6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan optimalisasi waktu dengan menggunakan metode CPM, PERT dan PDM yaitu sebagai berikut.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Judul Hasil Penelitian Penulis
1 Penerapan Metode PERT dan CPM (Studi Pada Perusahaan Baja Sakti Construction)
Terdapat efisiensi biaya dan waktu dalam penjadwalan proyek untuk penyelesaian proyek Cafee Pataya yang ditangani oleh BAJA SAKTI Construction setelah penerapan metode PERT dan CPM.
Mayasari, 2015
2 Analisis evaluasi biaya dan
penjadwalan waktu proyek pengolahan limbah pt. Kino dengan pendekatan PERT
Dengan menggunakan metode PERT proyek pengolahan limbah PT. Kino Indonesia Tbk. dapat selesai dalam jangka waktu 91 hari dengan kemungkinan selesai paling cepat 85 hari adalah 2.5%, paling mungkin diselesaikan 91 hari adalah 95% dan paling lambat 96 hari adalah 2.5%
Mas’ud dan Wijayanti, 2017
3 Perencanaan dan pengendalian proyek Dengan metode PERT – CPM:
Studi Kasus Fly Over Ahmad Yani, Karawang
Penggunaan metode ini pada proyek pembangunan Fly Over diperoleh durasi waktu pengerjaan selama
184 hari.
Hayun, 2005
4 Analisa
Penjadwalan Waktu Dengan Metode Jalur Kritis Dan PERT pada Proyek Pembangunan Ruko (jl. Pasar lama no.20, Glodok)
Durasi penyelesaian proyek dengan menggunakan metode jalur kritis diperoleh kurun waktu selama 198 hari sedangkan penggunaan metode PERT diperoleh kurun waktu penyelesaian selama 198 hari yang memiliki probabilitas selesai 61 persen.
Caesaron dan Thio, 2015
5 Analisa
Penjadwalan Proyek Pembuatan Piano Digital “XY”dengan menggunakan CPM
Durasi optimal proyek adalah 36 minggu dengan total biaya proyek sebesar Rp 465.000.000,- sedangkan untuk total biaya optimum setelah dilakukan percepatan (Crashing) untuk target waktu
Sulhadi dan Sumiardi, 2005
7
No. Judul Hasil Penelitian Penulis
(Critical Path Method) Dan Crashing time di PT.
Kawai Indonesia Plant 3
penyelesaian proyek selama 28 minggu dengan menggunakan metode CPM adalah sebesar Rp 478.500.000,-
6 Analisis Metode Network Planning Dan S-Curve Proyek Konstruksi Di Bogor
Penggunaan metode S Curve
paling baik dibandingkan ketiga metode network planning lainnya, dalam penggunaan metode network planning sendiri, metode PDM dan CPM dianggap lebih baik dari metode PERT.
Sabariah, Syaiful, dan Hayati, 2012
7 Optimalisasi
Penjadwalan Proyek Jembatan Girder Guna Mencapai Efektifitas Penyelesaian Dengan Metode PERT dan CPM Pada PT Buana Masa Metalindo
Metode PERT-CPM dapat
pemanfaatannya untuk mengelola proyek waktu kerja menjadi lebih efisien dan efektif.
Taurusyanti dan Lesmana, 2015
8 Analisa Penerapan Manajemen Waktu Dan Biaya Pada Proyek
pembangunan Hotel Bw Luxury Jambi
Dengan menggunakan CPM dapat di ketahui jangka waktu pelaksanaan proyek yaitu selama 48 minggu kalender dengan jalur kritis
Waldi, Simanihuruk, dan
Sembiring, 2016 9 Penerapan Metode
PERT dan CPM pada Suatu Jaringan Kerja (Network) serta
Mengoptimalkan Waktu Penyelesaian Proyek
Dengan adanya percepatan waktu penyelesaian proyek biasanya
menyebabkan adanya pengurangan biaya pada awalnya, tetapi jika dipercepat terus menerus, maka akan tercapai titik
optimum dimana penambahan bayanya adalah yang paling minimum.
Juandy, 2007
10 Analisis
Pelaksanaan Proyek Dengan Metode PERT (Studi Kasus Proyek
Pembangunan Rumah Tipe 165 The Nusa Penida House Kota Blitar)
Pengolahan data yang menggunakan metode PERT, diperoleh total durasi minimum pekerjaan 308 hari, durasi rata- rata 316 atau sesuai jadwal proyek dan durasi maksimum 340 hari. Sehingga kesimpulan yang diperoleh, proyek pembangunan rumah tipe 165 dapat diselesaikan menggunakan durasi minimum namun berbanding terbalik dengan biaya yang harus dikeluarkan.
Irawati, 2017
8
No. Judul Hasil Penelitian Penulis
11 Analisis Jaringan CPM-PERT untuk optimalisasi pembangunan wahana permainan bengkel suroboyo carnival
Harapan penyelesaian waktu proyek adalah 50 hari. Terdapat 85.54%
kemungkinan bahwa pengerjaan proyek wahana bengkel selesai dalam 51 hari deadline. Delapan aktivitas (B, J, L, M, N, O, T dan U) berada pada jalur kritis.
Apabila salah satu aktivitas ini tertunda maka keseluruhan proyek akan tertunda.
