• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Bahasa Indonesia

N/A
N/A
Mas Wahyu Nudiya

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Bahasa Indonesia"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan kemampuan komunikasi siswa sebagai warga negara yang cakap. Peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia di kelas II MIN 1 Padangsidimpuan menjadi suatu kebutuhan mendesak. Oleh karena itu, salah satu strategi pembelajaran yang diusulkan untuk mencapai tujuan ini adalah dengan mengimplementasikan Model Think Pair Share.

Model Think Pair Share adalah pendekatan pembelajaran kolaboratif yang memungkinkan siswa berdiskusi, berbagi ide, dan bekerja sama dalam memahami materi pembelajaran. Dalam model ini, siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau masalah secara mandiri, berbagi pemikiran dengan pasangan, dan membagikan hasil diskusi kepada seluruh kelas.

Keunggulan dari Model Think Pair Share terletak pada kemampuannya untuk meningkatkan keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran. Dengan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berpartisipasi aktif, model ini dapat memperdalam pemahaman dan memperkuat retensi materi.

Melalui implementasi Model Think Pair Share, diharapkan siswa kelas II MIN 1 Padangsidimpuan akan mengalami peningkatan signifikan dalam kemampuan berbahasa Indonesia. Dengan saling berbagi ide dan membantu satu sama lain, siswa akan memiliki kesempatan lebih besar untuk memahami konsep-konsep Bahasa Indonesia dengan lebih mendalam.

Penerapan model ini sejalan dengan kurikulum yang berlaku, memastikan bahwa

(2)

pembelajaran dilakukan dengan mempertimbangkan standar kompetensi yang diinginkan.

Model ini juga dapat membentuk keterampilan sosial dan keterampilan berpikir kritis siswa, memberikan manfaat jangka panjang yang tak terhingga.

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat terlihat dampak positif dari implementasi Model Think Pair Share terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas II MIN 1 Padangsidimpuan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi berharga dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah ini, serta memberikan panduan bagi pembelajaran Bahasa Indonesia yang lebih efektif dan interaktif di masa depan.

Rendahnya Hasil Belajar Bahasa Indonesia mungkin terdapat data atau bukti empiris yang menunjukkan bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia di kelas II MIN 1 Padangsidimpuan masih di bawah harapan atau standar yang diinginkan. Ini bisa tercermin dari nilai rata-rata, angka kelulusan, atau hasil evaluasi lainnya.

Pentingnya Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang mendasar dan penting.

Kemampuan berbahasa dengan baik adalah keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk memahami materi pelajaran lainnya, berkomunikasi dengan baik, dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial dan budaya.

Pemilihan Model Think Pair Share alasan untuk memilih Model Think Pair

Share sebagai strategi pembelajaran perlu dijelaskan. Mungkin karena model ini memungkinkan siswa untuk berdiskusi, berbagi ide, dan bekerja sama, yang dapat meningkatkan pemahaman dan retensi materi.

Relevansi dengan Kurikulum perlu dijelaskan bahwa Model Think Pair Share sesuai dengan kurikulum yang digunakan di kelas II MIN 1 Padangsidimpuan, termasuk dalam kompetensi dasar atau indikator pembelajaran yang ingin dicapai.

(3)

Tingkat Usia dan Pengalaman Siswa kelas II mungkin memiliki karakteristik khusus yang perlu diperhatikan dalam pemilihan strategi pembelajaran. Mungkin diperlukan penyesuaian tertentu agar model ini sesuai dengan tingkat kognitif dan sosial siswa.

Evaluasi dan Pengukuran Keberhasilan bagaimana keberhasilan dari implementasi Model Think Pair Share akan diukur dan dievaluasi? Mungkin mencakup indikator seperti peningkatan nilai, partisipasi aktif siswa, atau tingkat pemahaman yang diperoleh.

Masalah dalam Kegiatan Belajar Mengajar salah satu masalah yang sering dihadapi adalah kesulitan mengaktifkan respon siswa dalam kegiatan pembelajaran, khususnya dalam bidang studi Bahasa Indonesia. Seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan menciptakan sistem pembelajaran yang efektif.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Think Pair Share diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dalam TPS, siswa dituntut untuk aktif melaksanakan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan saling terkait dengan teman kelompoknya.

Dari hasil persentasi perbandingan data siswa kelas II MIN I Padangsidimpuan, dapat disimpulkan bahwa terdapat 38 siswa, dengan perincian 13 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan. Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebesar 74. Analisis nilai menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang berhasil dicapai oleh siswa mencapai 90, sementara nilai terendah yang diperoleh tetap memenuhi KKM, yaitu 74. Meskipun demikian, perbandingan distribusi nilai antara siswa laki-laki dan perempuan serta upaya untuk meningkatkan nilai rata-rata sebesar 80 % masih perlu diperhatikan untuk memastikan bahwa semua siswa dapat mencapai standar yang telah ditetapkan.

