BAB 2
MENGAPA AKUNTANSI FORENSIK
Disusun oleh : KELOMPOK 2
1112201041 Shahnaz Vania
1112201049 Fatim Fatimah
Mengapa Akuntansi Forensik?
Akuntansi forensik merupakan tindakan menentukan, mencatat, menganalisis, mengklasifikasikan, melaporkan, dan
mengonfirmasikan ke data keuangan historis atau aktivitas
akuntansi lainnya untuk penyelesaian sengketa hukum saat ini atau di masa mendatang. Data historis ini juga digunakan untuk evaluasi data keuangan dalam penyelesaian sengketa hukum di masa
mendatang.
Audit forensik terdiri dari dua kata, yaitu audit dan forensik. Audit adalah tindakan untuk membandingkan kesesuaian antara kondisi dan kriteria. Sementara forensik adalah segala hal yang bisa
diperdebatkan di muka hukum/pengadilan.
Tujuan dari akuntansi forensik adalah mendeteksi atau mencegah
berbagai jenis kecurangan (fraud). Penggunaan auditor untuk
melaksanakan audit forensik telah tumbuh pesat
Sorotan utama mengenai fraud pada umumnya, dan korupsi khususnya adalah pada kelemahan corporate governance atau kelemahan di sektor korporasi, namun prinsip umumnya adalah kelemahan di sektor governance, baik korporasi maupun pemerintahan. Di Indonesia hal ini juga sangat jelas dari kajian KPK yang disebutkan sebelumnya.
Dampak dan kelemahan governance pada umumnya, naik korporasi maupun pemerintahan dapat ditarik kesimpulan tentang DPR pasca – penangkapan dan vonis para annggotanya, juga aparat penegak hukum, seperti kepolisian, kejaksaan, kehakiman, bahkan Mahkamah Agung
A. Corporate Governance
Indeks persepsi korupsi (Corruption Perceptions Index-CPI) sangat di kenal di indonesia, dengan atau tanpa pemahaman yang benar. CPI adalah indeks mengenai persepsi korupsi di suatu negara. Indeks ini diumumkan setiap tahunnya oleh TI (Transparency International).
B. Corruption
Perceptions Index
Data terakhir yang dirilis TI adalah hasil kajian tahun 2009, yang meliputi 180 negara. Peta CPI 2009 ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Perbedaan warna tersebut mencerminkan perbedaan skor CPI; makin gelap warnanya,
makin rendah skor CPI nya.
Beberapa hal yang perlu di ketahui mengenai Indeks tersebut, yaitu:
1. Indeks ini menunjukan urutan-urutan negara sesuai dengan persepsi
urutan- urutan tingkat korupsi yang dilakukan pegawai negeri dan kaum politisi.
2.
Indeks ini merupakan indeks gabungan (composite index) yang berasal dari data yang berkaitan dengan korupsi dalam berbagai expert surveys oleh lembaga-lembaga bereputasi.
3.
Defisi korupsi yang di gunakan dalam survei ini adalaj penyalahgunaan
jabatan oleh pegawai negeri dan kaum politis untuk kepentingan pribadi, seperti penyuapan dalam proses pengaduan barang dan jasa di pemerintah (sektor
publik).
Global Corruption Barometer (GCB) Merupakan survei pendapat umum yang dilakukan sejak tahun 2023. GCB ingin mengetahui dari masyarakat pada umunya (ordinary people), sektor yang paling korup, bagian dari hidup sehari-hari yang paling dipengaruhi oleh korupsi, apakah korupsi meningkat atau menurun di bandingkan masa lalu, dan apakah dimasa mendatang korupsi akan naik atau turun? GCB mendalami lebih lanjut, dan menyajikan informasi mengenai: berapa seringnya keluarga harus membayar uag suap? bagaimana membayar suap terjadi (apakah diminta atau diberikan begitu saja karena sudah menjadi kebiasaan)..
Informasi seperti ini sangat penting untuk membantu pemberantasan korupsi dari penyuapan.
Misalnya, pertanyaan mengenai bagaimana pembayaran suap terjadi, akan membantu kita dalam merancang kebijakan anti korupsi. Juga, dengan menanyakan sektor masyarakat yang paling korup, GCB akan menjadi katalisator bagi reformasi di sektor itu. Pandangan orang tentang apakah korupsi meningkat atau menurun dibandingkan masa lalu, merupakan ukuran kegagalan atau keberhasilan dari kebijakan dan prakarsa anti korupsi.