Tiga belas aktivitas tidak kritis dan memiliki waktu slack dalam
pembangunannya. Hal ini berarti bahwa manajemen tidak dapat mengurangi sumber daya yang digunakan untuk mempercepat aktivitas pengerjaan. Yang bisa dilakukan oleh manajemen hanya dengan melakukan penambahan sumber daya supaya bisa melakukan percepatan aktivitas.
Aditya, 2013
12 Implementasi critical path method (CPM) untuk Mengurangi resiko Penjadwalan (Project Case: It Project At PT Pertamina indonesia)
Critical-Path Method (CPM) dapat menurunkan terjadinya dampak dari resiko penjadwalan
Haq dan Mahardi, 2016
13 Analisis pekerjaan konstruksi dan penentuan jalur kritis dengan critical path methode (studi kasus pekerjaan renovasi pada kantor harvest kemang)
Metode CPM pada penelitian ini berfungsi untuk mengevaluasi hasil pekerjaan dan mencari standar perbandingan. Ketika perbandingan dengan menggunakan metode CPM telah diperoleh, maka dapat dibuat suatu perencanaan proyek. Dengan menggunakan CPM dapat ditentukan waktu tercepat untuk memulai, waktu tercepat untuk menyelesaikan, waktu terlambat untuk memulai dan waktu terlambat untuk menyelesaikan. Ketika keempat waktu tersebut telah diketahui, maka jalur kritis dapat ditentukan.
Menurut data rekaman, realisasi pekerjaan renovasi kantor Harvest selama 8 bulan 2 minggu dengan pengeluaran proyek sebesar Rp 1.349.840.000,-. Setelah dilakukan olah data, diperoleh bahwa
Thio dan Tannady, 2016
9
No. Judul Hasil Penelitian Penulis
pekerjaan renovasi ini dapat diselesaikan selama 191 hari (6 bulan 11 hari).
Perbedaan waktu membuktikan bahwa dengan menggunakan metode CPM jalur kritis dapat ditentukan untuk membuat suatu perencanaan yang lebih berkualitas.
14 Analisis Penerapan Manajemen Waktu dan Biaya pada Proyek
Pembangunan Gedung Kuliah Teknik Listrik Industri Politeknik Negeri Madura (POLTERA)
Durasi optimal dengan menggunakan metode CPM didapat selama 100 hari dengan efisiensi waktu sebesar 20 hari.
Ikhtisholiyah, 2017
15 Penjadwalan proyek dengan penerapan simulasi monte carlo pada metode
program evaluation review and
technique (PERT)
Hasil presentase (%) dari probabilitas percepatan yang dilakukan menggunakan metode PERT memiliki tingkat keyakinan sebesar 63%. Sedangkan, hasil penerapan simulasi monte carlo berdasarkan hasil rata-ratanya memiliki tingkat keyakinan penyelesaian proyek sebesar 94%.
Shofa, Soejanto dan Ristyowati, 2017
16 Analisis Optimasi Pelaksanaan Proyek Revitalisasi
Integrasi Jaringan Universitas Kadiri Menggunakan Metode PERT Dan CPM
Hasil analisa penggunaan metode PERT dan CPM terhadap pelaksanaan
pembangunan proyek ini didapatkan durasi waktu optimal proyek adalah 142 hari dengan tingkat peluang keberhasilan proyek sebesar 85,54% efisiensi yang didapat sebesar 3,4% dan total biaya proyek optimal adalah sebesar Rp.
479.634.000 dengan efisiensi sebesar 1,22%.
Safi’I dan Santoso, 2017
17 Analisis network planning dengan critical path
Method (CPM) pada proyek uninteratuble power Supply (ups) 80kva pada PT.
Harmoni Mitra Sukses. (Studi Kasus: RSAB Harapan Kita, Jakarta)
Penerapan CPM pada network planning di proyek UPS 80kvA dengan melakukan percepatan 42 hari dan melakukan metode penekanan pada proses pengorderan dan pengiriman komponen yang dibutuhkan oleh proyek maka perusahaan dengan menggunakan metode crashing program diperkirakan mampu menyelesaiakan proyek dengan waktu jauh lebih singkat yaitu kurang dari 3 bulan yang awalnya dibutuhkan waktu selama 4 bulan.
Hermanto, Fauziah dan Wiratmani, 2017
10
No. Judul Hasil Penelitian Penulis
18 Perancangan
Aplikasi Manajemen Proyek Penjadwalan Pembangunan Perumahan Pada PT.
Perkasa Properti Menggunakan Metode Critical Path Method (CPM) dan PERT
Analisa dan pembahasan yang telah dilakukan dengan menggunakan metode CPM dan PERT dapat disimpulkan bahwa proyek ini belum mampu secara optimal dalam pelaksanaannya karena terdapat hambatan dalam sistem manajemen waktu pada saat di lapangan.
Syahputra, 2017
19 Evaluasi
pengendalian waktu dan biaya
menggunakan metode PERT pada pelaksanaan pekerjaan jembatan di desa pengkol kecamatan karanggede
kabupaten boyolali
Alternatif penggunaan Trial and Error II merupakan alternatif paling baik daripada yang lainnya dikarenakan alternatif ini yang menghasilkan hasil sesuai yang direncanakan.
