• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 KTI ILHAM11111111111111

N/A
N/A
Harmin Armin

Academic year: 2023

Membagikan "BAB 1 KTI ILHAM11111111111111"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN TERAPI RELAKSASI MUSIK UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DIRUANGAN HEMODIALISA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKAN

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel dan progresif dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Sulystianimgsih,2018).

National Kidney Foundation (di Amerika Serikat) mendefinisikan Gagal Ginjal Kronik (GGK) sebagai adanya kerusakan ginjal atau penurunan laju filtrasi glomerulus kurang dari 60mL/min/1,73 m2 selama lebih dari 3 bulan (Lewis &

Dirksen, 2014).

kardiovaskuler. Kematian akibat penyakit kardiovaskuler pada PGK lebih tinggi daripada kejadian berlanjutnya PGK stadium awal menjadi stadium akhir (Murharyati, 2017)

Ketika ginjal tidak mampu mempertahankan fungsinya, Gaga Ginjal Kronik (GGK) menjadi penyakit stadium akhir ketika laju filtrasi glomerulus kurang dari 15mL/min. pada tahap ini, dialisis atau transplantasi diperlukan untuk mempertahankan hidup (Yasmara, dkk, 2017)

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017 menunjukkan bahwa presentase penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) didunia sebanyak 500 juta dan sekitar 15 juta pasien harus menjalani hemodialisis Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) mengalami peningkatan dari tahun 2013 ke tahun 2018 yaitu dari 2,0% menjadi 3,8% atau mencapai kurang lebih 713.783 jiwa dengan perbandingan laki-laki 4,17% lebih besar daripada

(3)

perempuan 3,52%. Angka kejadian Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Jawa Tengah pada tahun 2013 mencapai 1,8% dan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2018 menjadi 4% (Riskesdas, 2018). Sedangkan menurut rekam medis pasien Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi Surakarta terjadi peningkatan pada tahun 2013 ke tahun 2016 yakni 1733 kasus menjadi 2550 kasus (Hartini, 2017).

Pada tahun 2013, sebanyak 2 per 1000 penduduk atau 499.800 penduduk Indonesia menderita Penyakit Gagal Ginjal.

Sebanyak 6 per 1000 penduduk atau 1.499.400 penduduk Indonesia menderita Batu Ginjal (Riskesdas, 2013.)

Angka kematian akibat gagal ginjal kronis terus meningkat di banyak negara termasuk di negara berkembang seperti Indonesia. Prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2% dengan prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4%. Sementara Propinsi Sulawesi Selatan memiliki angka prevalensi sebesar 0,3%3.

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis Rumah Sakit, terdapat 50 rekam medik pasien penyakit ginjal kronis di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar pada bulan Januari 2019 sampai Desember 2021. Dari data rekam medik tersebut diolah sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Adapun hasil penelitian, sebagai berikut: sampel penelitian yang memiliki kriteria inklusi dan tidak memiiki kriteria eksklusi. Sehingga total datasebanyak 58 sampel yang dapat diteliti karakteristiknya

Penyakit gagal ginjal kronik penting diatasi Karena Pasien gagal ginjal kronik mengatakan bahwa mereka mengalami gangguan tidur seperti susah tidur malam, sesak napas di malam hari sehingga membuat mereka sulit tidur dan terbangun saat malam. gangguan tidur termasuk efek buruk yang

(4)

dilaporkan pasien, secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah berikut; insomnia, gerakan sensasi abnormal di kala tidur atau ketika terjaga ditengah malam atau merasa mengantuk yang berlebihan di siang hari. dipahami dari beberapa faktor tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor fisiologis dan psikologis, maka berbagai jenis intervensi spiritual-fisik seperti terapi musik dapat dianggap bisa digunkan sejak hari pertama masalah gangguan tidur muncul.

Cervellin & Lippi (2011) dalam Vinayak et al. (2017).

Dampak dari gagal ginjal itu sendiri yaitu kelemahan fisik, demam, nyeri kepala dan seluruh badan, gangguan pada kulit serta gangguan psikologis. Gagal ginjal kronis dapat mempengaruhi kesehatan seseorang, seperti mengalami kelelahan, kehilangan nafsu makan, dan kaki kram. Masalah- masalah umum lain 11 yang disebabkan gagal ginjal antara lain adalah gatal, tidur bermasalah, kaki gelisah, tulang lemah, sendi bermasalah, hingga depressi (Dias saraswati et al, 2019.)