(4)

Dengan demikian, data ini memberikan gambaran tentang variasi kemampuan siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, dengan fokus pada aspek membaca. Implementasi Model Think Pair Share diharapkan dapat memberikan dukungan dan meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam memahami konsep-konsep Bahasa Indonesia yang mungkin dianggap sulit.

Dengan mengidentifikasi masalah dan tantangan tersebut, implementasi Model Think Pair Share diharapkan dapat menjadi solusi yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia di kelas II MIN 1 Padangsidimpuan . Masalah yang sering dihadapi dalam proses kegiatan belajar mengajar, khususnya bidang studi Bahasa Indonesia adalah untuk mengaktifkan nya respon siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Oleh sebab itu, seorang guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran dituntut untu kemampuan menciptakan

sistem pembelajaran

Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Dengan demikian Think Pair Share diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Karena di dalam TPS, siswa dituntut untuk aktif melaksanakan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan saling terkait dengan teman teman kelompoknya. Sehingga diharapkan terbentuknya aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran.

1.2

Identifikasi Masalah

(5)

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1)

Kurangnya Pemahaman Konsep Bahasa Indonesia: Sebagian siswa mungkin mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep Bahasa Indonesia yang diajarkan. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya kesempatan untuk membahas dan mendiskusikan materi secara mendalam.

2)

Kurangnya Penerapan Model Pembelajaran Aktif: Model pembelajaran yang digunakan mungkin belum memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam memahami dan mempraktikkan Bahasa Indonesia.

1.3

Batasan Masalah

Peneliti melakukan analisis terhadap masalah yang akan dibahas, meliputi : implementasi model pembelajaran model think pair share untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas II MIN 1 Padangsidimpuan. Adapun materi yang dipilih ialah mengenal tentang jenis-jenis kata (benda, kerja, dan sifat).

1.4

Batasan Istilah

1)

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Implementasi Model Think Pair Share akan difokuskan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini pada materi Pengembangan Pemahaman Konsep Bahasa Indonesia mengenal tentang jenis jenis kata (benda, kerja, dan sifat) .

2)

Implementasi Istilah ini mengacu pada proses penerapan Model Think Pair Share dalam konteks pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas II MIN 1 Padangsidempuan.

1.5

Perumusan Masalah

1)

Apakah model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas II MIN 1 Padangsidimpuan?

(6)

1.6

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mencapai beberapa tujuan yang terkait dengan implementasi Model Think Pair Share untuk meningkatkan hasil belajar

Bahasa Indonesia pada siswa kelas II di MIN 1 Padangsidimpuan. Tujuan- tujuan ini meliputi:

1)

Meningkatkan Partisipasi Aktif Siswa Mengidentifikasi apakah penggunaan Model Think Pair Share dapat meningkatkan tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

2)

Meningkatkan Pemahaman dan Penguasaan Konsep Bahasa Indonesia Mengukur pengaruh implementasi Model Think Pair Share terhadap pemahaman dan penguasaan konsep Bahasa Indonesia oleh siswa.

1.7

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian mengenai implementasi Model Think Pair Share untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas II di MIN 1 Padangsidimpuan sebagai berikut:

1)

Meningkatkan Keterlibatan Siswa: Implementasi Model Think Pair Share dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk lebih terlibat dalam proses pembelajaran.

2)

Memperdalam Pemahaman Materi: Model Think Pair Share memungkinkan siswa untuk berdiskusi dan berbagi ide dengan teman sekelas. Hal ini dapat membantu siswa memperdalam pemahaman mereka terhadap konsep-konsep Bahasa Indonesia.

1.8

Indikator Tindakan

Indikator Tindakan untuk Implementasi Model Think Pair Share:

(7)

1)

Partisipasi Aktif Siswa:

a.

Persentase siswa yang secara teratur berpartisipasi dalam kegiatan Think Pair Share selama pembelajaran Bahasa Indonesia.

b.

Tingkat keterlibatan siswa dalam diskusi dan berbagi ide dengan pasangan.

2)

Peningkatan Pemahaman Konsep:

a.

Perbandingan hasil tes atau evaluasi awal dengan hasil tes atau evaluasi setelah implementasi Model Think Pair Share.

b.

Perubahan dalam tingkat pemahaman siswa terhadap konsep- konsep Bahasa Indonesia yang diajarkan.

3)

Keterampilan Komunikasi:

a.

Kemampuan siswa dalam berbicara dan mendengarkan dalam Bahasa Indonesia setelah implementasi Model Think Pair Share.

b.