Teknika, 2014
20 Optimalisasi penggunaan dock space pada pekerjaan reparasi kapal di pt. Dok dan perkapalan surabaya (persero) dengan metode PERT (Program Evaluation And Review Technique)
Analisis data dilakukan menggunakan metode PERT dengan bantuan jaringan kerja. dari hasil analisis diperoleh percepatan pekerjaan selama 5 hari.
bahwa dalam perencanaan pekerjaan reparasi, awalnya memiliki rata-rata docking days selama 20 hari dengan total biaya docking Rp. 63.700.000 setelah menggunakan metode PERT dengan bantuan jaringan kerja dipercepat menjadi 15 hari dengan total biaya docking Rp.
47.775.000 serta memiliki nilai efisiensi biaya sebesar Rp. 15.925.000.
Kurniawan, Basuki dan Soejitno, 2017
21 Penjadawalan Ditinjau Dari Kebutuhan Tenaga Kerja Dengan Menggunakan Metode PERT (Project Evaluation And Review
Technique)
Hasil dari pengaturan jadwal dengan menggunakan metode PERT lebih cepat daripada jadwal sebelumnya.
Prasetya dan Dani, 2014
22 Perencanaan
penjadwalan proyek Analisis pekerjaan dengan menggunakan
PDM menghasilkan waktu sebesar 168 Andhika, 2017
11
No. Judul Hasil Penelitian Penulis
pembangunan rumah susun gorontalo
hari dengan adanya kegiatan kritis sebanyak 11 kegiatan.
23 Optimasi
Penjadwalan Multi- Mode Pada Proyek Perumahan Griya Candra Residence Dengan Metode PERT yang dimodifikasi
Pemilihan mode yang memiliki waktu pengerjaan paling minimal pada setiap aktivitas akan menghasilkan durasi waktu pelaksanaan proyek yang paling minimal.
Durasi waktu pengerjaan proyek paling minimum adalah 393 hari.
Operadini, Anggraeni dan Vinarti, 2012
24 Perencanaan dan penjadwalan proyek pada pembangunan gedung
Praktek perencanaan, penjadwalan, serta pengendalian pekerjaan pada proyek Pembangunan Gedung di Kota Semarang perlu diterapkan dipelajari dan
ditingkatkan. Dengan menggunakan metode earned value dapat berguna untuk monitoring dan evaluasi progress proyek pada baseline tertentu.
Suparno, 2015
25 Sistem manajemen proyek di cv
riaprima putri ambar
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat membantu tenaga ahli melakukan analisis pendekatan resiko yang muncul selama pengerjaan proyek sehingga hambatan- hambatan yang muncul dapat
diidentifikasi dan dimitigasi dengan baik.
Hasudungan dan
Harihayati, 2008
26 Estimasi Biaya Dan Penjadwalan Proyek Konstruksi
CV.Istomu menggunakan metode CPM
Dengan menggunakan metode CPM penjadwalan proyek dapat memberikan kapan pekerjaan dimulai dan kapan pekerjaan tersebut selesai dan menentukan kegiatan mana yang dikerjakan lebih cepat dari sebelumnya.
Aprilia dan Rozi, 2015
27 Analisa Network Planning Dan Sumber Daya Pada Proyek
Pengembangan Dermaga Semampir Dengan Critical Path Method (CPM)
Perhitungan dengan menggunakan metode analisis kerja CPM ini menghasilkan durasi pengerjaan selama 203 hari dari waktu awal selama 259 hari dengan jalur kritis sebanyak 18 kegiatan.
Nurwahidin, Suparno dan Ahmadi, 2016
28 Penjadwalan pembangunan rumah tipe 300 dalam
Mengefisienkan waktu pada cv
Analisa pekerjaan dengan menggunakan metode CPM mendapatkan hasil selama 201 hari daripada waktu awal selama 231 hari. Hal ini menghemat waktu sebesar 30 hari.
Sayuti, Wardah dan Andriyani, 2014
12
No. Judul Hasil Penelitian Penulis
basuki rahmat Prabumulih
29 Penjadwalan Proyek Dengan Precedence Diagram Method (PDM) dan Ranked Position Weight Method (RPWM)
Pada metode analisis kerja PDM, jika terjadi kondisi dimana terjadi keterbatasan sumber daya, maka akan dilakukan penjadwalan ulang. Dan perhitungan dengan menggunakan Microsoft Project 2007, otomatis akan jatuh pada aktivitas dengan kode yang terkecil.
Suputra, 2011
30 Analisa
Penjadwalan Proyek Menggunakan PDM dan Pert Serta Crash Project (Studi kasus:
Pembangunan Gedung Main Power House PT. Adhi Karya)
Dari hasil penelitian didapat jalur kritis dengan probabilitas penyelesaian proyek selama 110 hari (dengan pendekatan PDM) adalah 52%. Sedangkan biaya optimal proyek adalah sebesar
Rp1.168.150.740,68 dan durasi percepatan di kegiatan finishing adalah 5 hari.
Suherman dan Ilma, 2016
31 Analisis Penerapan Sistem Penjadwalan CPM, PERT, Dan LOB Pada
Penjadwalan Proyek (Studi Kasus : Pembangunan Gedung Kantor PT.
Jasa Asuransi Indonesia – Pematang Siantar)
Perhitungan dengan menggunakan metode analisis kerja CPM mendapatkan durasi pelaksanaan selama 182 hari, sedangkan pada metode PERT mendapat durasi pekerjaan selama 191 hari pada probabilitas 80% dan 194 hari pada probabilitas 90% serta dengan metode LoB didapat durasi pekerjaan selama 182 hari.
