• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kebutuhan Kenyamanan

N/A
N/A
Olivia Paays

Academic year: 2024

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kebutuhan Kenyamanan "

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

1

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kebutuhan Kenyamanan

1. Pengertian kenyamanan

Kenyamanan atau rasa nyaman merupakan suatu kondisi dimana telah tercukupinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman ( suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah tercukupi), dan transenden (Kolcaba (1992, dalam kebutuhan dasar manusia I, 2016).

Secara holistik kenyamanan mancakup empat aspek yaitu : 1. Fisik, berkaitan dengan perasaan yang dialami tubuh.

2. Sosial, berkaitan dengan hubungan antara satu orang dengan yang lain, keluarga dan masyarakat

3. Psikospiritual, berkaitan dengan perasaan waspada yang ada dalam diri sendiri dan meliputi harga diri,seksualitas dan arti kehidupan.

4. Lingkungan, berkaitan dengan latar belakang sensasi yang datang dari luar seperti cahaya, suara, suhu, warna dan berbagai unsur alamiah lain nya.

2. Pengertian Nyeri

Nyeri adalah suatu keadaan yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang diakibatkan oleh rangsangan tertentu. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan dan bersifat subyektif

(2)

karena sensasi nyeri setiap orang berbeda dalam hal tingkatannya, dan hanya orang tersebut yang mampu menjelaskan dan mengevaluasi yara nyeri yang dialami (Ns. Kasiati & Ni Wayan Dwi Rosmalawati, 2016).

`Menurut para ahli, nyeri didefinisikan sebagai berikut.

a. Mc. Coffery (1979), mengartikan nyeri sebagai suatu kondisi yang mempengaruhi individu yang keberadaannya diketahui jika orang tersebut pernah mengalaminya.

b. Wolf weitzel fuerst (1974), mengemukakan bahwa nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental yang dapat menimbulkan ketegangan.

c. Arthur C curton (1983), mengemukakan bahwa nyeri adalah suatu mekanisme produksi tubuh , yang muncul ketika jaringan sedang di rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri tersebut.

d. Scrumum, mendefinisikan nyeri sebagai suatu kondisi yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan secara fisik maupun dari serabut neurondalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologi dan emosional.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan para ahli dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah sensasi tidak menyenangkan yang hanya dapat dijelaskan oleh orang yang mengalaminya.

(3)

3. Fisiologi Nyeri

Nyeri terjadi erat kaitan nya dengan reseptor dan adanya rangsangan, reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung ujung saraf bebas yang memiliki sedikit bahkan hampir tidak memiliki myelin, yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada bagian vicera, persendian,dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri bisa memberikan respon akibat adanya stimulus atau rangsangan. Stimulasi yang muncul dapat berupa zat kimiawi seperti bradikinin, histamin, prostaglandin dan berbagai macam asam yang dilepaskan saat terjadi kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi, stimulasi lain yang dapat muncul berupa termal listrik atau mekanis (Ns. Kasiati & Ni Wayan Dwi Rosmalawati, 2016).

4. Klasifikasi Nyeri

Secara umum nyeri dibedakan menjadi 2 yaitu :nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, kurang dari 6 bulandan ditandai dengan adanya peningkatan ketegangan otot. Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara bertahap, dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama , yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis ini dalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis (Ns.

Kasiati & Ni Wayan Dwi Rosmalawati, 2016).

(4)

5. Faktor yang mempengaruhi nyeri

Pengalaman nyeri setiap individu dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain :

a) Arti nyeri

Nyeri bagi setiap orang memiliki arti yang berbeda dan hampir sebagian besar arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan , merusak, dan lain-lain. Kondisi ini juga dipengarushi oleh barbagai faktor , seperti usia, jenis kelamin, dan latar belakang sosial budaya dan pengalaman terhadap nyeri.

b) Persepsi nyeri

Persepsi nyeri merupakan penilaian seseorang terhadap nyeri, penilaian inni bersifat subyektif tepatnya pada korteks (pada fungsi evaluasi kognitif). Persespsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulus nociceptor.

c) Toleransi nyeri

Toleransi nyeri erat kaitan nya dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan individu menahan nyeri yang dialami. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain : alkohol, obat-obatan, hipnotis, dan lain lain sedangkan faktor yang dapat menurunkan toleransi nyeri antara lain : kelelahan, perasaan marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.

(5)

d) Reaksi terhadap nyeri

Reaksi terhada nyeri merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis dan menjerit. Semua itu merupakan bentuk dari respon nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia dan lain-lain.

B. Konsep Dasar Fraktur Femur 1. Pengertian fraktur femur

fraktur merupakan istilah medis dari patah tulang, disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang (Helmi 2012).

2. Etiologi

Menurut (Padila, 2012). Etiologi fraktur adalah sebagai berikut :Trauma secara langsung, yaitu ketika fraktur terjadi ditempat dimana tempat tersebut terdapat benturan atau hantaman yang mengakibatkan tulang patah

1) Trauma tidak langsung, yaitu ketika trauma diantarkan ke daerah yang lebih jauh dari fraktur. Misalnya penderita jatuh

(6)

dengan keadaan lengan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada pergelangan tangan.

2) Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri tersebut rapuh, keadaan ini deisebut fraktur patologis.

3. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis fraktur menurut UT Southwestern Medical Center (2016) adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas/

perubahan bentuk, pemendekan eksternal, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna.

1) Nyeri secara terus menerus akan meningkat skalanya sampai fragmen tulang di imobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur berfungsi sebagai bidai alamia yang dirancang untuk meminimalkan gerakan fragmen tulang.

2) Setelah fraktur terjadi bagian yang tidak dapat digerakkan cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa) membukanya tiap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (dapat dilihat secara langsung dan diraba) pada ekstremitas dapat diketahui dengan cara membandingkannya dengan ekstremitas yang normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dikarenakan fungsi normal otot bergantung pada tempat melengketnya otot.

(7)

3) Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya diakibatkan oleh kontraksi otot yang melekat pada bagian atas dan bawah tempat terjadinya fraktur.