Manfaat terapi musik adalah getaran udara harmonis yang diterima oleh organ pendengaran melalui syaraf didalam tubuh dan disampaikan oleh susunan syaraf pusat sehingga menimbulkan efek didalam diri seseorang yang mendengarkannya sehingga berperan dalam pengaturan emosi individual. Terapi musik ini menggunakan media musik dimana tujuannya untuk memperbaiki meningkatkan kondisi fisik, kognitif dan sosial bagi individu (Prabasari, 2016).

Keunggulan dari terapi musik adalah untuk membantu mengatasi stress. Terapi musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang berorganisasi terdiri atas melodi, ritme, harmoni, warna (timbre), bentuk, dan gaya. Musik klasik

(5)

memiliki pengaruh besar pada kondisi psikologis sosial karna musik klasik

memiliki efek yang besar terhadap ketegangan dan kondisi rileks pada seseorang (Napitupulu dan sutriningsih 2019).

Penggunaan terapi musik ditentukan oleh intervensi musikal dengan maksud memulihkan, merelaksasi, menjaga,

memperbaiki emosi, fisik,

psikologis dan kesehatan dan kesejahteraan. Musik dapat menurunkan aktivitas sistem saraf simpatik serta kecemasan, denyut jantung, laju pernafasan, dan tekanan darah yang berkontribusi pada perbaikan kualitas tidu

Pengaruh pemberian terapi instrument music terhadap peningkatan kualitas tidur signifikan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa kelompok intervensi sedangkan kelompok control yang tidak di beri terapi instrument music tidak mengalami perubahan yang signifikan terhadap kualitas tidurnya (Eka isranil laily, dkk, 2016.)

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan observasional melalui studi kasus untuk memperoleh gambaran penerepan terapi musik klasik. Subyek yang digunakan dalam studi kasus yang diambil yaitu pasien dengan diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD). Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan lembar pengkajian keperawatan medikal bedah dan melakukan implementasi penerepan terapi musik klasik dengan menggunakan kuesioner Pittburgh Sleep Quality Index (PSQI).

2. RUMUSAN MASALAH

“Bagamana gambaran pemberian penerapan terapi relaksasi musik untuk pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien gagal ginjal kronik?”

(6)

3. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui gambaran penerapan terapi relaksasi musik untuk pemenuhan kebutuhan dan tidur pada pasien gagal ginjal kronik

4. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan pengembangan ilmu tentang Penerapan terapi musik untuk pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien gagal ginjal yang dapat menjadi bahan referensi tambahan bagi peneliti lain dan yang berfokus pada peneliti yang sama atau yang berkaitan dengan karya tulis ilmiah ini.

2. Bagi masyarakat

Hasil penelitian yang dilakukan ini diharap Kandapat memberikan

pengetahuan dan informasi baru bagi seluruh masyarakat yang

terkait dengan manfaat penerapan terapi relaksasi musik untuk

pemenuhan kebutuhan dan tidur pada pasien gagal ginjal kronik

3. Institusi pendidikan

Menamabah referensi yang dapat dibaca oleh mahasiswa dan dapat dikembangkan lagi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penerapan terapi musik untuk pemenuhan istirahat dan tidur pada pasien gagal ginjal kronik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan keperawatan pasien dengan gangguan kebutuhan istirahat dan tidur

(7)

1. Pengkajian pengkajian adalah tahap pertama pekerjaan keperawatan, dimana semua imformasi dikumpulkan secara sistematis untuk menentukan status kesehatan pasien saat ini. Evaluasi harus holistic dalam kaitannya dengan aspek biologis psikologis, soscial dan spritual pasien (Ahmadi, 2010).

a. Identitas pasien.

Identitas pasien meliputi nama, nomor rekam medis, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, asuransi kesehatan, agama, suku, tanggal dan waktu masuk rumah sakit, nomor registrasi dan diagnosis medis.

b. Keluhan utama

Biasanya orang dengan gangguan tidur mengeluh

ketidakmampuan memejamkan mata

ketidakmampuan tidur dengan nyenyak, sering terganggu oleh tindakan medis dan perawatan, lingkungan yang tidak mendukung untuk tidur.

