LAPORAN PERENCANAAN PROGRAM
PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN MELALUI PEMBUATAN LILIN AROMATERAPI BAGI REMAJA DI KALURAHAN BLEBERAN
Dosen Pengampu : Adin Ariyanti Dewi, S.Pd., M.Pd.
Di susun oleh : AZZARA NUR AZIZAH
20102241013
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2023
I. LATAR BELAKANG
Salah satu hal yang mendasar dan menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia adalah pembangunan ekomomi. Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia dan menjadi tantangan bagi pemerintah yang belum dapat diatasi adalah pengangguran. Sedangkan, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya alam hayati yang melimpah. Hal ini seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai upaya untuk mengatasi meningkatnya pengangguran melalui pemanfaatan potensi sumber daya alam ini. Untuk saat ini sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan secara optimal, antara lain minyak atsiri. Minyak atsiri atau yang lebih dikenal dengan minyak eteris (aetheric oil) dan minyak essential ini adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Komponen minyak atsiri ini terdapat senyawa yang mengandung karbon dan hydrogen atau karbon, hydrogen,dan oksigen yang tidak bersifat aromatic (Maulana,dkk 2013). Salah satu manfaat dari minyak atsiri ini yaitu dapat di gunakan untuk membuat aromaterapi. Aroma terapi berasal dari kata aroma yang berarti harum atau wangi, dan therapy yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau penyembuhan. Sehingga, aromaterapi dapat diartikan sebagai suatu cara perawatan tubuh atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak esensial(Jaelani, 2009). Aromaterapi ini dibuat menggunakan minyak nabati tersebut dengan cara disuling. Salah satu jenis tumbuhan yang bisa digunakan sebagai aromaterapi yaitu tumbuhan kayu putih. Tumbuhan kayu putih ini merupakan salah satu tumbuhan yang tumbuh baik di Indonesia. Desa yang mayoritas lahannya digunakan untuk sektor kehutanan dengan tanaman jati dan kayu putih adalah Desa Bleberan.
Kalurahan Bleberan merupakan salah satu wilayah dari Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul dengan luas wilayah kurang lebih 16.262.170 Ha yang di dominasi oleh lahan pertanian baik milik pribadi maupun tanah milik Dinas Kehutanan berupa lahan pohon minyak kayu putih. Jumlah penduduk saat ini kurang lebih ada 5.743 jiwa yang tersebar di 11 padukuhan dengan mayoritas pekerjaan masyarakat adalah petani. Hal ini, salah satunya dipengaruhi oleh luasnya lahan pertanian yang ada di Kalurahan Bleberan. Masyarakat memanfaatkan lahan tersebut untuk menanam
palawija berupa jagung, kacang, kedelai, padi, singkong dan beberapa tanaman lain.
Kalurahan Bleberan juga memiliki potensi wisata berupa Goa Rancang Kencana dan Air Terjun Sri Getuk yang terletak di Padukuhan Menggoran 2. Dari segi budaya, terdapat budaya lokal yang masih dilestarikan hingga saat ini antara lain rasulan, nyadran, kenduri, robyongan dan juga kesenian tradisional seperti reog dan karawitan.
Penduduk di Kalurahan Bleberan terdiri dari berbagai tingkatan usia dari anak-anak, remaja hingga orang tua. Penduduk di Kalurahan Desa Bleberan juga terdiri dari berbagai tingkatan Pendidikan. Sesuai data statistic berdasar Pendidikan di Kalurahan Bleberan mayoritas penduduk lulusan Sekolah Menengah Atas dengan jumlah 927 dari 5.743 penduduk. Fenomena yang ada di Kalurahan Bleberan yaitu banyak remaja yang setelah lulus SMA lebih memilih bekerja di luar kota menjadi karyawan dalam perusahaan dibandingkan harus bekerja di Desa sendiri. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang masih mengandalkan ijazah dibanding menggali potensi desa yang dimiliki sehingga hal ini menjadi penyebab terhambatnya pembangunan ekonomi di Kalurahan Bleberan. Adanya permasalahan remaja yang merantau bekerja di luar kota ini mengakibatkan kurangnya anggota remaja yang berpartisipasi aktif membangun potensi Desa. Dibandingkan dengan Desa lain Desa Bleberan ini mempunyai potensi yang cukup mendukung untuk remaja. Salah satunya yaitu potensi alam berupa wisata air terjun. Jika hal ini dimanfaatkan akan menjadi peluangyag cukup besar bagi remaja yang ingin bekerja di Desa sendiri dengan cara membuka peluang usaha.
