• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I.pdf"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit asam urat masih menjadi salah satu penyakit tidak menular khususnya penyakit degeneratif yang memerlukan perhatian di indonesia. Penyakit degeneratif pada umumnya menyerang sistem saraf, pembuluh darah, otot, dan tulang. (Irianto,2014). Salah satu penyakit degeneratif yaitu penyakit asam urat (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh tingginya kadar asam urat didalam darah. Kejadian asam urat mengalami peningkatan dan menjadi masalah kesehatan di Negara maju dan berkembang. Selain itu, penyakit asam urat dapat memicu timbulnya masalah kesehatan lain. Timbulnya penyakit asam urat paling sering dijumpai pada lansia namun juga dapat dialami pra lansia, hal ini berkaitan dengan adanya pergeseran gaya hidup yang cenderung tidak sehat pada masyarakat modern (Tersono, 2006).

(Ibrahim, Prawata M., H., A.,& Widodo R, 2018)

Menurut Tanda, Hans (2021) Asam urat (uric acid atau monosodium urate) adalah produk normal dari pemecahan atau katabolisme purin. Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan linu-linu di daerah persendian dan

(2)

sering disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitannya. Penyakit ini sering disebut gout atau lebih dikenal dengan asam urat (Andry, 2009). (Husnaniyah Dedeh, 2018)

Asam urat ditandai dengan peningkatan kadar asam urat, linu pada sendi, terasa sakit, nyeri, merah dan bengkak. (Churlish, 2009).

Komplikasi dari tingginya kadar asam urat antara lain, batu ginjal penyakit radang sendi dan kerusakan ginjal. (gagal ginjal) (Sandjaya,2014). Gangguan lain penyakit asam urat yaitu gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung koroner dan penyakit yang sering menyertai penyakit asam urat antara lain, diabetes, hipertensi, stroke, kadar lemak dalam darah meningkat, dan sindroma metabolic ( Noormindhawati, 2014). (Richard D., S & Karmiatun, 2017)

Berdasarkan data World Health Organization (2017), prevalensi gout arthritis di dunia sebanyak 34,2%. Gout arthritis sering terjadi di negara maju seperti Amerika. Prevalensi gout arthritis di Negara Amerika sebesar 26,3% dari total penduduk. Peningkatan kejadian gout arthritis tidak hanya terjadi di negara maju saja. Namun, peningkatan juga terjadi di negara berkembang, salah satunya di Negara Indonesia.

Berdasarkan survey WHO, Indonesia merupakan negara terbesar di dunia yang penduduknya menderita penyakit asam urat. Survey badan kesehatan dunia tersebut menunjukkan rincian bahwa Indonesia penyakit asam urat 35% terjadi pada pria usia 35 tahun ke atas (Detik.com, 2017).

(Fitriani Ririn dkk, 2021)

(3)

Prevalensi penyakit sendi berdasar diagnosis nakes di Indonesia 11,9 % dan berdasar diagnosis atau gejala 24,7 %. Prevalensi berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Bali (19,3%), diikuti Aceh (18,3%), Jawa Barat (17,5%) dan Papua (15,4%). Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis nakes atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (33,1%), diikuti Jawa Barat (32,1%), dan Bali (30%). Prevalensi penyakit sendi berdasarkan wawancara yang didiagnosis nakes meningkat seiring dengan bertambahnya umur, demikian juga yang didiagnosis nakes atau gejala. Prevalensi tertinggi pada umur ≥75 tahun (33% dan 54,8%). (Riskesdas, 2013). Pada tahun 2018, artritis atau penyakit sendi menduduki posisi ketiga yang memiliki prevalensi kasus terbanyak di Indonesia yaitu 7,30%, dari seluruh penyakit tidak menular.

