• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen proyek / konstruksi

Manajemen adalah suatu metode / teknik yang sering disebut proses atau fungsi manajemen (perencanaan/ planning, pengorganisasian/ organizing, pelaksanaan/ actuating dan pengendalian/ controlling) untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan berbagai sarana manajemen/ sumber daya secara efektif dan efisien. ( Suharto, 1999 ).

Menurut Ervianto (2005) definisi Manajemen Konstruksi adalah pengelolaan perencanaan (rencana kerja), pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal pelaksanaan pekerjaan sampai selesainya proyek secara efektif dan efisien, untuk menjamin bahwa proyek dilaksanakan tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu.

Dari berbagai definisi tersebut, maka dapat disimpulkan manajemen konstruksi adalah tata cara dan langkah-langkah implementasi pengelolaan proyek konstruksi melalui fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian berbagai layanan konstruksi (jasa perencanaan, jasa pelaksanaan dan jasa pengawasan), berdasarkan persyaratan teknik dan administrasi, sehingga tercapai sasaran proyek konstruksi secara efektif dan efisien, untuk menjamin bahwa konstruksi dilaksanakan sesuai standar mutu, waktu, dan biaya yang

(2)

2.2 Fungsi/proses manajemen

Fungsi/ proses manajemen dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dilakuan dalam manajemen. Fungsi/ proses manajemen terdiri atas perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengendalian (controlling).

2.2.1 Perencanaan (planning)

Perencanaan dapat didefinisikan sebagai peramalan masa yang akan datang dan perumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan berdasarkan peramalan tersebut. Pada kegiatan perencaanaan dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang ada dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta menentukan kebijakan pelaksanaan, program yang akan dilakukan, jadwal waktu pelaksanaan, prosedur pelaksanaan secara admininstratif dan operasional serta alokasi anggaran biaya dan sumber daya.

Perencanaan harus dibuat dengan cermat, lengkap, terpadu dan dengan tingkat kesalahan paling minimal. Namun hasil dari perencanaan bukanlah dokumen yang bebas dari koreksi karena sebagai acuan bagi tahapan pelaksanaan dan pengendalian, perencanaan harus terus disempurnakan secara iteratif untuk menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi pada proses

(3)

2.2.2 Pengorganisasian (organizing)

Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelompokkan jenis-jenis pekerjaan, menetukan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab personel serta meletakkan dasar bagi hubungan masing-masing unsur organisasi. Pengelompokkan jenis-jenis pekerjaan dilakukan dengan cara menyusun jenis kegiatan dari yang terbesar hingga yang terkecil. Penyusunan ini disebut dengan Work Breakdown Strukture (WBS). Kemudian dilanjutkan dengan menetapkan pihak yang nantinya bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan tersebut. Proses ini disebut Organization Breakdown Strukture (OBS).

2.2.3 Pelaksanaan (actuating)

Kegiatan ini adalah implementasi dan perencanaan yang telah ditetapkan dengan melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara fisik atau nonfisik sehingga produk akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Karena kondisi perencanaan sifatnya masih ramalah dan subjektif serta masih perlu penyempurnaan, dalam tahapan pelaksanaan ini sering terjadi perubahan-perubahan dari rencana yang telah ditetapkan. Biasanya, pada tahapan pelaksanaan, pihak-pihak yang terlibat lebih beragam. Oleh karena itu, dibutuhkan koordinasi terpadu untuk mencapai keserasian dan keseimbangan kerja. Pada tahapan ini juga telah ditetapkan konsep pelaksanaan serta personel yang terlibat pada organisasinya, kemudian secara detail menetapkan jadwal, program, alokasi biaya, serta alokasi sumber daya yang digunakan.

(4)

2.2.4 Pengendalian (controlling)

Pengendalian adalah proses penetapan apa yang telah dicapai, evaluasi kerja dan langkah perbaikan bila diperlukan. Proses ini dapat dilakukan jika sebelumnya telah ada kegiatan perencanaan, karena esensi pengendalian adalah membandingkan apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang telah terjadi.

Variansi dari kegiatan tersebut mencerminkan potret diri dari proyek tersebut. Pengendalian dilakukan dalam bentuk kegiatan :

a. Supervisi : melakukan serangkaian tindakan koordinasi pengawasan dalam batas wewenang dan tanggung jawab menurut prosedur organisasi yang telah ditetapkan, agar dalam operasional dapat dilakukan secara bersama-sama oleh semua personel dengan kendali pengawas.

b. Inspeksi : melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan dengan tujuan menjamin spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan yang direncanakan. c. Tindakan koreksi : melakukan perubahan dan perbaikan terhadap rencana yang

telah ditetapkan untuk menyesuaikan dengan kondisi pelaksanaan.