Remaja karang taruna di Kalurahan Bleberan merupakan salah satu aspek yang berperan dalam pembangunan Kalurahan. Potensi desa yang tepat untuk menjadi penggerak desa adalah remaja. Salah satu Langkah remaja untuk membawa desa Bleberan kearah yang lebih baik dengan terlibatnya partisipasi aktif remaja dalam upaya pembangunan desa. Tetapi, fakta dilapangan remaja Desa Bleberan masih memiliki tingkat kesadaran partisipasi rendah. Hal ini sesuai dengan analisis SWOT yang dilakukan di Desa Bleberan, permasalahan yang ada adalah remaja di Kalurahan Bleberan untuk saat ini dapat dikatakan kurang aktif dalam mengikuti kegiatan yang ada karena banyak remaja yang merantau untuk bekerja. Selain itu, juga terdapat beberapa remaja yang masih belum memiliki pekerjaan. Sehingga perlu adanya pendampingan atau pemberdayaan terhadap remaja karang taruna untuk membangun dan menciptakan SDM yang unggul. Pendampingan atau pemberdayaan tersebut dapat berupa pelatihan yang berfokus pada pelatihan kewirausahaan. Pemberdayaan merupakan konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.
Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya membangun daya masyarakat dengan mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Tujuan pemberdayaan masyarakat menurut Sumodiningrat (2000) adalah: 1) meningkatnya penin8gkatan pendapatan masyarakat ditingkat bawah dan menurunya jumlah penduduk yang terdapat dibawah garis kemiskinan, 2) berkembangnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kegiatansocial ekonomi produktif masyarakat dipedesaan, dan, 3) berkembangnya kemampuan masyarakat dan meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat, baik aparat maupun warga. Pemberdayaan melalui pelatihan kewirausahaan ini dapat menjadi upaya dalam mengatasi kemiskkinan dan mensejahterahkan masyarakat terutama pada remaja.
Pemecahan masalah yang sesuai dengan analisis kebutuhan yaitu pelatihan wirausaha pembuatan lilin aromaterapi yang dirasa perlu diajarkan kepada masyarakat khususnya remaja yang belum memiliki penghasilan. Karena, banyak remaja di Kalurahan Bleberan yang belum memiliki pekerjaan sehingga dengan adanya pelatihan ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif untuk menambah penghasilan bagi remaja di Kalurahan Bleberan. Di Desa Bleberan masih belum banyak masyarakat yang memiliki usaha. Salah satu cara untuk meningkatkan jumlah usaha adalah dengan meningkatkan sector kewirausahaan, sehingga muncul pengusaha-pengusaha muda yang potensial dan handal. Usaha yang dapat dikembangkan di era milinial seperti ini salah satunya yaitu usaha membuat lilin aromaterapi.
Lilin dapat digunakan secara luas dan terus menerus sepanjang sejarah sebagai alat penerang. Akan tetapi, di sisi lain lilin juga dapat digunakan untuk mengatur suasana hati. Lilin yang dimaksud adalah lilin aromaterapi. Lilin aromaterapi merupakan lilin yang mengandung bahan pewangi yang dapat digunakan sebagai refreshing, relaxing, dan penyembuhan sakit kepala. Lilin aromaterapi memberikan efek terapi bila dibakar. Formula lilin aromaterapi yang dibuat berupa parafin, stearin, odoran, pewarna minyak dryobalanops, sereh, daun jeruk nipis, dan limbah rumah tangga yang dimiliki desa, yaitu minyak jelantah sisa penggorengan. Pelatihan pembuatan lilin aromaterapi dapat meningkatkan kemampuan remaja dalam menciptakan ekonomi kreatif dengan memanfaatkan potensi alam di desanya. Berbagai formula yang dibuat menghasilkan lilin yang cukup keras dan dapat menyala dengan sempurna.