4) Saat ekstremitas diperiksa menggunakan tangan, terdapat derik tulang yang disebabkan akibat gesekan antara tulang yag biasa disebut dengan krepitus.

5) Terjadi pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit dapat terjadi karena trauma dan perdarahan yang menyertai fraktur. Tanda ini baru akan muncul beberapa saat setelah terjadi fraktur.

4. Patofisiologi

Saat tulang patah terjadi perdarahan di daerah sekitar tempat patah hingga kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut, biasanya yang mengalami banyak kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat didaerah sekitar fraktur . sel-sel anast berakumulasi mengakibatkan peningkatan aliran darah ketempat tulang patah tersebut, aktivitas osteoblast terangsang dan menyebabkan terbentuknya tulang beruamatir yang disbut callus.

Bekuan fibrin di absorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau terjadinya penekanan pada serabut sarafyang berkaitan dengan pembengkakan yang terjadi dan tidak segera ditangani menyebabkan penurunan asupan darah ke skstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Pembengkakan yang tidak

(8)

terkontrol akan menyebabkan peningkatan tekanan pada jaringan, oklusa darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom compartement (Brunner & Suddart, 2015).

5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan fraktur ada dua jenis yaitu :

a) Reduksi

Reduksi fraktur adalah pengembalian fragmen tulang pada kesejajaran atau rotasi sesuai anatomi. Reduksi tertutup berupa pengembalian tulang ke posisinya dengan manipulasi dan alat traksi manual. Alat yang digunakan brupa traksi, bidai dan yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, dengan alat fiksasi interna berupa pin, sekrup, kawat, plat dan paku.

b) Imobilisasi

Tindakan imobilisasi digunakan dengan metode nterna dan eksterna, mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler lalu dipantau melalui peredaran darah , nyeri, indra peraba, dan gerakan.perkiraan waktu mobilisasi yang dibutuhkan untuk penyambungan tulang sekitar 3 bulan.

(9)

Trauma

Perubahan fragmen tulang, kerusakan jaringan dan pembuluh darah

Perdarahan lokal

pembengkakan

Aliran darah berkurang Fragmen tulang yang patah menusuk organ sekitar

Kehilangan integritas tulang

Ketidakstabilan posisi fraktur

Luka

Gangguan integritas kulit Fraktur

Fraktur terbuka, ujung tulang menembus otot dan kulit

Gangguan rasa nyaman/ nyeri

Sianosis

kerusakan neruomuskuler

Kerusakan fungsi organ

Gangguan mobilitas fisik 6. Pathway

(10)

7. Asuhan keperawatan pada fraktur femur 1) Pengkajian

a) Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan) Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.

b) Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST) Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST.

c) Riwayat kesehatan keluarga.

Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit yang sama .

d) Riwayat sosial

Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.

e) Riwayat psikologis

Disini perawat perlu mengetahui tentang :

- Perilaku / tanggapan klien terhadap

masalahnya/penyakitnya

(11)

- Pengaruh sakit terhadap cara hidup - Perasaan klien terhadap sakit dan therapi

- Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi

f) Riwayat spiritual g) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status general) untuk untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal). Meliputi :

1) Keadaan umum, keadaan baik dan buruknya klien. Tanda- tanda yang perlu dicatat adalah kesadaran klien: (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang tergantung pada keadaan klien), kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, berat, dan pada kasus fraktur biasanya akut), tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan lokal, baik fungsi maupun bentuk.

B1 (Breathing). Pada pemeriksaan sistem pernapasan, didapatkan bahwa klien fraktur femur tidak mengalami kelainan pernapasan.

Pada palpasi thoraks, didapatkan taktik fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak ditemukan suara napas tambahan.

(12)

3) B2 (Blood). Inspeksi: tidak ada iktus jantung. Palpasi: nadi meningkat, iktus teraba. Auskultasi: suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.

4) B3 (Brain).

a) Tingkat kesadaran, biasanya kompos mentis.

b) Pemeriksaan fungsi serebral. Status mental:

observasi penampilan dan tingkah laku klien.

Biasanya status mental tidak mengalami perubahan.

c) Pemeriksaan saraf kranial:

(1) Saraf I. Pada klien fraktur femur, fungsi saraf 1 tidak ada kelainan. Fungsi penciuman tidak ada kelaianan.

(2) Saraf II. Setelah dilakukan tes, ketajaman penglihatan dalam kondisi normal.

(3) Saraf III,IV, dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata dan pupil isokor.

(4) Saraf V. klien fraktur femur umumnya tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan refleks kornea tidak ada kelainan.

(13)

(5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.

(6) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

(7) Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik.

(8) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleimastoideus dan trapezius.

(9) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.

d) Pemeriksaan refleks. Biasanya tidak didapatkan refleks- refleks patologis.

e) Pemeriksaan sensorik. Daya raba klien fraktur femur berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedangkan indra yang lain dan kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu, timbul nyeri akibat fraktur.

5) B4 (Bladder). Kaji keadaan urine yang meliputi warna, jumlah, dan karakteristik urine, termasuk berat jenis urine.

Biasanya klien fraktur femur tidak mengalami kelainan pada system ini.

(14)

6) B5 (Bowel). Inspeksi abdomen: bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi: turgor baik, tidak ada defans maskular dan hepar tidak teraba. Perkusi: suara timpani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi: peristastik usus normal ±20 kali/menit. Inguinal-genitalia-anus: tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, dan tidak ada kesulitan BAB.

7) B6 (Bone). Adanya fraktur pada femur akan mengganggu secara lokal, baikfungsi motorik, sensorik, maupun peredaran darah.

8) Look. Pada system integument terdapat eritema, suhu di sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, edema, dan nyeri tekan.

Perhatikan adanya pembengkakan yang tidak biasa (abnormal)

dan deformitas.

9) Feel. Kaji adanya nyeri tekan (tenderness) dan krepitasi pada daerah paha.

