• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I KONSEP DASAR PENYAKIT

N/A
N/A
RUANG PADMA

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I KONSEP DASAR PENYAKIT "

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

KONSEP DASAR PENYAKIT

A.

Definisi/Pen

gertian

Appendisitis merupakan salah satu penyakit yang menjadi perhatian oleh karena angka kejadian appendisitis termasuk tinggi di setiap negara. Resiko perkembangan appendisitis bisa seumur hidup sehingga memerlukan tindakan pembedahan.

World Health Organization (WHO) menyebutkan insiden appendisitis di dunia tahun 2012 mencapai 7% dari keseluruhan jumlah penduduk dunia (Ambarwati, 2017) . Di Asia insidensi appendisitis pada tahun 2013 adalah 4,8% penduduk dari total populasi. Sedangkan dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia pada tahun 2013 jumlah penderita appendisitis di Indonesia mencapai 591.819 orang dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 596.132 orang (Soewito, 2017).

Appendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi (Anonim, 2007 dalam Docstoc, 2010).

Apendisitis menjadi salah satu kegawatdaruratan abdominal yang paling umum terjadi. Apabila proses peradangan yang timbul secara mendadak pada daerah apendiks maka disebut apendisitis akut (Permenkes, 2014). Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfosit, fekalit, benda asing, struktur karena fikosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma (Shodikin, 2014)

Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan

(2)

Apendektomi adalah operasi yang dilakukan pada penderita usus buntu. Ketika diagonisa apendisitis telah dibuat atau memang dicurigai, maka perlu diadakan operasi apendektomi.

Apendektomi harus dilakukan beberapa jam setelah diagnosis ditegakkan dan biasanya dikerjakan melalui insisi kuadran kanan bawah (Saditya, 2014; Hanifah, 2019).

B.

Epidemiolog

i

Appendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan pengamatan epidemiologi bahwa appendisitis berhubungan dengan asupan serat dalam makanan yang rendah (Burkitt, 2007).

Apendisitis disebabkan oleh adanya obstruksi yang diakibatkan juga karena gaya hidup manusia yang kurang dalam mengkonsumsi makanan tinggi serat. Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya appendisitis akut (Jong, 2010).

C.

Etiologi

Appendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan appendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica (Jong, 2010).

D.

Klasifikasi

(3)

Menurut Wedjo (2019), klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan apendisitis kronik.

1. Apendisitis Akut

Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak pada apendiks yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritonieum lokal. Gejala apendisitis akut ialah nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual, muntah dan umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik Mc.Burney. Nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat.

Apendisitis akut dibagi menjadi : a. Apendisitis Akut Sederhana

Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa disebabkan obstruksi.

Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen appendiks dan terjadi peningkatan tekanan dalam lumen yang mengganggu aliran limfe, mukosa appendiks menebal, edema, dan kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri di daerah umbilikus, mual, muntah, anoreksia, malaise dan demam ringan

b. Apendisitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)

Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding apendiks dan menimbulkan trombosis.

Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding apendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Apendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan,

(4)

nyeri lepas di titik Mc. Burney, defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif.

Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda- tanda peritonitis umum

c. Apendisitis Akut Gangrenosa

Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu sehingga terjadi infark dan gangren. Selain didapatkan tandatanda supuratif, apendiks mengalami gangren pada bagian tertentu. Dinding apendiks berwarna ungu, hijau keabuan atau merah kehitaman. Pada apendisitis akut gangrenosa terdapat mikroperforasi dan kenaikan cairan peritoneal yang purulen

d. Apendisitis Infiltrat

Apendisitis Infiltrat adalah proses radang apendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat erat satu dengan yang lainnya.

e. Apendisitis Abses

Apendisitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nnanah (pus), biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrosekal, subsekal dan pelvikal

f. Apendisitis Perforasi

Apendisitis Perforasi adalah pecahnya apendiks yang sudah gangren yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum.

Pada dinding apendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik 2. Apendisitis Kronik

Apendiditis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik. Radang kronis appendiks secara mikroskopik seperti fibrosis menyeluruh di dinding apendiks, sumbatan

(5)

parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik.

Keseluruhan keluhan menghilang setelah apendiktomi.

E.

Tanda dan

gejala

Gejala permulaan pada appendiksitis yaitu nyeri atau perasaan tidak enak sekitar umbilicus diikuti dengan anoreksia dan muntah, gejala ini umumnya berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah dan mungkin terdapat nyeri tekan sekitar titik Mc burney, kemudian dapat timbul spasme otot dan nyeri lepas. Biasanya ditemukan demam ringan dan hasil leukosit meningkat sering sekali hilang secara dramatis untuk sementara.

Menurut ( Wijaya & Putri, 2013 ) tanda awal dari appendiksitis adalah nyeri epigastrium/region umbilicus disertai mual, anoreksia. Tanda dan gejala lainnya meliputi : 1. Nyeri pindah ke kanan bawah (yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk)

dan menunjukkan tanda rangsangan peritonium local di titik Mc burney : nyeri tekan, nyeri lepas dan defans muscular.

2. Nyeri rangsangan peritonium tidak langsung.

3. Nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawah ditekan ( rovsing sign ).

4. Nyeri kanan kuadran bila tekanan disebelah kiri dilepas ( Blumberg ). Nyeri kanan bawah bila peritonium bergerak seperti nafas dalam, berjalan, batuk dan mengedan.

5. Nafsu makan menurun.

6. Demam yang tidak terlalu tinggi.

7. Biasanya terdapat konstipasi, tapi kadang-kadang terjadi diare.

(6)

F.