Lilin aromaterapi menjadi salah satu alternatif usaha agar remaja dapat memotivasi diri mereka untuk berwirausaha dikarenakan lilin aromaterapi memiliki peluang pasar yang cukup bagus. Cara pembuatan yang mudah, bahan yang mudah diperoleh dan harga terjangkau menjadi salah satu peluang yang dapat terus dikembangkan. Lilin aromaterapi berbeda dengan lilin yang biasanya kita jumpai, lilin ini disebut dengan lilin aromaterapi karena mengandung bahan pewangi yang memiliki banyak manfaat dan dapat digunakan sebagai relaxing, untuk mengurangi stress dan kecemasan, memperbaiki suasana hati dan mengatasi insomnia. Lilin aromaterapi juga dapat digunakan sebagai penghias dan pengharum ruangan. Lilin aromaterapi dalam pengolahannya menggunakan beberapa bahan dan salah satunya menggunakan minyak atsiri yang memiliki wangi aromaterapi yang menenangkan dan juga memiliki aroma yang menyegarkan.
II. TUJUAN PROGRAM
Menumbuhkan minat berwirausaha tidaklah mudah, apalagi seorang wirausahawan yang masih remaja. Remaja adalah usia dimana seseorang yang lebih cenderung memiliki emosi yang labil. Kunci sukses untuk menumbuhkan minat wirausaha remaja selain dari diri sendiri yaitu juga dengan dorongan dan motivasi dari orang lain. Sehingga kegiatan yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan minat wirausaha bagi remaja yaitu salah satunya melalui pelatihan. Tujuan dari pelatihan ini adalah memberikan bekal bagi remaja di Kalurahan Bleberan agar memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap dalam memasuki dunia wirausaha yang mandiri sebagai salah satu upaya dalam rangka mengurangi pengangguran dan mengembangkan sumber daya manusia yang mampu menciptakan kesempatan kerja bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Dengan pengetahuan kewirausahaan yang mumpuni, diharapkan akan mampu menumbuhkan sikap kemandirian yang matang, agar dapat membantu meringankan beban, sehingga remaja Kalurahan Bleberan perlu diberdayakan untuk memperbaiki kualitas hidupnya. Selain itu, juga dapat digunakan sebagai alternatif pilihan usaha baru untuk remaja dalam meningkatkan pendapatan.
Pelatihan ini juga sebagai salah satu upaya dalam rangka menumbuhkan kecakapan hidup bagi remaja Kalurahan Bleberan dengan memberikan Pendidikan Nonformal dalam bentuk pelatihan yang berfokus pada bidang kewirausahaan. Pelatihan yang dilakukan tidak hanya berupa pemberian materi saja, tetapi juga melalui praktek secara langsung kepada remaja di Kalurahan Bleberan. Praktek yang dilakukan berupa pembuatan lilin aromaterapi. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan dapat
mendorong semangat para remaja untuk menggali ide usaha kreatif sejak usia muda dan segera dapat mengimplementasikannya dalam suatu rintisan usaha nyata.
Pelatihan ini juga bertujuan agar remaja di Kalurahan Bleberan memiliki jiwa usaha yang tinggi. Umumnya jiwa usaha di artikan sebagai kesiapan diri atau mental yang diperlukan dalam menjalankan sebuah usaha misalnya (1) Sikap disiplin, yang dimaksud adalah kesabaran dan keuletan di dalam menjalankan usaha. Sikap ini sangat diperlukan, khususnya dalam masa-masa sulit. Dengan sikap ini para pelaku usaha memiliki keteguhan diri yang kokoh, sehingga ketika menemukan kendala tidak mudah menyerah dan menyesalai apa yang sudah diperbuat. (2) Sikap berani mengambil risiko, berarti sikap tanggung jawab, sikap ini umumnya berbentuk keberaniaan. Artinya, para pelaku usaha tidak malu-malu menjajakan barang dagangannya. Mereka melakukan berbagai cara, menghadirkan strategi, dan pandai memikat konsumen.Lebih lanjut, sikap ini identik dengan kemampuan memecahkan permasalahan atau mengatasi risiko secara tepat. (3) Sikap komitmen, yakni sebuah sikap mantap dalam menjalankan usaha. Sikap ini berupa perilaku terukur dan terarah, sehingga setiap tahapan usaha dilakukan secara proporsional dan profesional. Menetapkan standar bisnis dan berusaha menjalankannya, menetapkan target dan berusaha mencapainya, dan seterusnya. (4) Sikap orientasi, yakni suatu sikap kreatif dan inovatif. Dalam setiap menjalankan usaha selalu meningkatkan keunggulan, memperbaiki kekurangan, menghadirkan efektivitas dan efeisiensi, memberikan kemudahan, dan sebagainya. Dalam sikap ini, seluruh target yang ditetapkan diupayakan tercapai melalui serangkaian perilaku usaha yang dibutuhkan (sesui ilmu pengetahuan, informasi, dan pemanfaatan teknologi). (5) Sikap optimis, yakni memiliki motivasi (semangat) tinggi di dalam menjalankan usaha. Kecenderungannya atau ketertarikannya terhadap bisnis sangat kuat, sehingga tidak mudah menyerah dalam menghadapi masalah, selalu punya cara (kreatif dan inovatif) dalam mengatasinya, mampu melihat sisi baik dan peluang, serta dapat memanfaatkannya.
