• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. M DENGAN APPENDISITIS DI RUANG BAITUN NISSA 1 RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

N/A
N/A
Ulan Safitri

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. M DENGAN APPENDISITIS DI RUANG BAITUN NISSA 1 RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2008) dari survei di 12 provinsi menunjukkan bahwa terdapat 3.251 kasus radang usus buntu yang dirawat di rumah sakit. Menurut Dinas Kesehatan Jawa Tengah (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2009), jumlah kasus radang usus buntu yang dilaporkan sebanyak 5.980 pasien, dan 177 diantaranya dapat menyebabkan kematian. Jika radang usus buntu tidak ditangani dengan baik, maka akan menimbulkan komplikasi serius seperti sepsis atau perforasi dan mungkin terjadi.

Oleh karena itu, penyakit usus buntu dapat diobati dengan melakukan tindakan pembedahan atau sering disebut dengan operasi usus buntu, dan bila terjadi perforasi dapat dilakukan tindakan laparotomi (Sumarni, 2019). Dari studi kasus yang dilakukan penulis, maka penulis memutuskan untuk menulis karya ilmiah yaitu “ Asuhan Keperawatan di An.M Dengan Apendisitis Di Ruang Nisa 1 RSI Sultan Agung Semarang” dengan permasalahan keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen kerusakan fisiologis.

Tujuan Studi Kasus

Manfaat Studi Kasus

Bahan acuan pengembangan keilmuan khususnya pada program studi Fakultas Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang dalam bidang keperawatan anak. Menambah wawasan dan menjadi bahan rujukan dalam pengembangan asuhan keperawatan pada anak penderita usus buntu akan kebutuhan rasa aman dan nyaman dari nyeri.

TINJAUAN TEORI

  • Konsep Anak
    • Pengertian Anak
    • Kebutuhan Dasar Anak
    • Tingkat dan Tugas Perkembangan Anak
    • Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
  • Konsep Dasar Penyakit
    • Pengertian
    • Etiologi
    • Patofisiologi
    • Manifiestasi klinis
    • Pemeriksaan Diagnostik
    • Komplikasi
    • Penatalaksnaan
  • Konsep Dasar Keperawatan
    • Pengkajian
  • Pathways

Apendisitis, yaitu peradangan pada usus buntu, merupakan penyebab paling sering terjadinya nyeri perut akut. Kasus ringan dapat disembuhkan tanpa pengobatan, namun seringkali memerlukan pengangkatan usus buntu yang terinfeksi dan laparotomi (Hidayat, 2020). Istilah medis hipertrofi jaringan limfoid dan hiperplasia limfatik umumnya menyebabkan radang usus buntu pada anak-anak.

Feses/endapan tinja yang keras menjadi penyebab utama seseorang mengalami radang usus buntu. Tumor langka ini terbentuk di bagian bawah saluran pencernaan dan dapat menyebabkan radang usus buntu. Infeksi parasit seperti cacing gelang (Ascaris lumbricoides), amuba (Entamoeba histolica), cacing kremi (Strongiloides stercoralis), cacing kremi (enterobiasis) dan Blastocystis hominis merupakan penyebab peradangan pada usus buntu.

Penyumbatan pada lapisan usus buntu yang menyebabkan infeksi diduga menjadi penyebab penyakit usus buntu. Jika radang usus buntu terjadi di dekat ureter atau kandung kemih, gejalanya mungkin berupa nyeri saat buang air kecil atau rasa tidak nyaman dengan urin dan kandung kemih penuh.

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

  • Pengkajian
    • Identitas
    • Keluhan Utama
    • Riwayat Penyakit Sekarang
    • Riwayat Masa Lampau
    • Riwayat Keluarga
    • Riwayat Sosial
    • Keadaan Kesehatan Ketika ini
  • Pengkajian Pola Fungsional Menurut Gordon
    • Persepsi Kesehatan / Penanganan Kesehatan
    • Nutrisi
    • Eliminasi
    • Aktivitas
    • Tidur dan istirahat
    • Kognitif / Perseptual
    • Persepsi Diri
    • Peran dan Hubungan
    • Seksualitas dan Reproduksi
    • Koping dan toleransi stress
    • Nilai dan kepercayaan
  • Pemeriksaan Fisik
    • Keadaan Klien
    • Pemeriksaan Jantung, Paru, dan Abdomen
    • Genetalia
    • Ekstremitas
    • Kulit
    • Pemeriksaan Perkembangan
  • Therapy
  • Pemeriksaan Penunjang
  • Analisa Data
  • Planning atau Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
    • Evaluasi Keperawatan

Pada tanggal 16 Februari 2021 pukul 18.05 WIB diperoleh data subjektif pertama yaitu pasien mengaku mengalami sakit perut. Respon subyektif pasien adalah pasien mengatakan nyerinya berkurang setelah menarik nafas panjang dan menonton film kartun. Respon subyektif pasien, ibu pasien mengatakan merasa agak tenang setelah mendapat penjelasan dari perawat dan berdoa.