Kualitas komunikasi verbal dan non-verbal siswa selama diskusi.

4)

Respon dan Tanggapan Siswa:

a.

Survei atau kuesioner untuk mengukur persepsi dan respon siswa terhadap penggunaan Model Think Pair Share.

b.

Feedback siswa tentang kelebihan dan kekurangan dari pendekatan pembelajaran ini.

5)

Efektivitas Pengajaran:

Perbandingan hasil belajar Bahasa Indonesia antara kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan Model Think Pair Share dan kelompok kontrol (tanpa Model Think Pair Share).

BAB II

LANDASAN TEORI

(8)

5.1 Landasan Teori

A.

Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Model pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan,menguraikan, memberikan contoh, dan memberi latihan isi pembeljaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.

Model Think Pair Share (TPS) adalah sebuah strategi pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa, mempromosikan pemahaman konsep, dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Model ini diadaptasi dari strategi pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman pada tahun 1981. Berikut adalah landasan teori dari Model Think Pair Share:

Model Think Pair Share berakar pada teori pembelajaran kooperatif, yang mengusulkan bahwa pembelajaran yang melibatkan interaksi dan kerjasama antara siswa dapat meningkatkan pemahaman dan retensi materi pelajaran. Pada TPS, siswa bekerja sama dalam pasangan atau kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model TPS menggabungkan aspek-aspek kognitif dan sosial pembelajaran. Siswa tidak hanya berpikir secara mendalam tentang materi pembelajaran, tetapi juga berbagi ide-ide mereka dengan orang lain. Interaksi sosial ini dapat membantu mengklarifikasi pemahaman dan melibatkan siswa dalam proses belajar.

Model TPS memanfaatkan prinsip-prinsip pemrosesan informasi, yaitu memberikan siswa kesempatan untuk memproses informasi secara mendalam melalui diskusi dan refleksi. Dengan berpikir sendiri (think), berbagi pemikiran dengan pasangan (pair), dan berbagi ide dengan kelompok (share), siswa memiliki

(9)

kesempatan untuk mengorganisir dan mengaitkan informasi.

TPS bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep melalui proses tiga tahap: pertama, siswa memikirkan sendiri tentang suatu konsep atau pertanyaan; kedua, mereka berdiskusi dengan pasangan untuk memahami perspektif lain; ketiga, mereka berbagi pemikiran mereka dengan kelompok lebih besar. Hal ini membantu membangun pemahaman yang lebih baik.

B.

Pengertian Model Think Pair Share (TPS)

Model Think Pair Share (TPS) atau Berpikir Berpasangan Berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dalam proses belajar di kelas. Metode ini dikembangkan oleh Frang Lymsan dan rekan-rekannya di Universitas Maryland, yang menyatakan bahwa Think Pair Share (TPS) efektif dalam menciptakan variasi suasana pola diskusi di kelas yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan dengan asumsi bahwa resitasi atau diskusi dapat terjadi.

Model Think Pair Share (TPS) memberikan kemampuan kepada pendidik untuk mengatur dan mengendalikan kelas secara keseluruhan. Proses yang digunakan dalam Model Think Pair Share (TPS) memberikan peserta didik lebih banyak waktu untuk berpikir dalam memecahkan masalah dan memberi tanggapan serta saling membantu.

Model Think Pair Share (TPS) mendorong siswa untuk berpikir secara mandiri sebelum berdiskusi dengan pasangannya, dan kemudian mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Dengan demikian, metode ini tidak hanya merangsang partisipasi aktif siswa, tetapi juga melatih keterampilan berpikir kritis dan kemampuan untuk menyampaikan ide secara efektif kepada teman

(10)

sebaya dan di hadapan kelas.

Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya.Selanjutnya guru meminta peserta didik untuk berpasang- pasangan.

Memberi kesempatan kepada pasangan- pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan denganberdiskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya.hasil diskusi intersubjektif ditiap-tiap pasangan hasilnya akan dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Dalam hal ini diharapkan terjaditannya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan yang dipelajarinya.

Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan model pembelajaran think pair share (TPS) adalah model yang menitik tumpukan proses belajar mengajar bukan hanya kepada guru, tetapi juga membuat peserta didik ikut andil dalam proses belajarmengajar, peserta didik juga dapat menjadi patner belajar peserta didik lainya,dengan demikian model pembelajaran think pair share (TPS) mampu menumbuhkan minat belajar siswa dengan tujuan membuat siswa berperan aktif didalam proses belajar mengajar.

1.

Tahap-tahap Model Pembelajaran Think Pair Share

Model pembelajaran think pair share (TPS) memiliki prosedur yang ditetapkan searaaksplisit yang dilakukan dengan cara bertukar pendapat antar peserta didik, dansaling membantu satu sama lain. Metode think pair share (TPS) sebagai ganti dari tanya jawab seluruh kelas.sebagai salah satu pembelajaran kooperatif, metode think pair share (TPS) memiliki langkah- langkah tertentu.Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas sendiri.