III. RANCANGAN PROGRAM A. Kelompok Sasaran
Kelompok sasaran program pelatihan ini adalah remaja atau karangtaruna Desa Bleberan. Dikarenakan untuk saat ini perlu menumbuhkan jiwa kewirausahaan dari sejak dini atau pada usia yang masih muda sehingga semangat yang dimiliki masih besar, daya kreasi dan inovasi yang tinggi dan
dengan energi yang dimiliki maka dapat menciptakan kewirausahaan muda.
Oleh karena itu, para wirausahawan muda ini harus dibekali dengan keterampilan-keterampilan guna mengembangkan dan membentuk karakteristik wirausahawan muda yang tangguh dan siap berkompetisi sekaligus bersaing dalam bisnis yang sama. Keterampilan usaha yang dimiliki oleh remaja Desa Bleberan juga masih tergolong sangat terbatas, karena belum pernah mendapatkan pendampingan dari pihak-pihak yang berkompeten dalam bidang kewirausahaan. Padahal jika dilihat dari usia mereka yang tergolong produktif, mereka memiliki potensi untuk berkembang dalam kegiatan kewirausahaan yang kreatif sesuai jiwa muda anak-anak panti asuhan.
Kendala lain yang dihadapi remaja pada umumnya adalah rendahnya motivasi ber wirausaha. Dalam hal ini kami meelakukan pemberdayaan dengan sasaran remaja karang taruna yang berlokasi di Desa Bleberan. Alasan kami memilih remaja karang taruna yang berlokasi di Desa Bleberan ini dikarenakan remaja karang taruna yang berlokasi di Desa Bleberan ini belum mendapatkan materi kewirausahaan yang akan membantu mereka menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam bidang pekerjaan, dan mereka kurang memiliki rasa motivasi untuk berwirausaha dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada di Desa. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap perangkat Desa Bleberan disimpulkan bahwa sebagian besar mereka lebih memilih bekerja di luar kota untuk mendapatkan penghasilan dan akhirnya hal ini berdampak pada ketidakberfungsian organisasi karang taruna Desa Bleberan.