Patofisiologi Terjadinya Penyakit

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia folokel limfoid, fekalit, benda asing, striktutur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Apabila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritonium setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuraktif akut. Apabila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat apendikularis. Oleh karena itu, tindakan yang paling tepat adalah apendiktomi. Jika tidak dilakukan tindakan sesegera mungkin, maka peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang (Mansjoer, 2012)

(7)

G.

Web of Caution (WOC)

(Nurarif & Kusuma, 2016)

7 Invasi & Multiplikasi

OPERASI

Peradangan pada jaringan Mual dan muntah APPENDICITIS

Sekresi mucus berlebih pada lumen appendiks

Luka insisi Defisit/kurangnya

pengetahuan

Anastesi

Resiko Infeksi Pintu masuk

kuman Kerusakan jaringan

Cortex Serebri Spinal Cord

Pelepasan prostaglandin Ujung syaraf terputus

Ansietas

Peristaltik usus menurun

Nyeri Akut Nyeri

dipersepsikan

Distensi abdomen

Mual, muntah

Resiko Hipovolemia

Hipertermi

Resiko Hipovolemia

Kerusakan control suhu terhadap

inflamasi

Nyeri Akut

Appendiks teregang

Keterbatasan Aktifitas

(8)

H.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik :

1. Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).

2. Palpasi : didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendiksitis akut.

3. Dengan tindakan tungkai bawah kanan dan paha diteku kuat/tungkai di angkat tinggi- tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah (psoas sign).

4. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.

5. Suhu dubur yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.

I.

Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

Menurut Saputro (2018), pemeriksaan penunjang apendiks meliputi sebagai berikut : 1. Pemeriksaan Laboratorium

a. SDP : Leukositosis diatas 12.000/mm3, Neutrofil meningkat sampai 75%

b. Urinalisis : Normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.

c. Foto abdomen : Dapat menyatakan adanya pergeseran, material apendiks (fekalit), ileus terlokalisir.

Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga 10.000- 18.000/mm3 atau bahkan lebih disertai keluhan/gejala appendiksitis lebih dari 4 jam patut dicurigai mengarah ke

(9)

perforasi ( pecah ). Sehingga dapat diduga bahwa tingginya leukosit sebanding dengan peradangan (Wijaya & Putri, 2013).

2. Pemeriksaan Radiologi

a. Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit.

b. Ultrasonografi (USG) c. CT Scan

d. Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen dan apendikogram

J. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan klien dengan appendisitis meliputi terapi farmakologi dan terapi bedah. Terapi farmakologi yang diberikan adalah antibiotik, cairan intravena dan analgetik.

Antibiotik dan cairan intravena diberikan sampai pembedahan dilakukan, analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan (W. Sofiah, 2017).

Menurut Saputro (2018), penatalaksanan yang dilakukan pada klien apendisitis yaitu penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan.

1. Penatalaksanaan Medis

a. Pembedahan (konvensional atau laparaskopi) apabila diagnose apendisitis telah ditegakan dan harus segera dilakukan untuk mengurangi risiko perforasi.

b. Berikan obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan pembedahan dilakukan.

c. Agen analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakan.

d. Operasi (apendiktomi).

Bila diagnosa telah ditegakan, yang harus dilakukan adalah operasi membuang apendiks (apendiktomi). Penundaan apendiktomi dengan cara pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada apendiks abses dilakukan drainage.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

(10)

a. Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendiktomi. Keterlambatan dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi. Teknik laparoskopi sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka yang lebih rendah. Akan tetapi terdapat peningkatan kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu operasi.

Laparoskopi itu dikerjakan untuk diagnosa dan terapi pada pasien dengan akut abdomen, terutama pada wanita

b. Tujuan keperawatan mencakup upaya meredakan nyeri, mencegah defisit volume cairan, mengatasi ansietas, mengurangi risiko infeksi yang disebabkan oleh gangguan potensial atau aktual pada saluran gastrointestinal, mempertahankan integritas kulit dan mencapai nutris yang optimal.

c. Sebelum operasi, siapkan pasien untuk menjalani pembedahan, mulai jalur Intra Vena berikan antibiotik, dan masukan selang nasogastrik (bila terbukti ada ileus paralitik), jangan berikan laksatif.

d. Setelah operasi, posisikan pasien fowler tinggi, berikan analgetik narkotik sesuai program, berikan cairan oral apabila dapat ditoleransi, dan lakukan perawatan luka.

e. Jika drain terpasang di area insisi, pantau secara ketat adanya tanda - tanda obstruksi usus halus, hemoragi sekunder atau abses sekunder Jadi berdasarkan pembahasan diatas, tindakan yang dapat dilakukan terbagi dua yaitu tindakan medis yang mengacu pada tindakan pembedahan/apendictomy dan pemberian analgetik, dan tindakan keperawatan yang mengacu pada pemenuhan kebutuhan klien sesuai dengan kebutuhan klien untuk menunjang proses pemulihan.

K. Komplikasi

Appendisitis yang tidak segera ditatalaksana akan menimbulkan komplikasi. Salah satu komplikasi yang paling membahayakan adalah perforasi. Perforasi terjadi 24 jam setelah

(11)

timbul nyeri. Gejalanya mencakup demam dengan suhu 37,7°C atau lebih tinggi, dan nyeri abdomen atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu (Ratu & Adwan, 2013)

Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan appendisitis. Adapun jenis komplikasi menurut (Sulekale, 2016) adalah :

1. Abses

Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi apabila appendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum. Operasi appendektomi untuk kondisi abses apendiks dapat dilakukan secara dini (appendiktomi dini) maupun tertunda (appendektomi interval). Appendektomi dini merupakan appendektomi yang dilakukan segera atau beberapa hari setelah kedatangan klien di rumah sakit. Sedangkan appendektomi interval merupakan appendektomi yang dilakukan setelah terapi konservatif awal, berupa pemberian antibiotika intravena selama beberapa minggu.