Siswa berpasangan dengan salah saturekandalam kelompokdanberdiskusi

(11)

dengan pasangannya.Kedua pasangan kembali bertemu dengan kelompok berempat.Siswa berkesempatan untuk membagi hasil kerjanya kepada kelompok berempat.

Metode think pair share (TPS) terdiri dari lima langkah, yaitu tahap pendahuluan, Think, pair, dan Share, penghargaan.

a.

Tahap Pendahuluan

Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan permainan serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan.

b.

Tahap Think (berfikir secara individual)

Proses Metode think pair share (TPS) dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsep dasar siswa. Pada tahap ini siswa diberitahap waktu (think time) oleh guru untuk memikirkan jawabannya seara individual terhadap pertannyaan yang diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertannyaan yang diberikan.

c.

Tahap Pair (berpasangan dengan teman sebangku)

Pada tahap ini guru mengelompokan peserta didik secara berpasangan.

Guru menentukan siswa bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya.

2.

Kelebihan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Suatu pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Demikian pula dengan model pembelajaran think pair share (TPS). Model pembelajaran Think

(12)

Pair Share (TPS) mempunyai beberapa keunggulan diantaranya sebagai berikut:

a.

Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan model pembelajaran think pair share (TPS) menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru pada awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan sebelanjutnya.

b.

Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa seara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hai ini akan mempengauhi hasil bejar mereka.

c.

Memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik dari pada pembelajaran dengan konvensional.

d.

Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kecenderungan siswa merasa malas karena proses belajar dikelas hanya mendengarkan apa yang sampaikan guru dan semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajarkan, metode think pair share (TPS) akan lebih menarik dan tidak menonton dibandingkan metode konvensional.

e.

Penerimaan individu lebih besar. Dalam metode pembelajaran konvensional , siswa yang aktif dalam kelas hanya berpusat pada pada siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Dengan metode think pair share (TPS), hal

(13)

ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.

f.

Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam proses belajar mengajar adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran metode think pair share (TPS), perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap, sehingga pada akhir pembelajaran, hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.

g.

Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerja sama yang diterapkan dalam metode think pair share (TPS) menuntut siswa untuk dapat bekerjasama oleh tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui seara sportif jika pendapatnya tidak diterima.

3.

Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Selain keunggulan tersebut metode think pair share (TPS) juga memiliki kekurangan-kekurangan, diantaranya sebagai berikut:

a.

Jumlah siswa yang terlalu banyak didalam kelas akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

b.

Suatu diskusi dapat di rencanakan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan dan partisipasi anggota- angotanya. Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belumpernahdi pelajarisebelumya.

c.

Jalan diskusi dapat dikuasai(didominasi)oleh beberapa siswa yang menonjol.

d.

Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi,tetapi hanya hal-hal yang

(14)

bersifat promblematis saja yangdapat didiskusikan.

e.

Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak.

f.

Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pemikiran mereka,maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalah.

2.2 Kajian/Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian Rahmawati (2011) dengan judul “Penerapan Model Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerita SiswaKelas III di SDN Toyomarto 01 Singosari Kabupaten Malang”. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa keterampilan menulis cerita siswa mengalami peningkatan.Pada siklus I pertemuan 1 mencapai rata-rata 66. Nilai tersebut masuk dalamkategori “Cukup” atau “C” dengan kriteria ketuntasan dapat dikatakan

“Tuntas”.Sebanyak 20 siswa dari 32 siswa mengalami ketuntasan belajar. Pada pertemuan 2 46 rata-rata nilai naik menjadi 69. Nilai tersebut masuk dalam kategori

“Cukup” atau“C” dengan kriteria ketuntasan dapat dikatakan “Tuntas”. Sebanyak

23 siswa dari32 siswa mengalami ketuntasan belajar. Pada siklus II rata-rata nilai

keterampilan menulis cerita meningkat menjadi 73. Nilai tersebut masuk dalam

kategori “B”dengan kriteria ketuntasan dapat dikatakan “Tuntas”. Sebanyak 28

siswa dari 32siswa mengalami ketuntasan belajar. Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) untukmata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah ditentukan SDN

Toyomarto 01Singosari adalah 65. Secara klasikal siswa kelas III telah mengalami

peningkatanketerampilan menulis cerita. Dengan demikian dapat disimpulkan

(15)

bahwa modelpembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan keterampilan menulis ceritasiswa di SDN Toyomarto 01 Singosari

Dalam penelitian sejenis yang dilakukan oleh Prabawa (2013) yang berjudul

“Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengembangkan ParagrafDeskripsi Dengan Metode Think-Pair-Share pada Siswa Kelas IV SDN KokosanPrambanan Klaten Tahun Ajaran 2012/2013” menyimpulkan bahwa hasilpembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas IV SDN 1 Kokosan dalam matapelajaran bahasa Indonesia mengalami peningkatan. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa nilai rata- rata pada siklus I sebesar 61,43, dan meningkatpada siklus II menjadi 71,43.