10) Move, Setelah dilakukan pemeriksaan feel, pemeriksaan dilanjutkan dengan menggerakkan ekstermitas, kemudian perawat mencatat apakah keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan rentan gerak ini perlu

(15)

dilakukan agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya

2) Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik d.d : mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur

b. Gangguann Mobilitas Fisik Berhubungan Dengann Nyeri d.d :mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak menurun.

3) Rencana keperawatan

Tabel 2.1. perencanaan keperawatan pada pasien fraktur Diagnosa

keperawatan

Luaran Intervensi

Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik d.d : - Mengeluh nyeri - Tampak meringis - Bersikap

protektif - Gelisah, - Frekuensi nadi

meningkat - Sulit tidur

Tingkat nyeri Setelahh dilakukan tindakan keparawatan selama 3x24 jam maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil:

 Keluhan nyeri dari meningkat menjadi cukup menurun

 Meringis dari meningkat menjadi menurun

 Gelisah dari meningkat menjadi menurun

 Kesulitan tidur dari meningkat menjadi menurun

Manajemen nyeri Tindakan : Observasi

1) Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi,fr ekuensi,kualitas,inten sitas nyeri

2) Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi respon nyeri non verbal 4) Identifikasi faktor

yang memperberat dan memperingan nyeri

5) Identifikasi pengetahuan dan

(16)

keyakinan tentang nyeri

6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

7) Identifikasi

pengaruh nyeri pada kualitas hidup 8) Monitor

keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan 9) Monitor efek

samping pemberian analgetik Terapeutik

1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

(mis.relaksasi nafas dalam)

2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri)

3) Fasilitas istirahat dan tidur

4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi 1) Jelaskan

penyebab,periode dan pemicu nyeri

2) Jelaskan strategi

(17)

meredakan nyeri 3) Anjurkan memonitor

nyeri secara mandiri 4) Anjurkan

menggunakan analgetik secara tepat 5) Ajarkan teknik

nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi 1) Kolaborasi

pemberian analgetik, jika perlu

Gangguann Mobilitas Fisik Berhubungan Dengann Nyeri d.d:

- Mengeluh tidak bisa

menggerakkan ekstremitas - Kekuatan otot

menurun - Rentang gerak

menurun

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka mobilitas fisik meningkat dengan criteria hasil :

 Pergerakan ekstremitas dari menurun menjadi meningkat

 Kekuatan otot dari menurun menjadi meningkat meningkat

 Rentang gerak (ROM) dari menurun menjadi meningkat

 Nyeri dari meningkat menjadi menurun

 Kaku sendi dari meningkat menjadi menurun

 Gerakan tidak terkoordinasi dari meningkat menjadi menurun

Dukungan Ambulasi Observasi :

1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

2) Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi

3) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi 4) Monitor kondisi

umum selama melakukan ambulasi Terapeutik :

1) Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis, tongkat, kruk)

2) Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika

(18)

 Gerakan terbatas dari meningkat menjadi menurun

 Kelemahan fisik dari meningkat menjadi menurun

perlu

3) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi Edukasi :

1) Edukasi tujuan dan prosedur ambulasi 2) Anjurkan melakukan

ambulasi dini 3) Ajarkan ambulasi

sederhana yang harus dilakukan

(19)

4) Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien pada masalah kesehatan yang dialami, status kesehatan yang baik menggambarkan menandakan keberhasilan kriteria hasil yang diharapkan (Rizka Safitri Siregar).

5) Evaluasi

Evaluasi hasil asuhan keperawatan yang diharapkan pada pasien dengan fraktur femur adalah dapat mengatasi nyeri, meningkatkan aktivitas fisik, mengurangi resiko infeksi.

C. Analisis Tindakan Keperawatan : Tehnik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tingkat Nyeri

1. Definisi

Teknik relaksasi merupakan intervensi keperawatan secara mandiri yang dapat dilakukan unntuk menurunkan nyeri, dengan meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi dalam darah. Relaksasi otot skeletal dipercaya mampu menurunkan nyeri dengan merilekskan tegangan otot yang mendukung nyeri, ada banyak bukti yang menunjukan bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri. Sedangkan latihan nafas dalam adalah bernafas dengan perlahan dan menggunakan diaghfrahma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat secra perlahan dan dada mengembang penuh (Smeltzer (2002) dalam Trullyen, (2013).

(20)

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepeda klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan, selain dapat digunakan untuk menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigen darah (Trullyen, (2013).

Tingkat nyeri adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan fungsionaldengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan dengan kriteria hasil : keluhan nyeri dari meningkat menjadi menurun, meringis dari meningkat menjadi menurun, sikap protektif dari meningkat menjadi menurun, gelisah, dari meningkat menjadi menurun, kesulitan tidur dari meningkat menjadi menurun (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018). (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).

2. Batasan Karakteristik I. Data mayor

- Mengeluh nyeri - Tampak meringis - Bersikap protektif - Gelisah

- Frekuensi nadi meningkat - Sulit tidur

(21)

II. Data minor

- Tekanan darah meningkat - Pola napas berubah - Nafsu makan berubah - Proses berfikir terganggu - Menarik diri

- Berfokus pada diri sendiri - Diaforesis

3. Faktor yang berhubugan

Salah satu faktor diterapkannya tindakan relaksasi nafas dalam karena dapat meningkatkan ventilasi pada paru, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, merilekskan otot, mengurangi stres fisik dan emosional serta menurunkan intensitas nyeri yang dialami dan menurunkan kecemasan (Trullyen, 2013).

4. Prosedur teknik relaksasi nafas dalam

Prosedur teknik relaksasi nafas dalam nenurut priharjo (2003) dalam trullyen,(2013) yaitu dengan bentuk pernafasan yang akan digunakan pada prosedur pernafasan ini adalah pernafasan diagfragma yang mengacu pada pendataran kubah diagfragma selama inspirasi yang menyebabkan peningkatan ukuran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk selama bernafas.

Langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :

1) Sediakan lingkungan yang tenang

(22)

2) Usahakan tetap rileks dan tenang

3) Menarik nafas dalam melalui hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan 1,2,3.

4) Udara dihembuskan secara perlahan-lahan melalui mulut sambil merasakan ekstremitas bawah dan atas rileks.