Alwi1 dan Syahrizal, 2010
32 Optimalisasi penjadwalan Proyek revitalisasi gedung BPS kota gorontalo
Dengan menggunakan metode CPM dan PDM
Penelitian ini menunjukan hasil durasi optimal proyek adalah 164 hari kerja dengan efisiensi waktu 11,67% dan total biaya sebesar Rp.1.374.440.709 dengan efisiensi biaya 0,83%, sehingga diperoleh penghematan biaya sebesar
Rp.11.505.000.
Antuli, Utiarahman dan Utama, 2014
33 Penerapan
manajemen proyek Pada gedung java design centre semarang
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa dengan menggunakna metode CPM menghasilkan durasi waktu pengerjaan selama 29 minggu, PERT 31 minggu sedangkan PDM 21,5 minggu. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa PDM memiliki durasi waktu yang lebih pendek dalam
Salimi, 2006
13
No. Judul Hasil Penelitian Penulis
penjadwalan waktu pengerjaan proyek.
34 Penerapan Analisis Jaringan Kerja untuk Optimalisasi
Perencanaan Produksi dengan Metode Jalur Kritis
Dengan penerapan analisis jaringan kerja agar tertundanya pekerjaan dapat
diperkecil dan dapat merencanakan percepatan waktu serta biaya pembuatan puzzle dengan lebih efisien.
Astuti, 2007
35 Optimisasi
perencanaan proyek pembangunan perpustakaan Menggunakan PDM dan resource
leveling (studi kasus proyek Perpustakaan oleh cv. Maju indah)
Analisis kerja dengan menggunakan metode PDM menghasilkan waktu pengerjaan proyek selama 127 hari daripada waktu awal selama 236 hari.
Bastian, Sugiono dan Tantrika, 2015
2.2 Teori dasar yang digunakan a. Penjadwalan Proyek
Menurut Suryanto dan Dani (2005: 1), kegiatan-kegiatan proyek yang telah direncanakan selanjutnya akan disusun dengan mengacu pada kerangka yang logis dalam bentuk penjadwalan proyek. Penjadwalan proyek merupakan cara mengartikan perencanaan yang digambarkan dalam bentuk diagram- diagram sesuai dengan waktu yang ditentukan. Jadwal proyek ini dapat menunjukkan kapan proyek tersebut dimulai, ditunda sampai terselesaikan.
Dengan adanya jadwal proyek, diharapkan penggunaan sumber daya proyek dapat direncanakan dan dikendalikan seoptimal mungkin.
Sebagai alat untuk Perencanaan dan pengendalian proyek, jadwal berfungsi antara lain sebagai:
1) Merencanakan apa yang akan dikerjakan diwaktu yang akan datang 2) Merencanakan pemakaian sumber daya proyek
14 3) Merencanakan pemerataan pemakaian sumber daya
4) Merencanakan hubungan antara jadwal dan biaya yang ekonomis
Berdasarkan lingkup waktu pelaksanaan pekerjaan umumnya jadwal proyek terdiri dari beberapa macam sebagai berikut:
1) Jadwal induk (master schedule)
Jadwal induk merupakan penjadwalan proyek secara keseluruhan yang memuat item pekerjaan utama, sedangkan skala waktunya berupa bulan ataupun minggu. Jadwal ini biasanya digunakan oleh top sampai dengan middle management untuk merencanakan dan mengendalikan proyek secara keseluruhan.
2) Jadwal bulanan (monthly schedule)
Jadwal bulanan merupakan penjadwalan proyek dalam satu bulan yang memuat item pekerjaan rincian dari item pekerjaan utama, sedangkan skala waktunya dapat dibuat dalam bentuk minggu atau hari. Jadwal ini biasanya digunakan oleh middle sampai dengan lower management untuk merencanakan dan mengendalikan proyek selama satu bulan.
3) Jadwal mingguan (weekly schedule)
Jadwal mingguan merupakan penjadwalan proyek selama sepekan yang memuat item pekerjaan yang lebih rinci dan detail sebagai bagian dari rincian pekerjaan utama, sedangkan skala waktunya berupa hari. Jadwal ini biasanya digunakan oleh middle sampai dengan lower management untuk merencanakan dan mengendalikan proyek selama satu minggu.
15 Sedangkan jadwal proyek berdasarkan lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut:
1) Jadwal item pekerjaan
Jadwal ini merupakan jadwal yang umumnya dibuat dalam sebuah proyek dan berisikan tentang item pekerjaan yang harus dikerjakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Jadwal ini umumnya terdiri atas item pekerjaan dengan skala waktu baik bulanan, mingguan maupun harian.
2) Jadwal pengadaan material
Jadwal ini biasanya dibuat jika material yang akan digunakan berasal dari tempat yang jauh, material yang dipesan secara khusus ataupun material yang diperlukan dalam jumlah banyak. Dengan adanya jadwal pengadaan material secara tersendiri diharapkan resiko keterlambatan proyek karena keterlambatan material sedapat mungkin dapat dihindari.
3) Jadwal pemakaian peralatan
Jadwal ini biasanya digunakan untuk peralatan-peralatan besar yang secara bersama-sama digunakan dalam sebuah proyek ataupun dalam hubungannya dengan proyek lain, seperti tower crane, mobile crane, dump truck, excavator dan lain-lain. Jadwal pemakaian material ini sangat penting untuk menghindari pekerjaan menunggu serta konflik antara personil proyek.
