Umat Islam, seperti komunitas agama lain yang ada di masa lalu, terdiri dari denominasi dan keyakinan agama yang berbeda. Pernahkah Anda mendengar adanya gesekan antar pengikut ormas Islam karena perbedaan keyakinan agama? Atau mungkin Anda pernah menyaksikan langsung perselisihan atau perdebatan kecil tentang keyakinan agama di antara orang-orang.
Menurut keyakinan agama Islam, perempuan muslim tidak boleh dinikahkan kecuali dengan laki-laki muslim. Dengan menelusuri perjuangan sekolah agama dan agama di Indonesia, model persaudaraan Islam seperti apa yang diinginkan masyarakat Islam Indonesia. Pernahkah Anda mendengar aliran atau kepercayaan agama yang aktivitasnya dihentikan oleh pemerintah?
Selain itu, umat Islam yang seagama dan seagama mendirikan organisasi Islam yaitu NU pada saat itu terutama atas prakarsa faktor internasional. Pada awal berdirinya, kedua ormas Islam ini (NU dan Muhammadiyah) saling bentrok karena persoalan aliran dan keyakinan agama. Dan yang lebih penting, keyakinan agama mana dari mazhab Syiah yang ditolak umat Islam Indonesia.
Pertanyaan utama yang harus dijawab oleh siswa adalah mengapa umat Islam terpecah menjadi banyak sekte dan keyakinan agama.
Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Teologis tentang Konsep Keberagaman Islam dan Membangun
Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang berakal.” Secara umum terdapat dua mazhab besar di Indonesia iaitu mazhab yang berpegang kepada empat mazhab (Syafi`i, Maliki, Hanafi dan Hanbali) dan mazhab yang berpegang secara langsung kepada Al-Quran dan As-Sunnah.Masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) dan Ahlus sunnah wal jama'ah (Aswaja) berpegang kepada empat mazhab, manakala masyarakat Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis) berpegang kepada Al-Quran dan As-Sunnah.
Malah, mereka yang berpegang kepada empat mazhab itu juga berpegang kepada al-Quran dan As-Sunnah, iaitu Al-Quran dan As-Sunnah sebagaimana yang difahami oleh imam-imam mazhab. Juga tidak dibenarkan memegang pendapat oleh orang yang tidak diketahui telah memenuhi syarat ijtihad atau tidak. Ia boleh dibenarkan apabila kita melihat kepada mazhab ulama salaf yang menyandarkan hasil istinbath daripada al-Quran dan As-Sunnah.
Pendapat Ibnu Hazm mengatakan “Taklid itu haram dan seterusnya,” hanya berlaku bagi orang yang mempunyai kepakaran dalam ijtihad, walaupun dalam satu masalah, larangan Taklid ditujukan kepada orang yang mengetahui hadis Nabi Muhammad yang memerintahkan sesuatu, atau yang melarang sesuatu. Kerana imam-imam mazhab itu mengabdikan diri untuk meneliti pendapat dan menjelaskan pendapat yang ditetapkan dari mereka yang mengatakannya. Para imam mazhab juga menyelidiki pendapat-pendapat yang masih belum disahkan agar umatnya terbebas dari segala perubahan dan penyelewengan.
Faktor yang melatarbelakangi berdirinya perkumpulan ini antara lain adalah kekhawatiran KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) terhadap kenajisan ajaran Islam karena sebagian besar umat Islam Indonesia tidak menjadikan “Al-Quran dan As-Sunnah” sebagai satu-satunya rujukan. . Muhammadiyah mengajak umat Islam untuk merujuk langsung pada Al-Quran dan As-Sunnah yang juga diacu oleh para imam empat mazhab. Ulama yang sering dijadikan referensi mengenai seruan Muhammadi untuk kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah adalah Sayid Jamaludin Al-Afghany, Syekh Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan Muhammad bin Abdul Wahab, Ibnu Taimiyah dan lain-lain.