2. Perforasi

Perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam.Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,5° C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama Polymorphonuclear (PMN).

Perforasi baik berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan terjadinya peritonitis. Perforasi memerlukan pertolongan medis segera untuk membatasi pergerakan lebih lanjut atau kebocoran dari isi lambung ke rongga perut. Mengatasi peritonitis dapat dilakukan oprasi untuk memperbaiki perforasi, mengatasi sumber infeksi, atau dalam beberapa kasus mengangkat bagian dari organ yang terpengaruh .

(12)

3. Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum. Bila infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum dapat menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis.

Penderita peritonitis akan disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit. Beberapa penanganan bagi penderita peritonitis adalah :

a. Pemberian obat-obatan.

Penderita akan diberikan antibiotik suntik atau obat antijamur bila dicurigai penyebabnya adalah infeksi jamur, untuk mengobati serta mencegah infeksi menyebar ke seluruh tubuh. Jangka waktu pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan yang dialami klien.

b. Pembedahan.

Tindakan pembedahan dilakukan untuk membuang jaringan yang terinfeksi atau menutup robekan yang terjadi pada organ dalam.

(13)

BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Kemampuan mengidentifikasikan masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis keperawatan (Rohmah & Wahid, 2012).

1. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab) : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, golongan darah, hubungan klien dengan keluarga.

2. Keluhan Utama : pada pasien apendisitis keluhan utama yang dirasakan adalah nyeri pada abdomen, mual, muntah, malaise, dan demam.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat Penyakit Sekarang ditemukan saat pengkajian yaitu diuraikan dari masuk tempat perawatan sampai dilakukan pengkajian. Keluhan sekarang dikaji dengan menggunakan PQRST (Provokatif, Quality, Region, Severitys cale and Time).

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

(14)

Pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh kepada penyakit apendisitis yang diderita sekarang serta apakah pernah mengalami pembedahan sebelumnya.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit yang sama seperti klien menderita penyakit apendisitis.

d. Riwayat Kesehatan Psikologis

Klien dengan apendisitis tidak mengalami penyimpangan dalam fungsi psikologis.

Namun demikian tetap perlu dilakukan mengenai kelima konsep diri klien (citra tubuh, identitas diri, fungsi peran, ideal diri dan harga diri).

e. Riwayat Kesehatan Sosial

Klien dengan apendisitis tidak mengalami gangguan dalam hubungan sosial dengan orang lain, akan tetapi harus dibandingkan hubungan sosial klien antara sebelum dan sesudah menjalani operasi.

f. Riwayat Kesehatan Spiritual Klien yang menjalani perawatan akan mengalami keterbatasan dalam aktivitas begitu pula dalam hal ibadah. Perlu dikaji keyakinan klien terhadap keadaan sakit dan motivasi untuk kesembuhannya.

4. Kebiasaan Sehari-hari

Klien yang menjalani operasi pengangkatan apendisitis pada umumnya mengalami kesulitan dalam beraktivitas

5. Pemeriksaan Fisik

(15)

a. Keadaan Umum Tanda-tanda vital (tensi darah, suhu tubuh, respirasi, nadi) umumnya stabil kecuali akan mengalami ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi apendisitis.

b. Pemeriksaan Sistem Pencernaan Klien apendisitis biasanya mengeluh mual muntah, konstipasi pada awitan awal post operasi dan penurunan bising usus.

c. Pemeriksaan Sistem Pernafasan Klien apendisitis akan mengalami penurunan atau peningkatan frekuensi nafas (takipneu) serta pernafasan dangkal, sesuai rentang yang dapat ditoleransi oleh klien.

d. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskuler Umumnya klien mengalami takikardi (sebagai respon terhadap stress dan hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon terhadap nyeri), hipotensi (kelemahan dan tirah baring).

e. Pemeriksaan Sistem Perkemihan Output urin akan berlangsung normal seiring dengan peningkatan intake oral.

f. Pemeriksaan Sistem Muskuloskeletal Klien dapat mengalami kelemahan karena tirah baring kekakuan. Kekuatan otot berangsur membaik seiring dengan peningkatan toleransi aktivitas.

g. Pemeriksaan Sistem Integumen Turgor kulit akan membaik seiring dengan peningkatan intake oral.

h. Pemeriksaan Sistem Persarafan Pengkajian fungsi persarafan meliputi : tingkat kesadaran, saraf kranial dan reflek.

i. Pemeriksaan Sistem Pendengaran Pengkajian yang dilakukan meliputi : bentuk dan kesimetrisan telinga, ada tidaknya peradangan dan fungsi pendengaran.

j. Pemeriksaan Sistem Endokrin Akan tetapi petap perlu dikaji keadekuatan fungsi endokrin (tiroid dan lain-lain).

6. Pemeriksaan Labolatorium

(16)

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan USG Normal : Tidak tampak ada peradangan pada bagian Mc.

Burney.

b. Foto polos Normal : Tidak tampak ada kelainan pada organ

B. Diagnosa

keperawatan

Menurut NANDA (2015) diagnosa keperawatan yang timbul pada Post Operasi Apendisitis adalah sebagai berikut :

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan pada luka insisi ditandai dengan skala nyeri diatas normal, gangguan tidur, gelisah, meringis, dan lemah

2. Keterbatasan aktifitas berhubungan dengan nyeri pasca operasi, penurunan kekuatan dan ketahanan sekunder akibat efek susunan saraf pusat dari anestesi ditandai dengan nyeri pada insisi pembedahan.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya pertahanan tubuh primer dan sekunder yang tidak adekuat akibat prosedur infasif ditandai dengan tampak kemerahan pada insisi pembedahan.