Penyakit sendi yang dimaksud ialah osteoartritis, gout dan artritis reumatoid (Kemenkes RI, 2018)

Berdasarkan Laporan Provinsi Banten, Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur >15 tahun pada kabupaten/kota di provinsi banten sebanyak 6,15 %. Kota serang sebanyak 4,10 %, kabupaten pandeglang 4,11 %, kota cilegon 4,48 %, kota tangerang 6,03%, Kabupaten Lebak 6,14%, Kabupaten Tangerang 6,52%, Kabupaten Serang 6,71%, dan yang tertinggi Kota Tangerang Selatan sebanyak 7,57%. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan karakteristik kelompok umur yaitu 15-24 tahun sebanyak 1,13 %, 25-34 tahun 2,37%, 35-44 tahun 5,78 %, 45-54 tahun 10,85%, 55-64 tahun

(4)

15,73%, 65-74 tahun 16,89%, dan yang tertinggi pada kelompok umur >75 tahun sebanyak 20,31%. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan karakteristik kelompok jenis kelamin yaitu pada laki-laki sebanyak 4,68% dan Perempuan sebanyak 7,66%.(Riskesdas, 2018)

Penyebab terjadinya asam urat yaitu pola makan dengan kadar purin tinggi, penyakit darah ( penyakit sumsum tulang, penyakit polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker, vitamin B12), obesitas, penyakit kulit dan kadar trigliserida yang tinggi. Dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti pola makan karena resiko terjadinya asam urat pada lansia akan bertambah apabila disertai dengan pola konsumsi makanan yang tidak seimbang, banyaknya makanan tinggi purin yang dikonsumsi akan memperbesar resiko terkena asam urat.

(silvya, 2006) selain itu, pola makan yang tidak sehat adalah faktor resiko berbagai penyakit di dunia dan menjadi pencetus utama penyakit kronis, dan sekitar 11 juta kematian di dunia diakibatkan oleh pola makan yang buruk (Kemenkes RI, 2019)

Pencegahan asam urat yaitu dengan cara membatasi asupan purin, menguragi makanan tinggi lemak, banyak minum air putih setiap hari, hindari dan kurangi minuman beralkohol dan soft drink, pertahankan berat badan ideal, olahraga teratur dan tidur teratur. Pencegahan terhadap suatu penyakit akan lebih diperhatikan oleh seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik dan pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai

(5)

sumber informasi diantaranya melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan. (Ulfiyah, 2013)

Hasil penelitian Kussoy Magdalena F.V dkk, (2019) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan makan tinggi purin dengan kadar asam urat yang tinggi pada masyarakat karena kebiasaan sering makan makanan yang tinggi purin. Hal ini sejalan dengan penelitian Ririn F, (2021) tentang hubungan pola makan dengan kejadian asam urat sebanyak 52 responden, diperoleh hasil Sebagian besar responden pola makannya tidak baik. Sebagian besar kadar asam uratnya tidak normal dan Terdapat hubungan pola makan dengan kejadian asam urat. Faktor penyebab tingginya asam urat pada dewasa adalah kesalahan dalam mengatur pola makan. Masyarakat sering mengkomsumsi makanan yang mengandung zat tinggi purin, contohnya kacang-kacangan, daging, jeroan, ikan teri, dan seafood. Mereka mengkomsumsi daging dan jeroan 1-2 kali seminggu, daging yang paling sering di komsumsi adalah daging merah dan daging ayam. Ketujuh responden juga penyuka konsumsi kacang-kacangan seperti kacang panjang, dan kancang buncis, selain itu juga tidak menjaga pola makan yang sehat.

Hasil penelitian oleh Utami Ridha, (2015) Menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup tentang diet rendah purin (45,10%), terbanyak kedua adalah responden dengan pengetahuan kurang (41,18%), dan minoritas memiliki pengetaahuan yang baik (13,72%).

Berdasarkan umur, mayoritas responden berumur 45-59 tahun memiliki

(6)

tingkat pengetahuan cukup tentang diet rendah purin (31,37%). Menurut WHO, usia 45-59 tahun termasuk kategori usia pertengahan (middle age). (Fatmah, 2010). Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Pada usia pertengahan individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial sehingga dapat menambah pengetahuan, sedangkan untuk orang yang sudah lanjut usia akan mengalami kemunduran baik fisik maupun psikisnya.