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan dahulu

Perawat menanyakan kondisi medis masa lalu, terutama yang berkontribusi atau memperburuk kondisi saluran kemih pasien saat ini, seperti pasien menderita diabetes, kaki bengkak (edema), tekanan darah tinggi, batu kandung kemih. Kencing berdarah dan lain-lain.

Pertanyaan: Apakah pasien pernah berobat sebelumnya, untuk penyakit apa, apakah pernah sakit berat, dan lain-lain.

d. Pemeriksaan fisik

(8)

1) Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien

2) Adanya lingkaran hitam di sekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva merah

d. Pemeriksaan diagnostik 1) Elektroensefalogram (EEG) 2) Elektromiogram (EMG) 3) Elektrookulogram (EOG)

2. Diagnosis Keperawatan (PPNI, 2017) a. Gangguan Pola Tidur

1) Definisi

Ganggau kulaitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal

2) Penyebab

a) Hambatan lingkungan (mis. Kelebapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap.

jadwal pemantaun /pemeriksaan /tindakan) b) Kurangnya kontrol tidur

c) Kurangnya privasi d) Restrain fisik

e) Ketiadaan teman tidur

f) Tidak familiar dengan perlatan tidur 3) Gejala dan Tanda Mayor

(9)

a) Subyektif

(1) Mengeluh sulit tidur (2) Mengeluh sering terage (3) Mengeluh tidak puas tidur (4) Mengeluh pola tidur berubah (5) Mengeluh istirahat tidak cukup b) Objektif

(tidak tersedia) 4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subyektif

Mengeluh kemampuan aktivitas menurun b) Objektif (tidak tersedia)

b. Keletihan

1) Definisi Penurunan kapasitas kerja fisk dan mental yang tidak pulih dengan istirahat.

2) Penyebab

a) Gangguan tidur b) Gaya hidup monoton

c) Kondisi fisiologis (mis. Penyakit kronis, penyakit terminal, anemia, mainutirsi, kehamilan)

d) Program pengobatan/perawatan jangka panjang

e) Peristiwa hidup negatif f) Stres berlebihan

(10)

g) Depresi

3) Gejala dan Tanda Mayor a) Subyektif

(1) Merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur

(2) Merasa kurang tenaga (3) Mengeluh lelah

b) Objekti

(1) Tidak mampu

merpertahankan aktivitas rutin 4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subyektit

(1) Merasa bersalah akibat tidak mampu mejalankan tanggung jawab

(2) Libdo menurun b) Objektif

(1) Kebutuhan istirahat meningkat c. Kesiapan Peningkatan Tidur

1) Definisi

Pola penurunan kesadaran alamiah dan periodik yang memungkinkan istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup yang dinginkan dan dapat ditingkatkan .

2) Gejala dan Tanda Mayor a) Subyektif

(11)

(1) Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan tidur

(2) Mengekspresikan perasaan cukup istirahat setelah tidur

b) Objektif

(1) Jumiah waktu tidur sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan

3) Gejala dan Tanda Minor a) Subyektif

(1) Tidak menggunakan obat tidur b) Objektif

(1) Menerapkan rutinitas tidur yang meningkatkan kebiasaan tidur

4) Gejala dan Tanda Minor a) Subyektit

(1) Merasa bersalah akibat tidak mampu mejalankan tanggung jawab

(2) Libido menurun b) Objektif

(1) Kebutuhan istirahat meningkat 3. Intervensi Keperawatan (PPNI, 2018)

a. Dukungan Tidur 1) Definisi

Memfasilitasi siklur tidur dan terjaga yang teratur

(12)

2) Tujuan (PPNI, 2019)

Pola Tidur membaik dengan kriteria hasil:

a) Keluhan sulit tidur menurun b) Keluhan sering terjaga menurun c) Keluhan tidak puas tidur menurun d) Keluhan pola tidur berubah menurun e) Keluhan istirahat tidak cukup menurun 3) Tindakan

a) Observasi

(1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur

(2) Identifiasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)

(3) Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (miskopi, teh, alkohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)

(4) Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi b) Terapeutik

(1) Modifikasi lingkungan (mis pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)

(2) Batasi waktu tidur siang. Jika perlu

(3) Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur

(4) Tetapkan jadwal tidur rutin

(13)

(5) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. pijat, pengaturan, posis, terapi akupresur)

(6) Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga

c) Edukasi

(1) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

(2) Anjurkan menghindari

makanan/minuman yang menganggu tidur

b. Edukasi Aktivitas/Istirahat

1) Definisi Mengajarkan pengaturan aktivitas dan istirahat.