16 b. Jaringan Kerja (Network Planning)
Menurut Suryanto dan Dani (2005: 15), jaringan kerja atau network planning adalah gambaran kegiatan-kegiatan yang diperlukan berdasarkan urutan yang logis untuk mencapai harapan-harapan proyek. Metode ini memiliki tujuan untuk merencanakan serta mengendalikan kegiatan yang memiliki ketergantungan satu sama lain.
Adapun istilah dasar dalam penyusunan jaringan kerja antara lain:
1) Kegiatan/aktivitas (activity), pada kegiatan ini mempunyai sifat antara lain:
a) Membutuhkan periode waktu dan sumberdaya
b) Waktu periode pekerjaan mulai dan pekerjaan akhir dapat diukur c) Dapat berdiri sendiri atau dikelompokkan menjadi paket kerja atau
SRK (Struktur Rincian lingkup Kerja).
2) Peristiwa/kejadian (event) dan milestone, merupakan titik waktu, dimana kegiatan semua sebelumnya (predecessor) selesai dan sesudah kegiatan itu (successor) dapat dimulai.
3) Node i (node yang terletak pada ekor anak panah) dan Node j (node yang terletak pada kepala anak panah)
4) Selain daripada kegiatan awal, sebelum suatu kegiatan dimulai, maka kegiatan terdahulu atau yang mendahuluinya harus sudah selesai, ini merupakan aturan dasar untuk jaringan kerja metode CPM dan PERT yang menggunakan diagram panah sedangkan untuk PDM aturan ini diabaikan.
17 5) Dummy, hanya untuk menjelaskan adanya hubungan ketergantungan antara dua kegiatan, tidak memerlukan adanya sumber daya dan tidak membutuhkan waktu. Dummy digambarkan berupa anak panah dengan garis putus-putus.
6) Penyajian grafis dari suatu jaringan kerja, biasanya tidak memerlukan skala selain keperluan-keperluan tertentu.
18 c. Critical Path Method (CPM)
Menurut Suryanto dan Dani (2005: 23), jalur kritis merupakan jalur yang dari rangkaiannnya terdiri beberapa kegiatan dalam lingkup proyek, bila kegiatan terlambat akan terjadi keterlambatan proyek keseluruhan. Dengan menggunakan CPM, jumlah periode waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahapan kegiatan suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumberdaya yang dipakai dan periode yang waktu perlukan untuk menyelesaikan proyek. CPM ialah analisa jaringan kerja yang diusahakan bisa mengoptimalkan total pembiayaan proyek melalui kurang dan cepatnya waktu menyelesaikan proyek semuanya.
Menurut Suryanto dan Dani (2005:28), pada proses identifikasi jalur kritis, dikenal beberapa istilah dan rumusan yang mengacu pada gambar dibawah ini.
19 Gambar 2.1 Terminologi Identifikasi Jalur Kritis. (Sumber: Manajemen
Proyek II, 2005.)
1) D = Durasi ialah waktu periode yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kegiatan
2) TE = E = periode waktu paling awal suatu kegiatan yang berasal dari node tersebut dapat dimulai, karena menurut aturan dasar jaringan kerja (AOA), suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan terdahulu telah selesai.
3) TL = L = periode waktu paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi.
4) ES = periode waktu paling awal suatu kegiatan.
5) EF = periode waktu selesai paling awal suatu kegiatan. Bila hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES kegiatan berikutnya. Bila lebih dari satu kegiatan, maka EF yang terbesar merupakan ES kegiatan berikutnya.
6) LS = periode waktu paling akhir kegiatan boleh mulai tanpa memperlambat proyek tersebut secara keseluruhan.
7) LF = periode waktu paling akhir kegiatan boleh selesai tanpa memperlambat penyelesaian proyek.
20 8) TF = S = Total Float/ Slack adalah waktu yang diperkenankan suatu kegiatan boleh ditunda, tanpa membuat pengaruh terhadap jadwal penyelesaian proyek secara keseluruhan.
9) FF = FS = Free Float/ Free Slack adalah periode waktu dimana penyelesaian kegiatan dapat ditunda tanpa mempengaruhi waktu mulai paling awal dari kegiatan berikutnya ataupun semua peristiwa yang lain pada jaringan kerja.
10) IF = Float Inteferen adalah selisih waktu antara total float dengan free float.
11) FId = Float independen adalah selisih antara waktu mulai paling awal kegiatan berikutnya dengan waktu paling akhir boleh selesai kegiatan terdahulu dikurangi dengan kurun waktu kegiatan dimaksud.
Terdapat identifikasi rumusan dasar untuk mengidentifikasi lintasan kritis sebagai langkah dalam menyusun jaringan kerja dengan diagram panah, sebagai berikut:
1) Hitungan Maju
Berfungsi untuk mengetahui waktu paling awal sebuah kegiatan dimulai (ES) dan selesai (EF), dengan langkah sebagai berikut:
a) Selain kegiatan di awal, maka suatu kegiatan yang baru dapat dimulai bila kegiatan yang mendahuluinya (predecessor) telah selesai dilaksanakan.
21 b) Waktu selesai yang paling awal di suatu kegiatan (EF) adalah sama di waktu mulai paling awal (ES), ditambah kurun waktu kegiatan (D) yang bersangkutan.
