

B. SARAN

berdasarkan hasil penelitian maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Masyarakat diharapkan untuk bisa merehabilitasi padang alang-alang menjadi tutupan lahan yang lebih banyak tanaman pohon yang hijau guna menaggulangi pemanasan global.

2. Masyarakat harus lebih memperhatikan pertumbuhan tanaman yang terdapat di lokasi penelitian ini guna meningkatkan stok cadangan karbon.

3. Penelitian ini diharapkan akan membuka peluang untuk munculnya penelitian tentang hal yang lebih mendalam tentang penelitian cadangan karbon yang terkait dengan nilai ekonomi cadangan karbon.

4. Pemerintah lewat dinas kehutanan untuk dapat lebih mendukung dan memfasilitasi kegiatan rehabilitasi lahan sebagai salah satu bentuk mitigasi terhadap perubahan iklim.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. Estimasi stok carbon pada tegakan pohon Rhizophora stylosa di Pantai campalong, sampan-sampang Madura. Jurnal : Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam Institut Teknologi 10 November

Bambang Prasetyo Dan Lina Miftahul Janna. (2012). Metode Penelitian Kuantitaf : Teori Dan Aplikasi.

Hadad, Isman, 2010. Prisma. Perubahan Iklim Dan Pembangunan Berkelanjutan.Majalah Pemikiran Sosial Ekonomi. 2 april 2010.

Hairiah, K Ekadinata, A, Rahayu S. (2011).

Pengukuran Cadangan Karbon:

Dari Tingkat Lahan Ke Bentang Lahan. Petunjuk Praktis. Edisi Kedua. Bogor, World Agroforestry Centre, Icraf Sea Regional Ofice, Universitas Of Brawijaya (UB), Malang Indonesia.

Iskandar,H, 2013.Bahan pelatihan

pengukuran cadangan karbon.Tanggal 7 Desember 2013.

Kardono, Dkk. 2010. Memahami Perdagangan Karbon. Pusat Standardisasi Dan Lingkungan, Mentri Kehutanan.

Martin Lukito dan Ahadiati Rohmatiah.

(2013). Estimasi Biomassa Dan Karbon Tanaman Jati Umur 5 Tahun, Khusus Kawasan Taman Jati Unggul Nusantara Desa Krowe, Kecamatan Lembeyan Kabupaten Magetan. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun. Agri- tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013.

Masripatin,N. dkk. (2010). Cadangan Karbon, Pada Berbagai Tipe Hutan Dan Jenis Tanaman Di Indonesia.

Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perubahan Iklim Dan Kebijakan.

Murdiyarso,(2001).http://File.Upi.Edu/Direk tori/Fpmipa/Jur._Pend._Biologi/197 212031999031-

Wahyu_Surakusumah/Adaptasi_Dan _Mitigasi.Pdf. diakses 13 juni 2014.

Nurwendah Pujilestari, (2009). Analisis Potensi Produksi Air Dan Kebutuhan Irigasi Di Das Paninggahan- 7

(8)

Singkarak Provinsi Sumatera Barat.

Tesis: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Sutaryo,D. (2009). Penghitungnan Biomassa, Sebuah Pengantar Studi Karbon. Weslands International Indonesia Programme.

SNI,7645. (2010). Klasifikasi Penutupan Lahan.Badan Standar Nasional.

Samsudi, dkk. (2013) Perubahan Iklim dan REDD, Modul Pelatihan untuk elatihan.RECOFTC - The Center for People and Forests. Kasetsart

University Bangkok 10903, Thailand.

SNI,7645. (2011). Pengukuran Dan Penghitungan Cadangan Karbon- Pengukuran Lapangan Untuk Penaksiran Cadangan Karbon Hutan. Badan Standar Nasional.

Purnomosidhi, dkk. (2000). Rehabilitasi Padang Alang-Alang Menggunakan Agroforestri Dan Pemeliharaan Permudaan Alam. International Centre For Research In Agroforestry Dan Universitas Brawijaya, Fakultas Pertanian Malang, Bogor, Indonesia.

Wardoyo, ( 2013). Outline presentasi: hutan dan karbon strategi mitigasi dan adaptasi Yuwono, Budi Slamet, dkk. (2011).

Estimasi Total Penyerapan Karbon Tersimpan Pada System Agroforesteri Didesa Sumber Agung Untuk Mendukung Aksi Nasional Gas Rumah Kaca. Jurnal: Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Negeri Lampung.

Yuniawati dkk. (2011). Estimasi Potensi Biomassa Dan Massa Karbon Hutan Tanaman Acacia Crassicarpa Di Lahan Gambut. Studi Kasus Si Areal HTI Kayu Serat Di Pelalawan, Propinsi Riau.

8

Referensi

Dokumen terkait

tren tidak terlihat (konstan); Gambar 2.1 (b) tentang plot deret waktu jumlah penduduk bulanan di Amerika Serikat untuk periode Januari 1952–Januari 2005 hanya memperlihatkan

Methodology  Clear and detailed description of methodology may consist of field work, sampling techniques, interview session, analysis ; lab work of different phases, experimental