2.3 Sarana manajemen

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan sarana (tools). Sarana manajemen untuk mencapai tujuan, umumnya dikenal sebagai 6M, yaitu man,

(5)

2.3.1 Man (sumber daya manusia)

Adalah sarana yang paling penting dalam manajemen. Manusia yang merumuskan tujuan dan melakukan tindakan tindakan untuk mencapai tujuan. Tanpa adanya SDM yang kompeten, pekerjaan tidak akan mencapai target keberhasilan. Manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.

2.3.2 Money (uang)

Merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Berapa besar uang yang tersedia menentukan seberapa besar yang harus dialokasikan untuk menggaji tenaga kerja, membeli atau mengadakan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan, serta untuk tujuan kelancaran manajemen lainnya, seperti administrasi, promosi/pemasaran, pengembangan skala kegiatan dan lain sebagainya. Uang juga dapat menentukan seberapa besar hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.

2.3.3 Material (bahan)

Material baik berupa raw material ataupun bahan jadi yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan menentukan mutu dan kualitas pekerjaan.

(6)

2.3.4 Machine (mesin)

Dapat memperlancar proses produksi dan memberi kemudahan dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berat dan yang tidak dapat/sulit dilaksanakan secara manual. Penggunaan mesin dapat memberikan keuntungan yang lebih besar apabila dapat menciptakan efisiensi kerja.

2.3.5 Method (metode)

Adalah suatu tata cara kerja dan langkah urutan pelaksanaan kegiatan yang memperlancar tercapainya sasaran pekerjaan. Metoda meliputi cara pelaksanaan suatu tugas dengan mempertimbangkan sasaran, fasilitas yang tersedia, batasan waktu, biaya, dan skala kegiatan usaha. Bila metoda direncanakan secara tepat, disiplin, efisien dan sesuai SOP yang berlaku, maka keberhasilan pencapaian sasaran pekerjaan dapat dipastikan berjalan dengan baik.

2.3.6 Market (pasar)

Tempat di mana perusahaan mendistribusikan dan memasarkan produknya. Pemahaman mengenai kuantitas dan kualitas pasar sangat penting bagi perusahaan dan menentukan keberhasilan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen, baik dari segi fungsi, estetika, selera, prestise, maupun daya beli konsumen.

(7)

2.4 Estimasi biaya

Estimasi biaya pada pelaksanaan proyek secara umum dibedakan menjadi 4 jenis sebagai berikut :

2.4.1 Estimasi kasar oleh Pemilik (Owner)

Estimasi ini dibutuhkan oleh pemilik proyek untuk memutuskan kelayakan pembangunan proyek yang akan dilaksanakan . Dalam hal ini pemilik proyek biasanya menggunakan jasa tenaga ahli untuk melakukan Studi Kelayakan dari idea dasar yang muncul. Estimasi biaya yang dibuat umumnya masih dalam bentuk global dan kasar, karena perhitungan biaya hanya didasarkan pada idea dasar, gambaran umum maupun pengalamanpengalaman proyek sejenis, sehingga estimasi biaya yang diperoleh hanya merupakan nilai perkiraan sementara sebagai acuan apakah proyek tersebut mampu untuk dilaksanakan dalam hal ini ketersediaan dana, yang mana deviasi kesalahan masih relative besar.

2.4.2 Estimasi pendahuluan oleh Konsultan Perencana (Designer)

Estimasi pendahuluan ini dilaksanakan setelah design perencanaan selesai dibuat oleh konsultan perencana, dimana estimasi yang dibuat lebih teliti dibandingkan estimasi terdahulu yang dibuat oleh pemilik proyek, sebab perhitungannya sudah berdasarkan gambar-gambar rencana dan rencana kerja & syarat-syarat (RKS) yang lengkap. Estimasi pendahuluan ini dipakai oleh pemilik

(8)

proyek untuk acuan dalam mengevaluasi dan menentukan kontraktor mana yang harga penawarannya wajar mendekati estimasi. Estimasi pendahuluan di dasarkan pada design dan masih dapat berubah, apabila ada perubahan pada design.