2) Tujuan (PPNI, 2019)

Tingkat Keletihan menurun dengan kriteria hasil:

a) Verbalisasi kepulihan energi meningkat b) Tenaga meningkat

c) Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat

d) Verbalisasi lelah menurun e) Lesu menurun

2 Tindakan a) Observasi

(14)

(1) Identifikasi Kesiapan dan kemampuan menerima informasi

b) Teraperutik

(1) Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat

(2) Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

(3) Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya

c) Edukas!

(1) Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin

(2) Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat

(3) Anjurkan cara mengidentifikasi kebutuhan, istirahat (mis, kelelahan, sesak napas saal aktivtas)

c. Manajemen Energi 1) Definisi

Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan

2) Tujuan (PPNI, 2019).

Tingkat Keletihan menurun dengan kriteria hasil:

a) Verbalisasi kepulihan energi meningkat

(15)

b) Tenaga meningkat

c) Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat

d) Verbalisasi lelah menurun e) Lesu menurun

3) Tindakan a) Observasi

(1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh mengakibatkan kelelahan yang

(2) Monitor kelelahan fisik dan emosional (3) Monitor pola dan jam tidur

b) Terapeutik

(1) Sediakan lingkungan yaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan) (2) Berikan aktivitas distraksi yang

menenangkan

(3) Fasiliasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak berpindah atau berjalan

c) Edukasi

(1) Anjurkan trah baring

(2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

(3) Anjurkan menghubung perawat jika

tanda dan gejala

kelelahan tidak berkurang d. Manajemen Energi

(16)

1) Definisi

Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan.

2) Tujuan (PPNI, 2019)

Tingkat Keletihan menurun dengan kriteria hasil:

a) Verbalisasi kepulihan energi meningkat b) Tenaga meningkat

c) Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat

d) Verbalisasi lelah menurun e) Lesu menurun

3) Tindakan a) Observasi

(1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh mengakibatkan kelelahan

(2) Monitor kelelahan fisik dan emosional (3) Monitor pola dan jam tidur

b) Terapeutik

(1) Sediakan lingkungan yaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan) (2) Berikan aktivitas distraksi yang

menenangkan

(3) Fasiliasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak berpindah atau berjalan

(17)

c) Edukasi

(1) Anjurkan trah baring

(2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

(3) Anjurkan menghubung perawat jika

tanda dan gejala

kelelahan tidak berkurang

(4) Ajarkan strategi koping untuk mengurang kelelahan

d) Kolaborast

(1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi-intervensi keperawatan.

Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi. (Kozier, Erb, Berman, & J.

Snyder, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik Edisi 7 Volume 1, 2011)

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncakan dalam rencana perawat Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi.(Wartonah &

Tarwoto, 2011).

5. Evaluasi

(18)

Evaluasi merupakan evaluasi intervensi keperawatan dan terapi dengan membandingkan Kemajuan klien dengan tujuan dan hasil yang dinginkan dan direncanakan keperawatan. (Potter &

Perry, 2010)

Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi.

Perawat harus mempersiapkan untuk mengubah rencana jika tidak berhasil. (Saryono & Widianti, 2011) Evaluasi keperawatan adalah aktivitas yang direncanakan berkelanjutan dan terarah ketika klien menuju pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.

Evaluasi di susun menggunakan SOAP dimana

S (Subjek) : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga Setelah diberikan implementasi keperawatan.

O (Objektif) : Keadaan objektif yang dapat didentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif.

A (Assesment) : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.

P (Planing) : Perencanaan selanjutnya setelah perawat

melakukan analisis.