5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali.

6) Tarik nafas lagi melalui hidung lalu hembuskan melalui mulut.

7) Anjurkan untk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang

8) Lakukan hingga 15 kali, dengan diselingi istirahat setiap 5 kali.

5. Hubungan Tindakan Keperawatan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dengan SDKI Dan SLKI

Teknik relaksasi nafas dalam dilakukan berdasarkan rujukan dari Standar diagnosis keperawatan indonesia (SDKI) yaitu nyeri akut dan standar luaran keperawatan indonesia (SLKI) untuk menurunkan nyeri yang ditandai dengan adanya keluhan nyeri pada pasien, nampak meringis dan gelisah.

6. Penelitian Terkait Relaksasi Nafas Dalam

Beberapa penelitian terkait relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat nyeri

(23)

Tabel 2.2. penelitian terkait relaksasi nafas dalam

Penulis Judul Tahun Hasil

Ns. Suhartini, Dkk

Perbedaan Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan Terapi Musik Klasik Terhadap Intensitas Nyeri

Sedang

2017 Teknik Relaksasi Nafas Dalam Efektif Menurunkan Skala Nyeri

Margono efektifitas teknik relaksasi nafas dalam terhadap peningkatan adaptasi regulator tubuh untuk menurunkan nyeri pasien post operasi fraktur di rumah sakit otropedi soeharso surakarta

2014 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam dapat memenuhi kebutuhan

metabolisme tubuh, dibuktikan dengan penurunan tanda-tanda vital sebelum dan sesudah tindakan.

Satriyo Agung, Dkk

Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Dengan Anastesi Umum Di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta

2013 ada pengaruh signifikan pada pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi dengan anestesi umum di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta

(24)

BAB III

METEDOLOGI PENULISAN A. Rancangan Studi Kasus

Pada studi kasus ini penulis menerapkan studi kasus deskriptif dengan pendekatan asuhan keperawatan secara komprehensif meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi serta evaluasi keperawatan pada Tn. W dengan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.

B. Subjek studi kasus

Subjek studi kasus ini adalah Tn. W Dengan Fraktur Femur Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Di Ruang Laika Waraka Bedah RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

C. Fokus studi kasus

Fokus studi kasus ini adalah penerapan Asuhan Keperawatan Pada Tn. W Dengan Fraktur Femur Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Di Ruang Laika Waraka Bedah RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

Penerapan tehnik nafas dalam dalam penanganan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada Tn. W Dengan Fraktur Femur Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Di Ruang Laika Waraka Bedah RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

D. Definisi operasional

a) fraktur femur pada studi kasus ini adalah pasien dengan kondisi patah pada tulang daerah tulang paha kanan yang disebabkan oleh

(25)

trauma langsung yaitu kecelakaan. patahnya tulang paha yang disebabkan oleh trauma secara langsung maupun tidak langsung.

b) Kebutuhan rasa nyaman pada studi kasus adalah pemenuhan kebutuhan kenyamanan pada pasien yang mengalami nyeri akibat adanya fraktur pada daerah tulang paha.

c) Asuhan keperawatan pada pasien fraktur femur adalah rangkaian kegiatan yang diberikan secara langsung dengan berbagai tahapan diantaranya.

1) Pengkajian keperawatan pada pasien fraktur femur dimulai dari riwayat keluhan utama, riwayat keluhan saat ini, riwayat kesehatan sebelumnya, dan riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan radiologi.

2) Diagnosis keperawatan pada pasien fraktur femur adalah nyeri akut

3) Rencana keperawatan pada pasien fraktur merujuk pada Standar luaran keperawatan indonesia (SLKI) dengan label luarannya yaitu tingkat nyeri dan standar intervensi keperawatan indonesia (SIKI) dengan label intervensi manajemen nyeri.

4) Implementasi keperawatan adalah penerapan dari rencana keperawatan yang telah disusun sesuai dengan kebutuhan pasien.

(26)

5) Evaluasi adalah penilaian dari rangkaian kegiatan yang telah dilakukan, apakah berhasil atau tidak.

d) Teknik relaksasi nafas dalam pada studi kasus ini adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam menangani nyeri yang dialami oleh pasien dimulai dengan menarik nafas secara maksimal lalu menahan dalam hitungan 3 detik setelah itu menghembuskan nafas secara perlahan dan dilakukan hingga nyeri yang dirasakan membaik.

E. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam studi kasus ini adalah pengkajian Keperawatan Medikal Bedah.

F. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah : a. Wawancara

Metode wawancara dilakukan untuk memperoleh data subjektif dengan menggunakan pertanyaan terbuka atau tertutup, penulis bertanya langsung kepada pasien dengan fraktur femur.

Dengan demikian dapat membantu penulis untuk mengetahui masalah keperawatan yang dialami pasien.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data dengan melakukan serangkaian pemeriksaan yang terdiri dari inspeksi (melihat), perkusi (mengetuk), palpasi (meraba), dan auskultasi

(27)

(mendengarkan) metode ini dilakukan untuk mendapatkan data objektif.

c. Observasi partisipatif

Observasi partisipatif adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan menerapkan asuhan keperawatan kepada klien selama dirawat dirumah sakit, metode ini bersifat objektif yaitu dengan melihat respon klien setelah tindakan dilakukan.

G. Lokasi dan waktu

a) Studi kasus ini dilakukan di Ruang Laika Waraka Bedah RSU Bahteramas Provinsi sulawesi tenggara

b) Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2021 hingga 18 Februari 2021

H. Penyajian data

Penyajian data pada studi kasus ini dilakukan dalam bentuk tekstural yaitu berupa tulisan dan dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari subyek studi kasus yang merupakan data pendukungnya.

I. Etika studi kasus

Etika yang diterapkan pada studi kasus ini adalah :

1) Otonomi (autonomy), autonomi didasarkan pada keyakinan individu mampu berfikir secara logis dan dapat membuat keputusan secara mandiri

(28)

2) Beneficience (berbuat baik), perawat melakukan hal baik sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan.