2.4.3 Estimasi detail oleh Kontraktor (Pelaksana)

Estimasi detail dibuat oleh kontraktor dengan mengacu design konsultan perencana yang berupa dokumen lelang, dimana estimasi yang dibuat lebih terperinci dan teliti karena sudah memperhitungkan segala kemungkinan seperti : a. Memperhatikan kondisi medan,

b. Mempertimbangkan metoda pelaksanaan, c. Memperhitungkan stock material,

d. Memperhatikan kemampuan peralatan kerja,

e. Dan hal-hal lainnya yang berpengaruh terhadap estimasi biaya.

Estimasi detail ini dijabarkan dalam bentuk harga penawaran yang diajukan oleh kontraktor pada waktu pelelangan dan akan menjadi “fixed price” (harga pasti) bagi pemilik proyek setelah kontraktor ditunjuk sebagai pemenang pelelangan dan Surat Perjanjian Kerja (SPK) sudah ditanda tangani. Estimasi detail ini dipakai untuk acuan dalam pelaksanaan pekerjaan proyek.

(9)

2.4.4 Estimasi sesungguhnya setelah proyek selesai

Estimasi biaya fixed price merupakan biaya yang harus dikeluarkan / disiapkan oleh pemilik, kecuali dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi pekerjaan tambah / kurang yang terjadi. Bagi kontraktor nilai kontrak yang telah ditanda tangani tersebut adalah nilai penerimaan yang fixed, sedang pengeluaran yang sesungguhnya (real cost) hanya diketahui oleh kontraktor sendiri. Nilai penerimaan dikurangi nilai real cost adalah merupakan keuntungan / laba yang diperoleh kontraktor. Estimasi biaya sesungguhnya bisa terjadi “lebih besar” atau “lebih kecil” dari estimasi biaya detail. Jika lebih besar maka kontraktor mengalami kerugian, dan jika lebih kecil maka kontraktor untung dan ini yang diharapkan oleh kotraktor dalam pelaksanaan suatu proyek. Untuk itulah perlunya Manajemen Proyek diterapkan dalam pelaksanaan pekerjaan agar dicapai sesuai tujuan yang telah didefinisikan di awal. Untuk estimasi biaya sesungguhnya peranan konsultan pengawas (supervisi) sangat diperlukan sekali dalam pengawasan pekerjaan di lapangan agar pekerjaan di lapangan sesuai dengan spesifikasi yang ada di dokumen kontrak.

2.5 Metode penjadwalan proyek

Ada beberapa metode penjadwalan proyek yang digunakan untuk mengelola waktu dan sumber daya proyek. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pertimbangan penggunaan metode didasarkan atas kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai terhadap kinerja penjadwalan. Kinerja waktu dalam

(10)

penjadwalan akan berdampak terhadap biaya proyek yang akan dikeluarkan, sehingga akan mempengaruhi kinerja proyek secara keseluruhan. Adapun metode penjadwalan beserta proses percepatan durasi adalah sebagai berikut :

2.5.1 CPM – Critical Path Method

Teknik penjadwalan yang paling banyak digunakan adalah metode jalur kritis (CPM). Metode ini menghitung waktu penyelesaian minimum untuk sebuah proyek bersama dengan permulaan yang memungkinkan dan waktu selesai untuk kegiatan proyek.

Jalur kritis itu sendiri merupakan set atau urutan kegiatan pendahulunya / pengganti yang akan mengambil waktu terlama dalam pelaksanaan proyek. Durasi jalur kritis adalah jumlah waktu kegiatan 'sepanjang jalan. Jadi, jalur kritis dapat didefinisikan sebagai jalan terpanjang mungkin melalui "jaringan" dari kegiatan proyek. Durasi jalur kritis merupakan waktu minimum yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah proyek. Setiap penundaan di sepanjang jalur kritis akan berarti bahwa waktu tambahan akan diperlukan untuk menyelesaikan proyek. CPM memasukkan konsep biaya dalam proses perencanaan dan pengendalian. Dalam menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur/lintasan kritis.

(11)

Gambar 2.1 Jaringan kerja panah aktivitas dengan penempatan ES,LS,EF,LF

( Sumber : Irika Widiasanti, 2013 )

1. Perhitungan maju (Forward pass)

Perhitungan maju (Forward pass) dipakai untuk menentukan waktu total penyelesaian proyek, Juga dipakai untuk menentukan saat mulai paling awal (ES) dan saat selesai paling awal/cepat (EF) suatu kegiatan Dimulai dari Start (initial event) menuju Finish (terminal event) untuk menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan (EF), waktu tercepat terjadinya kegiatan (ES) dan saat paling cepat dimulainya suatu peristiwa (E).