Muhammadiyah mengingatkan, Imam mazhab tidak menggalakkan manusia mengikut mazhab mereka, sebaliknya menekankan keperluan merujuk terus kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Ulama awal menentukan hukuman bagi mereka yang memerangi Allah dan Rasul-Nya, atau merosakkan bumi, sebagai hukuman 'diusir dari kampung halaman mereka'. Jelaslah ketetapan Al-Quran dan As-Sunnah sehingga kadang-kadang timbul perselisihan faham (Khilafah).
Dengan demikian, memahami Al-Qur'an atau menggali makna dari Al-Qur'an (termasuk dari hadis) mengandung kemungkinan hasil yang berbeda-beda. Namun juga pada bagaimana memahami ayat-ayat Al-Qur'an dan bagaimana memilih hadis-hadis shahih serta bagaimana memahaminya.
Membangun Argumen tentang Konsep
Selain jarak guru yang berjauhan, jumlah hadis yang diterima masing-masing guru terkadang tidak sama. Keberadaan ayat-ayat yang bersifat muḫkam-mutasyābih, tanzīl-takwīl, nāsikh-mansūkh dan „ām-khāsh mengharuskan keberadaannya. Juga mengenai sahihnya suatu hadis, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama hadis dalam menentukan kriteria sahihnya suatu hadis.
Selain itu, terdapat perbedaan dalam cara memahami hadis Nabi maupun dalam memahami ayat-ayat Al-Qur'an.
Keberagaman Islam dan Membangun Persatuan Umat dalam Keberagaman
Mendeskripsikan Konsep Keberagaman Islam dan Membangun Persatuan Umat dalam Keberagaman
Kalau dulu kalau bicara mazhab, yang dimaksud dengan mazhab di Indonesia adalah empat mazhab yang berarti mazhab Syafi'i, Maliki, Hanafi, dan Hanbali. Namun umat Islam kini mempunyai konotasi lain, yakni lima mazhab; Artinya keempat mazhab ini ditambah dengan mazhab Ja’fari, bahkan lebih dari itu (misalnya ditambah mazhab Zhahiri). Menyadari “kesalahan” kaum tradisionalis, kaum modernis sekuler kerap mengklaim bahwa di Mekkah, jamaah haji dilarang melakukan tabaruk dan tawasul, bahkan di makam Nabi Muhammad SAW.
Jika ketahuan ada jamaah yang menyentuh dinding makam Nabi, pasti polisi (tentara) akan memukulinya dan mengusirnya sambil berkata, “Polisi. Tapi sekarang alasan modernis yang biasa ditentang oleh kaum tradisionalis, kenapa memaafkan?” salat tarawih yang berjumlah sebelas rakaat, padahal salat tarawih di Masjidil Haram sebanyak 23 rakaat. Jamaah haji dan pemirsa televisi tanah air pun turut menyaksikan betapa berbedanya cara salat di Masjidil Haram.
Rangkuman tentang Bagaimana Membangun Persatuan Umat dalam Keberagaman
Sebab mengapa Mohammedanisme tidak mempunyai mazhab: Pertama, tidak ada hujah yang memerlukan pilihan empat mazhab; kedua, empat ketua imam sekolah menyuruh pengikutnya merujuk kepada Al-Quran dan As-Sunnah; dan ketiga, terdapat dalil yang menyuruh berijtihad dan mengharamkan taklid. Pelbagai mazhab dan kepercayaan agama dalam Islam memerlukan, di satu pihak, setiap orang Islam terus belajar sepanjang hayatnya, bukan untuk berpuas hati dengan ilmu agama yang telah dimilikinya. Adapun setelah dewasa (mulai baligh), setiap muslim harus terus belajar menuntut ilmu (ilmu shirāthal mustaqām, ilmu Islam kaffah) sepanjang hayatnya, dan hanya boleh berhenti menuntut ilmu jika maut menjemputnya.
Tugas Belajar Lebih Lanjut: Proyek Belajar Mengenali Corak Berpikir Keagamaan
BACAAN
Artikel “Pluralisme Agama: Suatu Keniscayaan Menuju Kehidupan Damai di Era Global” dalam Jurnal Sosial Keagamaan. Gaya Berpikir Keagamaan Mahasiswa Aktivis Islam UPI: Dari Cara Berpikir Eksklusif, Inklusif Hingga Liberal,” artikel di Jurnal Ta`lim.