C.

Rencana

Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan

Tujuan/KH Intervensi Keperawatan Rasional

1 Nyeri akut berhubungan

Tujuan :

Pasien menunjukkan nyeri

1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya

1. Berguna dalam pengawasan

(17)

dengan agen injuri (Post Operasi)

berkurang sampai hilang selama dalam perawatan Kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, nyeri berkurang dengan kriteria :

1. Klien mengatakan nyeri

berkurang/hilang 2. Klien tampak rileks 3. Klien mampu

mampu beristirahat

(skala 0-10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.

2. Pertahankan istirahat dengan posisi

semifowler.

3. Dorong dan ajarkan ambulasi dini.

4. Berikan aktivitas hiburan

5. Berikan analgesik sesuai indikasi.

keefektifan obat, kemajuan

penyembuhan.

Perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya abses/

peritonitis,

memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi.

2. Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis,

menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang.

3. Meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh :

merangsang peristaltik dan kelancaran flatus, menurunkan

ketidaknyamanan abdomen.

4. Fokus perhatian kembali,

meningkatkan relaksasi, dan dapat meningkatkan

(18)

kemampuan koping.

5. Menghilangkan nyeri mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain seperti ambulasi, batuk 2 Keterbatasan

aktifitas berhubungan dengan nyeri pasca operasi

Tujuan :

Pasien mampu melakukan aktifitas/mobilitas ringan Kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, nyeri berkurang dengan kriteria :

Klien beraktivitas ringan tanpa bantuan

1. Observasi sejauh mana klien dapat beraktivitas 2. Menjelaskan pada klien

bahwa aktivitas itu penting

3. Memberikan

lingkungan yang tenang 4. Berikan bantuan dalam

aktivitas

5. Menganjurkan klien untuk melakukan pergerakan miring kanan dan miring kiri.

6. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas.

1. Mengetahui aktivitas apa yang akan dilakukan

2. Klien mengetahui manfaat pentingnya beraktivitas

3. Meningkatkan istirahat klien

4. Membantu bila perlu, harga diri di tingkatkan bila klien

melakukannya sendiri 5. Mengetahui

kemampuan klien dalam melakukan mobilisasi dini 6. Mengetahui factor

yang memotivasi klien 3 Resiko infeksi

berhubungan dengan menurunnya pertahanan tubuh primer dan sekunder yang tidak

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi berkurang.

Kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, infeksi tidak terjadi dengan kriteria :

Meningkatnya

1. Awasi tanda vital.

Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.

2. Lihat insisi dan balutan.

Catat karakteristik drainase luka/ drein (bila dimasukkan),

1. Dugaan adanya infeksi/ terjadinya sepsis, abses, peritonitis.

2. Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi, dan/ atau pengawasan penyembuhan

peritonitis yang telah

(19)

adekuat akibat prosedur infasif

penyembuhan luka dengan benar, bebas dari tanda- tanda infeksi/

inflamasi,seperti eritema dan demam.

adanya eritema.

3. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik.

4. Berikan informasi yang tepat, jujur, dan jelas pada pasien/ orang terdekat.

5. Berikan antibiotik sesuai indikasi.

ada sebelumnya 3. Menurunkan resiko

penyebaran infeksi.

4. Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas.

5. Mungkin diberikan secara profilaktik atau menurunkan jumlah mikroorganisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya) untuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya pada rongga abdomen.

D. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursalam, 2015). Implementasi dilaksanakan berdasarkan intervensi keperawatan yang telah dibuat.

(20)

E. Evaluasi

Dalam melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien, dilaksanakan pada saat sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai tingkat keberhasilan asuhan keperawatan yang sudah dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Shodikin (2014). Gambaran pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Luka Pasca Appendiktomy di RSUD Dr.Pringadi Medan

Jong, S. & de. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.Doengoes, M.E. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Soewito, B. (2017). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Klien Pre Operasi Appendisitis.

Sulekale, A. (2016). Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kasus Appendisitis di Rumah Sakit Santa Anna Kendari.

Smeltzer, Bare. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah. Dari Burnner& Suddarth. Alih Bahasa Yasmin Asih. Volume 1. Jakarta :EGC.

RAdwan, G. M. (2013). Penyakit Hati, Lambung, Usus, dan Ambeien (Cetakan 1).

Yogyakarta: Nuha Medika.

Nursalam.2003.Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.

(21)

NANDA International.inc. Definisi dan Klasifikasi , editor, T. Heater Herdman, PhD,RN, FNI. EDISI 10 , JAKARTA. EGC 2015

NOC dan NIC. Tahun ( 2013 )

Wedjo, Musa Aditio. (2019). ‘Asuhan Keperawatan Pada An. R.L Dengan Apendisitis Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman Di Wilayah RSUD Prof. Dr. W Z Johannes Kupang’.