B. Kompetensi Yang Diharapkan
1. Memahami konsep dasar kewirausahaan.
2. Memahami materi pelatihan berupa pengertian, manfaat, dan langkah- langkah pembuatan lilin aromaterapi.
3. Mengidentifikasi alat dan bahan pembuatan lilin aromaterapi.
4. Memiliki jiwa dan sikap positif terhadap kewirausahaan sebagai pilihan karir.
5. Memiliki keterampilan membuat lilin aromaterapi.
6. Menciptakan remaja sebagai wirausahawan muda yang tangguh, ulet, dan mandiri.
7. Menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat sekitar.
8. Memiliki kepercayaan diri untuk memulai usaha baru.
C. Rencana Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Hasil Yang
Diharapkan
Strategi &
Metode Pembelajaran
Waktu (jam latihan)
SDM (orang/jam )
Alat/bahan
Awal
1. Mengisi daftar hadir
2. Fasilitator membuka acara pelatihan dengan berdoa
Kegiatan pelatihan kewirausahaan pelatihan pembuatan lilin aromaterapi agar dapat berjalan dengan lancar
- 15.00-
15.10 (10 menit)
1 orang Kertas dan bolpoint
3. Perkenalan anggota kelompok kepada peserta pelatihan
Terjalin tali silaturahmi antara mahasiswa dengan peserta pelatihan
- 15.10-
15.20 (10 menit)
7 orang Microphone
4. Membagikan leaflet kepada peserta pelatihan
Peserta pelatihan mendapatkan materi pelatihan secara singkat dengan membaca leaflet yang sudah diberikan sebelum dijelaskan oleh fasilitator
- 15.20-
15.25 (5 menit)
2 orang Leaflet
Inti
1. Fasilitator menyampaikan materi terkait pembuatan lilin aromaterapi
Peserta pelatihan lebih paham mengenai lilin aroma terapi lebih dalam
Ceramah 15.25- 15. 40 (15 menit)
2 orang Leaflet dan microphone
2. Memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan untuk bertanya atau menanggapi
mengenai materi yang telah disampaikan
Agar peserta pelatihan memiliki rasa percaya diri yang tinggi melalui keberanian dalam bertanya dan menanggapi
Ceramah dan diskusi
15.40- 15.45 (5 menit)
2 orang -
3. Fasilitator
memberikan arahan sebelum peserta pelatihan melakukan praktik
Peserta pelatihan dapat mengikuti kegiatan pelatihan dengan tertib
Ceramah 15.45- 15.50 (5 menit)
2 orang microphone
4. Fasilitator
mendemonstrasikan cara pembuatan lilin aromaterapi
Peserta pelatihan dapat memahami langkah-langkah pembuatan lilin aroma terapi dengan baik dan benar
Demonstrasi 15.50- 16.00 (10 menit)
1 orang Alat dan bahan pembuatan lilin aroma terapi
5. Peserta pelatihan melakukan praktik secara langsung pembuatan lilin aromaterapi
Dapat membuat lilin aroma terapi sesuai dengan arahan yang sudah diberikan sebelumnya.
Praktik 16.00- 16.30 (30 menit)
3 orang pelaksana dan seluruh
Alat dan bahan pembuatan lilin aroma terapi
peserta pelatihan
6. Fasilitator mengajak peserta pelatihan ice breaking
Melatih konsentrasi peserta pelatihan dan menciptakan suasana yang kondusif saat pelaksanaan
Ice breaking 16.30- 16.40 (10 menit)
2 orang Alat tulis (kertas dan bolpoint)
Akhir
1. Memberikan post test kepada peserta pelatihan
Mengetahui peserta pelatihan dalam memahami materi yang telah
disampaikan sebelumnya.
Lisan 16.40-
16.50 (10 menit)
3 orang -
2. Melakukan refleksi terhadap seluruh kegiatan praktik yang telah
dilakukan Bersama- sama
Dapat menilai kelebihan maupun kekurangan dari pelaksanaan program pelatihan.
- Refleksi diri
16.50- 16.55 (5 menit)
3 orang dan seluru8h peserta pelatihan
-
3. Menutup kegiatan pelatihan dengan berdoa dan foto bersama
- - 16.55-
17.00 (5 menit)
3 orang dan seluruh peserta pelatihan
-
D. Pendidik/Fasilitator Teknis
Pendidik atau fasilitator dalam pelaksanaan program pelatihan ini berasal dari kita sendiri (Azzara Nur Azizah, Pratiwi dan Bonifasius Jonathan Prabu) yang akan dibantu oleh fasilitator dari SOS Children’s Villages yaitu Ibu
Ari Indarti dan Surya Arif Rahmanto. Kegiatan pelatihan tidak mendatangkan fasilitator dari luar, dikarenakan kita ingin mengasah kemampuan yang dimiliki setiap anggota pelaksana.
E. Sarana/Prasarana
Sarana dan prasarana yang mendukung dan yang dibutuhkan pada saat kegiatan pelatihan kewirausahaan pembuatan lilin aromaterapi berlangsung adalah gedung pertemuan di balai desa Bleberan. Gedung ini digunakan sebagai tempat untuk pelaksanaan kegitan tersebut. Tidak hanya Gedung saja, tetapi juga membutuhkan alat dan bahan pendukung untuk membuat lilin aromaterapi yang telah disediakan oleh tim pelaksana. Kegiatan ini juga akan dilengkapi leaflet sebagai pedoman para peserta dalam mengikuti kegiatan pelatihan.
