1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kampus Institut Teknologi Kalimantan (ITK), berada di kawasan daerah Balikpapan Utara. Secara struktur geologi Balikpapan Kampus ITK berada pada Formasi Kampungbaru dengan endapan permukaan antara lain batu lempung pasiran, pasir kuarsa, batu lanau, sisipan batubara, napal, batu gamping dan lignit (Hidayat & Umar, 1994). Kawasan Kampus ITK sekarang sedang dalam tahap pembangunan untuk meningkatkan sarana kegiatan kampus. Pada kawasan Kampus ITK terdapat lahan lapang kosong hasil dari pengerukan dan perataan di samping asrama Kampus ITK. Lahan kosong tersebut akan digunakan untuk pembangunan sarana Kampus ITK. Suatu bangunan yang berdiri diatas tanah dapat menimbulkan beban terhadap kondisi bawah tanah. Pembangunan suatu gedung perlu memperhatikan komposisi bawah permukaan tanah agar tidak mengalami kerusakan pada suatu bangunan (Hurriyah & Jannah, 2017). Untuk mengetahui komposisi bawah permukaan pada lahan kosong dan daerah pembangunan, maka dapat dilakukan analisis lapisan bawah permukaan dan mengetahui bagaimana pemetaan bawah pemukaan. Analisis ini juga berdasarkan informasi geologi untuk mendapatkan keakuratan data (Alim, Huda, Lestari, &
Anggoro, 2017).
Terdapat beberapa metode geofisika yang bisa digunakan untuk pemetaan bawah permukaan, salah satunya adalah metode geolistrik. Salah satu metode geolistrik yang digunakan dalam menganalisis kondisi bawah permukaan yaitu metode self potential. Metode self potential (SP) merupakan salah satu metode geofisika yang memanfaatkan potensial alami yang terjadi pada bawah permukaan bumi (Febriani & Daniyati, 2017). Penyebab dari self potential di permukaan bumi yaitu akibat aktivitas elektrokimia dan mekanik (Indriani, Nurwidyanto, &
Haryono, 2007). Prinsip kerja SP adalah mengukur tegangan statis pada alam dengan menggunakan 2 elektroda berpori yang ditancapkan ke permukaan bumi dan dihubungkan dengan multimeter serta didapatkan beda potensial pada titik
2 pengukuran (Febriani & Daniyati, 2017). Hasil pengukuran beda potensial alami dihasilkan dari suatu material di daerah pengukuran di antara dua titik elektroda di permukaan tanah, didapatkan nilai beda potensial yang terukur mulai dari milivolt hingga lebih dari 1 volt. Pada nilai anomali yang memiliki tanda positif dan negatif merupakan faktor penting untuk interpretasi anomali SP (Samudra &
Warnana, 2017).
Keunggulan dari metode SP dibandingkan dengan metode non seismik lainnya yaitu alat yang sederhana, biaya yang relatif murah, cepat dan menggunakan elektroda porouspot maka efek polarisasi saat pengukuran dapat dihindari (Kartini & Danusaputro, 2005). Metode SP sangat responsif untuk target bawah permukaan yang bersifat konduktif seperti mineral logam dan mineral sulfida serta dapat diterapkan untuk daerah dengan topografi tidak datar (Pranita, Diantoro, & Indriawan, 2013). Salah satu manfaat dari metode self potensial dapat menambah informasi geologi yang dibutuhkan pada daerah penelitian diantaranya untuk memprediksi struktur bawah permukaannya(Indriani, Nurwidyanto, &
Haryono, 2007).
Penelitian sebelumnya mengenai metode self potential telah dilakukan oleh Indriani, Nur, dan Haryono pada tahun 2007 dengan tujuan untuk menginterpretasikan objek anomali bawah permukaan daerah Bledug Kuwu.
Penelitian ini menggunakan metode self potential dengan teknik fixed base. Hasil yang didapatkan berupa peta kontur isopotensial(Indriani, Nurwidyanto, &
Haryono, 2007). Selanjutnya, terdapat pula penelitian yang telah dilakukan oleh Siti Diah dan Risqia pada tahun 2017 dengan tujuan untuk mengetahui distribusi nilai potensial diri, kedalaman dan sudut polarisasi sumber potensial diri berdasarkan persebaran nilai isopotensial dari potensi mineral pasir besi di daerah Kepanjen. Penelitian ini menggunakan metode self potential dengan teknik leaf frog. Hasil yang didapatkan berupa peta kontur isopotensial (Febriani & Daniyati, 2017). Penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan acuan pada penelitian ini dalam interpretasi peta kontur isopotensial.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pada penelitian ini akan dilakukan identifikasi sebaran nilai potensial dan kondisi bawah permukaan sebagai salah satu informasi untuk komposisi bawah permukaan dalam suatu pembangunan
3 gedung berdasarkan sumber anomali potensial di sekitar area penelitian yaitu area asrama Kampus ITK Balikpapan menggunakan metode self potential. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam informasi geologi lapisan bawah permukaan pada lahan di lingkungan ITK.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana sebaran nilai beda potensial pada daerah Asrama Kampus ITK?
2. Bagaimana kondisi bawah permukaan berdasarkan sumber anomali potensial pada daerah Asrama Kampus ITK?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Metode yang digunakan metode self potential dengan teknik fixed-base.
2. Data yang diolah merupakan data sekunder dari pengambilan data SP di ITK oleh dosen Fisika.
3. Daerah penelitian berada di Kampus ITK.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui sebaran nilai potensial alam pada daerah Asrama Kampus ITK.
2. Mengetahui kondisi bawah permukaan berdasarkan sumber anomali potensial pada daerah Asrama Kampus ITK.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu :
1. Menambah ilmu pengetahuan dalam bidang Geolistrik bagi mahasiswa/i maupun seluruh masyarakat Indonesia.
2. Penelitian ini dapat menjadi salah satu data yang dapat digunakan dalam informasi geologi lapisan permukaan tanah.
3. Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
4 1.6 Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 1.1 merupakan kerangka pemikiran dari penelitian tersebut :
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Sebaran anomali potensial dan sumber anomali Komposisi bawah
permukaan
Endapan permukaan
Lahan kosong
Metode Geofisika Metode
Aktif
Metode Pasif
Self Potential
Beda Potensial
Metode Pasif
Self Potential
Teknik Fixed-Base Anomali