Karya Tulis Ilmiah, Prodi D-III Keperawatan. Kupang : Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.

http://repository.poltekeskupang.ac.id/1867/1/MUSA%20ADITIO%20MANGNGI

%20WEDJO.pdf. Diakses pada tanggal 20 Desember 2021

http://repo.stikesperintis.ac.id/154/2/33%20ASRIPA.pdf. Diakses pada tanggal 20 Desember 2021

http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/987/5/6%20BABb%20II.pdf . Diakses pada tanggal 20 Desember 2021

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “Tn. KR” DENGAN APPENDICITIS ACUTE (POST OPERASI APPENDICTOMY) DI RUANG SEKAR TUNJUNG BEDAH 1, RSUD KARANGASEM

A. Pengkajian Keperawatan

No. RM : 121214

Hari, tanggal MRS : Rabu, 22 Desember 2021, Pukul 23.50 Wita Hari, Tanggal Pengkajian: Kamis, 23 Desember 2021, Pukul 10.30 Wita

I. DATA UMUM 1. Identitas klien

Nama : Tn. Kr

Umur : 35 tahun

Tempat/Tgl lahir : Abang, 8 Agustus 1986 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Hindu

Suku : Bali

Pendidikan : SMA

(22)

Dx. Medis : Appendicitis Acute

Alamat : BD. Batang, Labasari, Abang Tanggal MRS : 22 Desember 2021

Ruangan : Sekar Tunjung B1 Gol. Darah : A

Sumber Info. : Pasien dan Keluarga 2. Identitas penanggung jawab

Hub. dengan pasien : Istri

Umur : 32 tahun

Nama : Ny. Ev

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : BD. Batang, Labasari, Abang

Telp : 081 805 641 132

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

1. Keluhan Utama saat MRS : pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah

Keluhan Utama saat dikaji : pasien mengatakan nyeri pada luka di area operasi (appendictomy). Pasien telah dilakukan operasi pada tanggal 23 Desember 2021 pukul 08.00 Wita.

2. Alasan masuk rumah sakit : pasien sadar baik, datang dari IRD tanggal 22 Desember 2021 pukul 23.50 Wita. Mengeluh nyeri pada perut kanan bawah sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit. Nyeri dirasakan apabila pasien menarik nafas dan berjalan. Nafsu makan menurun. Mual dan muntah disangkal. Riwayat demam dari 3 hari yang lalu. BAB/BAK dalam batas normal. Tanda-tanda vital : Tensi darah 120/90 mmHg, Nadi 88x/menit, Suhu 36,9 derajat celcius, RR 20x/mnt.

3. Diagnosa medis dan therapy : Diagnosa Appendicitis Acut

Therapy yg diberikan di IRD : Nacl 20 tpm, Paracetamol fls 3x1 bila nyeri.

Diagnosa pasca operasi : Post Appendictomy

Therapy pasca operasi : RL 24 tpm, Cefoferazone 2x1 gr/IV (skin test), Dexketoprofen 2x50mg/IV, sadar baik MSS, diet bubur saring bila flatus positif.

(23)

Tanda-tanda vital saat dikaji : TD 110/90 mmHg, Nadi 88x/mnt, Suhu 37°C, RR 20x/mnt

4. Riwayat Penyakit sebelumnya : pasien mengatakan punya sakit maag (gastritis) dan thypus

III. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

1. Penyakit yang pernah dialami: pasien mengatakan menderita gastritis dan thypus 2. Penyebab : sering terlambat makan dan kelelahan

Riwayat Perawatan : belum pernah opname Riwayat Operasi : tidak pernah operasi Riwayat Pengobatan : tidak ada

3. Kecelakaan yang pernah dialami : tidak ada 4. Riwayat Alergi : tidak ada

IV. RIWAYAT PSIKOLOGI DAN SPIRITUAL 1. Riwayat Psikologi

a. Tempat tinggal : tinggal bersama istri dan anak b. Hubungan antar

anggota keluarga : baik c. Pengasuh anak : tidak ada 2. Riwayat Spiritual

a. Support sistem : istri, anak dan orang tua b. Kegiatan keagamaan : tidak ada yang khusus 3. Riwayat Hospitalisasi : tidak ada

V. POLA FUNGSI KESEHATAN (11 POLA FUNGSIONAL GORDON) 1) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan

Istri pasien mengatakan bahwa pasien memiliki kebiasaan minum kopi setiap pagi.

Merokok jarang, hanya ketika berkumpul bersama teman-temannya atau ketika ada kegiatan di masyarakat.

(24)

Pasien tidak mengira bahwa nyeri perutnya ternyata usus buntu dan harus segera dioperasi. Pasien mengira nyeri perutnya dikarenakan sakit maag atau thypusnya.

2) Pola Nutrisi/metabolic

Sebelum sakit : pasien mengatakan makan seperti biasa dan tidak memiliki diet khusus.

Saat Pengkajian : pasien mengatakan hanya makan sesuai diet yang diberikan di Rumah Sakit

3) Pola eliminasi

Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAK tidak lebih dari 10x dalam sehari. BAB lancar dengan bowel habit 2 hari sekali.

Saat pengkajian : pasien mengatakan BAK harus dibantu karena tubuhnya merasa lemas setelah operasi dan tidak kuat menahan nyeri yang timbul ketika pasien bergerak. BAB belum sejak sehari sebelum MRS.

4) Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/minum √

Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilisasi di tempat tidur √

Berpindah √

Ambulasi ROM √

0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total.

Okigenasi:

Pasien tidak mengalami sesak nafas. Pasien nafas spontan 20x/mnt 5) Pola tidur dan istirahat

Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak mengalami gangguan tidur. Pasien hanya tidur larut jika ada kegiatan di masyarakat. Istirahat siang/tidur siang tidak pernah.

(25)

6) Pola kognitif-perseptual

Pasien tidak memiliki gangguan penglihatan maupun pendengaran. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik. Pasien menggunakan bahasa Indonesia secara pasif.

