• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB 1"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data dari Peraturan Badan Pusat Statistik No 5 tahun 2021 tanggal 30 tahun 2021 tentang perubahan atas Peraturan Badan Pusat Statistik Nomor 1 tahun 2021 tentang kode dan wilayah kerja statistik dimana terdapat 83, 843 desa di Indonesia. Adanya otonomi daerah hadir sebagai konsep kajian yang memberikan daerah lebih banyak bagian untuk menyalurkan segala kepentingan dan urusan daerah sedemikian rupa agar dapat mandiri sesuai dengan kemungkinan yang berbeda dengan masing-masing daerah.

Menurut Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 1 ayat 5 otonomi daerah adalah hak, kekuasaan, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kecamatan, kabupaten atau kota dan desa merupakan kategori daerah otonom top down yang berbadan hukum dengan batas wilayah yang jelas serta hak dan kewenangan untuk mengatur anggarannya sendiri. Desa sebagai wilayah otonom yang berada di tingkat terendah secara otomatis akan menjadi objek dari sistem desentralisasi fiskal yang didapatkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Sistem desentralisasi fiskal yang sedang berjalan yang bertumpu pada pemanfaatan desa sebagai alat distribusi berimplikasi pada kebijakan transfer dana

(2)

dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah kepada pemerintah desa. Dalam konteks otonomi semua bentuk urusan pemerintah desa dianggap sebagai kewenangan desa termasuk salah satunya dalam pengelolaan keuangan desa.

Konsekuensi logis dari pelaksanaan otonom desa adalah tersedianya dana yang cukup. Oleh karena itu sangat penting bahwa proyek otonomi desa diluncurkan dengan aman dan sesuai dengan persyaratan hukum yang berlaku. Sistem desentralisasi fiskal yang menargetkan distribusi ke desa juga mempengaruhi kebijakan transfer dana dari pemerintah pusat dan daerah ke pemerintah desa.

Dalam kerangka otonomi desa, segala bentuk urusan pemerintahan desa, termasuk yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan desa, menjadi kewenangan desa.

Republik Indonesia memiliki peraturan perundang-undangan Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Salah satu cara untuk mencapai good governance dalam pengelolaan anggaran desa adalah dengan mempertimbangkan tahapan manajemen, perencanaan, penegakan, pelaporan dan akuntabilitas. Di dalam penyelenggaraan desa berhubungan langsung dengan masyarakat, dalam peran desa sebagai pemberi pelayanan khususnya kepada masyarakat, maka diharapkan dalam penyelenggaraan pemerintah dan pengelolaan alokasi dana desa dibutuhkan aparat pemerintah desa yang handal agar pelaksanaannya lebih terarah dan sesuai dengan tata kelola yang baik.

(3)

Desa berdasarkan ketentuan yang Pemerintah no 43 tahun 2014 diberikan wewenang yang mencakup: 1. kewenangan berdasarkan hak asal usul 2.

kewenangan lokal berskala Desa 3. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota, dan 4. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Wahab (2012: 125) menegaskan bahwa "implementasi kebijakan itu merupakan suatu aktifitas yang paling penting, tidak seperti anggapan sebagian orang bahwa setiap kebijakan itu akan terimplementasikan dengan sendirinya, seolah aktifitas implementasi kebijakan tersebut menyangkut sesuatu yang tinggal jalan. Realita menunjukkan implementasi kebijakan itu sejak awal melibatkan sebuah proses rasional dan emosional yang teramat kompleks. Oleh sebab itu tidak berlebihan jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan".

Menurut Bachrawi (2004:59) menyatakan bahwa pembangunan desa adalah upaya yang nyata yang dilaksanakan di suatu desa dalam rangka pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang bersifat fisik maupun non fisik untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat desa.

Pembangunan desa merupakan bagian yang berwujdunya pembangunan nasional dan daerah berdasarkan visi dan misi pemerintah pusat daerah, serta mencerminkan unsur pemerataan pembangunan dan pencapaiannya. Menyentuh langsung kepentingan yang tinggal di desa dan mengentaskan kemiskinan desa

(4)

dalam pelaksanaan pembangunan desa. Desa mempunyai wewenang dan tugas untuk mengatur dan mengurus kepentingan desa, karena pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem manajemen pemerintahan Indonesia, masyarakat desa yang terlibat. Oleh karena itu terbit undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa yang bertujuan menciptakan desa yang mandiri. Peraturan tentang pemberdayaan masyarakat desa yang optimal sesuai dengan potensi desa yang terkena dampak dan tentang sumber pendanaan desa untuk menyelenggarakan pembangunan yaitu peraturan pemerintah Nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa serta peraturan pemerintahan Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.