Ketuntasan klasikal pada siklus I adalah 78,57% dan meningkat pada siklus II menjadi 100%

Penelitian yang dilakukan oleh Adnan (2011) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Dengan Mengunakan Media Foto Siswa Kelas IV SDN 1 Merembu Tahun Ajaran 2011/2012” menyimpulkan bahwa penggunaan 47 media foto dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa. Penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa sertaaktivitas guru dari pertemuan pertama ke pertemuan berikutnya. Dari hasilpenelitian dapat dilihat bahwa pada siklus I persentase ketuntasan klasikal sebesar(73%) sedangkan pada siklus II persentase ketuntasan klasikal sebesar (82%).Aktivitas belajar siswa meningkat dari 12 dengan kategori “cukup aktif”

pada siklus I dan meningkat menjadi 18,5 untuk siklus II dengan kategori “aktif”.B

Sedangkan untuk aktivitas guru meningkat dari 21,5 dengan kriteria “aktif” untuk

(16)

siklus I meningkat menjadi 26 dengan kategori “sangat aktif” pada siklus II.

Berdasarkan beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui penerapan strategi kooperatif Think-Pair-Share dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa. Selain itu, penggunaan media yang menarik dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menulis. Persamaan dari ketiga penelitian di atas terletak padaupaya peningkatan keterampilan menulis siswa. Sedangkan perbedaan dari ketiga penelitian tersebut terletak pada penerapan strategi dan media pembelajaran. Oleh karena itu, ketiga penelitian di atas dapat dijadikan peneliti sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian ini. Melalui penerapan strategi Think-PairShare berbantukan media foto dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam keterampilan menulis deskripsi siswa.

TABEL

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KAJIAN PUSTAKA

NO Judul Tahun Persamaan Perbedaan

1.

2.

3.

(17)

2.3 Hipotesis Tindakan

Hipotesis diartikan sebagai dugaan sementara pada penelitian yang akan dilakukan. Dalam sebuah penelitian tidak akan terlepas dari sebuah hipotesis karenajika tidak ada hipotesis peneliti akan lebih sukar meneliti permasalahan yang akan ditelitinya.Termasuk dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas,hipotesis dibutuhkan sebagai acuan peneliti, yang disebut dengan hipotesis tindakan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti dari data yang terkumpul.

Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan melainkan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan.Untuk sampai pada pemilihan tindakan yang tepat, peneliti dapat mulai dengan menimbang prosedur-prosedur yang mungkin dapat dilaksanakan agar perbaikan yang diinginkan dapat dicapai.Dalam hal ini peneliti hendaknya mencari masukan dari orang-orang yang terkait dengan masalah penelitian.Dari pendapat di atas dapat diketahui pengertian hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian. Maka hipotesis tindakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: “Penerapan Metode Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia II MIN 1 Padangsidimpuan.

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Kelas II MIN 1 Padangsidimpuan. Waktu penelitian ini adalah semester Ganjil tahun pelajaran 2022/2023.

3.2

Jenis dan MetodePenelitian

Penelitian tindakan kelas berawal dari penelitian tindakan yang sering dilakukan di negara-negara Amerika serta Eropa dalam mengkaji situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakannya melalui proses kegiatan penelaahan, perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan suatu tindakan terhadap pengaruh sosial. Kemudian penelitian tindakan tersebut diadopsi kedalam penelitian tindakan kelas dengan asumsi bahwa pada proses pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru pasti akan menemukan proses penyelidikan dan penelitian

Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas atau disekolah. Untuk melakukan penelitian tersebut, perlu sekali mengumpulkan data untuk dijadikan bahan analisis secara kuantitatif dan kualitatif. Tentunya penelitian ini dilaksanakan dengan prosedur yang sistematis oleh guru untuk melakukan perbaikan- perbaikan dalam proses pembelajaran mereka supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efesien.

Hopkins (Muslich, 2009) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku

(19)

pendidikan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan- tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran dengan harapan tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. (Susilo, 2011) juga mengemukakan pandangannya mengenai definisi PTK yaitu bahwa, PTK dapat didefinisikan sebagai sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru/calon guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu penyelidikan refleksi-diri yang dilaksanakan sebagai usaha pengembangan kebijakan dan perencanaan sistem,penelitian tindakan befokus pada bagaimana bisa memenuhi kebutuhan siswa untuk reformulasi program pengajaran yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan pengalaman belajar siswa.