3) Justice (keadilan), ketika perawat bek5erja sesuai ilmu dan kiat keperawatan dengan memperhatikan keadilan sesuai standar praktik dan hukum yang telah berlaku.

4) Non-Maleficence (tidak merugikan), ketika perawat melakukan tindakan keperawatan dengan tidak menimbulkan bahaya atau cedera fisik dan psikologis pada klien.

5) Veracity (kejujuran), informasi yang diberikan kepada klien harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya, klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ingin ia tau.

6) Fidelity (menepati janji), perawat harus memiliki komitmen menepati janjji dan menghargai komitmen dari orang lain.

7) Confidentiality (kerahasiaan), kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga.

8) Accountability (akuntabilitas), adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam berbagai kondisi tanpa terkecuali.

(29)

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil studi kasus 1. Pengkajian

1) Biodata a. Identitas Klien

Nama lengkap : Tn. W

Jenis Kelamin : Laki - Laki Umur/Tanggallahir : 50 Tahun Status Perkawinan : Menikah

Agama : Hindu

Suku Bangsa : Bali

Pendidikan : SLTP/Sederajat

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendapatan : Tunjangan Mantan Suami

Tanggal MRS : 8 Agustus 2022

Identitas Penanggung Jawab

Nama lengkap : Ny.k

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Wiraswasta

Hubungan dengan klien : Adik

Alamat : Passo

2) Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama : klien mengatakan nyeri pada paha kanan

b. Riwayatkeluhan :

1) Penyebab/faktor pencetus :

Klien mengatakan pernah mengalami kecelakaan lalu lintas

2) Sifat keluhan :

(30)

Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul dan memberat saat kaki kanan digerakkan.

3) Lokasi dan penyebarannya : Nyeri pada bagian kaki kanan

4) Skala keluhan :

Skala nyeri berada pada angka 5

5) Mulai dan lamanya keluhan :

Klien mengatakan merasakan keluhan sejak 4 hari yang lalu 6) Hal-hal yang meringankan/memperberat :

Nyeri memberat saat kaki kanan digerakkan

3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a. Apakah menderita penyakit yang sama : klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit serupa sebelumnya

b. Bila pernah dirawat di RS, sakit apa : -

c. Pernah mengalami pembedahan : ya/ tidak,

d. Riwayat alergi : ya/tidak

e. Kebiasaan/ketergantungan terhadap zat : tidak 1) Merokok (berapa batang sehari) : tidak

2) Minum kopi : ya

3) Minum obat-obatan : tidak

(31)

X X ? ?

X

4) Riwayat Keluarga/Genogram (Diagram 3 Generasi)

\

Keterangan :

a. Buat genogram 3 generasi

Laki-laki

Perempuan

Meninggal

Pasien

Tinggal bersama

b. Riwayatkesehatananggotakeluarga

1. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa:

klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya menderita penyakit yang sama

2. Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau menurun : Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit menular.

(32)

5) Pemeriksaan Fisik a. Tanda-tanda vital

1) Tekanan darah : 120/80 mmHg

2) Pernapasan : 20 kali / menit, Irama : Irregular 3) Nadi : 64 kali / menit, regular/ireguler 4) Suhu badan : 36 0C

b. Berat badan dan tinggi badan 1) Berat badan : 60 KG 2) Tinggi badan :150 Cm 3) IMT :

c. Kepala :

1) Bentuk kepala : simetris kanan dan kiri 2) Keadaan kulit kepala : nampak luka goresan 3) Nyeri kepala / pusing : klien mengatakan pusing 4) Distribusi rambut : distribusi rambut tidak

merata

5) Rambut mudah tercabut : tidak

6) Alopesia : tidak

d. Mata

1) Kesimetrisan : simetris (tidak ikterik) 2) Edema kelopak mata : tidak ada pembengkakan 3) Ptosis : tidak ada (normal)

4) Sklera : putih (normal)

5) Konjungtiva : tidak pucat, berwarna merah muda (normal)

6) Ukuran pupil : 2 mm dan mengecil saat terkena cahaya

7) Ketajaman penglihatan : mulai berkurang

8) Pergerakan bola mata : dapat bergerak ke segala arah 9) Lapang pandang : mulai berkurang

10) Diplopia : tidak ada

(33)

11) Photohobia : tidak mengalami penglihatan ganda (normal)

12) Nistagmus : tidak ada 13) Reflex kornea : positif

14) Nyeri : tidak ada nyeri

e. Telinga

1) Kesimetrisan : simetris (normal)

2) Sekret : tidak ada

3) Serumen : tidak ada

4) Ketajaman pendengaran : baik

5) Tinnitus : tidak ada tinnitus

6) Nyeri : tidak ada nyeri

f. Hidung

1) Kesimetrisan : simetris 2) Perdarahan : tidak ada

3) Sekresi : tidak ada

4) Fungsi penciuman : baik

5) Nyeri : tidak ada

g. Mulut

1) Fungsi berbicara : mampu berbicara (normal) 2) Kelembaban bibir : bibir tampak kering

3) Posisi uvula : simetris, berada ditengah (normal)

4) Mukosa : mukosa bibir kering

5) Keadaan tonsil : tidak ada peradangan (normal) 6) Stomatitis : tidak ada stomatitis

7) Warna lidah : merah muda (normal) 8) Tremor pada lidah : tidak ada tremor 9) Kebersihan lidah : bersih

10) Bau mulut : tidak ada (normal)

11) Kelengkapan gigi : sudah ada beberapa gigi yang dicabut

12) Kebersihan gigi : bersih

(34)

13) Karies : tidak ada karies 14) Suara parau : tidak ada 15) Kesulitan menelan : tidak ada

16) Kemampuan mengunyah : mampu mengunyah dengan baik 17) Fungsi mengecap : fungsi mengecap baik

h. Leher

1) Mobilitas leher : baik (normal)

2) Pembesaran kel. Tiroid : tidak ada pembesaran (normal)

3) Pembesaran kel. limfe : tidak ada pembesaran (normal)