Gambar 2.2. Network Diagram ( Sumber : “Irika Widiasanti, 2013 )

(12)

Bila hasil perhitungan di atas dibuat dalam suatu format akan dihasilkan tabulasi sebagai berikut:

Tabel 2.1. Durasi aktivitas pekerjaan

( Sumber : Irika Widiasanti, MT ,2013 )

2. Perhitungan mundur (Backward Pass)

Perhitungan mundur (Backward Pass) dipakai untuk menentukan waktu paling lambat suatu Kegiatan dapat dilaksanakan (LS) maupun diselesaikan (LF). Dimulai dari Finish menuju Start untuk mengidentifikasi saat paling lambat terjadinya suatu kegiatan (LF), waktu paling lambat terjadinya suatu kegiatan (LS) dan saat paling lambat suatu peristiwa terjadi (L).

(13)

Tabel 2.2. Durasi aktivitas pekerjaan

( Sumber : “Manajemen Konstruksi”, 2013 )

Gambar 2.4 Bagan jalur kritis ( Sumber : “Manajemen Konstruksi”,2013 )

2.5.2 Project Scheduling Technique

Untuk dapat melakukan penjadwalan, perlu ditetapkan terlebih dahulu kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam suatu proyek dan menyusunnya dalam bentuk jaringan. Jaringan menunjukan saling hubungan antara satu kegiatan dengan kegiatan lain.

(14)

Input dari Project Shedulling technique antara lain :

Activity List (Daftar Kegiatan) adalah daftar aktivitas menyeluruh termasuk semua schedule aktivitas yan direncanakan dan dilaksanakan pada proyek.

Activity Atributes adalah mengindikasikan beberapa attribute yang terkait dengan setiap schedule aktivitas. Termasuk mengidentifikasi aktivitas, kode aktivitas, deskripsi aktivitas, aktivitas yang mendahului, aktivitas yang mengikutinya, hubungan secara logik, jeda waktu didepan dan dibelakang, persyaratan sumberdaya, penetapan tanggal, batasan, asumsi asumsi, penanggung jawab, lokasi proyek, jenis schedule aktivitas dan lain lain.

Milestone List. Daftar schedule milestone yang mengidentifikasikan semua milestone dan apakah milestone wajib (diperlukan oleh kontrak) atau pilihan ( berdasarkan informasi proyek lama).

Adapun Metode pada project Shedulling technique diantaranya : a. Precedence diagramming method (PDM)

b. Arrow diagramming method (ADM) c. Schedule network templates

d. Dependency determination e. Applying leads and lags

(15)

2.5.3 Diagram Grafik Penjadwalan

Terdapat beberapa macam bentuk diagram/grafik untuk tujuan koordinasi dalam proyek diantaranya :

a. Time Scaled Network Diagram

Menunjukkan hubungan antar aktivitas dengan diakhiri oleh suatu kejadian. Dalam Time Scaled Network Diagram, aktivitas di jaringan diplot pada sumbu horisontal yang merupakan skala waktu proyek.

b. Bar Chart

Bar chart menggambarkan waktu yang dijadwalkan untuk setiap kegiatan. Kegiatan tercantum dalam sumbu vertikal dan waktu ditampilkan sepanjang sumbu horisontal. Diagram ini sangat berguna untuk kegiatan di lapangan, namun sangat kurang untuk kepentingan perencanaan.

c. S – Curve

Kurva S berguna untuk pemantauan proyek apakah proyek tersebut sesuai jadwal atau tidak. Menunjukkan persen kegiatan proyek selesai terhadap waktu.

2.5.4 Metode Percepatan Proyek dengan Analisis TCTO ( Time cost trade of Analysis)

Dalam suatu proyek yang dirancanakan untuk selesai dalam jangka waktu yang sesuai dengan target , dapat dilakukan percepatan durasi kegiatan yang akan memberikan efek peningkatan biaya. Percepatan durasi pelaksanaan proyek dengan biaya serendah mungkin dinamakan Crashing Project (Badri, 1991). Pada

(16)

diadakan percepatan durasi kegiatan pada jalur-jalur kritis, dengan syarat bahwa pengurangan waktu tidak akan menimbulkan jalur kritis baru. Salah satu cara

mempercepat waktu pelaksanaan salah satunya adalah dengan menambah SDM

pekerja, atau bisa juga dengan penambahan waktu kerja dengan SDM yang ada.

