• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I - Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

Di Indonesia, undang-undang yang mengatur dan mengendalikan penggunaan narkotika serta menangani penyalahgunaan narkotika dan perlakuan terhadap korbannya disebut Undang-Undang Narkotika.3 Undang-undang yang mengatur narkotika ini sangat diperlukan mengingat prevalensinya yang semakin meningkat di seluruh Indonesia dan dunia. . Peraturan tentang pengendalian penggunaan narkoba ini diubah menjadi UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkoba, yang kemudian diperbarui dan diganti lagi dengan UU No. narkotika.

Misalnya saja salah satu pihak sudah diamankan terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan prosedur hukum sesuai instansi yang berlaku, jika tersangka atau tersangka masuk dalam OPAK salah satu pihak, maka tetap kepada pimpinan instansi tersebut. koordinat 7 Pasal 70 Huruf c terkait dengan UU Narkotika, sebaiknya BNN berkoordinasi dengan pihak kepolisian apabila keduanya telah melakukan penyamaran dalam penemuan narkotika yang belum diatur dalam hukum positif di Indonesia. Pengadaan secara terselubung merupakan salah satu kewenangan yang diberikan undang-undang narkotika kepada penyidik ​​tindak pidana narkotika. Dalam KUHAP (selanjutnya KUHAP) yang dimaksud dengan penyidikan dan penyidikan adalah: pada pasal 1 angka 4 disebutkan bahwa penyidik ​​adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia. . yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyidikan dan juga dalam pasal 1 angka 5 penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidikan untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga merupakan suatu tindak pidana untuk menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan. dilakukan menurut tata cara dalam undang-undang ini.

Untuk memahami kedudukan dan fungsi serta kewenangan penyidik ​​kepolisian berdasarkan KUHAP dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Untuk mengetahui ruang lingkup sistem terselubung (penyamaran) yang diatur dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika jika dikaitkan dengan KUHAP. Under Cover (menyamar) adalah teknik khusus dalam penyidikan tindak pidana narkoba dan dimana menjadi informan.

Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika adalah zat atau zat yang berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan, baik sintetik maupun semi sintetik, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, berkurangnya atau menghilangkan rasa sakit, dan dapat menyebabkan ketergantungan.

Pengertian, Tugas dan Wewenang Penyidik dan Penyelidikan Sistem Under Cover (Penyamaran) Oleh Penyidik

  • Pengertian Penyidik dan Penyelidikan
  • Tugas dan Wewenang Penyidik dan Penyelidikan a. Tugas-Tugas Penyidik dan Penyelidikan
  • Sistem Penyamaran (Undercover) Oleh Penyelidikan
  • Penangkapan
  • Penggeledahan
  • Penyitaan

Setelah diuraikan mengenai wewenang dan kewajiban penyidik ​​di atas, maka dapat dipahami bahwa KUHAP mengatur bahwa penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik ​​dalam arti dan menurut cara pengumpulan alat bukti yang telah ditetapkan, yang dengan alat bukti itu ditetapkan . kejahatan yang terjadi dan untuk menemukan tersangkanya. Untuk membuktikan bahwa suatu peristiwa yang disangkakan sebagai tindak pidana pasti merupakan suatu tindak pidana, maka penyidik ​​harus dapat mengidentifikasi peristiwa tersebut sebagai suatu tindak pidana. Selain itu, penyidik ​​juga harus mempunyai pengetahuan di bidang hukum pidana dan untuk menentukan apakah tindak pidana tersebut dapat diselidiki atau tidak, ia dihadapkan pada pernyataan apakah terdapat cukup bukti untuk mengusut tindak pidana tersebut.

Kewenangan penyidik ​​adalah mengumpulkan bukti-bukti suatu tindak pidana untuk keperluan penyidikan guna memperjelas dan memperjelas tersangka tindak pidana tersebut. Kewenangan penyidik ​​POLRI untuk melakukan teknik undercover shopping diatur dalam UU No. 35 Tahun 2009. Pasal 75 huruf j Undang-undang ini dengan jelas menyebutkan kewenangan penyidik ​​untuk melakukan pembelian terselubung.