4) Pelebaran vena jugularis : tidak ada pelebaran (normal) i. Thoraks

Paru – paru

1. Bentuk dada : normal

2. Pengembangan dada : simetris

3. Retraksi dinding dada : tidak ada retraksi dinding dada 4. Tanda jejas : tidak ada tanda jejas

5. Taktil fremitus : sama antara kiri dan kanan

6. Massa : tidak ada massa

7. Dispnea : tidak

8. Ortopnea : tidak

9. Perkusi thoraks : sonor

10. Suara nafas : Normal

11. Bunyi nafas tambahan :tidak terdapat suara napas tambahasn, yaitu mengi

12. Nyeri dada : klien mengatakan tidak ada nyeri dada

a. Jantung

1. Iktus kordis : Normal 2. Ukuran jantung : normal 3. Nyeri dada : tidak ada

(35)

4. Palpitasi : tidak ada palpitasi

5. Bunyi jantung : tidak ada bunyi jantung tambahan (normal)

b. Abdomen

1. Warna kulit : kuning langsat

2. Distensi abdomen : tidak ada distensi abdomen

3. Ostomy : tidak ada ostomy

4. Tanda jejas : tidak ada jejas 5. Peristaltik : normal (10 x/menit) 6. Perkusi abdomen : timpani

7. Massa : tidak ada

8. Nyeri tekan : tidak ada c. Payudara

1) Kesimetrisan : simetris

2) Keadaan puting susu : normal

3) Pengeluaran dari putting susu : tidak ada cairan yang keluar dari putting susu

4) Massa : tidak ada massa

5) Kulit paeu d’orange : tidak terdapat kulit paeu d’orange

6) Nyeri : tidak ada nyeri payudara

7) Lesi : tidak ada lesi pada payudara

d. Genitalia Pria

1) Keadaan meatus uretra eksterna : normal 2) Lesi pada genital : tidak ada

3) Skrotum : normal

4) Pembesaran prostat : tidak ada 5) Perdarahan : tidak ada e. Pengkajian sistem saraf

1) Tingkat kesadaran : composmentis (GCS 15)

(36)

2) Koordinasi : koordinasi sistem saraf dan sistem indra baik

3) Memori : mampu mengingat (normal)

4) Orientasi : mampu menjawab pertanyaan 5) Konfusi : tidak ada gangguan kesadaran 6) Keseimbangan : tidak ada gangguan keseimbangan 7) Kelumpuhan : tidak ada kelumpuhan

8) Gangguan sensasi : mampu merasakan sensasi (normal) 9) Kejang-kejang : tidak mengalami kejang-kejang 10) Refleks :

a. Refleks tendon

1. Biseps : positif (+) 2. Trisep : positif (+) 3. Lutut : positif (+) 4. Achiles : positif (+) b. Refleks patologis

Babinski : negative (-) f. Anus dan perianal

1. Hemorrhoid : tidak ada

2. Lesi perianal : tidak ada leni pada peianal 3. Nyeri : tidak ada nyeri

g. Ekstremitas

1) Warna kulit : coklat 2) Purpura / ekimosis : tidak ada

3) Atropi : tidak ada atrofi (normal) 4) Hipertropi : ada hipertrofi

5) Lesi : ada lesi

6) Pigmentasi : normal

7) Luka : ada luka

8) Deformitas sendi : tidak ada pergeseran sendi 9) Deformitas tulang :tidak terjadi deformitas tulang

10) Tremor : tidak ada tremor

(37)

4 4

2 4

11) Varises : tidak ada varises

12) Edema : ada edema pada eksremitas 13) Turgor kulit : normal

14) Kelembaban kulit : kulit kering 15)Capillary Tefilling Time (CRT) : < 3detik

16) Pergerakan : melemah

17) Kekakuan sendi : ada kekakuan sendi 18) Kekuatan otot :

19) Tonus otot : lemah

20) Kekuatan sendi : ada kelemahan

21) Nyeri : ada nyeri

22) Diaphoresis : tidak ada pengeluaran keringat berlebihan

(38)

6) Pengkajian Kebutuhan Dasar

a. Kebutuhan Istrahat dan tidur

Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit Jumlah jam tidur

siang

Sebelum sakit klien tidur siang hingga 1, 5 jam

Setelah sakit klien hanya bisa tidur kurang dari 1 jam

Jumlah jam tidur malam

Sebelum sakit sekitar 6-7 jam dalam sehari

Selama sakit jam tidur malam klien hanya sekitar 5-6 jam dikarenakan sering terbangun akibat nyeri yang dirasakan.

Kebiasaan konsumsi obat tidur/stimulant/

penenang

Klien mengatakan tidak mengonsusmsi obat tidur

Klien mengatakan tidak mengonsusmsi obat tidur

Kegiatan pengantar tidur

Klien mengatakan menonton TV

Tidak ada kegiatan pengantar tidur Perasaan waktu

bagun tidur

Merasa puas setelah bangun tidur

Klien merasa lemas dan merasa kurang puas

Kesulitan memulai tidur

Klien mengatakan tidak ada kesulitan untuk memulai tidur

Klien sulit tidur akibat nyeri yang dirasakan

Mudah terbagun

Klien mengatakan tidak mudah terbangun

Klien mengatakan sering/mudah terbangun karena nyeri

Penyebab gangguan tidur

Klien mengatakan sebelum sakit tidak ada gangguan tidur yang dialami

Klien meengatakan setelah sakit penyebab gangguan tidurnya, yaitu karena nyeri yang dialaminya

Perasaan mengantuk

Klien mengantakan perasaan mengantuk yang

Klien mengatakan merasa mengantuk dan lelah namun

(39)

dirasakan normal sulit untuk memulai tidur

b. Kebutuhan Aktivitas

Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit Kegiatan rutin Klien mengatakan sering ke

kebun

Selama sakit klien hanya berbaring di tempat tidur

Waktu senggang Disaat senggang klien membersihkan pekarangan rumahnya

Klien tidak banyek bergerak karena nyeri

Kemampuan berjalan Klien mampu berjalan dengan baik

Untuk berjalan ke kamar mandi harus dubopong oleh anak dan istrinya

Kemampuan merubah posisi saat berbaring

Klin mampu merubah posisinya saat berbaring

Klien hanya mampu berbaring terlentang Kemampuan berubah

posisi : berbaring ke duduk

Klien mengatakan dapat merubah posisinya secara mandiri

Untuk duduk klien harus dibantu oleh keluarganya

Kemampuan mempertahankan posisi

duduk

Klien mengatakan mampu mempertahankan posisi duduknya dalam waktu yang cukup lama