Sehari-hari pasien menggunakan bahasa bali dalam berkomunikasi dengan keluarga dan tetangganya. Pasien terbuka dan mudah menerima saran dari orang lain.

7) Pola persepsi diri/konsep diri

Pasien berharap segera sembuh dari sakitnya dan bisa segera bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya

8) Pola seksual dan reproduksi

Pasien sudah menikah dan memiliki 2 anak yang berumur 8 tahun dan 5 tahun 9) Pola peran-hubungan

Pasien tinggal serumah dengan anak dan istrinya. Hubungan keluarga dengan pasien tidak ada masalah.

10) Pola manajemen koping stress

Keluarga mengatakan bahwa pasien selalu terbuka jika ada masalah 11) Pola keyakinan-nilai

Pasien beragama hindu. Selama sakit pasien tidak bisa menjalankan persembahyangan ke pura. Selama sakit, pasien selalu berdoa dalam hati meminta kesembuhan dari Tuhan.

VI. PEMERIKSAAN FISIK

Hari Rabu, Tanggal 23 Desember, Jam 10.30 wita 1. Keadaan Umum

a. Keadaan umum : Composmentis

b. Tanda-Tanda Vital : TD 110/90 mmHg, N 88x/mnt, S 37°, RR 20x/mnt 2. Head to toe

a. Kulit/integument

Warna kulit sawo matang, agak kering, turgor elastis, icterus (-), Syanosis (-), akral hangat, oedem tidak ada.

b. Kepala & Rambut

(26)

Kepala simetris, tidak ada lesi. Penyebaran rambut merata, berwarna hitam kemerahan, dan tampak beruban.

c. Kuku

Tidak ada cyanosis d. Mata/penglihatan

Tidak ada gangguan penglihatan, pupil isokor, sklera/konjungtiva tidak ada ikterus ataupun anemis

e. Hidung/penciuman

Penciuman baik. Pasien tidak pilek dan tidak ada gangguan pernafasan f. Telinga/pendengaran

Gangguan pendengaran tidak ada. Komunikasi baik dan lancar g. Mulut & Gigi

Gigi agak kuning, tampak plak pada gigi, mulut agak berbau.

h. Leher

Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid maupun getah bening

i. Dada/Thorak

Bentuk dada simetris, Gerakan dada simetris. Tulang rusuk terlihat jelas. Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan pada dada. Suara sonor +/+ Suara nafas vesikuler +/+ Suara jantung S1 S2 reguler, tunggal tidak ada murmur

j. Abdomen

Nyeri di area luka operasi. Tampak balutan luka pada perut kanan bawah k. Perineum & Genitalia

Bersih

l. Extremitas atas & bawah

Akral hangat, tidak ikterus. Gerakan tampak lemah 3. Pengkajian Data Fokus (Pengkajian Sistem)

a. Sistem Respiratori

(27)

Bentuk dada simetris, Gerakan dada simetris. Tulang rusuk terlihat jelas. Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan pada dada. Suara sonor +/+ Suara nafas vesikuler +/+ Tidak ada batuk pilek.

b. Sistem Kardiovaskular

Nyeri dada tidak ada, Palpitasi tidak ada, CRT < 2 dtk

Warna kulit normal, akral teraba hangat, suara jantung S1 S2 tunggal dan tidak ada murmur

c. Sistem Gastrointestinal

Tidak ada meteorismus, nyeri pada perut kanan di area operasi, tidak ada ascites d. Sistem Urinaria

BAK baik dan lancar, tidak ada keluhan atau gangguan e. Sistem Reproduksi

Tidak terkaji

f. Sistem Muskuloskeletal

Kemampuan terbatas oleh karena nyeri pasca operasi g. Sistem Neurologi

GCS 15

Eye : 4, Verbal : 5, Motorik : 6

4. Pemeriksaan Diagnostik

Hasil USG pada tanggal 23 Desember 2021 : kesan appendicitis acut Hasil pemeriksaan darah lengkap tgl. 22 Desember 2021

WBC : 12,47 K/uL N 4,80 – 10,0

RBC : 5,29 M/uL N 4,00 – 5,90

HGB : 15,7 g/dL N 13,2 – 17,3

HCT : 43,2 % N 40,0 – 52,0

MCV : 51,7 fL N 86,0 – 110

MCH : 29,7 pg N 26,0 – 38,0

MCHC : 36,4 gr/dL N 31,0 – 37,0

PLT : 180 K/uL N 150 – 450

Hasil pemeriksaan darah lengkap tgl. 23 Desember 2021

WBC : 11,28 K/uL N 4,80 – 10,0

RBC : 5,11 M/uL N 4,00 – 5,90

(28)

HGB : 14,9 g/dL N 13,2 – 17,3

HCT : 43,4 % N 40,0 – 52,0

MCV : 50,6 fL N 86,0 – 110

MCH : 29,3 pg N 26,0 – 38,0

MCHC : 35,7 gr/dL N 31,0 – 37,0

PLT : 172 K/uL N 150 – 450

Karangasem, 23 Desember 2021 Yang Mengkaji,

Kelompok 6

(29)

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

ANALISA DATA

Nama : Tn. Kr No. RM : 121214

Umur : 35 tahun Dx Medis : Appendicitis Acut

Ruang rawat : Sekar Tunjung B1 Alamat : BD Batang, Labasari, Abang

NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

1

DS :

 Klien mengatakan nyeri pada daerah operasi

 Klien mengatakan nyeri tiap kali bergerak

P : klien mengatkan nyeri pada perut bekas post op.