B. penerapan terapi relaksasi musik untuk pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa.

1. konsep medis hemodialisa

(19)

a. Definisi

Penyakit ginjal kronis adalah suatu kondisi progresif yang ditandai dengan perubahan struktural dan fungsional pada ginjal karena berbagai penyebab. Penyakit ginjal kronis biasanya didefinisikan sebagai penurunan fungsi ginjal (eGFR) kurang dari 60 mL/menit per 1,73 m², atau penanda kerusakan ginjal, seperti albuminuria, hematuria, atau kelainan yang terdeteksi melalui pengujian atau pencitraan laboratorium dan yang muncul setidaknya selama 3 bulan.

Menurut (Kamil 2018) gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit serta kehilangan daya dalam proses metabolisme yang dapat menyebabkan terjadinya uremia karena penumpukan zat-zat yang tidak bisa dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal yang mengarah pada kerusakan jaringan ginjal. Perkembangan Gagal ginjal kronik yang progresif dan lambat 10 (biasanya berlangsung beberapa tahun), sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam beberapa hari atau beberapa minggu.

b. Eteologi

Etiologi dari gagal ginjal kronik menurut (Kowalak, 2011.) yaitu:

(1) Penyakit glomerulus yang kronis (glomerulusnefritis)

(20)

(2) Infeksi kronis (seperti pielonefritis kronis dan tuberkulosis)

(3) Anomali konginetal (penyakit polikistik ginjal) (4) Penyakit Vaskuler (hipertensi dan

nefrosklerosis)

(5) Obstruksi renal (batu ginjal)p

(6) Penyakit Kolagen (lupus eritematosus) (7) . Preparat nefrotoksik (terapi aminoglikosid

yang lama)

(8) Penyakit endokrin (nefropati diabetik) c. Patofisiologi

Patofisiologi gagal ginjal kronis melibatkan kerusakan dan menurunnya nefron dengan kehilangan fungsi ginjal yang progresif. Ketika laju filtrasi glomerulus menurun dan bersihan menurun, nitrogen urea serum meningkat dan kreatinin meningkat. Nefron tersisa yang masih berfungsi mengalami hipertrofi ketika mereka menyaring zat terlarut yang besar. Akibatnya, ginjal kehilangan kemampuan untuk mengosentrasi urin secara adekuat. Untuk melanjutkan ekskresi zat terlarut, volume keluaran urine meningkat sehingga pasien rentan mengalami kehilangan cairan. Tubulus kehilangan kemampuan untuk mereabsorpsi elektrolit secara bertahap. Terkadang, hasilnya adalah pembuangan garam sehingga urine mengandung banyak natrium dan memicu terjadinya poliuria berat.

(21)

Ketika kerusakan ginjal berlanjut dan terjadi penurunan jumlah nefron yang masih berfungsi, laju filtrasi glomerulus total menurun lebih jauh sehingga tubuh tidak mampu mengeluarkan kelebihan air, garam, dan produk limbah lainnya melalui ginjal. Ketika laju filtrasi glomerulus kurang dari 10-20 ml/min, tubuh akan mengalami keracunan ureum. Jika penyakit tidak diatasi dengan dialisis atau transplantasi, hasil akhir dari gagal ginjal stadium akhir adalah uremia dan kematian (Yasamara, 2016)

d. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis pada gagal ginjal kronis dikarenakan gangguan yang bersifat sistemik.

Adapun tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh gagal ginjal kronis (Robinson, 2014):

(1) Kardiovaskuler

Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremic percarditis, efusi pericardial, gagal jantung, edema periorbital, dan edema perifer.

(2) Pulmoner

Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi pleura, crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung, dan sesak napas.

(3) Gastrointestinal

Biasanya menunjukkan adanya anoreksia, nausea, vomiting, inflamasi dan ulserasi pada

(22)

mukosa gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi, dan perdarahan gusi.

(4) Muskuloskeletal

Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur patologis, dan kalsifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard).

(5) Integumen

Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan, kering dan ada scalp. Selain itu, biasanya juga merupakan adanya purpura, ekimosis, petechiae, dan timbunan urea pada kulit.

(6) Neurologis

Biasanya ditunjukkan dengan adanya neuropati perifer, nyeri, gatal pada lengan dan kaki. Selain itu, juga adanya kram pada otot dan refleks kedutan, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, iritabilitas, pusing, koma, dan kejang. Dari hasil EEG menunjukkan adanya perubahan metabolic encephalophaty.

(7) Endokrin

Bisa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea, dan gangguan siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi sperma, peningkatan sekresi aldosterone, dan kerusakan metabolisme karbohidrat.