Penambahan jam kerja bisa dilakukan dengan sesuai dengan ketentuan yang diinginkan terhitung perjam atau hingga selesainya pekerjaan. Dengan adanya penambahan jam kerja, maka akan mengurangi produktivitas tenaga kerja, hal ini disebabkan karena adanya faktor kelelahan oleh para pekerja. Adapun beberapa parameter yang yang harus dicari untuk mengetahui percepatan waktu proyek ( Iman Suharto, 1999 ) adalah sebagai berikut:

a. Produktivitas harian =

...(2.1)

b. Produktivitas tiap jam =

...(2.2)

c. Produktivitas harian sesudah crash = ( 7 jam x Produktivitas perjam)+ (a x b x Produktivitas tiap jam ) ...(2.3)

Dimana :

a = lama penambahan jam

(17)

Tabel 2.3. Durasi aktivitas pekerjaan

( Sumber : Iman Suharto, 1999 )

d. Crash duration =

...(2.4)

Adapun perhitungan biaya tambahan pekerja berdasarkan Keputusan Menteri

Tenaga kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia nomor

KEP.102/MEN/VI/2004, dirumuskan sebagai berikut, yaitu :

e. Normal ongkos pekerja perhari = Produktivitas harian x Harga satuan upah pekerja ...(2.5)

f. Normal ongkos pekerja perjam = Produktivitas harian x Harga satuan upah pekerja

g. Biaya Lembur pekerja = [ 1.5 x upah perjam lembur (di 1 jam pertama ) ]

+ [ 2 x n x upah perjam lembur normal ].

Dengan n = jumlah jam lembur ...(2.6)

h. Crash cost pekerja perhari = ( 7 jam x normal cost pekerja) + ( n x biaya lembur perjam ) ...(2.7)

i. Cost slope ( penambahan biaya langsung untuk percepatan aktivitas per satuan waktu )

(18)

Cost Slope =

...(2.8)

Gambar 2.5. Hubungan antara waktu vs biaya ( Sumber : Iman Suharto, 1999 )

Selanjutnya data yang telah didapat dalam perhitungan tabel, diinput terhadap CPM dengan meninjau lintasan kritis per iterasi lintasan aktivitas, baru setelah itu dinput kedalam grafik total cost :

(19)

2.6 Penelitian terdahulu

Berikut adalah penelitian terdahulu yang relevan selama 10 tahun terakhir, sebagai berikut:

Tabel 2.4. Tabel penelitian terdahulu

No Judul Tahun Jenis Penulis Ringkasan

1 Analisis percepatan

pelaksanaan dengan 2010 Jurnal

Ariany Frederika

Penulis melakukan analisis penjadwalan, identifikasi float dan menambah jadwal

kerja optimum

jalur kritis, crash duration, crash cost total ( TCTO analysis )

pada proyek

konstruksi

sehingga didapatkan hasil analisis biaya dan waktu optimum

2 Analisis pertukaran

waktu dan biaya 2012 Jurnal Bagus Budi

Penulis melakukan analisis penjadwalan, identifikasi float dan dengan metode

TCTO pada proyek /Trijeti

jalur kritis, crash duration, crash cost total ( TCTO analysis )

pembangunan

gedung di jakarta

sehingga didapatkan alternatif percepatan yang mungkin

dilakukan, serta diperoleh hasil analisis biaya dan

waktu optimum

3 Analisa penerapan

manajemen waktu 2009 Jurnal Ardani

Penulis melakukan penjadwalan dan monitoring

Pada proyek

konstruksi jalan

terhadap kemajuan pelaksanaan lapangan dan juga

menganalisis kendala , serta merencanakan solusi

penanganan . Yang selanjutnya akan dilakukan

pembaruan penjadwalan.