Q : klien mengatakan nyeri yang dirasakan sperti tertusuk-tusuk R:klien mengatakan nyeri yang di rasakan di perut bagian bawah S : 5

T: hilang timbul tiap kali bergerak DO :

 KU : Lemah

 Ekspresi wajah tanpak meringis

 Tampak balutan luka post operasi appendictomy

 Tanda – Tanda Vital : TD : 110/90 mmHg N : 88 x/menit S : 37°C RR : 20 x/menit

Tindakan Pembedahan Terputusnya Kontinuitas

Jaringan

Pengeluaran zat–zat kimia Merangsang hipotalamus Stimulus Korteks Serebri Rasa nyeri dipersepsikan

Nyeri Akut

2 DS :

 Klien mengatakan badannya terasa lemas

DO:

 Klien tampak tidak mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri

 Klien tampak lemah dan berbaring

 Tanda-tanda vital : TD : 110/90 N : 88x/mnt S : 37°C RR : 20x/mnt

Pasca operasi appendectomy Kelemahan fisik

Pembatasan aktifitas

Keterbatasan Aktivitas

Keterbatasan aktifitas

(30)

3

DS :

 Klien mengatakan terdapat luka post operasi

DO:

 tampak balutan luka pasca operasi, balutan tampak kering

 Tanda-tanda vital : T: 37°C.

RR: 20x/m,

Tekanan Darah: 110/90mmHg Nadi: 88x/mnt

 Nyeri Skala 5

 Hasil laboratorium :

WBC : 11,28 K/ul (normal 4.80 – 10.0 )

 Tanda Infeksi:

Rubor (-), color(-), dolor (-), tumor (-)

Prosedur pembedahan Luka pasca pembedahan

Resiko infeksi

Resiko infeksi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka insisi post operasi appendictomy)

2. Keterbatasan aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik pasca operasi

3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi pasca pembedahan

No.

Diagnosa

Tgl. Muncul Diagnosa Keperawatan Tgl.

teratasi

Keterangan 1 23 Desember 2021 Nyeri akut berhubungan dengan

agen cedera fisik (luka insisi post operasi appendictomy) 2 23 Desember 2021 Keterbatasan aktifitas

berhubungan dengan kelemahan fisik pasca operasi

3 23 Desember 2021 Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi pasca pembedahan

(31)
(32)

C. Rencana Asuhan Keperawatan (Tujuan, Kriteria evaluasi, Intervensi, Rasional) / NIC NOC

Inisial Klien : Tn. Kr

Ruangan : Sekar Tunjung B1

No.RM : 121214

Hari, tgl,

jam Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan Paraf

NOC NIC Rasional

Kamis 23/12/2021 Pkl. 10.30 Wita

Nyeri akut

berhubungan dengan agen cedera fisik (luka insisi post operasi appendictomy)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan nyeri klien dapat terkontrol/berkurang dengan kriteria hasil : 1. Mampu mengontrol nyeri

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan mamanajemen nyeri 3. Mampu mengontrol nyeri (skala,

intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri

berkurang

5. Klien tampak rileks

1. Kaji skala nyeri, lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.

2. Monitor tanda-tanda vital

3. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler

4. Dorong ambulasi dini 5. Berikan aktivitas hiburan 6. Kolaborasi tim dokter dalam

pemberian analgetika

1. B

erguna dalam pengawasan dan keefisienan obat, kemajuan penyembuhan, perubahan dan karakteristik nyeri.

2. D

eteksi dini terhadap perkembangan kesehatan pasien

3. M

enghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang

4. M

eningkatkan kormolisasi fungsi organ

(33)

eningkatkan relaksasi

6. M

enghilangkan nyeri Kamis

23/12/2021

Pkl. 12.00 Wita

Keterbatasan aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik pasca operasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan klien dapat melakukan terpenuhinya kebutuhan pasien secara mandiri dengan kriteria hasil :

1. Klien mampu melakukan mobilisasi dini

2. Klien mampu beraktifitas ringan tanpa bantuan

3. Mentoleransi aktivitas yang bisa dilakukan

1. Kaji respon emosi, social, spiritual terhadap aktivitas 2. Observasi sejauh mana

klien dapat beraktivitas 3. Menjelaskan pada klien

bahwa aktivitas itu penting 4. Memberikan lingkungan

yang tenang

5. Berikan bantuan dalam aktivitas

6. Menganjurkan klien untuk melakukan pergerakan miring kanan dan miring kiri.

7. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas.

1. Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien 2. Mengetahui aktivitas apa

yang dapat dilakukan 3. Klien mengetahui manfaat

pentingnya beraktivitas 4. Meningkatkan istirahat klien 5. Membantu bila perlu, harga

diri di tingkatkan bila klien melakukannya sendiri.

6. Mengetahui kemampuan klien dalam melakukan mobilisasi dini

7. Mengetahui factor yang memotivasi klien

(34)

Kamis, 23/12/2021 Pkl. 12.00 Wita

Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi pasca pembedahan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

diharapkan infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil :

1. Klien bebas dari tanda-tanda infeksi 2. Menunjukkan kemampuan untuk

mencegah timbulnya infeksi 3. Nilai leukosit dalam batas normal,

dibawah 10ribu/ul

1. Kaji tanda-tanda infeksi pada area insisi

2. Monitor tanda-tanda vital.

Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental 3. Lakukan Teknik isolasi

untuk infeeksi enteric, termasuk cuci tangan efektif 4. Pertahankan Teknik aseptic ketat pada perawatan luka insisi/terbuka