Apabila penyidik ​​merasa masih belum mempunyai cukup bukti terkait tindak pidana penyalahgunaan narkoba yang dilakukan sasaran operasi, maka penyidik ​​bisa menyusup ke agen tersebut. Hal ini merupakan tindak pidana yang tidak boleh tertangkap tangan, atas perintah penyidik ​​atau penyidik ​​pembantu, penyidik ​​dapat melakukan penangkapan. Pasal 5 ayat. 1, di bawah b Nomor 1 ya. Selain itu, kewajiban melakukan perbuatan lain berdasarkan KUHAP pasal 102 ayat 3, yang diperlukan sehubungan dengan penyidikan berupa tindak pidana yang tertangkap perbuatannya, maka penyidik ​​wajib segera melakukan penangkapan tanpa menunggu perintah, dan penyidik ​​wajib segera melakukan penangkapan tanpa menunggu. perintah, dan penyidik ​​wajib segera melakukan penangkapan tanpa menunggu perintah penyidik ​​atau penyidik ​​pembantu.

Menurut ketentuan Pasal 111 ayat 1 KUHAP, dalam hal ini setiap orang berhak dipidana karena tertangkap basah berbuat, sedangkan perbuatan setiap orang yang berwenang dalam tugas ketertiban, ketentraman dan ketertiban umum Keamanan wajib menangkap tersangka dan menyerahkannya, dengan atau tanpa barang, kepada detektif, penyidik ​​pembantu. Surat perintah penangkapan dikeluarkan terhadap seseorang yang diduga kuat melakukan tindak pidana berdasarkan 'bukti prima facie yang cukup'. Dalam Pasal 18 ayat 1 KUHAP beserta penjelasannya, penangkapan dilakukan dengan surat perintah penangkapan apabila tidak tertangkap basah melakukan tindak pidana.

Penangkapan tanpa surat perintah penangkapan dapat dilakukan apabila tertangkap basah melakukan tindak pidana. Penangkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Ayat 2 KUHAP hanya dapat dilakukan terhadap tersangka yang melakukan tindak pidana, sedangkan penangkapan tidak dapat dilakukan terhadap tersangka yang melakukan tindak pidana, kecuali dalam hal telah dipanggil secara sah dua kali berturut-turut dan belum memenuhi panggilan tanpa alasan yang sah. 14 Ridwan Saragih “Peran Polisi yang Menyamar (Undercover) Dalam Mengungkap Kejahatan Narkoba”, Tesis Program Sarjana Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara, 2017, hal. 18. . . A.

Apabila penyidikan dilakukan di suatu tempat tertentu, maka penyidik ​​tidak diperkenankan memeriksa atau menyita surat-surat, buku-buku, dan tulisan-tulisan lain yang bukan merupakan benda-benda yang berkaitan dengan tindak pidana yang bersangkutan, kecuali benda-benda yang berkaitan dengan tindak pidana itu atau benda-benda yang disangkakan. digunakan untuk melakukan kejahatan tersebut. 16 Djoko Prakoso, POLRI sebagai peneliti penegakan hukum, PT Bina Aksara, Jakarta, 1987, hal.68. . . kaitannya dengan tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang digeledah; Dan. 17 Ridwan Saragih “Peran Polisi yang Menyamar (Undercover) Dalam Mengungkap Tindak Pidana Narkotika”, Tesis Program Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara, 2017, hal.

Pemberian izin penyitaan oleh hakim ketua pengadilan negeri berarti memberikan persetujuan atau pengesahan terhadap tindakan penyidik ​​sehubungan dengan pengumpulan barang bukti sehubungan dengan suatu tindak pidana.

