BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi secara alami di dalam kehidupan manusia. Menurut WHO dalam Health in South East-Asia tahun 2010, proporsi penduduk tua dalam populasi mengalami perkembangan yang sangat cepat terlebih pada negara di kawasan asia tenggara. Indonesia sebagai salah satu negara di kawasan Asia Tenggara, memiliki riwayat peningkatan jumlah lansia yang signifikan seiring dengan peningkatan kualitas kesehatan yang berdampak pada peningkatan angka harapan hidup yakni sebesar 14 juta jiwa lansia sejak 1971 hingga tahun 2011 (Komnas Lansia, 2010)
Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2011, jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 19, 32 juta orang (8, 37%) dari total seluruh penduduk Indonesia. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan jumlah penduduk lansia dimana pada tahun 2005 jumlah penduduk lansia sebesar 16, 80 juta orang. Angka ini naik menjadi 18, 96 juta orang pada tahun 2007 dan menjadi 19, 32 juta orang pada tahun 2011. Provinsi tertinggi di tempati oleh Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (14, 02%) kemudian diikuti oleh provinsi lainnya (Kemenkes RI, 2011)
Lansia adalah seseorang yang sudah memasuki usia 60 tahun atau lebih (Nugroho, 2016). Usia lanjut merupakan tahapan akhir dari proses perkembangan tubuh yang tidak dapat dipungkiri dan merupakan tahapan normal yang dialami oleh setiap individu yang memasuki usia lanjut (Stanley, 2015). Usia lanjut yang dialami oleh lansia akan menyebabkan lansia mengalami berbagai penurunan fungsi fisik, psikologis, serta sosial (Tamher, 2011).
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia salah satunya dapat menimbulkan masalah yaitu meningkatnya risiko jatuh yang dapat menyebabkan cedera bagi lansia (Stockslager, 2015). Jatuh pada lansia adalah suatu masalah utama sering dialami lansia (Azizah, 2017). Survey yang dilakukan di Indonesia oleh riset kesehatan dasar (RIKESDAS) menyatakan bahwa jumlah kejadian jatuh pada lansia yang berusia 60 tahun atau lebih sekitarnya 70, 2% (Riyadina, 2011).
Salah satu masalah fisik yang dapat mengakibatkan lansia yang dapat mengakibatkan kecacatan atau kematian yang sering terjadi pada lansia harus dicegah dan perlu mendapatkan perhatian dari masyarakat keperawatan adalah jatuh, sebab kecelakaan dan jatuh merupakan masalah yang sering menyebabkan kecacatan, cidera, depresi dan cidera fisik terhadap lansia, karena bertambahnya usia kondisi fisik, mental dan fungsi tubuh pun menurun (Nugroho, 2016).
Faktor risiko yang menyebabkan jatuh pada lansia terbagi menjadi 2 bagian, yaitu yang pertama berdasarkan faktor instrinsik, faktor ini
menggambarkan variabel-variabel yang menentukan mengapa seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi yang sama mungkin tidak jatuh (Stanley, 2015). Faktor intrinsik tersebut antara lain adalah gangguan muskuloskletal misalnya menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan eksremitas bawah, ke kakuan sendi, sinkop yaitu kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang di sebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala lemah, penglihatan gelap, keringat dingin, pucat dan pusing (Lumbantobing, 2014). Kedua berdasarkan faktor ekstrinsik, faktor ini merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya) diantaranya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tersandung benda-benda, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau tergeletak dibawah , tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok, obat-obatan yang diminum dan alat-alat berjalan (Maryam, 2010).
Mengurangi masalah kesehatan yang diantaranya risiko jatuh pada lansia harus dilakukan tindakan pencegahan agar cidera yang diakibatkan jatuh dapat dikurangi dan lebih diutamakan daripada mengobati komplikasinya (Darmojo, 2011). Hubungan aktifitas fisik dengan risiko jatuh pada lansia. Banyaknya aktifitas fisik pada lansia dapat menyebabkan lansia mengalami kelelahan sehingga memungkinkan terjadinya risiko jatuh pada lansia (Darmojo, 2011). Hal ini sesuai dengan penelitian Okubo (2015) mengatakan kebiasaan beraktivitas berjalan pada lansia yang memiliki faktor risiko jatuh lebih dari dua akan berisiko lebih tinggi dengan OR 4, 61 yang berarti 4 kali berisiko untuk mengalami terjadinya jatuh. Akan tetapi,
hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hu (2015) yang menyatakan bahwa lansia yang memiliki aktifitas yang tergolong sedang akan memiliki risiko jatuh lebih kecil dibandingkan dengan lansia yang kurang aktif dengan presentasi 4,6%.
Kebanyakan lansia yang memiliki risiko jatuh adalah lansia yang memiliki aktivitas sehari-hari dengan rentang tingkat ketergantungan atau lansia yang kurang mempunyai aktivitas fisik (Tamher, 2011). Tidak semua lansia memiliki aktivitas sehari-hari namun demikian Pada kelomok lansia memang terjadi penurunan kemampuan melakukan aktifitas fisik, sehingga keaktifan melakukan aktifitas fisik akan berkurang. Kondisi ini dipengaruhi oleh proses penuaan yang mengakibatkan penurunan kamampuan otot, elastisitas dan ketahanan fisik, sehingga faktor terbesar risko jatuh pada lansia adalah kondisi lingkunagn yang tidak adekuat dan gangguan keseimbangan yang disertai kelemahan pada lansia (Lensen et al dalam (Rubeinsten 2016)
Sedangkan aktivitas fisik adalah setiap kegiatan yang membutuhkan energi untuk melakukannya seperti berjalan, menari, mengasuh cucu dan lain sebagainya. Aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur melibatkan gerakan tubuh yang dilakukan secara berulang-ulang dan bertujuan untuk kesegaran jasmani (Depkes, 2018). Jenis dari aktivitas fisik untuk lansia seperti melakukan pekerjaan rumah dan berkebun, berjalan-jalan, jalan cepat, renang, bersepeda, senam untuk lansia. Tipe aktifias fisik untuk ketahanan tubuh, kelenturan otot, dan kekuatan otot. Adapun faktor yang
mempengaruhi aktivitas fisik lansia adalah mudah jatuh, dan mudah lelah (Depkes, 2018).