EF(i-j) = ES(i-j) + D(i-j) atau EF = ES+D
a) Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan yang terdahulu yang bergabung, maka waktu mulai paling awal (ES) kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu selesai paling awal (EF) yang terbesar dari kegiatan terdahulu.
2) Hitungan Mundur
Digunakan untuk mengetahui waktu paling akhir sebuah kegiatan masih dimulai (LS) dan selesai (LF), tanpa merubah kurun waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, dengan langkah sebagai berikut:
a) Perhitungan mundur dimulai dari hari terakhir penyelesaian sebuah jaringan kerja proyek.
b) Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan (LS) adalah sama dengan waktu selesai paling akhir (LF), dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan (D) yang bersangkutan.
LS(i-j)= LF(i-j)+D(i-j) atau LS=LF+D
c) Jika suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan yang mengikutinya (succesor), maka waktu selesai paling akhir (LF) kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu mulai paling akhir (LS) kegiatan berikutnya yang terkecil.
22 Sifat atau syarat umum suatu kegiatan dikatakan kritis adalah sebagai berikut:
a) Pada kegiatan pertama ES = LS dan pada kegiatan terakhir atau terminal LF = EF
b) Float Total (TF) = 0
Rangkaian kegiatan kritis dalam sebuah jaringan kerja dikenal dengan istilah jalur kritis (critical path). Tingkat kritis sebuah jalur/ kegiatan kritis adalah bahwa semakin kecil nilai TF, maka semakin kritis sebuah jalur/
kegiatan dimaksud.
Sedangkan menurut Suryanto dan Dani (2005:31), identifikasi float yakni sebagai berikut:
1) Float Total (TF) sama dengan (LF) dikurangi waktu selesai di paling awal (EF) atau di waktu mulai paling akhir (LS) dikurangi di waktu mulai paling awal (ES) dari kegiatan tersebut.
TF= LF-EF = LS-ES
Atau TF disamakan dengan waktu yang paling akhir terjadinya node berikutnya (L(j)) dikurangi waktu paling awal terjadinya node terdahulu (E(i)), dan dikurangi kurun waktu kegiatan yang bersangkutan.
TF(i-j)= L(j)- E(i)-D(i-j)
2) Float Bebas (FF) dari suatu kegiatan disamkan dengan periode waktu dimulai diawal (ES) dari kegiatan selanjutnya dikurangi dengan waktu selesai diawal (EF) kegiatan tersebut.
23 Gambar 2.2 Identifikasi Free Float dan Independen Float. (Sumber:
Manajemen Proyek II, 2005.) FF(i-j) = ES(j-k) – EF(i-j)
3) Float Interferen (IF) sama dengan float total (TF) dikurangi dengan Float Bebas (FF) kegiatan yang dimaksud.
IF = TF-FF
4) Float Independen (FId) sama dengan waktu mulai paling awal (ES) kegiatan berikutnya dikurangi dengan waktu selesai paling akhir (LF) kegiatan terdahulu dikurangi dengan kurun waktu kegiatan yang dimaksud.
FIdi-j) = ES(j-k) – LF(i-j) - D(i-j)
d. Program Evaluation and Review Technique (PERT)
Menurut Dannyanti (2010:27), Teknik PERT (Project Evaluation and Review Technique) merupakan struktur analisis kerja dimana memiliki tujuan mengurangi untuk adanya suatu kegiatan yg ditunda serta dikoordinasikan diberbagai suatu bagian pekerjaan semuanya dan mempercepat penyelesaian suatu proyek. struktur ini dimungkinkan memberi hasil suatu pekerjaan yang
24 terkendali dan teratur, dikarenakan jadwal dan biaya di suatu pekerjaan yang telah jadwalkan dahulu sebelum dilaksanakan.
Bila CPM membuat perkiraan komponen waktu kegiatan proyek dengan pendekatan deterministik satu angka yang menyamakan suatu kepastian, maka PERT direkayasa guna menghadapi situasi ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi pada aspek periode waktu kegiatan (Soeharto, 1999: 31).
Suryanto dan Dani (2005:38), menyatakan bahwa teknik evaluasi dan review proyek memakai pendekatan yang menganggap bahwa kurun waktu kegiatan tergantung pada banyak faktor dan variasi, sehingga lebih baik perkiraan diberi rentang yaitu memakai tiga angka estimasi. teknik evaluasi dan review proyek juga memperkenalkan parameter lain yang mencoba mengukur ketidakpastian tersebut secara kuantitatif seperti “deviasi standar”
dan “varians”.
Dalam penggambaran penyajiannya, teknik evaluasi dan review proyek sama halnya dengan CPM, yakni menggunakan diagram anak panah (AOA) untuk menggambarkan kegiatan proyek. Demikian pula dengan pengertian dan perhitungan kegiatan kritis, jalur kritis dan float dalam PERT disebut slack.
Salah satu perbedaan pada PERT dengan CPM yaitu pada estimasi kurun waktu kegiatan, dimana PERT menggunakan tiga angka estimasi yakni:
1) a = Waktu optimis (optimistic time)
Waktu tersingkat untuk menyelesaikan kegiatan bila segala sesuatu berjalan mulus. Waktu demikian diungguli hanya sekali dalam serratus
25 kali bila kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.
2) m = periode waktu paling mungkin terjadi
Periode waktu yang paling sering terjadi dibandingkan dengan yang lain bila kegiatan dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.