(8) Hematopoitiec

Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah, trombositopenia (dampak dari

(23)

dialisis), dan kerusakan platelet. Biasanya masalah yang serius pada sistem hematologi ditunjukkan dengan adanya perdarahan (purpura, ekimosis, dan petechiae).

e. Pemeriksaan penunjang.

(1) Urinalis (2) Kreatinin

(3) GFR (Glomerulo Flitration rate) (4) USG Urologi.

f. Penatalaksanaan medis dan keperawatan

(1) Menstabilkan keseimbangan antara cairan dan elektrolit.

(2) Mendukung fungsi kardiovaskular

(3) Mencegah infeksi (antibiotik, hindari prosedur infasif)

(4) Memperbaiki status gizi (protein yang tepat, nutrisi enteral sesuai kebutuhan, multvitamin) (5) Mengontrol perdarahan dan anemia (produk

darah, eritopoetin rekombinan) (6) Lakukan dialysis

(7) Lakukan trasplantasi ginjal jika perlu (Betz &

Soedan 2019).

2. Standar Prosedur Operasional Penerapan terapi musik untuk pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien gagal ginjal kronik

a) Pengertian teknik terapi musik

(24)

Terapi musik merupakan intervensi alami non invasif yang dapat diterapkan secara sederhana tidak selalu membutuhkan kehadiran ahli terapi, harga terjangkau dan tidak menimbulkan efek samping (Samuel, 2007 dalam Pratiwi, 2014)

Terapi musik adalah suatu terapi kesehatan menggunakan musik dimana tujuannya adalah meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi imdividu dan berbagai kalangan usia (Suhartini,2018).

b) Manfaat teknik terapi musik

Manfaat terapi musik dapat menyembuhkan warga frankfurt yang menderita penyakit keturunan yang menyakitkan dan sampai saat ini belum ada obatnya. Jaringan ikatnya melemah hingga mengganggu organ dalam lainnya termasuk jantung. Sudah tiga kali mengalami serangan jantung ringan, pada mulanya musik dari handphone selama 15 menit untuk membebaskan dari keadaan stres, berdasarkan ukuran aktivitas ototnya. Setelah tiga minggu dirawat dengan terapi musik, cuman 5 menit mendengarkan musik sudah bisa tenang (Faradisi, 2012).

c) Prosedur terapi musik (1) Pra interaksi

(a) Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi. Tahap Orientasi

(b) Mengucap salam

(25)

(c) Memperkenalkan diri (d) Identifikasi pasien

(e) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien atau keluarga

(f) Menanyakan kesediaan pasien.

(g) Menetapkan ketertarikan pasien terhadap musik

(h) Identifikasi pilihan musik pasien

(i) Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik pasien

(2) Tahap kerja

(a) Dekatkan tape musik/CD dan perlengkapan dengan pasien

(b) Dukun dengan headphone jika diperlukan (c) Nyalakan musik dan lakukan terapi musik (d) Pastikan volume musik sesuai dan tidak

terlalu keras

(e) Hindari menhidupkan musik dan neninggalkannya dalam waktu yang lama (f) Fasilitasi jika pasien ingin berpartisispasi

aktif seperti memainkan alat musik atau bernyanyi jika diinginkan dan memungkinkan saat itu

(g) Setelah selesai terapi musiknya bersihkan alat

(3) Teminasi

(26)

(a) Evaluasi perasaan pasien setelah dilakukan terapi musik

(b) Evaluasi kegiatan

(c) Berikan umpan balik positif (d) Kontrak waktu selanjutnya

(e) Akhiri kegiatan dengan cara yang baik (4) Tahap dokumentasi

Catat hasil kegiatan dalam catatan keperawatan, keluhan dan tindakan (Terapi musik), lama tindakan, reaksi selama setelah pemberian terapi musik, respon pasien.

3. Hubungan fisiologis terapi musik dengan kualitas tidur pada pasien gagal ginjal kronik

Tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan sadar. Siklus tidur manusia terjadi secara alami dan dikontrol oleh otak yaitu terletak dalam otak tengah (mesenfalon) dan bagian atas pons, tepatnya diRAS (Reticular Activating System) dan BSR ( Bulbar Synchronizing Regional).