Yokoya et al (2020) mengatakan bahwa resiko jatuh sangat rendah pada lanjut usia dengan kemampuan aktivitas yang tinggi, sehingga disarankan untuk meningkatkan frekuensi aktivitas di luar rumah untuk mengurangi resiko jatuh. Aktivitas fisik mampu mengurangi resiko jatuh dikarenakan aktivitas fisik memberikan efek pada sistem persyarafan dimana mempengaruhi neuromuscular dan fungsi otak serta aktivitas fisik menjaga kekuatan otot, keseimbangan postural, kebugaran, kemandirian fungsional dan meningkatkan kualitas hidup sehat bagi lanjut usia. Menurut Nurhayati, (2020) Latihan keseimbangan yang dapat mengurangi risiko jatuh pada lansia adalah dengan aktifitas fisik pada lansia yaitu dapat dilakukan lansia untuk memperbaiki perubahan yang terjadi pada lansia terutama pada keseimbangan tubuh lansia .
Perawat memiliki peranan penting dalam mengatasi pencegahan jatuh di institusi dengan pemberian asuhan keperawatan yang tepat. Hal tersebut dikarenakan perawat berperan sebagai care provider melakukan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi, serta harus mempunyai keterampilan untuk memberikan intervensi (DeLauene &
Ladner, 2016).
Asuhan keperawatan gerontik, Peran perawat sangat penting dalam pelaksanaan keselamatan pasien/klien khususnya lansia dari kejadian jatuh melalui pemberian edukasi pada keluarga contohya dengan memperhatikan
masalah eliminasi dan bahkan memperhatikan masalah depresi yang di derita pasien (Younce et al, 2011). Selain satu peran Perawat yang berhubungan dengan pencegahan resiko jatuh adalah melakukan pengkajian resiko jatuh seperti pada Pengkajian Morse Fall Score (MFS) atau Humpy- Dumty Fall Scale. Selain itu seorang perawat hendaknya melakukan edukasi kepada pasien yaitu Setelah masalah terhadap resiko jatuh ditemukan perawat perlu melakukan tindakan intervensi pencegahan pasien resiko jatuh berdasarkan standard operasional (Younce et al, 2011).
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan Peeters et al. (2011) menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan jatuh pada lanjut usia berusia 65 tahun keatas. Bahwasannya, bagi lanjut usia yang aktif secara fisik tidak mempunyai risiko jatuh yang tinggi.
Hal yang sama diungkapkan oleh Klenk et al (2015) bahwa aktivitas fisik bukan faktor risiko jatuh pada lanjut usia per orang tiap tahunnya, melainkan disebabkan jatuh saat berjalannya. Penelitian lain yang dilakukan Yokoya et al. (2015) mengatakan bahwa risiko jatuh sangat rendah pada lanjut usia dengan kemampuan aktivitas yang tinggi, sehingga disarankan untuk meningkatkan frekuensi aktivitas di luar rumah untuk mengurangi risiko jatuh dikarenakan aktivitas fisik memberikan efek pada sistem persarafan dimana mempengaruhi neuromuscular dan fungsi otak serta aktivitas fisik menjaga kekuatan otot, keseimbangan postural, kebugaran, kemandirian fungsional dan meningkatkan kualitas hidup sehat bagi lanjut usia (Byberg et al. , 2011).
Supriyoto (2015) mendukung bahwa program latihan fisik keseimbangan atau olahraga yang mengandung keseimbangan seperti berenang, senam, Taichi, dan lain lain. Dapat mengurangi risiko jatuh pada lanjut usia sehingga kemungkinan terjadinya cidera, fraktur bahkan kematian bisa diminimalisir, harapan hidup, kesehatan dan kebugaran lansia tetap terjaga.
B. Rumusan masalah
Masalah pokok adalah Aktivitas Fisik pada lansia yang dapat mempengaruhi Risiko Jatuh pada Lansia. Fokus pembahasan dalam studi literatur ini adalah bagaimanakah hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Risiko Jatuh pada Lansia
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum Penelitian
Mengidentifikasi hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Risiko Jatuh pada Lansia.
2. Tujuan khusus
a. Menganalisis Aktivitas Fisik yang memiliki risiko jatuh pada Lansia.
b. Menganalisis Risiko Jatuh pada Lansia.
c. Menganalisis hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Risiko Jatuh pada Lansia.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Memberi kontribusi sebagai tambahan informasi ilmu mengenai Aktivitas Fisik dengan Risiko Jatuh pada Lansia dengan menggunakan kajian Literatur.
2. Manfaat Praktis a. Bagi perawat
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi petugas Kesehatan, menganalisis serta mengatasi yang dapat mengakibatkan kejadian jatuh pada lansia.
b. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi tentang lanjut usia dalam hal yang berhubungan dengan kejadian jatuh terhadap lansia.
c. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode literatur review. Sumber data penelitian ini berasal dari literatur yang diperoleh melalui internet berupa hasil dari publikasi pada jurnal di Indonesia maupun internasional.
Penelitian ini menganalisis jurnal dari berbagai sumber dari literatur yang berkaitan dengan Hubungan Aktivitas Fisik dengan Risiko Jatuh pada Lansia, penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2020.