Respon subyektif pasien adalah pasien mengatakan nyerinya berkurang ketika menarik nafas dalam dan menonton video kartun. Ibu pasien mengatakan, rasa sakit yang dirasakan pasien sudah terjadi berulang kali sebelum masuk rumah sakit. Ibu pasien menyatakan bahwa tidak ada seorang pun di keluarga pasien yang memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, DM, atau radang usus buntu.

Gambar 3 Skala Nyeri Wong Baker
Gambar 3 Skala Nyeri Wong Baker

PEMBAHASAN

Diagnosa Keperawatan

Ibu pasien mengatakan, keluhan anaknya berangsur-angsur muncul seiring hari yang semakin menyakitkan. Ibu pasien mengatakan rasa sakit yang dirasakan anaknya seperti ditusuk jarum dan berlanjut hingga dibawa ke rumah sakit. Ibu pasien mengatakan, sebelum dibawa ke rumah sakit, perkembangan pasien memburuk dan setelah dibawa ke rumah sakit, kondisi anaknya membaik.

Ibu pasien mengatakan, anaknya dilahirkan di RS dan dilahirkan secara Sectio Caesarea (SC) dengan berat 3100 gram. Ibu pasien mengatakan, jika anaknya sakit, ia segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan dan diberikan pengobatan sesuai anjuran sistem pelayanan kesehatan. Dan ibu pasien mengatakan bahwa ia memberikan mainan dan makanan kepada anak yang cocok dan aman untuk anaknya.

Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya biasanya mandi dua kali sehari sendirian, namun terkadang dengan bantuan orang tuanya. Ibu pasien mengatakan bahwa selama sakit, orang tua pasien membantunya dalam melakukan aktivitas seperti mandi, makan, dan berpakaian. Ibu pasien mengatakan, sebelum sakit, pasien mempunyai jadwal tidur siang, biasanya jam 1 siang, dan tidur malam jam 8 pagi sampai jam 9 malam.

Ibu pasien mengatakan anaknya aktif sebelum sakit, namun selama dirawat pasien diam. Ibu pasien mengatakan bahwa selalu ada waktu untuk anaknya agar anak tidak merasa kesepian dan takut. Ibu pasien mengatakan anaknya selalu perhatian, kebutuhan kasih sayang terpenuhi, pasien mengatakan anaknya laki-laki.

Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mudah bergaul dengan orang baru ketika anak sedang bermain sendiri dengan teman-temannya.

PENUTUP

Kesimpulan

Salah satu fokus utama dalam pengkajian klien pra dan pasca apendisitis adalah pengkajian nyeri dengan metode PQRST. Diagnosis awal adalah nyeri akut yang berhubungan dengan agen fisiologis berbahaya, ditandai dengan pasien tampak meringis dan gelisah. Diagnosis kedua adalah kecemasan berhubungan dengan kekhawatiran akan kegagalan, ditandai dengan pasien tampak tegang dan gelisah. Diagnosis ketiga adalah kecemasan berhubungan dengan nyeri akut. dengan cedera fisik yang ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dan meringis, diagnosis keempat yaitu risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif (luka pasca operasi). Perencanaan yang digunakan pada kasus klien dirumuskan berdasarkan prioritas masalah dengan teori yang ada. Intervensi untuk setiap diagnosis dapat sesuai dengan kebutuhan klien dan secara kolaboratif mempertimbangkan kondisi klien dan kemampuan keluarga.

Tindakan dalam hal ini dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan sesuai kebutuhan klien pra & pasca apendisitis. Evaluasi dilakukan peneliti terhadap klien selama 3 hari oleh peneliti dan dilakukan dalam bentuk SOAP. Respon klien terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan baik, klien cukup kooperatif dalam pelaksanaan setiap tindakan keperawatan.

Hasil evaluasi yang dilakukan peneliti terhadap klien menunjukkan bahwa banyak permasalahan yang dialami klien telah terselesaikan.

Saran

Gambar

Gambar 1 Pathways Appendisitis ........................................................................
Tabel 1. Pemeriksaan Darah Rutin ......................................................................
Lampiran 4  Tabel Berita Acara
Gambar 3 Skala Nyeri Wong Baker

Referensi

Dokumen terkait

dirasakan pertama kali oleh pasien adalah skala nyeri 7 dan setelah diberikan tindakan relaksasi genggam jari selama 3 hari selama 2 kali tindakan dalam sehari, maka tingkat nyeri

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien pasca operasi fraktur dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman dengan masalah keperawatan Nyeri Akut yang