4

Evaluasi

penjadwalan waktu

dan biaya 2014 Jurnal M. Rizki R

Menghitung analisis percepatan durasi proyek terhadap

proyek dengan metode PERT dan

CPM dan

biaya yang digunakan dalam pelaksanaan proyek

Syahrizal

dengan metode PERT, CPM. Dan perhitungan crash cost

5 Studi pengendalian

biaya dan jadwal 2013 Jurnal Idar Gembira

Analisis proyek dengan perhitungan nilai BCWP, analisis

proyek dengan

menggunakan Deden Y

dari segi waktu yang diperhitungkan pada akhir proyek akan

nilai hasil

sesuai dengan target % earn value yang direncanakan

6 Studi keterlambatan

penyelesaian proyek 2008 Jurnal Gesti Leonda

Penulis melakukan analisis penyebab keterlambatan

konstruksi pada

tahun 2007

proyek , ditambah dengan pengumpulan data survey

(20)

dilakukan analisis deskriptif untuk didapatkan faktor

faktor penyebab keterlambatan

7

Analisis faktor keterlambatan

proyek 2012 Jurnal Bayu Adi

Analisis identifikasi aktivitas , estimasi durasi proyek,

terhadap pembengkakan

biaya proyek Nugroho

penyusunan jadwal dan peninjauan ulang terhadap

bangunan di

surabaya

pembangkakan biaya dalam pelaksanaan proyek

dengan analisis data regresi linier berganda

8 Optimalisasi biaya

dan waktu dengan 2013 Jurnal Nurhadinata

Penulis melakukan analisis penjadwalan, identifikasi float dan

metode time cost trade off pada

proyek Buluatie

jalur kritis, crash duration, crash cost total ( TCTO analysis )

revitalisasi gedung

BPS kota gorontalo

sehingga didapatkan alternatif percepatan yang mungkin

dilakukan, serta diperoleh hasil

schedule dan biaya optimum 9 Metode pelaksanan

konstruksi 2013 Jurnal Ekawati L.R

Penulis mengambil referensi dari literatur untuk melakukan

pembahasan mengenai metode

pelaksanaan pekerjaan 10

Studi optimasi waktu dan biaya

dengan 2015 Jurnal Moch Chusairi

Penulis melakukan analisis TCTO terhadap proyek

metode TCTO pada proyek

pembangunan

gedung SMPN baru Siwalankerto sehingga

gedung tipe B

SMPN baru

Siwalankerto

didapatkan alternatif percepatan optimum

(21)

2.7 Research gap

Research gap adalah senjang penelitian yang dapat dimasuki oleh peneliti berdasarkan penelitain terdahulu. Penelitian ilmiah didasarkan untuk mendapat sebuah jawaban baru terhadap sesuatu yang menjadi masalah. Oleh karena itu, peneliti harus berhadapan dengan sesuatu yang menjadi masalah didukung oleh pembenaran atau justifikasi penelitian yang baik dan berupaya untuk mencari jawaban yang baru dari masalah yang memang penting untuk diteliti.

Sedangkan ciri-ciri research gap adalah sebagai berikut :

a. Tatanan konseptual yang baik, namun belum ada pembuktian empirik b. Masalah penelitian atau hipotesa yang belum berhasil dibuktikan, c. Temuan penelitian yang kontroversi terhadap penelitian sejenis lainnya, d. Hasil penelitian yang belum disempurnakan.

Dengan klasifikasi dari penelitian penelitian terdahulu, maka dirumuskan susunan research gap sebagai berikut :

Gambar

Gambar 2.1 Jaringan kerja panah aktivitas dengan penempatan ES,LS,EF,LF  ( Sumber :  Irika Widiasanti, 2013 )
Tabel 2.1. Durasi aktivitas pekerjaan
Gambar 2.4 Bagan jalur kritis  ( Sumber : “Manajemen Konstruksi”,2013 )
Tabel 2.3. Durasi aktivitas pekerjaan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk tubuh juga menjadi pertimbangan, jika kamu gemuk jangan pakai celana ketat sampai lututmu tidak terlihat, maka kenakan pakaian bergaris vertikal atau memanjang agar

- Merupakan wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari pemodal untuk diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi, yang pelaksanaan dan pengelolaannya

Selain itu, penulis menggunakan metode analisa kritis yang bertumpu pada pisau analisa Cultural Studies yang berusaha untuk menerjemahkan sebuah fenomena

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Desa-Desa yang telah ada dalam Kecamatan yang baru dibentuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) sepanjang

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau hukum- hukum, rumus,

Kunci Ide : Kita dapat membangun 95% selang kepercayaan dari nilai yang masuk akal unutk suatu parameter dengan menyertakan semua nilai yang jatuh pada kedua standar deviasi dari

Langkah- langkah yang dilakukan sebelum verifikasi dosis radiasi adalah menentukan faktor kalibrasi TLD-100, mengukur dosis radiasi permukaan pasien kanker payudara

Menurut model ini, bahwa konflik yang terjadi dalam organisasi karena adanya deferensi secara vertikal dan horizontal, yang mengarah kepada pembentukan subunit