5. Awasi/batasi pengunjung 6. Kolaborasi dengan tim

medis dalam pemberian antibiotik

1. Dugaan adanya infeksi

2. Dugaan adanya infeksi/

terjadinya sepsis, abses, peritonitis

3. Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain

4. Mencegah meluas dan membatasi penyebaran

organisme infektif/kontaminasi silang

5. Menurunkan resiko terpajan 6. Terapi ditunjukkan pada

bakteri anaerob dan hasil aerob gram negatif

(35)

D. IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

Inisial Klien : Tn. Kr

Ruangan : Sekar Tunjung B1 No. R.M : 121214

Hari, tgl, jam Diagnosa

Keperawatan Implementasi Keperawatan Respon (Evaluasi Formatif) Paraf Kamis, 23

Desember 2021

1.30 Wita

11.00 Wita

12.00 Wita

13.00 Wita

1,2,3

3

1,2

1,3

- Mengkaji pasien

- Memeriksa tanda-tanda vital

- Mengambil darah untuk pemeriksaan darah lengkap post operasi

- Mengajarkan Teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri

- Memberi injeksi Dexketoprofen 50mg/iv - Memberi injeksi Antibiotik Cefoferazon 1 gr/iv

- Pasien tampak kooperatif

- Pasien tampak meringis tiap kali bergerak

- Balutan luka post operasi tampak kering

- TD 110/90 mmHg Nadi 88x/mnt Suhu 37°C RR 20x/mnt

- Hasil WBC 11,28 K/uL

- Pasien mampu melakukan mobilisasi dini

- Obat injeksi sudah masuk

Kelompok 6

(36)

14.00 Wita 2 - Menganjurkan keluarga untuk memotivasi dan membantu aktifitas pasien

- Pasien sudah bisa miring kanan dan kiri

Jumat, 24 Desember 2021

08.00 Wita 08.00 Wita

09.30 Wita

10.30 Wita

1

2

2

3

1,2,3

- Mengukur vital sign

- Membantu memberi makan pasien

- Membantu pasien untuk melakukan aktifitas ringan

- Melakukan perawatan luka

- Persiapan pasien pulang

- KIE tentang pentinganya menjaga kebersihan dan perawatan pasien selama di rumah

- TD 110/80 mmHg - Nadi 84x/mnt - Suhu 36,8°C - RR 18x/mnt

- Pasien menghabiskan porsi makannya

- Pasien mampu duduk, berdiri dan berjalan dengan dibantu keluarga - Luka masih basah, pus tidak ada,

maserasi sekitar luka tidak ada, eksudat minimal.

- Pasien dan keluarga mengerti tentang tanda-tanda infeksi, diet selama di rumah, cara minum obat dan hari kontrol kembali.

Kelompok 6

(37)

E. EVALUASI

Inisial Klien : Tn. Kr Ruangan : Sekar Tunjung B1

No. R.M : 121214 Hari, tgl,

jam Diagnosa

keperawatan Evaluasi Sumatif

(SOAP) Paraf

Jumat, 24 Desember

2021

11.00 Wita

1

S :

- Pasien mengatakan nyeri berkurang

- Pasien mengatakan sudah tidak takut lagi untuk bergerak dan bisa mengontrol rasa nyeri nya

O :

- Pasien tampak rileks

- Pasien tampak melakukan aktivitas ringan dengan mandiri A :

- Masalah teratasi P :

- Pertahankan kondisi pasien

- Persiapan pulang : KIE tentang perawatan di rumah

Kelompok 6

Jumat, 24 Desember

2021

11.00 Wita

2 S :

- Pasien mengatakan sudah mampu melakukan aktifitas ringan tanpa bantuan

O :

- Pasien tampak duduk, berdiri dan berjalan dengan perlahan - Pasien tampak melakukan aktivitas ringan dengan mandiri A :

- Masalah teratasi P :

- Pertahankan kondisi pasien

- Persiapan pulang : KIE tentang perawatan di rumah

Kelompok 6

Jumat, 24 Desember

2021

11.00 Wita

3

S :

- Pasien mengatakan tidak demam - Nyeri pada luka berkurang O :

- Luka terawatt, pus tidak ada, maserasi sekitar luka tidak ada, eksudat minimal

A :

- Masalah teratasi P :

- Pertahankan kondisi pasien

- Persiapan pulang : KIE pasien untuk minum antibiotik oral dan menghabiskannya sesuai therapy dokter

Kelompok 6

Referensi

Dokumen terkait

aktifitas, bukan pada nyeri dan rasa tidak nyaman dengan pengalihan melalui menonton TV yang ada diruangan, berinteraksi dengan orang

cedera. Rasional : membantu untuk menghilangkan ansietas.. 6) Lakukan dan awasi dalam latihan gerak aktif atau pasif. Rasional : mempertahankan kekuatan otot yang sakit dan

 Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas atau sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dan suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan

terhadap penyakit yang sedang dialami dapat meningkatkan nyeri. Namun jika seseorang mengalami kecemasan tidak berhubungan. dengan rasa nyeri yang dialami maka dapat

malaese, mual, muntah Sekret sulit dikeluarkan Keletihan Batuk terus menerus Terhirup orang sehat Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Intoleransi aktifitas

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sindhvananda (2005) perbandingan parecoxib dengan tramadol untuk nyeri pasca operasi apendektomi adalah parecoxib digunakan untuk nyeri ringan

Hasil wawancara dengan perawat di ruangan juga didapatkan data bahwa, jarang dilakukan tindakan batuk efektif pada pasien setelah menjalani operasi untuk mencegah komplikasi pasca bedah

Evidence Based NursingEBN Menerapkan Evidence Based Nursing terapi aroma essensial oil lavender untuk mengurangi nyeri pada pasien apendisitis post operasi appendectomy.. Manfaat