(Notoatmodjo, 2012). (Wongso w, dkk 2015)

Berdasarkan data dari Puskesmas Jawilan kasus asam urat di Puskesmas Jawilan merupakan salah satu kasus yang memasuki urutan 10 besar kasus yang ada di puskesmas dan lebih banyak terjadi pada lansia. Desa Jawilan merupakan desa dengan jumlah lansia terbanyak dibandingkan dengan Desa Kareo, jumlah Lansia Di Desa Jawilan sebanyak 167 orang. Dan yang menderita asam urat sebanyak 60 orang.

Berdasarkan Study Pendahuluan yang di lakukan Di Desa Jawilan, dari hasil wawancara pada lansia yang berada di desa jawilan sebanyak 3 orang, didapatkan sebanyak 2 orang tidak mengetahui cara pencegahan asam urat sehingga tidak menjaga pola makan dan banyak mengkonsumsi makanan tinggi purin seperti jeroan, daging ayam, ikan teri, udang, tahu dan tempe. Sedangkan sebanyak 1 orang mengetahui pencegahan asam urat karena mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan setempat. Masalah yang sering terjadi adalah kurangnya

(7)

pengetahuan tentang penyakit asam urat dan kurangya kemampuan dalam menjaga pola makan, maka untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan peran perawat dalam menjaga kesehatan adalah sebagai pendidik, memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat/lansia.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Pola Makan dan Tingkat Pengetahuan dengan Kadar Asam Urat Dalam Darah pada Lansia di Desa Jawilan Kabupaten serang Wilayah Kerja Puskesmas Jawilan "

B. Rumusan Masalah

Dari hasil pengamatan dari pengumpulan data berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah "Apakah ada Hubungan Pola makan dan Tingkat Pengetahuan dengan Kadar Asam Urat Dalam Darah pada Lansia di Desa Jawilan Kabupaten Serang Wilayah Kerja Puskesmas Jawilan ?"

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan Umum penelitian ini adalah Untuk mengetahui Hubungan Pola Makan dan Tingkat Pengetahuan dengan Kadar Asam Urat Dalam Darah pada Lansia Di Desa Jawilan Kabupaten Serang Wilayah Kerja Puskesmas Jawilan.

2. Tujuan Khusus

(8)

a. Untuk mengidentifikasi pola makan pada Lansia Di Desa Jawilan

b. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan Lansia tentang asam urat Di Desa Jawilan

c. Untuk Mengidentifikasi kadar asam urat pada Lansia Di Desa Jawilan

d. Untuk Menganalisis Hubungan Pola Makan dengan kadar asam urat pada Lansia Di Desa Jawilan.

e. Untuk Menganalisis Hubungan tingkat pengetahuan dengan kadar asam urat pada Lansia Di Desa Jawilan

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

a. Bagi Perawat Puskesmas

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan hasil dari penelitian dapat dijadikan bahan informasi bagi perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan mengenai hubungan pola makan dan tingkat pengetahuan dengan kadar asam urat dalam darah pada Lansia Di Desa Jawilan.

b. Bagi Lansia

Diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan mengenai pola makan terutama makanan dengan sumber purin tinggi yang dapat meningkatkan kadar asam urat.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

(9)

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan sebagai bahan acuan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan sehingga dapat memperoleh informasi ilmiah yang bermanfaat.

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan Di Desa Jawilan Kabupaten Serang Wilayah Kerja Puskesmas Jawilan Tahun 2022.

2. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus 2022.

Referensi

Dokumen terkait

The Licence is amended by the insertion of the following Condition 1.2.11: 1.2.11 Subject to Conditions 1.2.9 and not more than 30 days after completing construction of Water Body 1,

Bagi Peneliti Hasil penelitian yang menunjukan adanya hubungan hubungan kualitas pelayanan perawat UGD dengan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas Haruai dapat dijadikan sebagai