• Tidak ada hasil yang ditemukan

Azzahra Mutiara Ananda 1201621045 Kajian Psikologi Sastra

Aseeeg XX

Academic year: 2023

Membagikan "Azzahra Mutiara Ananda 1201621045 Kajian Psikologi Sastra"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PROSA FIKSI

Analisis Psikologi Sastra dalam Cerpen “Menyesal” karya Shivani Syailendra

Nama : Azzahra Mutiara Ananda

NIM : 1201621045

Kelas : 2 PB 1

Dosen Pengampu : Rahmah Purwahida, S. Pd., M. Hum

Analisis Psikologi Sastra dalam Cerpen “Menyesal” karya Shivani Syailendra dilakukan dengan menggunakan Teori Psikologi Sigmun Freud, yaitu Id, Ego, dan Super ego.

Idadalah sistem kepribadian asli atau bawaan. Dari Id inilah muncul ego dan superego. Id mencakup semua aspek psikologi yang diwariskan, seperti naluri, impuls, dan drives. Id mewakili subjektivitas yang ada secara tidak sadar. Id berkaitan erat dengan proses fisik yang menghasilkan energi mental yang digunakan untuk memanipulasi sistem struktur kepribadian lainnya.

Ego berkembang dari Id, sehingga orang mampu menghadapi realitas dan berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip realitas. Prinsip realitas berusaha untuk mendapatkan kepuasan yang dituntut Id dengan mencegah ketegangan dan kesenangan baru hingga ditemukan objek- objek nyata yang dapat memenuhi kebutuhan.

Superego adalah kekuatan moral dan etika dari kepribadian dan beroperasi berdasarkan prinsip idealistik dan berlawanan dengan prinsip Id dan ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego, tidak memiliki sumber energi sendiri. Namun, superego berbeda dari ego dalam satu hal penting, yaitu tuntutan kesempurnaan super ego tidak realistis karena Superego tidak punya kontak dengan dunia luar.

Berikut hasil analisis Psikologi Sastra dengan menggunakan teori Sigmun Freud dalam Cerpen “Menyesal” karya Shivani Syailendra:

1. Psikologi tokoh Nadhira Aspek Id

Tokoh Nadhira memiliki keinginan untuk sekolah setinggi-tingginya, sehingga ia dapat menyekolahkan adiknya dan menaikkan derajat keluarga. Jadi, ketika bapaknya meminta ia berhenti sekolah, aspek Id Nadhira memberi bantahan.

(2)

“Tapi, Pak. Bukan Aldo, Hanin, dan Ramadhan saja yang harus sekolah, Nadhi juga, ingin sekali sekolah setinggi-tingginya, sampai S2.”

Aspek Ego

“Nadhi tidak mau, Pak. Kan Nadhi sudah bilang ingin kuliah, bukan menikah. Apalagi menikah dengan Mas Anto yang umurnya sudah kepala tiga. Dan bapak kan juga tau, Nadhi masih dibawah umur.” Nadhira mendebat dengan suara yang bergetar menahan tangis.

Pada kutipan di atas menggambarkan aspek ego tokoh Nadhira yang berpendirian teguh, sehingga ia menolak keinginan bapaknya. Nadhira merasa sedih karena mengetahui keputusan bapaknya yang ingin menikahkan ia dengan Anto dan berhenti sekolah.

Nadhira terlihat sedih karena dipaksa menikah oleh bapaknya.

Aspek Super Ego

Tokoh Nadhira mengetahui bahwa yang ia lakukan benar dan keinginan bapaknya adalah hal yang salah. Jadi, aspek super ego dalam dirinya mendorong ia untuk melakukan sesuatu agar bapaknya tidak lagi memaksa ia menikah.

“Begini, Bu, mulai besok Nadhi akan berjualan gorengan di sekolah, hasilnya akan ditabung untuk biaya kuliah Nadhi, Aldo, Hanin, dan Ramadhan. Jadi, mulai besok Nadhi akan bangun pagi-pagi sekali untuk membuat gorengan. Selain itu, Nadhi juga akan belajar setiap hari dan membuktikan pada bapak bahwa Nadhi mampu.” Nadhira sangat bersemangat mengungkapkan rencananya agar bapaknya tak lagi memaksa menikah.

2. Psikologi tokoh Tatang Aspek Id

“Nadhi, dengarkan bapak ya. Kamu tidak perlu bekerja ataupun kuliah untuk menyekolahkan adik-adikmu, kamu hanya perlu menikah dengan Anto, sekretaris desa yang sekarang sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil, hidupmu akan terjamin jika menikah dengan PNS, Nad.” Tatang menjelaskan dengan sabar.

Kutipan di atas menggambarkan aspek Id dari tokoh Tatang terlihat bahwa pemikirannya untuk menikahkan sang anak akan dapat mneyejahterakan keluarganya, sehingga ia tidak perlu lagi bekerja keras untuk menyekolahkan anak-anaknya.

(3)

Aspek Ego

“Nadhi, menikah dengan Anto itu juga demi kebaikanmu. Bapak ingin kamu bahagia dan hidup dengan berkecukupan. Sudahlah, ikuti saja apa yang bapak katakan, pokoknya kamu harus menikah dengan Anto!”

Dari kutipan di atas tergambar aspek ego Tatang yang terus memaksa Nadhira untuk menikah. Berkat dorongan dari ego miliknya yang begitu besar, Tatang tidak memedulikan kebahagiaan anaknya, ia berpikir bahwa keputusannya adalah yang paling tepat.

Aspek Super Ego

Tatang yang mendengar pernyataan dokter pun hanya bisa menangis terisak. Baru kali ini Tatang sangat menyesali perbuatannya kepada Nadhira selama ini. Ia terlalu menumpahkan kekesalannya kepada Nadhira. Hari itu, bendera kuning terpasang di depan rumahnya, orang- orang mulai berdatangan untuk mengucapkan bela sungkawa, dan langit pun berubah menjadi gelap seolah turut berduka.

Kutipan di atas menggambarkan aspek super ego dari tokoh Tatang karena ia telah menyadari segala perbuatannya. Tatang sadar bahwa ia salah, sudah memaksakan kehendaknya, sehingga membuat anaknya terpuruh dan jatuh sakit.

Referensi

Dokumen terkait

Damono dalam Wiyatmi, 2008 mendefinisikan sosiologi sastra sebagai salah satu pendekatan dalam kajian sastra yang memahami dan menilai karya sastra dengan mempertimbangkan segi-segi