C. Global Corruption Barometer
Bribe Payers Index (BPI) tahun 2008 meliputi 2.742 wawancara dengan para eksekutif bisnis senior di 26 negara, yang dilaksanaan antara 5 Agustus sampai 29 Oktober 2008.
Survei dilakukan atas nama Tranparecy International oleh Gallup International. Gallup International bertanggung jawab atas pelaksanaan survei BPI 2008 secara keseluruhan dan atas proses pengendalian mutu.
Ke – 26 negara dipilih atas dasar aliran masuk Penanaman modal luar negeri langsung (Foreign Direct Investment) dan arus impor serrta peranan mereka dalam perdagangan regional. Daftar negara dimana para eksekutif disurvei disajikan dalam gambar 5.1.
C. Bribe Payers Index
Pernyataan yang diajukan kepada para eksekutif bisnis senior: berapa besar kemungkinannya perusahaan asing melakukan penyuapan
(bribery) ketika mereka bertransaksi di negara dimna aanda beroperasi?
para eksekutif ii menyampaikan persepsi atas dasar pengetahuan
mereka (informasi perceptions) mengenai sumber penyuapan yang
berasal dari luar negeri.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) adalah penyedia pelatihan dan Pendidikan anti-fraud terkemuka di dunia. ACFE memiliki lebih dari 30,000 anggota, mensponsori lebih dari 100 cabang di seluruh dunia dan menyediakan materi Pendidikan anti-fraud ke lebih dari 180 universitas. Tujuan dari ACFE adalah mengurangi kecurangan bisnis di seluruh dunia dan menginspiransi kepercayaan public terhadap nilai dan integritas profesi.
ACFE didedikasikan untuk kemajuan global dalam memerangi fraud sambil meningkatkan pengakuan kredensial CFE
E. Association of Certified
E Fraud
xaminers
(ACFE)
F. Fraud sektor pemerintahan
Jenis Fraud yang sering terjadi di sektor pemerintahan adalah korupsi.
Tuanakotta (2010) mendefinisikan “korupsi adalah penyalahgunaan
wewenang pejabat untuk keuntungan pribadi”. Undang-Undang No. 31
Tahun 1999 jo. Undang-Undang No 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menyebutkan bahwa
pengertian korupsi mencakup perbuatan melawan hukum,
memperkaya diri, orang/badan lain yang merugikan
keuangan/perekonomian negara (pasal 2), menyalahgunakan
kewenangan karena jabatan/kedudukan yang dapat merugikan
keuangan/perekonomian negara (pasal 3), termasuk juga penyuapan,
penggelapan dalam jabatan, pemerasan dalam jabatan, gratifikasi.
Setiap tahun KPK melakukan survei integritas. Survei terakhir dilakukan tahun 2008. Survei ini merupakan wewenang KPK dalam pelaksanaan tugas koordinasi dan supervisi (Undang – undang No. 30 tahun 2002). KPK berwenang melakukan pengwasan, penelitian, atau penelaahan tehadap instansi yang melakukan pelayanan publik.
Berbeda dengan indeks tentang korupsi yang dibahas sebelumnya, indeks integritas yang diterbitkan KPK tidaklah semata – mata didasarkan atas persepsi.
G. Survei integritas oleh KPK
Kasus korupsi di Indonesia seakan tidak pernah ada habisnya. Tingkat korupsi yagn masih
tinggi juga menjadi pendorong yang kuat untuk berkembangnya praktik akuntansi forensik di Indonesia.
Pada pertemuan Asia Pasific mengenai fraud athun 2004, Deloitte Touche Tohmatsu
melakukan polling terhadap 125 delegasi. 82% menyatakan mengalami peningkatan dalam corporate fround dibanding tahun sebelumnya, 36% menyatakan peningkatan fraud yang sangat besar.
Fraud terjadi karena corporate governance yang rendah, lemahnya enforcement, standar akuntansi dan lain-lain konsistem dengan tingatkorupsi dan kelemahan dalam
penyelenggaraan negara. Pencegahan korupsi pelayanan publik dalam optik kebijakan
kriminal mesti diarahkan pada perbaikan sistem dan tata kelola pelayanan publik dengan mengacu pada prinsip good corporate governance.
Berdasarkan forcat BMI kartal ke empat 2006 mengenai lingkungan usaha diperleh bahwa sistem hukum di Indonesia yang tidak handal dan pembasmian korupsi akan
meningkatkan minat para investor untukmenanamkan uang mereka di Indonesia.