Klien mampu

mempertahankan posisi duduk selama beberapa saat Kemampuan berubah

posisi : duduk ke berdiri

Klien dapat merubah posisinya secara mandiri

Klien tidak dapat berdiri akibat nyeri Kemampuan

mempertahankan posisi berdiri

Klien mengatakan dapat mempertahankan posisi berdiri

Klien tidak dapat berdiri

Kemampuan berjalan

Klien mampu berjalan dengan normal dan tanpa Bantuan

Dibantu keluarga

(40)

Penggunaaan alat bantu dalam pergerakan

Klien tidak menggunakan alat bantu jalan

Klien tidak

menggunakan alat bantu gerak

Dispnea setelah beraktivitas

Klien tidak mengalami sesak napas setelah Beraktivitas

Klien tidak mengalami sesak saat beraktivitas

Ketidaknyamanan setelah beraktivitas

Klien mengatakan tidak ada perasaan tidak nyaman setelah beraktivitas

Klien merasa tidak nyaman saat bergerak karena nyeri yang dirasakan

Pergerakan lambat Klien bergerak dengan Normal

Klien bergerak dengan lambat

c. Kebutuhan Kenyamanan :

I. Keluhan nyeri : terdapat nyeri pada kaki kanan II. Pencetus nyeri : nyeri disebabkan oleh fraktur III. Upaya yang meringankan nyeri : -

IV. Karakteristik nyeri : nyeri yang dirasakan seperti berdenyut

V. Intensitas nyeri : sedang

VI. Durasi nyeri : hilang timbul sekitar 10 menit VII. Dampak nyeri terhadap aktivitas : tidak dapat beraktivitas

karena nyeri

(41)

7) Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium

a) Hemoglobin 12,2%

b) Neutrofil 69,7%

c) Limfosit L 19,5%

d) Monosit H 10,4%

e) Eosinofil L 0,01%

f) Sgpt 20%

g) Sgot 37%

h) Glukosa sewaktu 129 i) Ureum darah 56 j) Kreatinin 0,8

b. Radiologi

a) Hasil Rontgen ditemukan fraktur area eminentia intercondyloidea femur dextra

b) Thorax dalam batas normal c) skull dalam batas normal

c. terapi yang diberikan 1. infusd rl 20 tpm

2. keterolac 1 ampul/ 12 jam 3. ranitidine 1 ampul / 8 jam 4. ceftriaxone 1gr/ 12 jam

(42)

2. Analisa Data

Tabel 4.1. Analisa Data Keperawatan

Data Etiologi Masalah

Ds :

- Klien mengatakan nyeri pada paha kanan

- klien menalami fraktur pada paha kanan

- kualitas nyeri seperti berdenyut

- nyeri dirasakan pada paha kanan

- skala nyeri 5

- nyeri dirasakan hilang timbul dan memberat saat kaki kanan digerakkan

Do :

- Nampak ekspresi klien meringis

- Klien nampak gelisah

- Nampak klien bersikap protektif

- Nampak klien sulit tidur - Ttv

Td : 120/80 mmHg P : 20x/ menit N : 64x/ menit S : 36°C

Trauma langsung

Fraktur femur

Pergeseran fragmen Tulang

Nyeri

Nyeri

3. Diagnosis keperawatan

1) Diagnosis keperawatan pada kasus ini adalah “nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik" ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada paha kanan, klien mengalami fraktur pada paha kanan, kualitas nyeri seperti berdenyut, nyeri

(43)

dirasakan pada paha kanan, skala nyeri 5, nyeri dirasakan hilang timbul dan memberat saat kaki digerakkan, nampak ekspresi klien meringis, klien nampak gelisah, nampak klien bersikap protektif, nampak klien sulit tidur, Ttv : Td : 120/80 mmHg, P : 120x/ menit, N : 64x/ menit, s : 36°C.

(44)

4. Rencana Keperawatan

Tabel 4.2. rencana keperawatan Diagnosis

Keperawatan Luaran (Slki) Intervensi (Siki) Nyeri Akut

Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik d/d :

- Klien mengatakan nyeri pada paha kanan

- klien menalami fraktur pada paha kanan

- kualitas nyeri seperti berdenyut - nyeri dirasakan

pada paha kanan - skala nyeri 5 - nyeri dirasakan

hilang timbul dan memberat saat

kaki kanan

digerakkan

- Nampak ekspresi klien meringis - Klien nampak

gelisah

- Nampak klien bersikap protektif - Nampak klien

sulit tidur - Ttv

Td : 120/80

mmHg

P : 20x/ menit N : 64x/ menit - S : 36°C

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :

1. Keluhan nyeri dari meningkat menjadi menurun

2. Meringis dari meningkat menjadi menurun

3. Gelisah dari meningkat menjadi menurun 4. Sikap protektif dari

meningkat menjadi menurun

5. Kesulitan tidur dari meningkat menjadi menurun.

Manajemen Nyeri Observasi

1. Identifikasi skala nyeri 2. Identifikasi lokasi,

durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

Terapeutik

1. Berikan teknik non farmalkologis unntuk mengurangi nyeri Edukasi

1. Ajarkan teknik relaksasi non farmakologi untuk mengurangi nyeri Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik

(45)

45 5. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.3. implementasi dan evaluasi keperawatan Diagnosis Keperawatan Hari/

Tanggal

Jam Implementasi Evaluasi

Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik d/d :

- Klien mengatakan nyeri pada paha kanan

- klien menalami fraktur pada paha kanan

- kualitas nyeri seperti berdenyut

- nyeri dirasakan pada paha kanan

- skala nyeri 5

- nyeri dirasakan hilang timbul dan memberat saat kaki kanan digerakkan - Nampak ekspresi klien

meringis

- Klien nampak gelisah

Selasa 09-08- 2022

10.00 Wita

1. Mengidentifikasi skala nyeri Hasil : Skala nyeri 5

2. Mengidentifikasi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

Hasil : Klien mengatakan nyeri pada paha kanan, nyeri dirasakan hilang timbul dan memberat saat kaki digerakkan, skala nyeri 5

3. Memberikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri yaitu relaksasi nafas dalam

Hasil : Klien mempraktekan sesuai instruksi

4. Mengajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri

Hasil : Klien mengatakan sudah mengerti dan dapat mempraktekan langkah relaksasi nafas dalam.