Tinjauan Umum Tindak Pidana Narkotika 1. Pengertian Tindak Pidana Narkotika

Jenis-Jenis Narkotika

Opium jenis ini berasal dari luar negeri dan diselundupkan ke Indonesia karena tanaman jenis ini tidak ada di Indonesia; Yang dimaksud dengan golongan narkotika ini adalah narkotika yang dibuat dari golongan alkaloid opium yang mempunyai inti penhatrener dan diolah secara kimia menjadi bahan obat yang berkhasiat sebagai narkotika. Morfin merupakan produk olahan dari opium atau opium mentah dan merupakan alkohol yang terdapat pada opium dalam bentuk bubuk berwarna putih.

Heroin diolah dari morfin, zat alami yang diperoleh dari biji tanaman opium varietas tertentu21; dan 4) Kokain yang diolah dari biji koka... yang berasal dari erythroxylon coca di Amerika Selatan. Narkotika sintetik biasanya diberikan oleh dokter kepada penyalahguna atau pecandu narkoba untuk menghentikan kebiasaannya yang tidak kuat menahan anjuran atau penarikan diri. Keberadaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika sangat berguna untuk mencegah peredaran obat bius tersebut.

Selain itu, ada kewenangan baru bagi penyidik ​​POLRI yang tidak diatur secara jelas dalam KUHAP, namun disebut hanya berwenang melakukan tindakan lain yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan undang-undang, yang disebut dapat melakukan tindakan yang tidak bertanggung jawab. melakukan tindakan dengan menggunakan sistem penyamaran (cover-up).

Tindak Pidana Narkotika Menurut Perspektif Islam

Selain itu, obat-obatan belum dikenal pada masa Nabi Muhammad SAW, yang ada saat itu hanyalah minuman anggur. Sanksi pidana bagi pelaku penyalahgunaan narkoba merupakan kewenangan hakim untuk menjatuhkan hukum ta’zir kepada mereka akibat melanggar larangan Allah SWT. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat dalam keadaan mabuk sampai kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.”

Dan ketiga, penegasan bahwa narkoba adalah sesuatu yang menjijikan, bagian dari kebiasaan setan, yang haram dikonsumsi. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minum) arak, berjudi, (berkurban kepada) berhala, menarik banyak rejeki dengan anak panah adalah perbuatan-perbuatan keji, termasuk perbuatan setan. William Benton, secara terminologi Narkotika adalah istilah umum untuk semua obat yang menyebabkan kelemahan/anestesi atau mengurangi nyeri.24.

Artinya: “(iaitu) orang-orang yang mengikuti rasul, nabi, yang ummi, yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil, yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka berbuat kebaikan dan melarang mereka. melakukan kejahatan dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik, dan mengharamkan bagi mereka segala yang mungkar, dan lepaskanlah dari mereka beban-beban dan belenggu yang ada pada mereka, Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) arak, berjudi, (berkorban) kepada) berhala, membuang undi dengan anak panah 24 Mardani, Penyalahgunaan Dadah Dalam Perspektif Undang-undang Islam dan Undang-undang Jenayah Kebangsaan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2008, hlm.78.

Referensi

Dokumen terkait

Penjelasan Pasal 184 angka 1 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), di atas telah jelas hanya mengatur 5 (lima) alat bukti dan diluar dari alat bukti tersebut

Pengertian Penuntutan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 atau biasa disebut dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).Peraturan yang menjadi dasar bagi pelaksanaan hukum acara pidana

a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). b) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). c) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. d) Undang-Undang

a) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). b) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). c) Undang-undang Nomor 14 tahun 1992 tentang Lain Lintas dan Angkutan Jalan. Raya.

Pasal 1 butir 26 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang berbunyi “saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna.. kepentingan penyidikan, penuntutan,

Perundang-Undangan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP Putusan

ABSTRAK Menurut ketentuan Pasal 1 angka 21 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP disebutkan bahwa penahanan adalah penempatan Tersangka atau Terdakwa di suatu tempat tertentu