Implementasi adalah aspek kunci dari keseluruhan proses kebijakan, upaya untuk mencapai tujuan tertentu pada garis waktu tertentu menggunakan fasilitas dan infrastruktur tertentu. Pada hakekatnya implementasi merupakan upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara terprogram untuk mencapai implementasi kebijakan. Dunn (2003: 109) menyatakan bahwa pelaksanaan atau pelaksanaan suatu kebijakan atau program adalah sekumpulan keputusan yang sedikit banyak saling terkait (termasuk keputusan untuk bertindak) yang dibuat oleh instansi dan pejabat pemerintah dan di bidang kesehatan, kesejahteraan, dan kesehatan, kesejahteraan, ekonomi, administrasi, dan lainnya.

Desa adalah organisasi kecil tapi penting karena hubungannya yang erat dengan masyarakat di setiap negara. Ada berbagai masalah terdapat di desa, termasuk kesenjangan pembangunan, masalah pertanian, dan masalah ekonomi.

Oleh karena itu, pemerintah kemudian memperkenalkan program Alokasi Dana

(5)

Desa (ADD) untuk membantu proses pembangunan di desa. Alokasi Dana Desa merupakan bagian dari dana merata yang diterima oleh kabupaten kota dengan anggaran perimbangan daerah minimal 10% dari setelah dikurangi dana alokasi khusus.

Demikian halnya Meter dan Horn (dalam Winarno 2012: 149) juga memberikan batasan tentang pengertian implementasi kebijakan yaitu sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.

Alokasi Dana Desa disalurkan setelah APDesa disahkan, penyaluran ADD dari RKUD ke RKD dilakukan secara bertahap, melalui 4 triwulan yaitu:

a) Triwulan I sebesar 25%, dilaksanakan paling cepat pada bulan Januari b) Triwulan II sebesar 25%, dilaksanakan paling cepat pada bulan April c) Triwulan III sebesar 25%, dilaksanakan paling cepat pada bulan Juli

dan

d) Triwulan IV sebesar 25%, dilaksanakan paling cepat pada bulan Oktober. ( Peraturan Bupati Bintan No 3 tahun 2021)

Adanya Alokasi Dana Desa sangat membantu desa dalam pekerjaan pemerintahann. Minimnya pendapatan di Desa menjadi kendala bagi Pemerintah Desa untuk menjalankan Pemerintahan Desa dengan sukses. Alokasi dana desa merupakan representasi dari dana yang telah diangkut dari kota atau kabupaten.

Pengelolaan keuangan desa menjadi tanggung jawab Kepala desa yang dapat

(6)

menyalurkan kewenangan parsial atas lembaga desa. Tujuan utama dari pemberian Alokasi Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah untuk mendorong pembangunan dan pembangunan masyarakat.

Grand Theory dari implementasi kebijakan yaitu Teori Administrasi Publik yang dikemukakan oleh Rosenbloom dan Kravchuk (2005:140) yang menyatakan bahwa Administrasi Publik adalah tindakan pemerintah, sarana yang maksud dan tujuan pemerintah diwujudkan. Rose dan Kravchuk (2005:5) menjelaskan core function dari administrasi publik yaitu organisasi, struktur dan proses, administrasi kepegawaian public dan perundingan bersama, penganggaran dan keuangan serta pengambilan keputusan. Dari penjelasan tersebut dapat dinyatakan bahwa implementasi kebijakan (yang merupakan bagian dari tahapan pada proses kebijakan publik) merupakan salah satu kajian penting yang dipelajari dalam ilmu Administrasi Publik.

Alokasi dana desa (ADD) merupakan alat yang digunakan oleh desa untuk mendorong otonomi desa agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan pertumbuhan desa itu sendiri. Pemerintah Desa dituntut untuk mengelola dana desa secara efektif. Efektivitas pemerintah diukur dari seberapa baik pemerintah menggunakan sumber dayanya untuk mencapai tujuan. Pemerintah Desa perlu dikembangkan seiring perkembangan kemajuan masyarakat desa dan lingkungannya untuk menjalankan efektivitas peranannya.