Dimana laflet tersebut nantinya akan berisi tentang materi secara singkat terkait dengan pelatihan kewirausahaan lilin aroma terapi.
F. Evaluasi Hasil Program
a. Alasan Penggunaan Model Kirk Patrick
Dalam tahapan evaluasi hasil program yang telah kami jalankan, kami menggunakan model evaluasi Kirk Patrick, dikarenakan model ini diakui memiliki kelebihan karena sifatnya yang menyeluruh, sederhana, dan dapat diterapkan dalam berbagai situasi pelatihan. Menyeluruh dalam artian model evaluasi ini mampu menjangkau semua sisi dari suatu program pelatihan. Alasan model ini dikatakan dapat mengevaluasi hasil program pelatihan secara menyeluruh, dikarenakan Tahap evaluasi program model Kirkpatrik terdiri dari 4 bagian, yaitu: (1) Reaction; adalah evaluasi untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta terhadap pelaksanaan suatu pelatihan. (2) Learning; adalah evaluasi untuk mengukur tingkat tambahan pengetahuan, ketrampilan. (3) Behaviour; adalah evaluasi untuk mengetahui tingkat perubahan perilaku kerja peserta pelatihan. (4) Result; adalah evaluasi untuk mengetahui dampak perubahan perilaku kerja peserta pelatihan terhadap tingkat produktifitas belajar.
b. Instrumen Evaluasi 1. Tahap Reaksi
Untuk tahap reaksi, digunakan formulir sebagai berikut :
No Pertanyaan
Penilaian
Kurang Cukup Memuaskan 1. Metode Dan
Media
Kelayakan lokasi pelatihan Penyediaan bahan ajar/modul
Ketepatan waktu menyediakan bahan ajar/
modul
2. Kemanfaatan Pelatihan sesuai dengan kebutuhan
Pelatihan menambah pengetahuan
Pelatihan menambah keterampilan
3. Fasilitas Kenyamanan tempat pelatihan
Penyediaan alat dan bahan pelatihan
Pelayanan dan sikap petugas penyelenggara
4. Konsumsi Ketersediaan snack Pengaturan waktu makan dan snack
2. Tahap Pembelajaran
Penyelenggaraan pelatihan pembuatan lilin aromaterapi di Kelurahan Bleberan ini dilakukan secara praktek langsung menggunakan metode on the job
training, dimana para peserta langsung melakukan praktek membuat lilin setelah melihat demonstrasi dari pelatih dan memahami modul ajar yang telah dibagikan. Selama kegiatan praktek berlangsung, peserta pelatihan akan diawasi dan dibimbing oleh para pelatih. Jadi pada tahapan ini evaluasi dilakukan dengan melihat keberhasilan di setiap tahap kegiatan membuat lilin aromaterapi.
3. Tahap Perilaku
Untuk tahap perilaku digunakan formulir berikut :
1. Jika hasil pelatihan diberikan nilai dalam % berapa persen materi yang telah Anda kuasai :
a. 0-50 b. 51-69 c. 70-90
2. Pendapat Anda tentang kemudahan penerapan materi diklat dalam bisnis yang akan dirintis :
a. Kurang Mudah b. Cukup Mudah c. Sangat Mudah
4. Tahap Hasil
Untuk level evaluasi hasil, digunakan formulir sebagai berikut :
1. Menurut pendapat Anda, seberapa besar kontribusi penerapan materi pelatihan terhadap pengetahuan dan keterampilan Anda :
a. Kurang Bermanfaat b. Cukup Bermanfaat c. Sangat Bermanfaat
2. Menurut pendapat Anda, seberapa besar kontribusi penerapan materi pelatihan terhadap bisnis yang mungkin akan Anda rintis :
a. Kurang Bermanfaat b. Cukup Bermanfaat c. Sangat Bermanfaat
3. Berikan penjelasan atas jawaban Anda di atas :
….………
………
………
………
……….