3) b = Kurun waktu pesimistik (pessimistic time)
Waktu yang paling lama untuk menyelesaikan kegiatan, yaitu bila segala sesuatunya serba tidak baik. Waktu demikian dilampaui hanya sekali dalam seratus kali, bila kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.
Setelah menentukan angka-angka estimasi a, b, m, maka selanjutnya membuat rumusan dari ketiga angka tersebut menjadi satu angka, yang disebut te atau kurun waktu yang diharapkan. Sehingga jika dirumuskan secara matematis kurun waktu yang diharapkan (te) adalah.
te = (a+4m+b)(1/6)
Sedangkan untuk menghitung deviasi standar menggunakan rumus berikut.
S = (1/6)(b-a) Dan varians dirumuskan sebagai berikut.
V(te) = S2 = [(1/6)(b-a)]2
Garis besar penggunaan metode PERT untuk menghitung kemungkinan mencapai target waktu adalah sebagai berikut:
26 1) Memberikan kepada masing-masing komponen kegiatan angka estimasi a,
b dan m
2) Menghitung (te) untuk masing-masing komponen suatu kegiatan
3) Mengidentifikasi kegiatan kritis seperti halnya CPM dengan menggunakan te sebagai durasi dari masing-masing kegiatan
4) Menghitung kurun waktu penyelesaian proyek (milestone) yaitu TE dengan menjumlahkan te dari kegiatan-kegiatan kritis
5) Menentukan standar deviasi (S) untuk kegiatan-kegiatan kritis 6) Menghitung varians untuk kegiatan-kegiatan kritis V(te)
7) Menentukan varians untuk seluruh kegiatan pada jalur kritis terpanjang menuju peristiwa TE yang dimaksud. Dengan menggunakan rumus:
V(TE) = jumlah V(te) kegiatan kritis
8) Hitunglah rentang waktu penyelesaian proyek dengan menggunakan rumusan TE+ 3S, dimana: S2 = V(TE); S = √ V(TE)
9) Analisa kemungkinan tercapainya target T(d) dengan menggunakan rumusan:
z = (T(d)-TE)/S)
e. Precedence Diagram Method (PDM)
Suryanto dan Dani (2005:45), menyatakan bahwa PDM adalah kerja jaringan yang masuk klasifikasi AON (activity on node). Dalam PDM, kegiatan dituliskan dalam node segiempat, sedangkan anak panah hanya untuk petunjuk hubungan (lokasi ketergantungan) antara berbagai kegiatan/ aktivitas
27 yang bersangkutan. Dengan demikian dummy yang ada dalam CPM dan PERT merupakan tanda yang penting untuk menunjukkan hubungan ketergantungan, di dalam PDM tidak butuhkan.
Aturan dasar AOA mengatakan bahwa suatu kegiatan boleh dimulai setelah kegiatan terdahulu (predecessor) selesai, sedangkan untuk PDM hal ini tidak berlaku. PDM suatu kegiatan dapat saja dimulai tanpa harus menunggu kegiatan terdahulu selesai. Dengan prinsip dasar ini penyusunan waktu penyelesaian proyek akan dapat diatur seefisien mungkin. Di bawah ini terdapat contoh node dari metode PDM yaitu.
Gambar 2.3 Keterangan Dalam Node pada PDM (Sumber: Manajemen Proyek II, 2005.)
Selain itu dalam node juga dapat diisi dengan keterangan-keterangan lain seperti tanggal, sumber daya dan laporan kemajuan pekerjaan (progress report). Hubungan antara kegiatan dalam PDM menjadi beberapa kemungkinan yang disebut konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan node terdahulu kenode berikutnya. Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node. Karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung awal atau mulai (S) dan ujung akhir atau selesai (F), maka ada empat macam konstrain yaitu:
1) Akhir ke awal (finish to start – FS) FS(i-j) = a
28 2) Awal ke awal (start to start – SS)
3) Akhir ke akhir (finish to finish – FF)
4) Awal ke akhir (start to finish – SF)
Adapun langkah-langkah perhitungan kegiatan dan jalur kritis pada PDM adalah sebagai berikut:
1) Hitungan Maju
1) Perhitungan maju dimulai dari awal kegiatan
2) Menghasilkan ES, EF dan kurun waktu penyelesaian proyek
3) Notasi (i) untuk kegiatan terdahulu (predecessor) dan (j) kegiatan saat ditinjau
4) Waktu di awal dianggap nol
Kegiatan (i) Kegiatan (j)
Kegiatan (i)
Kegiatan (j) SS(i-j) = b
Kegiatan (i)
Kegiatan (j) FF(i-j) = c
Kegiatan (i)
Kegiatan (j) SF(i-j) = d
29 2) Hitungan Mundur
a) perhitungan mundur dimulai dari akhir kegiatan b) Menghasilkan LS, LF dan kurun waktu float
c) Ketika lebih dari satu kegiatan bergabung diambil angka LS terkecil d) Notasi (i) bagi kegiatan yang sedang ditinjau dan sedangkan (j) adalah
kegiatan berikutnya.