(7)

Meter dan Horn (dalam Sulaeman, 1998) mengemukakan untuk mengukur kinerja implementasi kebijakan tentunya menegaskan standar dan sasaran tertentu yang harus dicapai oleh para pelaksana kebijakan, kinerja kebijakan pada dasarnya merupakan penilaian atas tingkat ketercapaian standar dan sasaran tersebut. Pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan adalah penting. Implementasi kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal (frustated) ketika para pelaksana (officials), tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar dan tujuan kebijakan.

Penghitungan alokasi dana desa untuk setiap kabupaten/kota dan setiap desa diproses untuk menghindari ketimpangan alokasi dana desa, penghitungan akan dilakukan berdasarkan alokasi yang dibagi secara merata dengan alokasi yang dibagi berdasarkan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat geografis.

Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan

Sumber: BPS Kepulauan Riau 2022

(8)

Tabel 1. 2 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau 2022

Kabupaten/Kota Persentase Penduduk Miskin

Karimun 6, 85

Bintan 6, 42

Natuna 4, 95

Lingga 13, 93

Kepulauan Anambas 7, 09

Kota Batam 5, 05

Kota Tanjung Pinang 9, 57

Sumber: BPS Kepulauan Riau 2022

Tabel 1. 3 Luas Wilayah Daratan Menurut Kecamatan Tahun 2022

Kecamatan Luas Wilayah (km2)

Teluk Bintan 125, 44

Seri Kuala Lobam 123, 50

Bintan Utara 43, 26

Telok Sebong 285, 72

Bintan Timur 100, 18

Bintan Pesisir 116, 11

Mantang 63, 61

Gunung Kijang 192, 89

Toapaya 176, 48

Tambelan 91, 02

Sumber: BPS Kepulauan Riau 2022

Desa Teluk Sasah, Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan merupakan salah satu desa yang menerima dana desa yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBD). Pengelolaan dana desa dimulai dari perencanaan program, pelaksanaan setelah dilaksanakan dipertanggungjawabkan.

(9)

Gambar 1. 1 Rekapitulasi Alokasi Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa Anggaran 2022 Provinsi/Kabupaten/Kota Se-Provinsi Kepulauan Riau

Sumber : Kemenkeu Kepulauan Riau 2022

Adapun fenomena masalah yang muncul ialah penggunaan Alokasi Dana Desa pada Desa Teluk Sasah dalam bidang pembangunan seperti pada pembangunan rabat beton memiliki keterbatasan dalam sumber daya manusia, terbatasnya sumber daya manusia yang terampil untuk memastikan kualitas pembangunan yang baik meyulitkan proses implementasi. Kebijakan ADD melibatkan partisipasi masyarakat baik itu dalam perencanaan dan pelaksanaan, penggunaan anggaran ADD ini juga digunakan untuk posyandu, perbaikan jalan, turnamen volley dan futsal. Bukan hanya untuk balita posyandu juga terdapat posyandu untuk lansia dan juga remaja dengan tujuan unutk mengontrol kesehatan masyarakat.

Namun dalam pelaksanaan kegiatan terdapat kekurangan partisipasi masyarakat menjadi permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan. Pemahaman masyarakat desa tentang penggunaan ADD belum sepenuhnya memahami terkait penggunaan dan penganggaran ADD.

(10)

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut dengan menetapkan judul “ Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa pada Desa Teluk Sasah, Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana implementasi kebijakan Alokasi Dana Desa pada Desa Teluk Sasah, Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut: Mengetahui Implementasi Alokasi Dana Desa Pada Desa Teluk Sasah, Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yang hendak dicapai, maaka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lainnya yang ingin melakukan kajian lanjutan terkait dengan Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa Pada Desa Teluk Sasah Kabupaten Bintan.

(11)

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat berguna untuk menambah Ilmu pengetahuan tentang masalah yang diteliti serta mampu menjelaskan hasil pengamatan dan fakta yang berada di lapangan yang berasal melalui pemikiran teoritis dan peneliti sendiri.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan atau dasar penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain untuk melakukan kajian atau penelitian dalam aspek lain.

Referensi

Dokumen terkait

“Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Studi Pada Kabupaten Dan Kota Di

"PENGARUH PAJAK DAERAH, DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP BELANJA MODAL DI PROVINSI BALI PERIODE 2016- 2020", Jurnal Ekonomi dan Manajemen,