BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan perekonomian Indonesia terutama dibidang perdagangan telah banyak menghasilkan barang atau jasa yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat.
Produk-produk yang diperdagangkan kepada konsumen kadangkala tidak sesuai dengan apa yang diedarkan oleh pelaku usaha, sehingga hal tersebut dapat merugikan konsumen. pelaku usaha memberikan janji-janji dan informasi pada barang atau jasa, Konsumen tidak menikmati apa yang dijanjikan dalam produk dikarenakan pihak produsen melanggar hak konsumen.1
Terutama Kebutuhan dan permintaan oleh masyarakat akan kosmetika menopang pertumbuhan volume penjualan kosmetik. Pentingnya akan kebutuhan kosmetik ini menimbulkan dampak semakin meningkatnya industri kosmetika.
Masyarakat dapat dengan mudah menemukan berbagai macam produk kosmetika di pasaran. Walau begitu, tidak semua produk kosmetika yang beredar di pasaran telah memenuhi syarat dan standar mutu yang berlaku. Oleh karena itu perlindungan konsumen diperlukan untuk melindungi hak konsumen atas perbuatan pelaku usaha
1 Brahmanta, Dewa Gede Ari Yudha, and Anak Agung Sri Utari. "Hubungan Hukum Antara Pelaku Usaha Dengan Konsumen." Kertha Semaya: Journal Ilmu Hukum (2017).
yang menjual dan mengedarkan produk kosmetika yang tidak memenuhi standar mutu.2
Konsumen sebagai pelanggan dari produsen guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya pelaku usaha sebagai produsen yang menyediakan suatu produk demi mendapatkan keuntungan berupa uang sebagai hasil dari kegiatanya. Berdasarkan hubungan tersebut konsumen memilik hak-hak yang harus dilindungi sebagaimana telah diatur dalam pasal 4 huruf c dan g Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) yaitu sebagai berikut :
a. Hak atas informasi yang jelas, benar, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan / jasa;
b. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminasi;
Adapun kewajiban yang harus dilakukan oleh pelaku usaha telah diatur dalam pasal 7 huruf a, b, dan c Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) yaitu sebagai berikut :
a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahannya
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jamninan barang dan / atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan
2 Putri Utami Dian Safitri, “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Konsumen Atas Iklan Produk Kosmetik Yang Menyesatkan,” fakultas Hukum, Universitas Jember 26, no. 2 (2021): 2,
c. Memperlakukan dan melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
Selanjutnya dalam diatur oleh Pasal 8 Ayat (1) huruf i UUPK, yaitu tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat samping, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kegiatan jual beli pada saat ini mengalami perkembangan yang mengarah kepada bentuk-bentuk yang lebih modern. Bentuk modern yang selalu dijumpai ialah adanya pasar swalayan yang menjadi tempat perdagangan guna menjual segala kebutuhan pokok manusia. Kehadiran pasar swalayan tersebut, sebagai suatu bentuk perdagangan yang modern dan baru dari pasar tradisional.
Adapun perdagangan yang terjadi dipasar swalayan Kota Tanjungpinang.
Masih ditemui produk kosmetik yang tidak mencantumkan Bahasa Indonesia. Peneliti melakukan survei lapangan keberbagai swalayan yang berada di Kota Tanjungpinang masih terdapat swalayan yang mengedarkan produk kosmetik yang tidak memiliki Bahasa Indonesia pada kemasan, yang terdapat pada swalayan H, FM, AB yang ditemui produk kosmetik menggunakan Bahasa asing.
Mengenai ketentuan pencantuman informasi dalam Bahasa Indonesia diatur dalam Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 2021 sudah mengatur ketentuan dalam bidang perdagangan, pada barang yang akan masuk ke pasar dalam negeri harus memiliki penjelasan pada kemasan menggunakan Bahasa Indonesia. Penjelasan yang
dimaksud dalam kemasan harus memuat cara penggunaan, kegunaan, dan tanda peringatan yang jelas dan mudah dimengerti oleh konsumen.