“PTK berpijak pada asas kontruksitivisme; belajar dari pengalaman; belajar adalah pengalaman menemukan sesuatu yang baru.mengharuskan guru untuk merefleksikan pengalaman mengajarnya, menentukan apakah praktik mengajarnya sesuai dengan kebutuhan siswa,lalu merencanakan dan melaksanakan tindakan berdasarkan hasil perenungan itu tadi.Jika praktik sudah dianggap baik,lalu bagaimana bisa meningkatkannya menjadi lebih baik lagi? Jika dianggap kurang baik bagaimana anda memperbaikinya”.

Berdasarkan pengertian diatas, PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam

(20)

memecahkan masalah pembelajaran di sekolah.Pada sisi lain, PTK akan mendorong para guru untuk memikirkan apa yang mereka lakukan sehari-hari dalam menjalankan tugasnya.

Mereka akan kritis terhadap apa yang mereka lakukan tanpa tergantung pada teori-teori yang muluk-muluk dan bersifat universal yang di temukan oleh para pakar peneliti yang seringkali tidakcocok dengan situasi dan kondisi kelas.

PTK akan mendorong para guru untuk memikirkan apa yang mereka lakukan sehari hari dalam menjalan kan tugasnya.Mereka akan kritis terhadap apa yang mereka lakukan tanpa tergantung pada teori-teori yang muluk-muluk dan bersifat universal yang ditemukan oleh para pakar peneliti yang sering kali tidak cocok dengan situasi dan kondisi kelas.melalui proses yang dinamis dan komplementar yang terdiri dari empat

“momentum”essensial ,yaitu sebagai berikut

1)

Penyusunan perencanaan

Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan secara kritis untuk meningkatkan apa yang terjadi

2)

Tindakan

Tindakan yang di maksud disini adalah tindakan yang dilakukan secarasadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana.

3)

Observasi

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait.Observasi itu berorientasi kemasa yang akan datang,memberikan dasar bagi refleksi sekarang, lebih-lebih lagi ketika putaran sekaran gini berjalan.

4)

Refleksi

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis sepertiyang telah dicatat dalam observasi.

(21)

3.3

Latar dan Subjek Penelitian

Sumber data penelitian ini adalah Pendidik dan Peserta Didik Kelas II MIN 1 Padangsidimpuan,guna untuk memperoleh data tentang penerapan Metode Think Pair Share (TPS) dalam meningkatkan hasil belajar maka semua siswa Kelas II (subyek penelitian) di libatkan. Adapun penjelasan jumlahsiswa terdapat pada tabel berikut:

TABEL

JUMLAH SISWA BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

II 13 25 38

3.4

Instrumen Pengumpulan Data

1.

Observasi

Observasi dipahami sebagai pengamatan yang dilakukan secara sadar dan sistematis kemudian dicatat dalam kaitannya dengan fenomena sosial yang mempunyai gejala psikologis. Salah satu bentuk pengumpulan data adalah observasi. Observasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan penelitian, mengingat tidak semua penelitian menggunakan alat pengumpulan data tersebut.Jika ingin melihat proses perubahannya, perlu waktu untuk mengamatinya, dan terkadang pengamatan dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya, begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan pengertian tersebut, observasi dapat dipahami sebagai suatu cara pengumpulan data untuk penelitian melalui observasi langsung.Teknik observasi dilakukan apabila segala sesuatunya telah dipersiapkan oleh petugas dan pencatatan data yang diperoleh selama observasi dilakukan oleh pengamat sendiri.

(22)

Tugas penelitian dilakukan dari alat pengamat yang telah disiapkan. Kegiatan observasi dibedakan menjadi dua jenis berikut, tergantung pada metode melakukan observasi dan tujuan observasi. Observasi Partisipan (Participant Observation) Dalam Observasi Partisipan, pengamat (observer) ikut serta dalam aktivitas subjek (observer) sama seperti orang lain, dan tidak ada perbedaan perilaku yang terlihat. Dengan demikian, partisipasi aktif pengamat dalam segala bentuk kegiatan diuji. SM Observasi Non Partisipan Pada observasi jenis ini, pengamat tidak ikut serta dalam observasi dan hanya dilakukan observasi sepintas pada waktu-waktu tertentu dalam kegiatan observasinya.

obyeknya sejauh penglihatan dan terlepas pada saat tertentu tersebut, tidak dapat merasakan keadaan sesungguhnya terjadi pada observernya. Dalam penelitian ini di gunakan jenis observasi partisipan, dimana penilitian bagian dalam kegiatan belajar mengajar. Metode ini di gunakan untuk mengetahui Penerapan Metode Think Pair Share (TPS) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas II MIN 1 Sadabuan Padangsidimpuan.