Reticular Activating System (RAS) berhubungan dengan keadaan sadar dan mampu menerima sensori input seperti mendengar, melihat, meraba, mencium bau, nyeri dan 8 mampu menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Selain itu RAS juga akan melepaskan

(27)

katekolamin. Katekolamin terdiri dari tiga jenis hormon, yaitu hormon norepinefrin, epinefrin (adrenalin), dan dopamin. Fungsi hormon-hormon ini adalah mengatur detak jantung, tekanan darah, kadar gula darah, dan reaksi terhadap stres (Haswita & Sulistyowati, 2017).

Terapi musik yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas tidur adalah musik yang bersifat menenangkan dan menyenangkan. Terapi musik telah banyak dibuktikan mampu memberi dampak positif secara fisik dan psikologis dimana terapi musik mampu menurunkan aktifitas saraf, meningkatkan kerja hormon, menurunkan aktifitas otak, serta meningkatkan imunitas. Melalui cara kerja ini, terapi musik mampu menurunkan kecemasan dan memberikan relaksasi sehingga mendengarkan musik sebelum tidur dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitias tidur,(Wang et al., 2021).

4. Hasil peniliti terapi sebelumnya a. Peneliti 1

Hasil penelitian menunjukkan 58% dari peserta dalam kelompok musik merasa tidur mereka telah membaik selama periode intervensi. Pada penelitian ini, penurunan rata-rata skor ISI pada grup musik sebesar 3,1 mencerminkan peningkatan yang relatif kecil, demikian pula rata-rata penurunan skor PSQI sebesar 2,2 pada grup musik kecil dari apa yang telah ditemukan dalam penelitian lain yang melaporkan efek musik pada kualitas tidur, namun demikian terapi musik pada kelompok intervensi secara signifikan mengalami perbaikan tidur dibandingkan dengan

(28)

peserta dalam kelompok kontrol. Hasil ini membuktikan bahwa terapi musik efisien untuk menurunkan insomnia (Jaspersen et al., 2019).

b. Peneliti 2

Terapi musik meningkatkan dan memperbaiki kualitas tidur serta memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk mencapai relaksasi yang sempurna. Pada kondisi relaksasi (istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh akan mengalami reproduksi, penyembuhan alami berlangsung, produksi hormon tubuh diseimbangkan dan pikiran mengalami penyegaran (Wang et al., 2021).

(29)

BAB III A. Jenis dan rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis dan desain penelitian studi kasus. Pada metode penelitian ini peneliti dapat terlibat langsung dengan subjek uji. Studi kasus penilitian ini yaitu untuk meningkatkan kualitas istirahat dan tidur pada pasien gagal ginjal kronik diruangan hemodialisa.

B. Subjek studi kasus

Subjek yang digunakan pada studi ini adalah pasien gagal ginjal kronik dengan gangguan kualitas tidur dengan tindakan yang diberikan yaitu teknik terapi musik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas istirahat dan tidur dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusif yang tepat pada studi kasus ini, yaitu:

1. Kriteria inklusif

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subyek penelitian dapat mewakili sebagai sampel yang syarat untuk diteliti dalam penerapan terapi musik dalam meningkatkan kualitas istirahat dan tidur pada pasien gagal ginjal kronik adalah

a. Pasien dengan keluhan sulit tidur

b. Pasien yang sedang menjalani rawat inap c. Kelompok dengan dewasa atau tua (18 – 60) d. Jenis kelamin laki-laki

e. Pasien yang bersedia menjadi responden 2. Kriteria eksklusi

(30)

Kriteria eksklusi adalah kriteria tertentu yang menyebabkan pasien dikeluarkan atau drop out dari penilitian. Adapun kriteria eksklusi untuk penelitian penerapan terapi musik klasik adalah a. Pasien kesadaran menurun

b. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden dan tidak koperatif

c. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden dan tidak koperatif

C. Fokus studi kasus

Penelitian ini merupakan penelitian yang dapat dilakukan sehingga dapat mengetahui mengenai dampak dari pemberian terapi musik terhadap peningkatan kualitas istirahat dan tidur pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani perawatan diruangan hemodialisa. Penelitian dikatakan berhasil Ketika pasien mampu melewati beberapa sesi sehingga pasien mampu tertidur dengan nyenyak dan menunjukkan perubahan dimana terjadinya peningkatan kualitas istirahat dan tidur.