Begitu juga pada Pasal 6 Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 30 tahun 2020 telah mengatur terkait penandaan dalam kemasan produk kosmetik yang akan diaedarkan kepada konsumen. Produk wajib mencantumkan label Bahasa Indonesia, agar konsumen mengerti produk kosmetik yang akan digunakan.
Tujuan dalam Peraturan tersebut adalah untuk melindungi konsumen agar mendapatkan hak konsumen, kenyamanan, dan keselamatan dalam menggunakan barang serta hak atas informasi yang jelas dan benar dalam Bahasa Indonesia.
Produk kosmetik diperdagangkan yang tidak mencantumkan Bahasa Indonesia, terdapat konsumen kurang paham dalam Bahasa asing yang tercantum dalam produk kosmetik tersebut, pentingnya pencantuman label Bahasa Indonesia agar konsumen lebih paham dalam memilih produk yang cocok dan dapat digunakan konsumen. Produsen sebagai pelaku usaha mempunyai tugas dan kewajiban untuk ikut serta menciptakan dan menjaga usaha yang sehat yang menunjang bagi pembangunan perekonomian nasional secara keseluruhan.
Karena itu, kepada produsen dibebankan tanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan kewajiban itu, yaitu melalui penerapan norma-norma hukum, kepatutan, dan menjunjung tinggi kebiasaan yang berlaku di kalangan dunia usaha. Pertanggung- jawaban merupakan konsekuensi yang timbul karena adanya hak dan kewajiban sebagai salah satu unsur hak asasi manusia dan hak hukum. Hak asasi manusia dan hak hukum tidak hanya mengandung hak tetapi juga kewajiban yang harus dipenuhinya.
Keseimbangan dalam arti proporsional (bukan persamaan) antara hak dan kewajiban merupakan pencerminan rasa keadilan sebagai salah satu tujuan hukum.
Pada hal mendapatkan informasi secara jelas, benar, dan jujur merupakan salah satu hak yang melekat pada diri konsumen, serta menjadi kewajiban yang harus dilakukan oleh pelaku usaha. Hadirnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen sebagai bentuk perlindungan secara hukum terkait hak-hak konsumen yang dilindungi serta dihormati oleh pelaku usaha.
Seiringnya konsumen sering menggunakan kosmetik, konsumen juga kurang paham dalam membaca label dalam Bahasa asing, dan aturan sudah diatur dalam peraturan pemerintah, bahwa pelaku usaha mengedarkan produk kosmetik harus melengkapi Bahasa Indonesia.
Maka berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijabarkan oleh peneliti, peneliti akan lakukan penelitian dengan judul “Tanggungjawab Pelaku Usaha Terhadap Produk Kosmetik Yang Tidak Mencantumkan Bahasa Indonesia (Studi Kasus Swalayan Kota Tanjungpinang)”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen penggunaan produk kosmetik yang tidak mencantumkan Bahasa Indonesia ?
2. Bagaimana pelaksanaan tanggungjawab pelaku usaha terhadap produk kosmetik yang tidak mencantumkan Bahasa Indonesia ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap konsumen dalam membeli produk kosmetik yang tidak mencantumkan Bahasa Indonesia di Swalayan Kota Tanjungpinang.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan tangungjawab pelaku usaha terhadap konsumen dalam membeli produk kosmetik yang tidak mencantumkan Bahasa Indonesia di Swalayan Kota Tanjungpinang
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini ialah untuk mengetahui apa saja yang didapatkan dari suatu penelitian. Adapun manfaat penelitian dibagi menjadi 2 (dua).
1.4.1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini secara teoritis bermanfaat dalam pengembangan ilmu penulis dalam Ilmu Hukum Perdata khususnya terkait perlindungan konsumen.
1.4.2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pelaku usaha lebih memperhatikan produk kosmetik yang tidak mencantumkan Bahasa Indonesia diperdagangkan kepada konsumen, sehingga konsumen lebih aman dalam penggunaannya, bagi BPOM dan Dinas Perdagangan diharapkan pengwasan yang ketat terhdap pelaku usaha yang masih tetap memperdagangkan produk kosmetik yang tidak mencantumkan Bahsa Indonesia.