2.

Tes

Tes hasil belajar ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa berdasarkan nilai yang dicapai. 23Tes ini juga merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang mendemonstrasikan penerapan metode Pembelajaran ThinkPairShare (TPS) Tes yang dimaksud adalah tes masuk atau tes prasyarat pengetahuan.Tes prasyarat pengetahuan digunakan sebagai bahan rujukan tambahan untuk menentukan titik tolak perkembangan individu siswa.

Selain pengujian awal, pengujian juga dijalankan di akhir setiap tindakan.Hasil tes

(23)

ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode ThinkPairShare (TPS).

3.

wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data pada saat peneliti melakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui permasalahan yang perlu diselidiki. Dengan kata lain wawancara adalah suatu metode pengumpulan data melalui tanya jawab lisan dengan orang- orang yang dapat memberikan informasi.

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu sesi tanya jawab terbuka berdasarkan set point awal. Wawancara ini dilakukan terhadap guru ahli bahasa Indonesia dan siswa kelas II MIN 1 Padangsidimpuan yang dapat memberikan informasi mengenai data-data yang diperlukan peneliti untuk menerapkan Metode Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

4.

Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses pengumpulan data dengan cara mencari data tertulis sebagai bukti penelitian. Dokumentasi adalah “pengambilan data tentang suatu hal atau variabel yang berupa catatan, catatan, buku, surat, catatan harian, prasasti, dan pertemuan”. Risalah, catatan, agenda, dll. Berdasarkan pendapat di atas kita dapat memahami bahwa dokumentasi adalah suatu cara mengumpulkan data tentang suatu hal tertentu.

(24)

3.5 Langkah-langkah Prosedur

Gambar Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Taggart 1. Siklus I

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencaan tindakan ini adalah:

1) Melakukan telaah terhadap materi pembelajaran menulis deskripsi untuk siswa kelas II semester 2 dengan fokus pada Kompetensi Dasar (KD) 8.1.

KD tersebut mencakup kemampuan mendeskripsikan buku bahasa indonesia Mengenal tentang jenis-jenis kata (benda, kerja, dan sifat).

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. RPP mencakup penerapan strategi Think-

Pelaksanaan

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

SIKLUS II Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan

Refleksi

(25)

Pair-Share yang didukung oleh media foto. Selain itu, disusun alat evaluasi berupa tes tertulis dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

3) Menyiapkan media pembelajaran berupa buku bahasa indonesia dengan media gambar, seperti mawar, melati, anggrek, bunga matahari, pepaya, pisang, dan kepala ,rumah jenis-jenis kata (benda, kerja, dan sifat). Selain itu, disiapkan lembar pengamatan, lembar wawancara, serta catatan lapangan untuk mengumpulkan data. Kamera handphone juga disiapkan untuk keperluan dokumentasi.

Siklus Pertama: Pelaksanaan Tindakan Pertemuan Pertama:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

2. Guru memperlihatkan buku bahasa indonesia dengan gambar deskripsi tumbuhan mawar dan melati atau lingkungan,sekolah atau kata benda dan kerja lainnya menantang siswa untuk menyebutkan nama dan ciri-ciri tersebut.

3. Siswa diminta memperhatikan gambar pada buku, contoh gambar tumbuhan mawar dan melati atau lingkungan (Think).

4. Tempat duduk siswa diatur agar dapat berpasangan dengan teman sebangku (Pair).

5. Guru membagikan gambar tumbuhan mawar dan melati atau lingkungan baik jenis-jenis kata (benda, kerja, dan sifat).pada kelompok-kelompok. Siswa berdiskusi mengenai gambar tersebut dan mendeskripsikannya bersama.

6. Guru membimbing kelompok-kelompok dalam proses belajar.

(26)

7. Beberapa pasangan diminta berbagi hasil diskusi dengan seluruh kelas (Share).

8. Guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa.

9. Guru memberikan penghargaan kepada siswa.

10. Siswa dan guru melakukan sesi tanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari.

11. Guru menyelenggarakan evaluasi bersama siswa.

Pertemuan Kedua:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

2. Guru memperlihatkan foto tumbuhan pepaya dan pisang atau lingkungan, jenis- jenis kata (benda, kerja, dan sifat). menantang siswa untuk mendeskripsikan gambar tersebut.

3. Siswa diminta memperhatikan foto pada benda (Think).

4. Tempat duduk siswa diatur agar dapat berpasangan dengan teman sebangku (Pair).

5. Guru membagikan foto jenis-jenis kata (benda, kerja, dan sifat) pada setiap pasangan. Siswa berdiskusi dan mendeskripsikannya bersama.