c. Hasil Evaluasi
Berdasarkan hasil evaluasi model Kirkpatrick dan pengolahan data hasil pengisian instrumen evaluasi, dapat disimpulkan sebagai berikut :
a) Reaksi
1. Modul dan bahan ajar membantu proses pelatihan
2. Relevansi isi pelatihan sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan b) Pembelajaran
1. Peserta dapat mengikuti setiap tahapan praktek pembuatan lilin aromaterapi 2. Peserta dapat menerapkan prosedur pembuatan lilin aromaterapi dari instruktur maupun dari modul yang telah diberikan
c) Perilaku
1. Pelatihan ini menambah pengetahuan dan keterampilan para peserta
2. Peserta pelatihan dapat memahami materi yang telah disampaikan dan dipraktikan
d) Hasil
1. Pelatihan pembuatan lilin aromaterapi bermanfaat bagi para peserta pelatihan
2. Adanya pelatihan ini dapat dijadikan ide bisnis bagi para peserta pelatihan 3. Adanya pelatihan ini membuat peserta pelatihan memahami cara membuat lilin aromaterapi dengan benar
G. KONTRIBUSI MAHASISWA
Kontibusi menurut kamus Bahasa Indonesia adalah sumbangan atau sebuah pemberian. Jadi kontribusi ini bisa diartikan sebagai pemberian adil setiap kegiatan, peranan, masukan ide, dan lain sebagainya. Pelatihan pembuatan lilin aroma terapi ini beranggotakan Azzara Nur Azizah, Pratiwi, dan Bonifasius Jonathan Prabu, yang mana setiap orang mempunyai tugas dan peran nya masing-masing dalam pelaksanaan program yang akan dilaksanakan. Masukan ide ini merupakan kesepakatan Bersama melalui analisis kebutuhan yang telah kami laksanakan, dan juga didukung oleh wawancara kepada Pemerintah Desa Bleberan akan permasalahan yang harus dipecahkan di desa tersebut. Dalam pelaksanaan program terdapat beberapa persiapan yang harus di perhatikan yaitu alat dan bahan, materi, media, metode pembelajaran dan lain sebagainya.
Kontribusi saya dalam menjalankan pelaksanaan program Pelatihan pembuatan lilin aroma terapi ialah membeli alat dan bahan untuk keperluan praktik yaitu berupa gelas untuk pembuatan lilin aroma terapi. Alat dan bahan yang lainnya sudah menjadi tanggung jawab Bonifasius Jonathan Prabu untuk membeli di e-commerce Selain itu, saya membuat materi berupa leaflet yang nantinya sebagai sumber belajar para peserta pelatihan. Leaflet sebagai sumber belajar tersebut bertujuan untuk peserta pelatihan bisa membaca materi dengan singkat, padat, dan jelas. Materi leaflet yang disusun terdapat pengertian lilin aroma terapi, manfaat lilin aroma terapi, Langkah pembuatan lilin aroma terapi, dan tentunya tujuan pelatihan yang akan dilaksanakan. Didalam pelaksanaanya, peran dan tugas saya yaitu sebagai pemateri atau menjelaskan mengenai materi yang sudah tersusun di leaflet tersebut. Kontribusi saya seperti membeli gelas untuk keperluan praktik, membuat leaflet sebagai bahan ajar, dan penyampaian materi tidak terlepas dari peran teman yang lain yaitu Pratiwi. Selain itu, dalam pelatihan
pembuatan lilin aroma terapi ini juga menggunakan ice breaking agar peserta pelatihan tidak merasa bosan. Dalam kegiatan ice breaking saya ikut serta dalam mendampingi peserta pelatihan. Ice breaking ini berupa sebuah game untuk mencairkan suasana dan sembari menunggu lilin aroma terapi nya sudah siap di tuang ke dalam gelas. Kegiatan ice breaking ini dibantu teman diluar tim penyelenggara. Hal ini lebih memudahkan untuk saya mengkodisikan peserta pelatihan agar tertib dalam mengikuti game yang telah direncanakan. Pada kegiatan demonstrasi dilakukan oleh tim penyelanggara pelatihan yaitu saya, Pratiwi, dan Bonifasius Jonathan. Kemudian di akhir pelaksanaan kegiatan pembuatan lilin aroma terapi, terdapat evaluasi yang berupa pertanyaan- pertanyaan lisan untuk mengukur kemampuan para peserta pelatihan setelah mengikuti beberapa rangkaian yang telak dilaksanakan. Di akhir pelaksanaan ini juga tim pelaksana yang memberikan pertanyaan terkait materi pelatihan yang disampaikan.