3) Identifikasi Float
Float dari suatu kegiatan pada PDM dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
F = LF(j) – EF(j) = LS(j) – ES(j) 4) Identifikasi Jalur Kritis
Kegiatan kritis dapat diidentifikasikan dengan cara yang hampir sama dengan AOA, yaitu:
a) Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama (ES=LS) b) Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama (EF=LF)
c) Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai paling akhir dengan waktu mulai paling awal (LF-ES=D)
f. Program Microsoft Project 2007
MS Project merupakan suatu program yang dipergunakan untuk mempermudah atau membantu dalam menyediaan informasi dari proyek untuk keperluan publikasi, pengecekan kemajuan, analisis biaya, menilai
30 kualitas proyek dan mengatur beberapa proyek (Toba dan Djajalaksana, 2009:8).
Sedangkan menurut Ariestadi (2008:60), merupakan suatu software yang dirilis Microsoft Corporation untuk merencanakan dan mengelolah suatu proyek. Software ini dapat menghsdilksn unsur-unsur manajemen proyek yang sempurna secara efektif dan efisien untuk mengatur, mendapatkan informasi, mengatur jadwal, membuat laporan keuangan, serta mengendalikan kekompakan tim proyek. Salah satu yang dihasilkan dari Microsoft Corporation adalah Microsoft Office Project Professional versi 2007 atau lebih dikenal dengan sebutan Project.
Berikut ini adalah beberapa istilah yang berhubungan dengan MS Project beserta penjelasan singkatnya.
1) Task
Task adalah item pendukung utama sebuah proyek atau jenis-jenis pekerjaan dalam suatu proyek. Suatu proyek baru harus berisi lebih dari 1 task agar berjalan dengan baik.
2) Duration
Duration adalah jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Dalam pengisian duration, adalah default satuan waktu yang telah disediakan, antara lain:
31 Gambar 2.4 Satuan Waktu dalam MS Project (Sumber: Ariestadi,
2008) 3) Start
Start adalah nilai tanggal dimulainya suatu pekerjan.
4) Finish
Finish adalah tanggal akhir pekerjaan yang akan terisi secara otomatis dengan perhitungan tanggal mulai (Start) ditambah lama pekerjaan (Duration).
5) Predecessor dan Successor
Predecessor merupakan hubungan atau keterkaitan antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya. Misalnya: pekerjaan Pembuatan Pondasi baru dapat berjalan setelah pekerjaan Penggalian Tanah selesai. Maka pekerjaan penggalian Tanah adalah predecessor. Sedangkan pekerjaan Pembuatan Pondasi adalah successor.
6) Resources
Penggunaan sumber daya baik sumber daya manusia maupun material dalam Microsoft Project disebut dengan resources. Istilah lainnya adalah overlocated (pemakaian yang melebihi kapasitas). Sebagai contoh: dalam suatu proyek hanya memiliki 1 orang tukng kayu, sementara dia harus
32 melakukan 2 pekerjaan di 2 tempat yang berbeda. Microsoft Project akan memberi tanda khusus bila satu resources mengalami overlocated.
7) Cost
Cost adalah biaya yang dipergunakan untuk menjalankan sebuah proyek.
Perhitungan biaya dapat dilakukan per jam, harian, mingguan, bulanan atau dapat pula berupa biaya borongan. Untuk perhitungan biaya yang digunakan keseluruhan akan dihitung sendiri oleh Microsoft Project dengan catatan seluruh komponen kerja telah dimasukkan ke bagian masing-masing.
8) Gantt Chart
Gantt chart adalah bentuk tampilan dari hasil kerja Microsoft Project dalam bentuk batang horisontal 3 dimensi yang menggambarkan masing- masing pekerjaan beserta durasinya. Selain itu, grafik ini menunjukkan hubungan antara pekerjaan satu dengan yang lainnya.
9) Baseline
Baseline adalah suatu rencana baik jadwal maupun biaya yang telah disetujui dan ditetapkan. Baseline digunakan sebagai patokan dan perbandingan antara rencana kerja yang anda punyai dengan kenyataan di lapangan.
10) Tracking
Tracking adalah peninjauan hasil kerja di lapangan dengan rencana semula. Tracking dapat digunakan untuk membandingkan rencana dasar dengan kenyataan di lapangan.
33 11) Milestone
Milestone digambarkan dengan nilai durasi 0, karena milestone hanya digunakan sebagai penanda dari serangkaian pekerjaan bahwa pada waktu tersebut pekerjaan telah usai.
Seperti spreadsheet, MS Project 2007 memperlihatkan hasil perhitungan secara langsung. Tapi, rencana proyek tidak akan selesai sebelum semua informasi kritis mengenai proyek dan kegiatan-kegiatannya dimasukkan.
Setelah itu, baru anda dapat melihat kapan proyek anda selesai dan kapan jadwal keseluruhan dari semua aktivitas benar-benar terlihat. MS Project menyimpan data yang dimasukkan oleh pengguna dan menggunakannya untuk menghasilkan informasi spesifik seperti deskripsi kegiatan, jalur kritis proyek atau lamanya. Dalam MS Project, setiap data dimasukkan melalui field, yang kemudian dapat dimunculkan melalui sebuah kolom.
Gambar 2.5 Tampilan Awal MS Project (Sumber: Panduan Lengkap Mengelola Proyek dengan Microsoft Project Profesional 2007, 2009.)
34 Gambar 2.6 Contoh View Calendar pada MS Project (Sumber: Panduan Lengkap Mengelola Proyek dengan Microsoft Project Profesional 2007, 2009.)
Gambar 2.7 Contoh View Network Diagram pada MS Project (Sumber:
Panduan Lengkap Mengelola Proyek dengan Microsoft Project Profesional 2007, 2009.)