D. Defenisi operasional

Terapi musik adalah pendekatan terapeutik yang menggunakan sifat-sifat musik yang mengangkat suasana hati secara alami untuk membantu orang meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan. Bentuk perawatan ini diyakini bermanfaat bagi orang yang mengalami depresi dan kecemasan dan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup orang yang memiliki masalah kesehatan fisik.

Selain itu, siapa pun dapat terlibat dalam terapi musik tanpa memerlukan latar belakang pendidikan di sekolah musik.

Penerapan ada 3 point defenisi operasionalnya.

1. Pasien apa (pasien gagal ginjal kronik diruangan hemodialisa)

(31)

2. Terapi/penerapan yang diberikan (terapi musik) berapa lama, kapan, berapa menit, caranya bagaimana?

3. Apa yang akan dicapai dari penerapan tersebut (peningkatan kualitas tidur) Peningkatan diukur dengan cara apa? (pada saat pasien istirhat/tidur)

E. Waktu dan tempat penelitian Waktu hanya belum ditulis

F. Metode dan instrumen pengumpulan data 1. Metode pengumpulan data

Menurut (Nursalam, 2015) Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus, diuraikan pada bagian ini.

Penyusunan bagian awal instrument dituliskan data demografi responden. inisial nama, umur, pekerjaan, sosial ekonomi (boleh ada boleh tidak), jenis kelamin, pendidikan.

2. Instrument Pengumpulan Data

Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu bentuk instrumen interview dimana peneliti akan langsung berbicara pada pasien untuk memperoleh informasi, masalah yang dialami pasien, dan disertai dengan pemberian penerapan (TEARAPI MUSIK )

G. Penyajian data

Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus deskriptif yang dipilih dengan data disajikan secara terstruktural/narasi dan disertai cuplikan ungkapan verbal dan subyek studi kasus yang merupakan data pendukung.

H. Etika studi kasus 1. Otonomi

Prinsip ini berkaitan dengan kebebasan seseorang dalam menentukan nasibnya sendiri (independen), didasarkan terhadap keyakinan bahwa individu mampu membuat keputusan sendiri dan mampu berpikir secara logis

(32)

2. Berbuat Baik (beneficence)

Sebagai perawat mampu melakukan hal-hal yang positif terhadap orang lain. Tidak merugikan pasien/orang lain dan berbuat baik.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Etika yang diterapkan penulis adalah kerahasiaan. Mampu melindungi informasi yang bersifat pribadi, perawat harus menyadari bahwa pasien memiliki hak istimewa dan memegang prinsip bahwa perawat menghargai semua informasi yang berkaitan dengan pasien dan semua yang yang ada kaitannya dengan pasien tidak untuk disebarluaskan secara tidak tepat.

4. Kejujuran (veracity)

Penuh dengan kebenaran itulah prinsip veracity adalah dasar dalam membina hubungan saling percaya terhadap orang lain. Proyek penelitian yang dilakukan oleh perawat hendaknya dijelaskan secara jujur tentang manfaatnya, efeknya dan apa yang didapati jika klien dilibatkan dalam proyek tersebut.

(33)
(34)
(35)

Referensi

Dokumen terkait

pasien penderita gagal ginjal kronik yang melakukan terapi hemodialisis.. diruang

pasien gagal ginjal kronik yang melakukan terapi hemodialisa ditinjau dari

terapi musik mozart terhadap gangguan pola tidur pada pasien anak. preschool di

Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengetahui hubungan persepsi terapi hemodialisis dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi

Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa sering berpikiran bahwa agar dapat bertahan hidup harus bergantung pada terapi hemodialisis dan

1.4 Tujuan 1.4.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ilmiah studi kasus ini adalah untuk melaksanakan asuhan keperawatan kebutuhan nutrisi pada pasien gagal ginjal kronik

Pasien gagal ginjal yang fraktur kaki Fokus Studi Fokus studi kasus ini adalah penerapan terapi pijat dengan lavender oil terhadap restless leg syndrome pada pasien gagal ginjal

Bagi responden Penerapan murottal dan dzikir dapat menjadi salah satu pilihan terapi komplementer yang dapat mening- katkan kualitas tidur pasien gagal ginjal kronik yang menjalani