Jadi, pada kesimpulannya semua tim penyelenggara di dalam pelatihan pembuatan lilin aroma terapi ini saling membantu dan melengkapi peran masing- masing. Pelaksanaan kegiatan pembuatan lilin aroma terapi tidak akan berjalan lancar jika tidak ada kolaborasi yang baik dari setiap orang yang melaksanakan dan turut serta dalam kegiatan pelatihan tersebut.
Dokumentasi pendukung pernyataan kontribusi :
Leaflet Demonstrasi
Penyampaian materi Demonstrasi IV. WAKTU/AGENDA KEGIATAN
V. RANCANGAN PEMBIAYAAN
TABEL RINGKASAN RANCANGAN ANGGARAN No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1. Persiapan 272.390
2. Pelaksanaan 355.000
3. Tindak Lanjut 0
Total 627.390
TABEL RINCIAN RENCANA ANGGARAN BELANJA A. Persiapan
Material Justifikasi Kuantitas HS (Rp) Jumlah Sumber Dana Leaflet Pelaksanaan
Program
20 4000 80.000 Tim
Pelaksana
Palm Wax 1 31.500 31.500 Lembaga
SOS Children’s Villages Centering
wood candle lilin
berlubang kayu wick holder sumbu
10 psc 400 4000
Paraffin wax 1 20.000 20.000
Pewarna lilin padat
1 10.990 10.990
Sumbu lilin 1 7.500 7.500
Pengharum lilin
2 10.000 20.000
Gelas 24 2.100 50.400
Gas portable 2 22.000 44.000
Total 272.390
b. Pelaksanaan
Material Justifikasi Kuantitas HS (Rp) Jumlah Sumber Dana
ATK Pelaksanaan
program (Ice Breaking)
20 5000 100.000 Tim
Pelaksana
Konsumsi Pelaksanaan 1 hari x 30 orang
5000 150.000 Lembaga SOS Childrens Village
Transportasi tim
penyelenggara
Pelaksanaan 1 hari x 7 orang
15.000 105.000 Tim pelaksana
Total 355.000
c. Tindak lanjut
Tindak lanjut dilakukan dengan mengevalusi keberlangsungan program yang dilaksanakan. Evaluasi dilakukan dengan cara observasi peserta pelatihan secara langsung Ketika pelaksanaan. Selain itu, tindak lanjut ini juga berupa google form dimana peserta pelatihan nantinya akan mengisi form yang telah kami sediakan. Google form ini akan di kirim ke sebagian peserta pelatihan, jadi tidak semua peserta pelatihan dapat mengisi form tersebut. Sehingga, tindak lanjut yang dilakukan tidak membutuhkan anggaran biaya.
Material Justifikasi Kuantitas HS (Rp) Jumlah Sumber Dana
- - - - - -
Total 0
VII. PENUTUP
Berkembangnya teknologi menuntut para calon wirausaha untuk dapat memunculkan ide-ide kreatif dalam membuat sebuah usaha. Di sini banyak dari calon wirausahawan muda yang kurang mampu dalam memunculkan ide usaha tersebut. Dengan adanya pelatihan pembuatan lilin aromaterapi ini bertujuan membantu remaja di Kalurahan Bleberan dalam menemukan ide usaha yang simpel, kreatif, dan menarik, serta dapat bersaing di pasar global.
Perencanaan program ini berguna untuk menyusun rangkaian kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Melalui perencanaan program ini, diharapkan dalam pelaksanaan program pelatihan pembuatan lilin aroma terapi berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang di inginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Hanief, M. M., & Halim Al Mushawwir, W. (2013). Ekstraksi Minyak Atsiri dari Akar Wangi Menggunakan Metode Steam-Hydro distillation dan Hydro distilation dengan Pemanas Microwave. Jurnal Teknik ITS. 2 (2). Hal 219-223.
Jaelani. (2009). Aromaterapi. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Sumodiningrat, Gunawan. 2000. Pemberdayaan Masyakat dan JPS. Jakarta: PT Gramedia.