5. Kolaborasi pemberian analgetik

S :

- Klien Mengatakan Nyeri yang dirasakan belum nenurun

- Klien mengatakan kesulitan tidur mbelum menurun

O :

- Nampak Ekspresi meringis belum menurun - Keluhan nyeri belum

menurun

- Nampak Sikap protektif belum menurun

- Nampak Gelisah belum menurun

(46)

- Nampak klien bersikap protektif

- Nampak klien sulit tidur - Ttv

Td : 120/80 mmHg P : 20x/ menit N : 64x/ menit - S : 36°C

Hasil : Klien diberikan obat Ketorolac 1 ampul/12 jam, Ranitidine 1 ampul/8 jam melalui intravena.

A : Masalah Belum Teratasi P : Intervensi 1,2,3,4,5 Dilanjutkan

Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik d/d :

- Klien mengatakan nyeri pada paha kanan

- klien menalami fraktur pada paha kanan

- kualitas nyeri seperti berdenyut

- nyeri dirasakan pada paha kanan

- skala nyeri 5

- nyeri dirasakan hilang timbul dan memberat saat kaki kanan digerakkan - Nampak ekspresi klien

meringis

Rabu 10-08-

2022

09 : 00 wita

1. Mengidentifikasi skala nyeri Hasil : Skala nyeri 4

2. Mengidentifikasi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

Hasil : Klien mengatakan nyeri pada paha kanan, nyeri dirasakan hilang timbul dan memberat saat kaki digerakkan, skala nyeri 4

3. Memberikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri yaitu relaksasi nafas dalam

Hasil : Klien mempraktekan sesuai instruksi

4. Mengajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri

Hasil : Klien mengatakan sudah mengerti dan dapat mempraktekan langkah relaksasi nafas dalam.

S :

- Klien Mengatakan Nyeri yang dirasakan cukup nenurun

- Klien mengatakan kesulitan tidur cukup menurun

O :

- Nampak Ekspresi meringis cukup menurun - Keluhan nyeri cukup

menurun

- Nampak Sikap protektif cukup menurun

- Nampak Gelisah cukup

(47)

- Klien nampak gelisah - Nampak klien bersikap

protektif

- Nampak klien sulit tidur - Ttv

Td : 120/80 mmHg P : 20x/ menit N : 64x/ menit - S : 36°C

5. Kolaborasi pemberian analgetik

Hasil : Klien diberikan obat Ketorolac 1 ampul/12 jam, Ranitidine 1 ampul/8 jam melalui intravena

menurun

A : Masalah Belum Teratasi P : Intervensi 1,2,3,4,5 Dilanjutkan

Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik d/d :

- Klien mengatakan nyeri pada paha kanan

- klien menalami fraktur pada paha kanan

- kualitas nyeri seperti berdenyut

- nyeri dirasakan pada paha kanan

- skala nyeri 5

- nyeri dirasakan hilang timbul dan memberat saat kaki kanan digerakkan - Nampak ekspresi klien

Kamis 11-08- 2022

10:00 wita

1. Mengidentifikasi skala nyeri Hasil : Skala nyeri 3

2. Mengidentifikasi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

Hasil : Klien mengatakan nyeri pada paha kanan, nyeri dirasakan hilang timbul dan memberat saat kaki digerakkan, skala nyeri 3

3. Memberikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri yaitu relaksasi nafas dalam

Hasil : Klien mempraktekan sesuai instruksi

4. Mengajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri

Hasil : Klien mengatakan sudah mengerti dan dapat mempraktekan langkah relaksasi

S :

- Klien Mengatakan Nyeri yang dirasakan nenurun - Klien mengatakan

kesulitan tidur yang dirasakan menurun O :

- Nampak Ekspresi meringis menurun - Keluhan nyeri menurun - Nampak Sikap protektif

menurun

- Nampak Gelisah menurun

(48)

meringis

- Klien nampak gelisah - Nampak klien bersikap

protektif

- Nampak klien sulit tidur - Ttv

Td : 120/80 mmHg P : 20x/ menit N : 64x/ menit - S : 36°C

nafas dalam.

5. Kolaborasi pemberian analgetik

Hasil : Klien diberikan obat Ketorolac 1 ampul/12 jam, Ranitidine 1 ampul/8 jam melalui intravena

A : Masalah Teratasi P : Intervensi Dihentikan

(49)

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah pada klien Ny.S dengan close fraktur humerus sinistra diagnosa keperawatan yang muncul diantaranya nyeri akut berhubungan dengan

nyeri akut di Ruang Cempaka RSUD Mgr Gabriel Manek SVD, dan tujuan khusus melaksanakan pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

Hasil : Pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien fraktur tertutup dengan masalah keperawatan nyeri akut yang dilakukan tindakan keperawatan kombinasi kompres

Kesimpulan dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah pada klien Ny.S dengan close fraktur humerus sinistra diagnosa keperawatan yang muncul diantaranya nyeri akut berhubungan dengan

Diberikan terapi RL 20 TPM Diagnosis keperawatan utama yang ditetapkan adalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik ditandai dengan tampak meringis D.0077 dengan data

Berdasarkan intervensi yang telah direncanakan, penulis melakukan implementasi pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pecedera fisik pada subjek tanggal 24

Bagi perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien ST Elevasi STEMI dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis serta berfikir secara

Dx 3 Nyeri akut b.d pencedera fisik prosedur operasi d.d pasien tampak meringis , pasien mengeluh nyeri Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam