• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Perpustakaan Poltekkes Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Perpustakaan Poltekkes Malang"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit gagal ginjal kadang muncul secara lambat, tetapi akhirnya bersifat ireversibel, dan mencapai puncaknya sebagai penyakit ginjal stadium akhir. Penyakit ini akan berakibat fatal jika tidak diterapi dengan baik. Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan permasalahan global di negara maju maupun berkembang. Di Indonesia, pada tahun 2013 jumlah penderita gagal ginjal kronik pada usia ≥ 15 tahun yaitu berkisar antara 0,1 % hingga 0,5%. Pada provinsi Jawa Timur prevalensi gagal ginjal kronik cukup besar yaitu sebesar 0,3 %. Gagal ginjal kronik meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Meningkat tajam pada kelompok umur 35 – 44 tahun (0,3

%), diikuti umur 45 – 54 tahun (0,4 %), dan umur 55 – 74 tahun (0,5 %), tertinggi pada kelompok umur ≥ 75 tahun (0,6 %) (Riskesdas, 2013). Jumlah penderita ini akan terus meningkat, karena WHO memperkirakan di Indonesia terjadi peningkatan penderita penyakit ginjal antara tahun 1995 – 2025 sebesar 41,4 %.

Penurunan kadar albumin dalam darah merupakan suatu komplikasi yang umum terjadi pada pasien gagal ginjal kronik. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi proteinuria, uremia, dan sintesis asam amino dalam tubuh. Asupan makanan dan status gizi dapat mempengaruhi kadar albumin serum pada pasien gagal ginjal kronik sebab sintesis albumin berhubungan erat dengan asupan asam amino ke liver (National Kidney Foundation, 2005). Pada kondisi GGK, glomerulus menjadi lebih permeabel, peningkatan permeabilitas glomerulus (glomerular basement membrane), lebih spesifiknya karena kerusakan podosit di membran tersebut. Kondisi ini disebut albuminuria atau proteinuria, juga merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya hipoalbuminemia (Ackland, 2013).

Sumber protein berbasis pangan lokal yang sesuai dengan syarat diet GGK adalah ikan gabus, baik dalam bentuk olahan ikan maupun dalam bentuk ekstrak. Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu bahan pangan sumber albumin yang potensial. Protein EIG sebagaimana protein hewani lainnya mempunyai kualitas yang baik karena tersusun dari asam amino-asam amino esensial, sehingga sangat baik untuk mendukung proses sintesis jaringan (Santoso, 2008). Aplikasi ekstrak ikan gabus dalam diet secara nyata dapat meningkatkan kadar albumin serum pada kasus hipoalbumin. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak ikan gabus efektif dalam meningkatkan kadar albumin pada pasien gagal ginjal kronik dengan hipoalbumin dengan peningkatan kadar albumin sebanyak 0.06 g/dL (Sulistyowati, 2008).

(2)

Namun, kelemahan dari ekstrak ikan gabus yaitu menimbulkan bau amis, sehingga pasien kurang menyukai diet dengan pemberian ekstrak ikan gabus.

Tepung ekstrak ikan gabus merupakan produk pengembangan dari Ekstrak Ikan Gabus (EIG) yang bertujuan untuk mengurangi aroma amis yang menjadi masalah pada ekstrak ikan gabus sehingga memudahkan masyarakat dalam mengonsumsinya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin melakukan penelitian mengenai ekstrak ikan gabus yang dikembangkan menjadi tepung ekstrak ikan gabus oleh CV. Striata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah tepung ekstrak ikan gabus sama efektifnya dengan ekstrak ikan gabus dalam meningkatkan kadar albumin pada pasien gagal ginjal kronik.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh suplementasi tepung ekstrak ikan gabus terhadap perubahan kadar albumin pada pasien gagal ginjal kronik?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh suplementasi tepung ekstrak ikan gabus terhadap perubahan kadar albumin pada pasien gagal ginjal kronik.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis gambaran umum pasien gagal ginjal kronik

b. Menganalisis ketepatan pemberian diet pada pasien gagal ginjal kronik c. Menganalisis asupan makan pasien gagal ginjal kronik

d. Menganalisis peningkatan kadar albumin pada pasien gagal ginjal kronik dengan hipoalbumin yang di suplementasi tepung ekstrak ikan gabus

D. Hipotesis

H0 : Tidak ada pengaruh pemberian suplementasi tepung ekstrak ikan gabus terhadap kadar albumin pada pasien penyakit gnjal kronik

H1 : Ada pengaruh pemberian suplementasi tepung ekstrak ikan gabus terhadap kadar albumin pada pasien gagal ginjal kronik

E. Manfaat Penelitian

1. Menambah pengalaman dalam menerapkan ilmu gizi yang telah dipelajari

2. Dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang manfaat tepung ekstrak ikan gabus terhadap proses peningkatan kadar albumin pada pasien gagal ginjal kronik

(3)

3. Memberikan informasi serta sebagai bahan masukan apabila akan mengadakan penelitian selanjutnya

4. Sebagai alernatif proses peningkatan kadar albumin bagi pasien GGK hipoalbumin

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian pemberian ekstrak ikan gabus pada pasien luka bakar lebih efektif dibandingkan dengan pemberian putih telur dengan menunjukkan peningkatan kadar

Penelitian ini adalah penelitian analitik yang menilai korelasi kadar albumin dengan indeks massa tubuh pada pasien gagal ginjal

Perubahan kadar albumin dan prealbumin pasien diukur setelah pemberian ekstrak ikan gabus metode freezy dryer sebagai asupan protein tambahan dengan nutrisi enteral selama 3

Tujuan: Untuk mengetahui apakah albumin ekstrak ikan gabus murni dapat secara efektif meningkatkan kadar albumin dan memperbaiki pH darah pada pasien hipoalbuminemia

Berdasarkan hasil pengamatan asuhan gizi rawat inap pasien penyakit ginjal kronik, ketiga pasien berisiko mainutrisi dan status gizi pasien 1 tergolong normal dan pasien 2 dan 3

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan komposisi asupan protein nabati dan protein hewani terhadap kadar urem dan kreatinin pasien penyakit ginjal kronik yang

83 sehingga mengurangi angka pasien gagal ginjal kronis dengan hemodialisa yang mengalami ketidakseimbangan nutrisi, menumbuhkan semangat pasien dalam menjalani diet ataupun terapi

Mengidentifikasi perbedaan efektifitas stretching exercise dan massage dengan lavender oil terhadap restless leg syndrome pada pasien gagal ginjal kronis dengan hemodialisis 1.4