6. Guru membimbing kelompok-kelompok dalam proses belajar.

7. Beberapa pasangan diminta berbagi hasil diskusi dengan seluruh kelas (Share).

8. Guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa.

9. Guru memberikan penghargaan kepada siswa.

10. Siswa dan guru melakukan sesi tanya jawab mengenai materi yang telah

(27)

dipelajari.

11. Guru menyelenggarakan evaluasi bersama siswa.

2. Siklus Kedua 1. Tahap Perencanaan

a. Mengidentifikasi permasalahan

Timbulnya permasalahan di lapangan terkait dengan tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa indonesia jenis-jenis kata (benda, kerja, dan sifat). yang dirasa sangat kurang. Hal ini disebabkan oleh penyampaian materi yang terkesan membosankan, hanya menggunakan metode ceramah.

b. Membahas solusi yang diperlukan guru

Solusi yang diusulkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan metode think-pair-share. Dalam metode ini, siswa diharapkan menjadi lebih aktif baik dalam pembelajaran individu maupun kelompok, di mana mereka akan

mengerjakan tugas secara individu dan berkolaborasi dengan anggota kelompok.

c. Menyusun skenario pembelajaran

Skenario pembelajaran direncanakan dalam bentuk RPP yang mencakup serangkaian kegiatan pembelajaran dengan metode think-pair-share. Dokumen ini juga mencakup handout materi pembelajaran.

d. Membuat lembar observasi pembelajaran

Lembar observasi pembelajaran disiapkan untuk mencatat indikator-indikator

(28)

aktivitas belajar siswa. Lembar ini akan digunakan dalam melaksanakan pengamatan di kelas, merekam proses dan dampak dari tindakan yang dilakukan dalam penelitian.

e. Menentukan bentuk pengecekan

Dalam tahap ini, peneliti memberikan pengarahan kepada observer (teman sejawat) dalam mengamati dan menilai proses belajar mengajar dengan metode think-pair-share.

2 Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan merupakan implementasi tindakan ke dalam konteks belajar mengajar yang sebenarnya. Selama proses pembelajaran, peneliti memberikan pelajaran sesuai dengan materi yang telah dipersiapkan. Teman sejawat sebagai observer

mengamati aktivitas siswa menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.

2. Tahap Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan untuk

mendokumentasikan dampak dari tindakan dan menyediakan informasi untuk tahap refleksi. Pengamat membuat catatan dalam jurnal harian mengenai jalannya tindakan, perilaku guru dalam mengajar, dan dampak tindakan terhadap siswa, terutama dalam hal keaktifan belajar siswa.

4 Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan sebagai evaluasi diri secara kritis oleh tim peneliti, kolaborator, dan orang-orang yang terlibat dalam penelitian. Kegiatan refleksi ini mencakup memaknai proses, persoalan, dan kendala yang muncul selama proses tindakan. Refleksi dilakukan secara terbuka melalui diskusi bersama antara peneliti dan kolaborator pada akhir siklus.

3.4 Teknik Analisis Penelitian

Setelah data terkumpul, yang terdiri dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa

(29)

dan aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode Think Pair Share (TPS), serta hasil belajar yang berupa hasil nilai tes setiap akhir siklus, maka langkah selanjutnya adalah:

Menganalisis data hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan setiap siklus dengan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.

Analisis data secara kuantitatif yaitu dengan membandingkan hasil tes pada setiap siklusnya melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: Penskoran terhadap jawaban yang diberikan siswa untuk soal pilihan ganda.

Adapun untuk menetapkan keberhasilan anak digunakan beberapa penilaian sebagai berikut:

1. Penilaian rata-rata anak

= 𝑥

𝑁

Keterangan:

↔= Nilai rata-rata 𝑋

X = Jumlah semua nilai siswa N = Jumlah siswa

3. Penilaian ketuntasan belajar P = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑋100%

(30)
(31)

1

Gambar

Gambar Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Taggart  1.  Siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui strategi Think-Pair-Share (TPS) pada siswa kelas IV SD Negeri

dengan teknik Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar. siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya

Dari hasil yang peneliti lakukan ternyata dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan strategi TPS (Think Pair Share) dapat memberikan manfaat bagi guru

Judul dari penelitian tindakan kelas ini adalah “Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share Berbantuan Media Komik Strip untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

15 Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari penggunaan model pembelajaran problem based instruction (PBI), think pair share (TPS), dan

Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian yang relevan sebelumnya yaitu pada penelitian ini akan dikombinasikan model pembelajaran think pair share dengan

Dijadikan acuan dalam mengadakan perbaikan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan partisipasi belajar

Bagaimana cara menerapkan model pembelajaran Think Pair And Share (TPS) dan penggunaan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi peranan